Kritik Diperlukan untuk Melakukan Tugas dengan Baik

31 Januari 2022

Beberapa waktu yang lalu, aku menerima surat di mana seorang saudari melaporkan seorang pemimpin dan dua diaken. Dia berkata Saudari Xin, seorang pemimpin, tidak melakukan pekerjaan nyata, tetapi hanya bersikap asal-asalan dalam pertemuan dan tidak peduli dengan keadaan atau kesulitan orang lain. Dua diaken lainnya juga memiliki beberapa masalah. Aku teringat telah bersekutu dengan mereka sebelumnya tentang masalah yang disebutkan, dan telah menangani mereka. Mereka mendapatkan sedikit kesadaran diri, dan Saudari Xin bahkan menangis dalam penyesalan. Kupikir aku bisa memberikan lebih banyak bantuan kepada mereka, tanpa perlu memberhentikan mereka. Aku merasa yakin mereka mampu melakukan pekerjaan nyata. Selain itu, aku melihat saudari pelapor mendapatkan beberapa pendukung dalam suratnya, tetapi mereka bukan pencari yang rajin, dan beberapa akan dikeluarkan dari gereja. Sebagian besar masalah yang mereka laporkan adalah tentang bagaimana ketiga orang itu berperilaku dalam tugas mereka. Beberapa laporan tidak sepenuhnya jelas atau akurat. Terpikir olehku bahwa saudari yang menulis surat itu mungkin sangat congkak. Tahu apa dia? Melaporkan seorang pemimpin dan dua diaken sekaligus karena beberapa hal kecil—jika mereka diberhentikan, siapa yang akan melakukan pekerjaan gereja? Apakah dia melindungi pekerjaan gereja, atau menghancurkannya? Kupikir, "Aku bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Bukankah seharusnya aku yang lebih tahu daripada siapa pun jika ada masalah, apakah mereka mampu melakukan pekerjaan nyata atau tidak? Mereka memang punya masalah, tetapi tak seorangpun dari antara kita yang sempurna, jadi siapa yang tidak melakukan kesalahan? Jika kita melaporkan dan memberhentikan mereka segera setelah ada masalah, itu standar yang terlalu tinggi bagi para pemimpin." Makin kurenungkan, makin kupikir bahwa saudari pelapor memiliki masalah, dan aku tidak terlalu memikirkan surat itu. Aku ingin mengemukakan masalah itu dengan pemimpin dan diaken, menangani mereka sedikit, membantu mereka, dan hanya itu.

Dua atau tiga hari kemudian, pemimpin tingkat atas tiba-tiba mengemukakan laporan itu. Melihat aku tidak menanganinya, dia menyuruhku untuk membawa surat itu ke gereja untuk diskusi terbuka. Aku mengiyakan, tetapi tidak benar-benar melakukannya. Menurutku, orang-orang itu cukup cakap dalam bekerja, dan jika kita membuka masalah mereka untuk semua orang mendiskusikannya secara terbuka, apakah itu pantas? Akankah semua orang menangani masalah mereka dengan benar? Bagaimana jika saudara-saudari berpikir mereka memiliki terlalu banyak masalah dan tidak mau menerima kepemimpinan mereka lagi? Bukankah aku harus melindungi pekerjaan mereka? Aku mampu membantu mereka secara pribadi, membuat mereka melakukan perubahan dan kemudian mampu melakukan tugas mereka dengan benar. Tuhan tahu aku sedang memberontak dan keras hati, menolak menerima apa yang pemimpin minta. Pemimpin itu kembali mencariku dan bersekutu secara rinci tentang gagasan dan watakku yang keliru. Dia balik bertanya kepadaku: "Kebenaran berkuasa di rumah Tuhan, dan kita harus bersikap adil kepada semua orang. Mengapa kau menyembunyikan para pemimpin dan diaken yang memiliki masalah? Mengapa tidak berdiri di pihak Tuhan? Membuat kelompok tertutup, melindungi mereka—ini adalah jalan antikristus! Mengapa tidak mengikuti prinsip dalam memperlakukan orang lain? Apakah kau tidak percaya kepada umat pilihan Tuhan? Apakah kau tidak percaya bahwa kebenaran berkuasa di rumah Tuhan?" Lalu akhirnya, dia menekankan, "Kau menolak untuk menyingkapkan pemimpin palsu, tetapi menyembunyikannya dan tidak berdiri di pihak kebenaran." Pada waktu itu aku tidak bisa menerima sepenuhnya. Aku masih berdebat dan bernalar di hatiku. Aku pernah ditekan oleh pemimpin palsu sebelumnya, dan aku pribadi telah menyaksikan kerugian yang ditimbulkan terhadap pekerjaan gereja dan para jemaatnya dengan mereka yang memegang kendali. Dan perilaku mereka benar-benar membuatku marah. Aku pasti segera memberhentikan mereka yang tersingkap sebagai pemimpin palsu. Bagaimana mungkin aku melindungi pemimpin palsu? Pemimpin itu terus menganalisis natur tindakanku, menyingkapkanku sebagai pemimpin palsu yang tidak menerapkan kebenaran, tetapi menggunakan falsafah iblis. Dia berkata aku melindungi para pemimpin itu, seperti pejabat Partai Komunis yang saling melindungi, bahwa jika diberi kekuasaan, aku pasti menjadi antikristus. "Pemimpin palsu" dan "antikristus": setiap kali dia mengucapkan kata-kata ini, aku merasa sangat buruk. Aku sangat kesal, dan merasa sangat diperlakukan tidak adil. Aku tak bisa berhenti menangis. Aku berdoa di tengah tangisanku, "Ya Tuhan, aku tahu pemimpin sedang menyingkapkan masalahku yang sebenarnya, tetapi aku tidak mampu melihatnya. Kumohon berikan pencerahan dan bimbing aku agar mampu mengenal diriku sendiri dan memetik pelajaran yang seharusnya."

Keesokan harinya, aku mengatur pertemuan untuk diskusi terbuka dan mengenali pemimpin dan diaken yang dilaporkan. Saudara-saudari tidak menyerang masalah mereka seperti yang kukira, tetapi mereka secara adil dan objektif membahas isu-isu dari laporan tersebut, menggunakan contoh spesifik untuk mendiskusikan bagaimana orang-orang ini melaksanakan tugas mereka. Diskusi kami tentang Saudari Xin mengubah penilaianku tentang dirinya. Banyak dari mereka mengatakan dia tidak melakukan pekerjaan nyata, bahwa dia hanya bersikap asal-asalan dalam pertemuan. Dia tidak menyelesaikan masalah nyata atau menindaklanjuti pekerjaan. Semua orang berjuang dalam tugas mereka, tetapi dia tidak menunjukkan kepedulian. Dia tidak mempersekutukan kebenaran ketika membuat pengaturan kerja atau mengubah tugas orang, jadi mereka harus mencari solusi sendiri saat menghadapi kesulitan, atau saling membantu. Pemimpinnya tidak ada di sana. Tingkah laku Saudari Xin benar-benar mengecewakan bagi saudara-saudari. Setiap penilaian merupakan keluhan atas ketidakpedulian Saudari Xin dan tidak adanya pekerjaan nyata. Semua itu juga merupakan tuduhan terhadapku. Mendengar mereka semua angkat bicara memberiku perasaan yang tak mampu kugambarkan. Aku merasa bersalah dan malu, dan rasanya wajahku seperti ditampar dengan keras. Gereja yang kupimpin memiliki pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata tanpa sepengetahuanku. Aku sangat percaya diri, berpikir Saudari Xin mengejar kebenaran dan melakukan pekerjaan nyata sebagai pemimpin. Ketika masalahnya dilaporkan, aku tidak menyelidikinya dan menanganinya, melainkan ingin membantunya secara pribadi. Apa bedanya aku dengan Saudari Xin? Aku tidak memikirkan kebutuhan orang lain atau menyelesaikan masalah dan kesulitan mereka. Aku adalah pemimpin palsu dalam posisi kekuasaan yang tidak melakukan pekerjaan nyata. Kemudian saudara-saudari mengemukakan masalah kedua diaken, mengatakan Saudari Wang bersikap emosional dalam menangani segala sesuatu dan tidak memiliki prinsip dalam tugasnya. Dia juga congkak dan menggunakan kedudukannya untuk mengendalikan orang, bahkan menindas orang lain. Dia sangat terang-terangan, dan itu banyak merugikan saudara-saudari, dan menahan mereka dalam tugas mereka. Ini bukan masalah kecil seperti yang kukira, hal-hal yang bisa diselesaikan dengan sedikit persekutuan. Aku merasa malu mendengar apa yang disampaikan semua orang. Tindakan mereka sebagai pemimpin dan pekerja palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata disingkapkan di hadapanku, satu demi satu. Aku tercengang. Mereka penuh dengan masalah, bahkan sampai memicu kemarahan orang lain, tetapi aku sama sekali tidak sadar. Apa yang sedang kulakukan dalam tugasku? Bukankah ini adalah kegagalan yang serius bagiku sebagai seorang pemimpin? Lalu akhirnya aku menenangkan diri untuk berdoa dan merenungkan masalahku.

Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Pemimpin palsu tidak melakukan pekerjaan nyata. Mereka juga tidak pernah pergi dan memeriksa, mengawasi, atau mengarahkan berbagai spesialisasi pekerjaan, atau melakukan kunjungan yang tepat waktu ke berbagai kelompok untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, memeriksa kemajuan pekerjaan, masalah apa yang masih ada, apakah pengawas kelompok mampu melakukan pekerjaan mereka atau tidak; bagaimana saudara-saudari bereaksi terhadap pengawas tersebut, apa yang saudara-saudari pikirkan tentang dia, apakah ada yang disembunyikan oleh pemimpin kelompok atau pengawas; apakah ada orang yang mengejar kebenaran atau berbakat yang sedang diremehkan atau dikucilkan oleh orang lain, apakah ada orang jujur yang ditindas; apakah orang yang menyingkapkan dan melaporkan pemimpin palsu sedang ditekan dan dikendalikan, atau apakah, ketika orang mengajukan saran-saran yang benar, saran-saran ini dilakukan; dan apakah pemimpin atau pengawas kelompok tersebut adalah orang yang jahat, atau suka mempersulit orang. Jika para pemimpin palsu sama sekali tidak melakukan tugas-tugas ini, mereka harus diganti. Misalnya, katakanlah seseorang melapor kepada seorang pemimpin palsu bahwa ada seorang pengawas yang sering menekan dan mengendalikan orang; saudara-saudari memiliki pendapat tentang pengawas ini, tetapi tidak berani angkat bicara; pengawas tersebut mencari berbagai alasan untuk membela diri dan membenarkan dirinya sendiri, dan tidak pernah mengakui kesalahannya. Mengapa pengawas seperti ini tidak segera diganti? Namun, pemimpin palsu itu berkata, 'Ini adalah masalah tentang jalan masuk kehidupan orang. Dia terlalu congkak—semua orang yang berkualitas rendah itu congkak. Ini bukan masalah besar, aku hanya perlu bersekutu sedikit dengannya.' Selama persekutuan, pengawas tersebut berkata, 'Kuakui aku congkak, kuakui ada kalanya aku memikirkan reputasi dan statusku sendiri, tetapi orang lain tidak mahir dalam bidang pekerjaan ini, mereka sering kali mengajukan saran-saran yang tidak berguna, jadi ada alasan mengapa aku tidak mendengarkan mereka.' Pemimpin palsu tersebut tidak mampu memahami keseluruhan situasinya, dia tidak menyelidiki seberapa baik pengawas itu bekerja, apalagi menyelidiki seperti apa kemanusiaan, watak, dan pengejaran pengawas tersebut. Yang dia lakukan hanyalah berkata dengan enteng, 'Hal ini dilaporkan kepadaku, jadi aku akan mengawasimu. Aku akan memberimu kesempatan.' Setelah persekutuan itu, pengawas tersebut berkata dia mau bertobat, tetapi tentang apakah setelah itu dia memang benar-benar bertobat, atau hanya berbohong dan menipu, dan terus bekerja seperti yang dia lakukan sebelumnya, dan tentang seperti apa pekerjaan pengawas itu, pemimpin palsu tidak mengindahkan ataupun berusaha mencari tahu. ... Pemimpin palsu tersebut tidak mampu mengetahui bahwa pengawas itu sedang menipunya, mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan kepadanya. Dia tidak memperhatikan apa yang orang-orang di bawahnya laporkan tentang pengawas itu, dia tidak pergi ke sana untuk benar-benar melihat seberapa serius masalah orang ini, apakah masalah yang dilaporkan oleh orang-orang di bawahnya ada atau tidak, benar atau tidak, apakah orang itu harus diganti atau tidak; dia tidak mempertimbangkan masalah-masalah ini, melainkan hanya terus menundanya. Respons pemimpin palsu terhadap masalah-masalah ini sangat lamban, dia bertindak dan bergerak sangat lambat, dia terus berbohong, terus memberi orang kesempatan lagi, seolah-olah kesempatan yang dia berikan kepada orang-orang sangat berharga dan penting, seolah-olah kesempatan-kesempatan itu dapat mengubah nasib mereka. Tidaklah mungkin baginya untuk melihat natur dan esensi orang melalui apa yang diwujudkan dalam diri mereka, dan menilai jalan seperti apa yang sebenarnya ditempuh orang ini berdasarkan natur dan esensinya, serta melihat apakah seseorang layak atau tidak untuk menjadi pengawas berdasarkan jalan yang ditempuhnya. Dia tak mampu melihatnya dengan cara itu. Dia hanya memiliki dua kiat: mengajak orang mengobrol dan memberi mereka kesempatan lagi. Dapatkah ini dianggap melakukan pekerjaan? Para pemimpin palsu menganggap obrolan mereka dengan orang-orang, hal-hal remeh, kata-kata kosong, doktrin yang mereka ucapkan kepada orang-orang, sebagai hal yang sangat berharga dan penting. Mereka tidak menyadari bahwa pekerjaan Tuhan tidak hanya berbicara, tetapi juga menangani dan memangkas orang, menyingkapkan mereka, menghakimi mereka, dan dalam kasus-kasus serius, menguji dan memurnikan mereka, menghajar dan mendisiplinkan mereka; Tuhan tidak bekerja hanya dengan satu metode. Jadi, mengapa mereka begitu yakin pada diri mereka sendiri? Bisakah mereka meyakinkan orang dan membuat mereka berubah dengan mengucapkan sedikit doktrin dan mengulang-ulang beberapa slogan? Bagaimana mereka bisa begitu bodoh dan naif? Semudah itukah memperbaiki cara orang yang salah dalam melakukan segala sesuatu dan memperbaiki perilaku rusak orang? Semudah itukah menyelesaikan masalah watak rusak orang? Para pemimpin palsu terlalu bodoh dan dangkal! Tuhan tidak hanya menggunakan satu metode untuk menyelesaikan masalah kerusakan manusia, tetapi menggunakan banyak metode; Dia mengatur berbagai lingkungan untuk menyingkapkan orang dan menyempurnakan mereka. Cara kerja para pemimpin palsu terlalu sederhana: mereka mengajak orang mengobrol, melakukan sedikit pekerjaan yang bersifat ideologis, memberi orang sedikit nasihat, dan berpikir bahwa ini berarti sedang melakukan pekerjaan. Ini dangkal, bukan? Dan masalah apa yang tersembunyi di balik kedangkalan ini? Apakah kenaifan? Mereka sangat naif, sangat naif dalam pandangan mereka tentang orang. Tidak ada yang lebih sulit untuk diperbaiki selain watak manusia yang rusak. Seperti kata pepatah, 'Macan tutul tidak dapat mengubah bintiknya'. Para pemimpin palsu tidak memiliki wawasan tentang masalah-masalah ini. Berkenaan dengan jenis pengawas di gereja yang suka mempersulit orang, yang mengganggu pekerjaan gereja, yang selalu menahan orang, para pemimpin palsu tidak melakukan apa pun selain berbicara; menangani dan memangkas dengan mengucapkan beberapa kalimat, dan hanya itu saja. Mereka tidak cepat memindahkan atau mengganti orang. Demikian pula, cara para pemimpin palsu dalam melakukan segala sesuatu juga menyebabkan kerugian yang sangat besar pada pekerjaan gereja, dan sering kali menghalangi pekerjaan gereja sehingga tidak mengalami kemajuan secara normal, lancar, efektif, dan sering kali, karena gangguan orang jahat, menyebabkan penundaan dan kerugian, serta penangguhan—semua ini adalah konsekuensi negatif yang disebabkan oleh para pemimpin palsu yang tidak memakai orang dengan tepat. Di luarnya, para pemimpin palsu ini tidak dengan sengaja melakukan kejahatan seperti para antikristus, yang dengan sengaja membangun wilayah kekuasaan mereka sendiri dan menempuh jalan mereka sendiri. Namun, dalam lingkup pekerjaan mereka, para pemimpin palsu tidak mampu dengan cepat menyelesaikan berbagai masalah yang disebabkan oleh para pengawas, mereka tidak mampu segera memindahkan dan mengganti para pengawas yang memiliki kualitas di bawah standar, yang sangat merugikan pekerjaan gereja, dan semua ini juga disebabkan oleh kelalaian para pemimpin palsu" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (3)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca bagian ini rasanya seperti firman Tuhan sedang menghakimi dan menyingkapkanku secara pribadi. Ketika menerima laporan tentang pemimpin dan diaken itu, aku bersikap sembrono tentang hal itu. Aku tidak mau pergi memeriksa segala sesuatu atau menanganinya dengan segera. Kupikir meskipun mereka memiliki beberapa masalah, mereka mampu melakukan pekerjaan nyata, jadi aku bisa membantu mereka. Aku tidak berinisiatif untuk menyelesaikan masalah, dan kemudian aku sangat percaya diri dan berpegang teguh pada keyakinanku ketika mereka membuat laporan. Aku hanya memercayai penilaianku sendiri dan tidak mengindahkan apa yang orang lain katakan. Aku bahkan berpikir para penulis surat itu sedang membesar-besarkan masalah dan bersikap tidak adil. Aku tak hanya menyadari bahwa aku tidak melakukan pekerjaan nyata dan tidak peduli, tetapi aku bodoh dan congkak. Aku telah bersekutu dengan Saudari Xin dua bulan sebelumnya tentang masalah tidak melakukan pekerjaan nyata, dan dia telah menyatakan pertobatan. Aku merasa pekerjaanku sudah selesai, masalahnya telah diselesaikan. Namun sebenarnya, dari apa yang disampaikan semua orang, aku bisa melihat tidak ada perubahan. Air matanya palsu, tetapi aku sama sekali tidak mengenalinya. Aku ingin menunjukkan kebaikan, dan terus membantunya dan memberinya kesempatan. Dan Saudari Wang—dia selalu bersikap congkak dan temperamental, dan selalu ada yang melaporkan hal ini dari waktu ke waktu. Namun, kupikir itu adalah ungkapan kerusakan sesaat, dan tidak terlalu memperhatikan. Terkadang aku berbicara sedikit dengannya dan merasa pekerjaanku sudah selesai, bahwa dia pasti berubah setelahnya. Aku tidak mengenali esensinya berdasarkan hal-hal ini atau mencari cara menanganinya berdasarkan prinsip. Aku tidak memiliki kebenaran dan tidak mampu melihat segala sesuatu dengan jelas. Tuhan mengatur segala sesuatu sehingga laporan saudara-saudari akan memberiku kesempatan untuk mengenalinya, tetapi aku mengabaikan semua itu, tidak menyadari pekerjaan Tuhan dan tidak memercayai orang lain. Aku dengan keras kepala memercayai mataku sendiri. Ketika aku tidak menanganinya dengan benar, seorang pemimpin membantuku, menyuruhku untuk mengenalinya bersama orang lain untuk melengkapi kekuranganku. Namun, aku tidak melakukan hal itu, merasa takut hasilnya takkan baik. Aku sadar bahwa aku sudah benar-benar sangat congkak. Pemimpin dan diaken itu telah melakukan tugas mereka selama bertahun-tahun, tetapi mereka tetap tidak berubah setelah sedikit mendapat kritik dan pendisiplinan. Itu berarti mereka tidak mau menerima kebenaran. Apa gunanya memberi lebih banyak persekutuan dan bantuan? Aku dengan naif berpikir bahwa sedikit persekutuan lagi akan menyelesaikannya. Rupanya di hatiku, kupikir bantuan dan persekutuan yang kuberikan akan lebih bermanfaat daripada perkataan Tuhan sendiri, lebih daripada penghakiman, hajaran, dan pendisiplinan firman Tuhan. Itu sangat tidak masuk akal dan congkak. Itu memuakkan. Pada waktu itu, aku merasa, meskipun laporan itu adalah tentang masalah orang lain, itu juga menyingkapkan masalahku. Pemimpin dan pekerja palsu berada tepat di hadapanku, tetapi aku tidak melihat mereka atau menangani situasi tersebut. Ini menunda jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan menghambat pekerjaan rumah Tuhan. Aku bertindak persis seperti jenis pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata yang Tuhan singkapkan. Kecongkakanku mulai berkurang sedikit demi sedikit.

Berdasarkan kinerja mereka, kami yakin bahwa mereka adalah pemimpin dan pekerja palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata, dan memberhentikan mereka. Aku telah selesai menangani laporan itu, tetapi pengalaman itu terukir di hatiku seperti cap. Mengingat bagaimana pemimpin menegurku, mengatakan aku melindungi orang-orang itu, bahwa aku tidak mau menyingkapkan pemimpin dan pekerja palsu, aku merasa tidak nyaman hingga tak bisa kugambarkan. Aku sangat membenci diriku sendiri. Bagaimana bisa aku melakukan hal semacam itu? Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa dan mencari lagi, berkata, "Tuhan, aku sangat rusak. Aku tidak mampu melakukan tugasku seperti yang kautuntut. Aku tak berdaya selain melakukan hal-hal yang mengganggu. Tuhan, aku mau merenungkan diriku secara mendalam dan menyelesaikan masalahku menggunakan kebenaran, agar aku bisa bebas dari kerusakan dan menjalankan tugasku dengan baik. Kumohon bimbing dan cerahi aku." Setelah berdoa, aku teringat dengan apa yang kupikirkan ketika menerima surat itu, serta sikap dan perspektifku akan hal itu. Aku teringat betapa merasa diri penting, sombong, dan congkaknya diriku pada waktu itu. Aku membuat setiap penilaian dan keputusan seolah-olah aku memiliki mata yang melihat segalanya tanpa doa atau pencarian apapun. Aku tidak memiliki keraguan sedikit pun dalam menangani masalah ini dan tidak mengikuti perintah pemimpin. Aku merasa sepertinya aku melakukan hal-hal yang benar. Ini membuat sekujur tubuhku menggigil kedinginan. Bagaimana aku bisa begitu percaya diri, begitu sombong?

Beberapa bagian firman Tuhan muncul di benakku. Tuhan berfirman: "Jika engkau benar-benar memiliki kebenaran di dalam dirimu, jalan yang engkau tempuh akan secara alami menjadi jalan yang benar. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberitahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu untuk meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri, dan pada akhirnya duduk di tempat Tuhan dan memberi kesaksian bagi dirimu sendiri. Engkau akan mengubah ide, pemikiran, dan gagasanmu sendiri menjadi kebenaran yang harus disembah. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Gagasan manusia biasanya terlihat baik dan benar bagi manusia dan tampaknya seakan-akan tidak terlalu melanggar kebenaran. Manusia merasa bahwa melakukan hal-hal dengan cara sedemikian rupa berarti melakukan kebenaran; mereka merasa bahwa melakukan berbagai hal dengan cara tersebut berarti tunduk kepada Tuhan. Sebenarnya, mereka tidak benar-benar mencari Tuhan atau berdoa kepada Tuhan tentang hal itu, dan mereka tidak berusaha melakukannya dengan baik, sesuai dengan tuntutan Tuhan, demi memuaskan kehendak-Nya. Mereka tidak memiliki keadaan yang benar ini, mereka juga tidak memiliki kerinduan seperti itu. Inilah kesalahan terbesar yang manusia lakukan dalam penerapan mereka. Engkau percaya kepada Tuhan, tetapi engkau tidak menempatkan Tuhan dalam hatimu. Bagaimana bisa ini tidak disebut dosa? Bukankah engkau menipu diri sendiri? Apa dampak yang engkau akan tuai jika terus percaya dengan cara seperti ini? Dan lagi, bagaimana mungkin makna iman bisa diwujudkan?" ("Mencari Kehendak Tuhan adalah Agar Engkau Mampu Menerapkan Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku sudah tahu bagian-bagian ini dengan baik, tetapi ini sangat menyentuh bagiku waktu itu. Aku melihat keburukanku sendiri dengan sangat jelas lewat penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan. Saudara-saudari melaporkan pemimpin dan diaken itu, tetapi aku hanya meremehkannya. Aku merasa sepertinya aku mengenal mereka dan kemampuan mereka dalam bekerja, bahwa orang lain memiliki perspektif yang sempit, tetapi aku melihat gambaran besarnya. Kupikir melakukan segala sesuatu dengan caraku pasti adalah yang terbaik untuk pekerjaan kami. Pemimpin menyuruhku untuk menangani laporan itu secara transparan, tetapi menurutku, menanganinya secara terbuka akan menyebabkan orang lain berprasangka dan itu pasti merugikan pekerjaan gereja. Kupikir persekutuan dan bantuanku di balik layar adalah pendekatan yang paling bijaksana. Aku mempertahankan kepercayaan diri itu di sepanjang prosesnya. Aku yakin melakukan segala sesuatu dengan caraku adalah pendekatan terbaik. Aku sama sekali tidak berdoa atau mencari kehendak Tuhan, dan bahkan tidak menyadari bahwa ini adalah lingkungan yang Tuhan atur untuk mengingatkanku. Tuhan tidak punya tempat di hatiku. Kupikir aku memahami segalanya dan memiliki kebenaran, seolah-olah pendapat pribadiku bisa merepresentasikan pendapat Tuhan sendiri. Bukankah aku sedang menempatkan diriku pada posisi Tuhan, sama sekali mengabaikan Dia? Aku baru berada di posisi kepemimpinan beberapa bulan dan tidak memahami banyak kebenaran. Ini adalah pertama kalinya aku menangani surat laporan. Namun demikian, aku memiliki keyakinan penuh dalam pemikiran dan perspektifku sendiri. Aku mengabaikan prinsip-prinsip gereja yang jelas dalam menilai pemimpin palsu, hanya membuat penilaianku sendiri, mempertimbangkan mereka berdasarkan kesanku terhadap mereka dan beberapa pekerjaan lahiriah. Aku memperlakukan imajinasi pribadiku sebagai kebenaran, menolak mendengarkan firman Tuhan. Tak ada Tuhan di dalam hatiku—aku benar-benar congkak tanpa nalar. Kupikir aku mengenal orang-orang itu dengan baik, bahwa karena aku telah bersekutu dan membantu mereka, dan mereka telah mendapatkan sedikit pemahaman, kami bisa terus memakai mereka. Namun, masalah mereka telah dianalisis dan mereka pernah melihatnya sebelumnya, jadi kembali menyingkapkan mereka seperti itu berarti mereka belum bertobat dan berubah, bahwa mereka tidak benar-benar menerima kebenaran. Tuhan menyerang imajinasiku dengan fakta. Aku bahkan tidak memahami apa arti pengenalan diri atau pertobatan dan perubahan yang sejati. Kupikir aku melihat sesuatu dengan akurat, bahwa aku bisa melihat segala sesuatu dengan jelas. Memikirkan tentang kecongkakanku itu memuakkan dan memalukan. Tuhan adalah Tuhan atas ciptaan, perwujudan kebenaran. Dia memerintah atas segalanya dan melihat ke dalam hati dan pikiran kita, tetapi Dia sama sekali tidak congkak. Dia rendah hati dan indah. Namun,aku telah dirusak oleh Iblis hingga tidak memiliki keserupaan dengan manusia atau nalar yang benar. Aku jelas tidak berarti apa-apa, tetapi tetap congkak tanpa henti. Aku bertindak seperti badut, hidup dalam watak jahatku. Aku merasa muak dan jijik pada diriku sendiri pada waktu itu, dan juga bisa merasakan betapa kudusnya Tuhan. Tuhan telah lama melihat setiap penikiran dan perbuatanku, dan menggunakan surat laporan itu untuk menyingkapkan kecongkakanku, untuk memperlihatkan betapa cacat, tidak berprinsip, dan tidak mampunya aku menyelesaikan pekerjaan. Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan atas penghakiman dan hajaran-Nya yang membantuku mengenal diriku sendiri. Tanpa pemimpin langsung mengkritikku, siapa yang tahu seberapa jauh aku akan tersesat atau berapa banyak lagi tindakanku yang melanggar prinsip dan mengganggu pekerjaan gereja. Tuhan sedang memberiku kesempatan untuk bertobat dan berubah, dan itu adalah anugerah khusus-Nya. Aku bertekad untuk selalu belajar menyangkali diriku dalam tugasku, lebih banyak ke hadapan Tuhan untuk mencari, dan bekerja sesuai prinsip.

Aku membaca satu bagian firman Tuhan yang membantuku memahami konsekuensi menangani laporan dengan cara itu dan beberapa prinsip untuk menangani masalah. Tuhan berfirman: "Engkau adalah seorang pemimpin. Apa arti menjadi seorang pemimpin? Itu berarti membimbing orang untuk memetik pelajaran mereka, untuk benar-benar belajar dari orang, peristiwa, dan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, benar-benar mengalami firman Tuhan, dan benar-benar mengetahui yang sebenarnya mengenai orang-orang dan segala sesuatu. Begitu ditemukan di dalam dirimu kualitas seorang pemimpin atau pekerja, begitu ditemukan di dalam dirimu kualitas atau kondisi yang dengannya orang-orang diberi makan oleh rumah Tuhan, maka engkau harus mulai memimpin, membimbing saudara-saudari untuk belajar bagaimana mengetahui yang sebenarnya mengenai berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mereka memperoleh pemahaman tentang kebenaran, tahu bagaimana bereaksi terhadap berbagai jenis orang yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, tahu bagaimana menerapkan kebenaran, dan bertindak dengan prinsip terhadap berbagai jenis orang. Semua ini adalah tanggung jawabmu. ... Terlebih penting lagi, sebagai seorang pemimpin atau pekerja, engkau harus bersyukur kepada Tuhan karena telah memberimu kesempatan seperti itu, memampukanmu untuk membimbing saudara-saudari dalam menangani orang, peristiwa, dan hal-hal ini bersama-sama, untuk memahami bagaimana, ketika orang, peristiwa, dan hal-hal ini terjadi, mereka harus mengenalinya, pelajaran apa yang harus mereka petik, gagasan, imajinasi, dan sudut pandang keliru apa yang mereka miliki terhadap berbagai jenis orang sebelum hal-hal ini terjadi, dan setelah mengalami hal-hal tertentu, pelajaran apa yang mereka petik, gagasan dan sudut pandang keliru apa yang diluruskan, memperoleh pemahaman yang murni tentang firman Tuhan, memahami bahwa hanya firman Tuhan yang adalah kebenaran, dan bagaimana firman ini digenapi. Pelajaran yang mereka petik haruslah bahwa mereka semakin mampu menerapkan firman Tuhan dalam cara mereka berperilaku terhadap orang lain, dan semakin tidak memihak dalam cara mereka memandang orang lain, dan mereka tidak mengandalkan penampilan luar dan imajinasi mereka sendiri. Mereka akan memandang orang dan hal-hal melalui firman Tuhan, mereka akan menggunakan firman Tuhan untuk menilai kemanusiaan seseorang dan apakah mereka benar-benar adalah orang yang mengejar kebenaran; mereka akan menggunakan firman Tuhan sebagai standar yang digunakan untuk menilai segala sesuatu, dan tidak mengandalkan apa yang mereka lihat, rasakan, pikirkan, atau bayangkan. Hanya setelah mereka memetik pelajaran ini barulah pekerjaan seorang pemimpin atau pekerja telah mencapai target yang diinginkan, dan tanggung jawab ini telah dipenuhi. Setelah engkau memenuhi tanggung jawabmu, saudara-saudari akan mendapatkan manfaat ini. Jika engkau telah melewati banyak hal, tetapi tak mampu membimbing saudara-saudari untuk memetik pelajaran, dan tak mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai berbagai jenis orang, peristiwa, dan hal-hal, itu berarti engkau buta, mati rasa, tak berakal. Ketika hal-hal ini terjadi padamu, engkau bukan saja bergumul dalam menanganinya, bukan saja tak mampu menanggung pekerjaan ini, tetapi engkau juga memengaruhi bagaimana saudara-saudari mengalami hal-hal ini. Jika yang kaulakukan hanyalah memengaruhi bagaimana saudara-saudari mengalami hal-hal ini, maka masalahnya tidak terlalu serius; tetapi jika engkau tidak menanganinya dengan benar, jika engkau gagal dalam pekerjaanmu, tidak mengatakan apa yang seharusnya kaukatakan, tidak mempersekutukan firman kebenaran yang seharusnya kaupersekutukan, tidak mengatakan apa pun yang bermanfaat atau mendidik kerohanian orang; jika, ketika orang, peristiwa, dan hal-hal yang mengganggu dan mengacaukan ini muncul, banyak orang bukan hanya tak mampu menerima pemahaman dari Tuhan, bukan hanya tak mampu secara aktif bereaksi terhadap hal-hal ini dan memetik pelajaran darinya, melainkan semakin memiliki banyak gagasan tentang Tuhan, semakin bersikap waspada terhadap Tuhan, dan semakin tidak percaya dan curiga terhadap Tuhan, maka dalam hal ini, bukankah engkau sudah gagal memenuhi tanggung jawabmu sebagai pemimpin atau pekerja? Engkau belum melaksanakan pekerjaan gereja dengan benar, engkau belum menyelesaikan amanat yang Tuhan percayakan kepadamu, engkau belum memenuhi tanggung jawab seorang pemimpin atau pekerja, engkau belum memimpin saudara-saudari menjauh dari kekuasaan Iblis; mereka masih hidup dalam watak yang rusak, di tengah pencobaan Iblis. Bukankah engkau sedang merugikan orang? Ketika engkau diangkat menjadi pemimpin atau pekerja, engkau harus memenuhi tanggung jawab yang telah Tuhan percayakan kepadamu, engkau harus memimpin saudara-saudari ke hadapan Tuhan, memampukan mereka untuk memperlengkapi diri dengan firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran serta meningkatkan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Jika engkau belum melakukan hal-hal ini—jika, ketika sesuatu terjadi pada mereka, saudara-saudari malah semakin bersikap waspada terhadap Tuhan, dan semakin salah paham tentang Tuhan, serta hubungan mereka dengan Tuhan menjadi semakin tegang dan kontradiktif—bukankah itu berarti engkau telah memfasilitasi kejahatan? Bukankah ini perbuatan jahat? Engkau bukan hanya gagal membantu saudara-saudari memperoleh jalan masuk yang positif dan memetik pelajaran, tetapi engkau juga telah membawa mereka semakin jauh dari Tuhan. Apakah ini masalah serius? (Ya.)" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (20)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan langsung menghunjam hatiku, seolah Dia sedang menyingkap dan menganalisis diriku secara langsung. Buta, mati rasa, tidak berakal—itulah diriku. Para pemimpin dan diaken membutuhkan pengawasan saudara-saudari, jadi ketika seseorang melaporkan mereka, sebagai seorang pemimpin, aku seharusnya membimbing orang lain dalam mencari bersama-sama untuk memetik pelajaran, dan tahu bagaimana memperlakukan mereka dengan cara yang berprinsip. Namun, bagaimana sikapku terhadap laporan itu? Aku meremehkannya dan diikuti dengan kepasifan. Aku tidak berniat untuk mencari kebenaran. Aku hanya memikirkan bagaimana aku akan menanganinya tanpa memikirkan apa kehendak Tuhan, tindakan apa yang berarti benar-benar melakukan tugasku. Perkataan "Engkau adalah seorang pemimpin", "tanggung jawabmu", "merugikan orang", dan "memfasilitasi kejahatan" benar-benar menghunjam hatiku. Aku harus bertanya pada diriku sendiri: sebagai seorang pemimpin, apa yang telah kulakukan? Aku tidak menggunakan surat laporan itu untuk mencari kebenaran dengan orang lain, untuk mengenali dan memetik pelajaran, dan bahkan tidak mau orang lain mengetahui tentang hal itu. Aku merasa mereka memiliki terlalu banyak masalah untuk diperlihatkan di hadapan semua orang. Tak seorang pun yang mau mendengarkan mereka lagi, lalu bagaimana kita bisa menyelesaikan pekerjaan? Mengingatnya sekarang, aku dapat memahami bahwa perspektifku absurd. Masalah pemimpin apa yang tidak bisa dibawa ke hadapan semua orang untuk diskusi terbuka? Entah saat ini mereka berada di posisi itu atau mereka telah diberhentikan, masalah apa pun yang mereka miliki, entah mereka layak untuk tetap melayani sebagai pemimpin atau diaken atau tidak, rumah Tuhan memiliki prinsip-prinsipnya Asalkan kita bersekutu dengan jelas tentang hal ini, saudara-saudari tentu saja akan mencapai suatu kesimpulan. Apa gunanya bagiku untuk melindungi mereka? Bukankah aku dengan sengaja berusaha menyembunyikan masalah pribadi mereka agar orang lain tidak mengetahuinya? Sebenarnya, aku sedang melindungi dan memanjakan para pemimpin dan diaken. Membawa laporan itu kepada semua orang untuk diskusi terbuka akan melengkapi kekuranganku, sehingga aku bisa belajar lebih banyak kebenaran dan mengenali, serta memahami prinsip-prinsip tugasku. Awalnya aku tidak memahami mengapa aku perlu melakukan hal itu, dan benar-benar tidak bisa menyetujuinya. Aku tidak memahami tuntutan dari pemimpin itu. Sekarang akhirnya aku memahami betapa pentingnya penerapan semacam itu. Sangat penting bagi kita semua untuk memahami kebenaran dan mengenali. Merenungkan diriku sendiri, sebagai pemimpin, aku tidak berinisiatif untuk menindaklanjuti pekerjaan pemimpin dan diaken, atau menemukan dan menangani masalah ketika orang lain melaporkan masalah. Dan aku bertindak berdasarkan gagasan dan kecongkakanku, mengesampingkan masalah ini. Ini bukan hanya tidak melakukan pekerjaan nyata, tetapi sebenarnya aku sedang melindungi para pemimpin dan pekerja palsu. Saudara-saudari mengerahkan keberanian mereka untuk menerapkan kebenaran dan membuat laporan itu, tetapi aku hanya menyembunyikannya tanpa sepatah kata pun. Mereka melihat laporan mereka tentang masalah pemimpin dan diaken tidak ditindaklanjuti, di mana pemimpin dan diaken yang bermasalah bisa terus berada di posisinya melakukan kejahatan, maka kelak mereka pasti tidak berani melaporkan masalah. Mereka pasti akan berpikir bahwa kami, yang disebut pemimpin itu seperti pejabat, semuanya saling melindungi, dan pasti berpikir bahwa kebenaran tidak berkuasa di rumah Tuhan. Aku menyembunyikan kebenaran, menghalangi orang agar tidak menerapkan kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja. Aku tidak sedang memimpin orang lain untuk masuk ke dalam kebenaran, tidak mendorong mereka untuk menerapkan kebenaran, atau membawa mereka ke hadapan Tuhan, tetapi aku menyembunyikan kebenaran, mematahkan semangat mereka untuk menerapkan kebenaran, membuat mereka takut untuk menerapkan kebenaran atau berdiri dan menyingkapkan masalah para pemimpin. Hal ini menyebabkan orang salah paham kepada Tuhan dan rumah Tuhan. Bukankah aku sedang membawa orang menjauh dari Tuhan, ke jalan yang jahat meninggalkan Tuhan? Makin kupikirkan, makin aku merasa sepertinya aku sedang mengganggu dan menyebabkan kerugian besar. Bagaimana aku bisa begitu bodoh? Bukankah itu yang selalu dilakukan oleh seorang pemimpin palsu yang sebenarnya? Mengingat kritik pemimpin terhadapku, aku tahu di hatiku bahwa menyebutku pemimpin palsu, antikristus, berarti menyingkapkan natur dan esensiku, watak jahatku. Aku congkak dan tidak memiliki prinsip dalam tugasku. Aku melindungi pemimpin dan pekerja palsu, menahan jalan masuk kehidupan saudara-saudari dan merugikan pekerjaan rumah Tuhan. Jika pemimpin tidak menyingkapkanku tepat waktu, Aku pasti terus menyembunyikan laporan orang lain, melindungi para pemimpin dan diaken yang tidak melakukan pekerjaan nyata. Mengingat lingkungan yang Tuhan atur, menyingkapkanku seperti itu sebenarnya menyelamatkanku. Itu untuk mentahirkan dan mengubah kerusakan dalam diriku. Jika aku tidak ditangani seperti itu, aku pasti tidak akan melihat betapa seriusnya kecongkakanku. Jika kita melakukan segala sesuatu dengan cara kita sendiri, tidak mencari prinsip kebenaran dalam tugas kita atau tidak memiliki hati yang menghormati Tuhan, kita sangat mungkin tersandung dan jatuh. Ketika menyadari hal itu, aku bersyukur dari lubuk hatiku atas penghakiman dan penyingkapan Tuhan, dan memanjatkan doa dalam hati, siap untuk bertobat, menyangkali diriku sendiri untuk menerapkan kebenaran, dan mengikuti prinsip-prinsip dalam tugasku.

Tak lama setelah itu, secara tiba-tiba, seorang saudari di gereja menyampaikan beberapa masalah tentang Saudari Xiao, seorang pemimpin. Dia melakukan sesuatu tanpa berdiskusi dengan orang lain, tanpa prinsip. Ketika mendengar tentang perilaku semacam itu, kupikir, aku baru saja mempromosikannya menjadi pemimpin dan dia baru dilatih selama dua bulan, dan pada waktu itu dia dikagumi oleh saudara-saudari lainnya. Mereka mengatakan dia sungguh-sungguh dalam tugasnya, dan aku merasa dia melakukan tugasnya dengan baik dan menyelesaikan pekerjaan nyatanya. Apakah masalah Saudari Xiao merupakan masalah penting? Apakah dia membutuhkan lebih banyak toleransi, lebih banyak bantuan? Aku sulit percaya bahwa Saudari Xiao akan tersingkap begitu cepat sebagai pemimpin palsu. Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Dalam pengalaman hidupmu, setiap masalah harus diselidiki. Semua masalah harus direnungkan secara menyeluruh sesuai dengan firman Tuhan dan kebenaran sehingga engkau tahu bagaimana menanganinya dengan cara yang sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal-hal yang berasal dari keinginan dirimu sendiri kemudian bisa ditinggalkan. Engkau akan tahu cara melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kemudian akan pergi dan melakukannya; itu akan terasa seolah-olah semuanya berjalan secara alami, dan itu akan tampak sangat mudah. Inilah cara orang-orang yang memiliki kebenaran melakukan segala sesuatu. Setelah itu barulah engkau dapat benar-benar menunjukkan kepada orang lain bahwa watakmu telah berubah, dan mereka akan melihat bahwa engkau benar-benar telah melakukan beberapa perbuatan baik, bahwa engkau bertindak sesuai prinsip, dan engkau melakukan segalanya dengan benar. Inilah orang yang memahami kebenaran dan yang benar-benar memiliki keserupaan dengan manusia. Sungguh benar bahwa firman Tuhan telah menuai hasil dalam diri manusia" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan sangat jelas tentang prinsip-prinsip yang harus diterapkan. Kita seharusnya tidak bertindak menurut keinginan kita sendiri, tetapi mencari kebenaran, dan memandang segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan, menangani segala sesuatu dan menyelesaikan masalah sesuai dengan prinsip. Itulah arti mengikuti kehendak Tuhan. Aku telah melihat penilaian terhadap Saudari Xiao dan sesekali mendiskusikan tugasnya bersama dia, tetapi aku tidak banyak berhubungan dengannya dan tidak mengenalnya dengan baik. Karena seseorang membuat laporan, aku harus menganggapnya serius dan mendapatkan pemahaman terperinci tentangnya, mengenali berdasarkan firman Tuhan dan menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip. Aku tidak boleh secara membabi buta mengikuti penilaianku sendiri. Aku meminta beberapa saudara-saudari yang mengenal Saudari Xiao dengan baik untuk menuliskan beberapa evaluasi, dan ketika aku membaca baris demi baris yang menjelaskan bagaimana dia tidak melakukan pekerjaan nyata, aku kembali dipermalukan. Dia selalu memberiku perasaan bahwa dia cukup praktis, tetapi kenyataannya, dia memerintah orang-orang dalam tugasnya. Dia sama sekali tidak pragmatis, atau menyelesaikan masalah nyata dan dia selalu hanya melaporkan keberhasilannya. Kupikir dia mampu melakukan pekerjaan nyata, tetapi faktanya benar-benar membuka mataku, dan aku merasa seperti telah ditipu. Pada waktu itu, aku melihat jati diriku yang sesungguhnya. Aku sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran dan tidak mampu mengenali orang. Kecongkakan dalam diriku berkurang sebelum aku menyadarinya. Aku teringat firman Tuhan: "... membimbing saudara-saudari untuk belajar bagaimana mengetahui yang sebenarnya mengenai berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mereka memperoleh pemahaman tentang kebenaran, tahu bagaimana bereaksi terhadap berbagai jenis orang yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, tahu bagaimana menerapkan kebenaran, dan bertindak dengan prinsip terhadap berbagai jenis orang. Semua ini adalah tanggung jawabmu" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (20)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku teringat hasil positif yang diperoleh saat terakhir kali aku melakukan penerapan seperti ini. Aku tahu kita harus mencari kebenaran bersama-sama ketika saudara-saudari menghadapi masalah, dan memetik pelajaran yang nyata. Kemudian, kami mendiskusikan perilaku Saudari Xiao dalam pertemuan seluruh gereja dan semua orang setuju, berdasarkan firman Tuhan, dia adalah pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata. Sebelumnya, beberapa saudara-saudari mengira dia cukup cakap, tetapi mereka memahami melalui persekutuan bagaimana menilai kelayakan seseorang untuk melayani sebagai pemimpin. Mereka memahami bahwa terlihat antusias dan sibuk bukanlah standar untuk menilai seorang pemimpin, tetapi apakah mereka melakukan pekerjaan nyata dan mampu menyelesaikan masalah gereja yang nyata atau tidak. Kami juga membicarakan beberapa perilakunya yang sebenarnya dan menghubungkannya dengan firman Tuhan untuk mempersekutukan watak dan esensinya, serta jalan yang dia tempuh. Sambil belajar mengenali, semua orang juga bisa menganggap itu sebagai peringatan. Melakukan hal itu benar-benar membuat hatiku tenang dan memberiku pemahaman yang lebih dalam tentang pekerjaan seperti apa yang harus dilakukan seorang pemimpin untuk benar-benar membimbing dan membantu saudara-saudari.

Akhir-akhir ini, saudara-saudari melaporkan berbagai macam masalah pemimpin kepadaku. Beberapa dari mereka adalah orang yang kukenal sampai taraf tertentu, tetapi aku tidak berani mengandalkan pemahamanku untuk menilai mereka secara sewenang-wenang, bersikap kurang ajar seperti sebelumnya, dengan congkak dan keras kepala menempuh jalanku sendiri. Aku memiliki sikap yang jauh lebih baik dan lebih rendah hati. Dan ketika masalah muncul, aku tidak sembrono dan percaya diri seperti sebelumnya, tetapi mampu memperoleh pemahaman nyata dan mendiskusikannya dengan orang lain, serta secara sadar bertindak sesuai firman Tuhan dan prinsip-prinsip. Tanpa ditangani oleh pemimpin dan dihakimi oleh firman Tuhan, aku pasti tidak pernah melihat kecongkakanku sendiri, dan aku pasti tidak pernah menyangkali diriku sendiri. Aku pasti belum menyadari pentingnya mencari kebenaran dan mengikuti prinsip dalam segala sesuatu sebagai seorang pemimpin. Ditangani seperti ini benar-benar sangat bermanfaat bagi hidupku. Syukur kepadaTuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Konsekuensi Mengejar Kenyamanan

Oleh Saudari Ling Shuang, Spanyol Tugasku di gereja adalah membuat efek spesial. Selama produksi, ketika aku menghadapi proyek yang agak...