Mengapa Melibatkan Tipu Daya Saat Melayani Tuhan?
Hu Qing Kota Suzhou, Provinsi Anhui Saat saya melihat Firman Tuhan berkata: "Mereka yang melayani sebagai pemimpin ingin memiliki...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Dahulu, aku hanya mengerjakan satu bagian dari pekerjaan di gereja, dan beban kerjanya tidak berat dan ini relatif mudah, jadi aku merasa bahwa melaksanakan tugas dengan cara ini cukup baik. Kemudian, aku terpilih sebagai seorang pengawas penginjilan. Aku melihat bahwa saudari yang bekerja bersamaku memiliki banyak tugas untuk ditindaklanjuti setiap hari. Dia harus menyampaikan persekutuan tepat waktu untuk menyelesaikan masalah atau keadaan dan kesulitan saudara-saudari ketika itu ditemukan membina para penginjil, merangkum pekerjaan secara berkala,, dan sebagainya. Jadwal hariannya benar-benar penuh. Melihatnya saja sudah membuatku merasa lelah secara mental. "Apakah ini akan menjadi keadaan tugasku kelak? Dengan begitu banyaknya tugas-tugas terperinci bukankah pikiranku akan harus terus bekerja setiap hari? Selain itu, ketika masalah muncul, aku harus mencari kebenaran untuk menyelesaikannya dengan segera. Namun, jalan masuk kehidupanku dangkal, dan aku kekurangan kebenaran tentang pemberitaan Injil. Untuk melaksanakan tugas ini, aku tidak tahu berapa banyak penderitaan yang harus ditanggung dagingku!" Aku merasakan banyak tekanan, dan memiliki sedikit antusiasme untuk secara aktif bekerja sama dengan pekerjaan selanjutnya.
Suatu malam setelah menyelesaikan pekerjaan, hatiku terasa hampa dan mudah tersinggung tanpa sebab yang jelas. Memikirkan tentang kesulitan dan masalah yang akan kuhadapi dalam pekerjaan selanjutnya. Aku merasa sangat tertekan dan depresi. Aku menyadari bahwa keadaanku tidak benar, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Oh Tuhan, hatiku tidak bisa tenang, aku merasa tertekan dan jengkel, dan keadaanku tidak normal. Oh Tuhan, aku berdoa agar Engkau menuntunku keluar dari keadaan ini. Amin!" Setelah berdoa, aku membuka buku firman Tuhan dan membaca firman Tuhan ini: "Jika orang selalu mencari kenyamanan dan kebahagiaan fisik, jika mereka selalu mengejar kebahagiaan dan kenyamanan fisik, dan tidak mau menderita, maka bahkan sedikit penderitaan fisik, menderita sedikit lebih banyak daripada orang lain, atau merasa sedikit lebih banyak bekerja daripada biasanya, akan membuat mereka merasa tertekan. Ini adalah salah satu penyebab perasaan tertekan. Jika orang tidak mempermasalahkan sedikit penderitaan fisik, dan mereka tidak mengejar kenyamanan fisik, melainkan mengejar kebenaran dan berusaha melaksanakan tugas mereka untuk memuaskan Tuhan, mereka tidak akan sering merasakan penderitaan fisik. Meskipun terkadang mereka merasa sedikit sibuk, lelah, atau jenuh, setelah tidur mereka akan bangun dengan perasaan yang lebih baik, dan kemudian melanjutkan pekerjaan mereka. Fokus mereka akan tertuju pada tugas dan pekerjaan mereka; mereka tidak akan menganggap sedikit kelelahan fisik sebagai masalah yang signifikan. Namun, ketika masalah muncul dalam pemikiran orang dan mereka selalu mengejar kenyamanan fisik, setiap kali tubuh fisik mereka sedikit diperlakukan tidak adil atau tidak dapat menemukan kepuasan, emosi-emosi negatif tertentu akan muncul dalam diri mereka. Jadi, mengapa orang semacam ini, yang selalu ingin berbuat sekehendak hatinya, memanjakan dagingnya, dan menikmati hidup, sering mendapati dirinya terperangkap dalam emosi negatif perasaan tertekan setiap kali mereka merasa tidak puas? (Itu karena mereka mengejar kenyamanan dan kesenangan fisik.) Itulah yang terjadi pada sebagian orang" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). "Di tengah masyarakat, siapakah orang yang tidak melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya? Mereka adalah orang yang suka menganggur, orang bodoh, pemalas, penjahat, dan orang yang malas bekerja—orang-orang semacam itu. Mereka tidak ingin mempelajari keterampilan atau kemampuan baru, dan mereka tidak ingin mengejar karier yang serius atau mencari pekerjaan agar dapat bertahan hidup. Mereka adalah orang yang suka menganggur dan orang yang malas bekerja di tengah masyarakat. Mereka menyusup ke dalam gereja, dan kemudian mereka ingin mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma, dan mendapatkan bagian berkat. Mereka adalah para oportunis. Para oportunis ini tidak pernah mau melaksanakan tugas mereka. Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan keinginan mereka, bahkan sedikit pun, mereka merasa tertekan. Mereka selalu ingin hidup bebas, mereka tidak ingin melakukan pekerjaan apa pun, tetapi mereka tetap ingin makan makanan enak dan mengenakan pakaian bagus, dan makan apa pun yang mereka mau dan tidur kapan pun mereka mau. Mereka berpikir ketika hari seperti ini datang, itu pasti akan indah. Mereka tidak ingin menanggung kesukaran sedikit pun dan mereka menginginkan kehidupan yang menyenangkan. Orang-orang ini bahkan menganggap hidup itu melelahkan; mereka dibelenggu oleh emosi-emosi negatif. Mereka sering merasa lelah dan bingung karena tidak dapat berbuat sekehendak hatinya. Mereka tidak ingin melakukan pekerjaan mereka atau menangani urusan mereka dengan semestinya. Mereka tidak mau berfokus pada suatu pekerjaan dan melakukannya terus-menerus dari awal hingga akhir, tidak mau memperlakukannya sebagai pekerjaan dan tugas mereka sendiri, sebagai kewajiban dan tanggung jawab mereka; mereka tidak ingin menyelesaikannya dan memperoleh hasil, atau melakukannya dengan standar terbaik. Mereka tidak pernah berpikir dengan cara seperti itu. Mereka hanya ingin bersikap asal-asalan dan menggunakan tugas mereka sebagai sarana untuk mencari nafkah. Ketika mereka menghadapi sedikit tekanan atau kendali tertentu, atau ketika mereka dituntut untuk memenuhi standar yang sedikit lebih tinggi, atau diminta memikul sedikit tanggung jawab, mereka merasa tidak nyaman dan tertekan. Emosi-emosi negatif ini muncul dalam diri mereka, hidup terasa melelahkan bagi mereka, dan mereka menderita" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). Merenungkan Firman Tuhan membuatku merasa sangat sedih dan tertekan. Aku memahami bahwa di mata Tuhan, mereka yang selalu mencari kenyamanan dalam tugas dan jatuh ke dalam keadaan tertekan ketika sedikit menderita adalah orang yang tidak melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya dan orang yang memanfaatkan kesempatan yang telah menyusup ke dalam rumah Tuhan. Merenungkan keadaanku dan apa yang telah kuwujudkan selama periode ini, aku menyadari bahwa akulah tepatnya jenis orang yang Tuhan singkapkan. Aku belum secara resmi melaksanakan sebuah tugas, aku hanya melihat saudari yang bekerja bersamaku memiliki banyak tugas untuk ditangani. Dia harus berusaha keras, berpikir keras dan memeras otaknya setiap hari, dan dia juga harus mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan keadaan dan masalah saudara-saudari. Aku merasa terganggu karena semua ini tampak sangat menyibukkan dan melelahkan. Ketika aku berpikir tentang bagaimana aku akan harus bertanggung jawab untuk tugas-tugas terperinci ini sendiri, aku merasa tertekan dan depresi, serta tidak ingin memikul beban ini. Namun, aku tahu bahwa menyebarkan Injil Kerajaan Tuhan adalah maksud Tuhan yang mendesak, dan mereka yang memiliki hati nurani dan nalar untuk mengejar kebenaran semuanya memikirkan maksud Tuhan, sebenarnya menangggung penderitaan dan membayar harga, serta melakukan bagian mereka untuk itu. Sekarang setelah aku menerima tugas ini, aku harus memikirkan bagaimana melakukan pekerjaan ini secepat mungkin, seperti membina orang, menyelesaikan keadaan dan kesulitan mereka, menyelesaikan masalah dan memperbaiki penyimpangan dalam pekerjaan, dan sebagainya. Ini adalah tugas-tugas yang belum pernah kutemui sebelumnya, jadi aku harus mulai memahami dan membiasakan diriku dengannya sedikit demi sedikit. Namun, aku tidak memiliki penerapan-penerapan positif itu, dan sepanjang hari aku khawatir bahwa dagingku akan lebih menderita, membuatku jatuh ke dalam keadaan tertekan. Aku benar-benar tidak melakukan pekerjaanku dengan semestinya! Pemikiran-pemikiran ini membuatku merasa sangat bersalah, jadi aku datang kepada Tuhan untuk berdoa, memohon agar Tuhan memberiku rasa terbeban dan tekad untuk menanggung penderitaan agar aku mampu melakukan pekerjaan ini.
Awalnya, aku cukup aktif, membiasakan diriku dengan berbagai prinsip dan memperlengkapi diriku dengan kebenaran tentang pemberitaaan Injil untuk menyelesaikan masalah. Meskipun ini sulit, dengan berdoa dan mengandalkan Tuhan, aku dapat memperoleh beberapa hal, dan setiap hari merasa cukup dipuaskan. Namun, setelah beberapa waktu, aku mendapati bahwa tugas-tugas terperinci itu lebih banyak daripada yang kuperkirakan. Ketika tiba waktunya untuk merangkum pekerjaan, aku melihat ada begitu banyak masalah yang perlu diselesaikan, dan aku merasa kewalahan. Contohnya, para penginjil tidak memahami prinsip-prinsip tugas mereka, mereka tidak tahu cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh calon penerima Injil, beberapa orang memiliki keadaan yang buruk, dan sebagainya. Menyelesaikan semua masalah ini satu per satu melalui persekutuan akan membutuhkan banyak pemikiran. Selain itu, pengalamanku hanya sedikit, dan menemukan prinsip-prinsip yang relevan untuk menyelesaikan masalah-masalah ini dan mencari tahu bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan calon penerima Injil dengan efektif membutuhkan banyak pemikiran! Aku merasakan tekanan yang luar biasa, dan saat menatap kosong ke komputer, aku hanya bisa berpikir, "Setiap masalah yang muncul di kemudian hari akan membutuhkan pertimbangan menyeluruh dan biaya untuk menyelesaikan. Tugas ini terlalu sulit bagiku. Aku hanya ingin menjadi sekadar pengikut. Dapatkah aku hanya berfokus pada pemberitaan Injil dan melakukan tugas yang lebih sederhana?" Selama waktu itu, setiap pagi ketika membuka mataku, aku merasa kewalahan dengan banyaknya pekerjaan untuk ditangani, dan bahkan dalam mimpiku, aku sedang bersekutu untuk menyelesaikan masalah. Perlahan-lahan, aku merasa makin lelah dalam tugasku, benar-benar sangat letih, dan emosi negatif yang menekan menjadi makin parah. Setiap hari, aku berharap tugas dan masalah makin berkurang sehingga aku tidak terlalu lelah. Aku menghabiskan beberapa hari berturut-turut dalam kebingungan, hanya memaksa diriku untuk melaksanakan tugasku. Hatiku hanya memiliki sedikit rasa terbeban, dan aku terus menunda masalah-masalah yang perlu penyelesaian. Ketika memeriksa pekerjaan, aku tidak dapat mengidentifikasi masalah apa pun; otakku terasa seperti sebuah balok kayu, dan efisiensi kerjaku benar-benar sangat rendah. Bahkan berdoa serta makan dan minum firman Tuhan tidak memberikan pencerahan atau terang, dan hatiku terasa sangat gelap. Saudara-saudari juga memperhatikan ada masalah dengan keadaanku dan bertanya, "Ada apa dengan keadaanmu hari-hari ini? Kau terus mengantuk dan tidak begitu aktif selama bersekutu dalam perkumpulan." Mendengar perkataan mereka, aku merasa makin tertekan, dan aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa berakhir seperti ini. Apakah aku telah kehilangan pekerjaan Roh Kudus? Apakah Tuhan mengesampingkanku dan mengabaikanku? Kemudian, melalui pencarian, akhirnya aku mulai mendapatkan beberapa pemahaman tentang keadaanku.
Aku membaca firman Tuhan ini: "Memiliki emosi negatif membuktikan bahwa ada masalah, dan jika ada masalah, engkau harus menyelesaikannya. Selalu ada cara dan jalan untuk menyelesaikan masalah yang harus diselesaikan—semua masalah pasti dapat diselesaikan. Itu tergantung pada apakah engkau mampu menghadapi masalah tersebut dan apakah engkau mau menyelesaikannya atau tidak. Jika engkau mau, maka tidak ada masalah yang terlalu sulit untuk diselesaikan. Jika engkau datang ke hadapan Tuhan dan mencari kebenaran di dalam firman-Nya, engkau akan mampu menyelesaikan setiap kesulitan. Namun, kekesalan, depresi, perasaan putus asa dan perasaan tertekanmu bukan saja tidak dapat menolongmu menyelesaikan masalahmu, melainkan, itu bisa menyebabkan masalahmu menjadi jauh lebih serius dan menjadi makin parah. Percayakah engkau semua akan hal ini? (Ya.)" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (1)"). "Akhirnya, ada sesuatu yang ingin Kukatakan kepadamu: jangan biarkan emosi kecil atau emosi sederhana yang tak berarti menjeratmu seumur hidupmu hingga memengaruhimu dalam memperoleh keselamatan dan menghancurkan harapanmu untuk diselamatkan, mengerti? (Ya.) Emosimu ini bukan saja negatif, lebih tepatnya, itu benar-benar menentang Tuhan dan kebenaran. Engkau mungkin menganggap ini adalah emosi yang ada dalam kemanusiaan yang normal, tetapi di mata Tuhan, ini bukan hanya masalah emosi yang sederhana, melainkan sebuah metode untuk menentang Tuhan. Ini adalah metode yang ditandai dengan emosi negatif yang orang gunakan untuk menentang Tuhan, firman Tuhan dan kebenaran. Oleh karena itu, Kuharap, dengan berasumsi bahwa engkau ingin mengejar kebenaran, engkau akan memeriksa dirimu secara menyeluruh untuk melihat apakah engkau sedang berpaut pada emosi negatif ini dan dengan bodoh dan keras kepala menentang dan melawan Tuhan. Jika engkau telah menemukan jawabannya lewat pemeriksaan dirimu, jika engkau telah menyadari dan mencapai kesadaran yang murni, maka Aku memintamu untuk terlebih dahulu melepaskan emosi-emosi ini. Jangan menghargainya atau berpaut padanya, karena itu akan menghancurkanmu, itu akan menghancurkan tempat tujuanmu, dan akan menghancurkan kesempatanmu serta harapan yang kaumiliki dalam mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (1)"). Tuhan berfirman dengan sangat jelas. Emosi negatif mungkin tampak seperti sebuah masalah kecil, tetapi itu sangat memengaruhi pengejaran seseorang akan kebenaran dan pemenuhan tugas mereka. Dahulu kupikir bahwa semua orang mengalami emosi negatif, bahwa ini adalah hanyalah perwujudan pemikiran dan ide-ide dalam lingkungan tertentu, dan bahwa ini bukanlah masalah besar. Jadi, ketika aku melihat bahwa penyingkapan emosi negatif oleh Tuhan dapat membuat seseorang menentang kebenaran dan Tuhan, dan dapat menghancurkan kesempatan mereka untuk diselamatkan, aku tidak memiliki banyak pengalaman atau pemahaman yang nyata di hatiku. Merenungkan apa yang telah kuwujudkan selama waktu ini, aku mulai merasa tergerak. Ketika aku melihat banyaknya jumlah pekerjaan dan betapa banyaknya proyek-proyek itu, kupikir bahwa memenuhi tugas ini akan membawa penderitaan dan kelelahan pada dagingku, dan aku merasa tertekan dan depresi, tidak mampu merasa lepas. Ketika aku benar-benar menindaklanjuti tugas ini, aku menemukan di sana terdapat banyak tugas-tugas spesifik untuk ditangani, dan ada banyak masalah yang perlu diselesaikan melalui mempersekutukan kebenaran. Namun, aku kurang pengalaman dalam pekerjaan ini, dan kupikir bahwa agar dapat menangani setiap tugas dengan baik, dagingku harus menderita. Ini membuatku merasa sangat tertekan, dengan emosi negatif yang terus-menerus muncul ke permukaan. Setiap hari aku hanya memaksa diriku sendiri untuk melaksanakan tugasku, dan aku tidak memiliki rasa terbeban yang nyata dalam hatiku. Aku memedulikan daging, tenggelam dalam perasaan tertekan, serta lemah dan pasif dalam tugasku. Pada dasarnya, inilah caraku melampiaskan ketidakpuasanku dan menjadi tidak taat pada lingkungan yang diatur oleh Tuhan. Ini menentang kebenaran dan Tuhan, dan melawan Tuhan. Tuhan memeriksa lubuk hati orang dan sikapku terhadap tugasku telah membuat Tuhan membenciku. Aku telah kehilangan pekerjaan Roh Kudus dalam tugasku. Ini adalah watak benar Tuhan yang menimpaku. Kesadaran ini membuatku takut, dan aku tahu aku harus mengatasi emosi negatifku sesegera mungkin.
Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Apa sebenarnya tujuanmu, jika engkau tidak menerima kebenaran—apalagi menerapkan kebenaran—dan hanya menjalaninya tanpa tujuan di rumah Tuhan? Apa kauingin menjadikan rumah Tuhan sebagai rumah pensiunmu, atau rumah sedekah? Jika demikian, engkau keliru—rumah Tuhan tidak mengurus para pendompleng, orang-orang tak berguna. Siapa pun yang memiliki kemanusiaan yang buruk, yang tidak melaksanakan tugasnya dengan senang hati, yang tidak layak untuk melaksanakan suatu tugas, semuanya harus dikeluarkan; semua pengikut yang bukan orang percaya yang sama sekali tidak menerima kebenaran harus disingkirkan. Ada orang-orang yang memahami kebenaran, tetapi tidak mampu menerapkannya dalam pelaksanaan tugas mereka. Ketika mereka melihat masalah, mereka tidak menyelesaikannya, dan sekalipun mereka tahu bahwa itu adalah tanggung jawab mereka, mereka tidak mengerahkan semua kemampuan mereka. Jika engkau bahkan tidak melaksanakan tanggung jawab yang mampu kaulakukan, lalu nilai atau efek apa yang mungkin terjadi dengan engkau melaksanakan tugasmu? Apakah ada maknanya, percaya kepada Tuhan dengan cara ini? Orang yang memahami kebenaran, tetapi tidak dapat menerapkannya, yang tidak dapat menanggung kesulitan yang seharusnya mereka tanggung—orang seperti itu tidak layak untuk melakukan suatu tugas. Ada orang-orang yang melaksanakan tugas sebenarnya melakukannya hanya untuk diberi makan. Mereka adalah pengemis. Mereka berpikir bahwa jika mereka melakukan beberapa tugas di rumah Tuhan, tempat tinggal dan makanan mereka akan diurus, bahwa mereka akan dipelihara tanpa perlu mencari pekerjaan. Adakah transaksi semacam itu? Rumah Tuhan tidak menyediakan kebutuhan para pemalas. Jika orang yang tidak sedikit pun menerapkan kebenaran, dan yang selalu bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasnya, berkata bahwa dia percaya kepada Tuhan, akankah Tuhan mengakui orang itu? Semua orang semacam itu adalah pengikut yang bukan orang percaya dan, di mata Tuhan, mereka adalah para pelaku kejahatan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Orang Setidaknya Harus Memiliki Hati Nurani dan Nalar"). "Sekarang ini, engkau tidak percaya pada firman yang Kuucapkan, dan engkau tidak menghiraukannya; ketika tiba saatnya pekerjaan ini disebarluaskan, dan engkau menyaksikan seluruhnya, engkau akan menyesal, dan saat itulah engkau akan tercengang. Ada berbagai berkat, tetapi engkau tidak tahu cara menikmatinya, dan ada kebenaran, tetapi engkau tidak mengejarnya. Bukankah engkau menghina dirimu sendiri? Sekarang ini, sekalipun langkah pekerjaan Tuhan berikutnya belum dimulai, tidak ada tambahan apa pun tentang tuntutan yang diminta darimu dan apa yang harus kauhidupi. Ada begitu banyak pekerjaan dan begitu banyak kebenaran; apakah semua itu tidak layak engkau ketahui? Apakah hajaran dan penghakiman tidak mampu membangkitkan rohmu? Apakah hajaran dan penghakiman tidak mampu membuatmu membenci diri sendiri? Apakah engkau puas hidup di bawah pengaruh Iblis, dengan kedamaian dan sukacita, dan sedikit kenyamanan daging? Bukankah engkau yang paling hina dari semua orang? Tidak ada yang lebih bodoh selain mereka yang telah melihat keselamatan tetapi tidak berupaya mendapatkannya; mereka inilah orang-orang menikmati daging mereka sendiri dan menikmati Iblis. Engkau berharap bahwa imanmu kepada Tuhan tidak akan mendatangkan tantangan atau kesengsaraan, ataupun kesulitan sekecil apa pun. Engkau selalu mengejar hal-hal yang tidak berharga, dan tidak menghargai hidup, melainkan menempatkan pikiran yang terlalu muluk-muluk di atas kebenaran. Engkau sungguh tidak berharga!" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku merasa sangat dihakimi. Tuhan membenci mereka yang terus-menerus mencari kenyamanan dan kesenangan daging. Orang-orang semacam ini tidak mampu menanggung penderitaan atau membayar harga dalam tugas mereka, dan tidak mungkin bagi mereka untuk memenuhi tanggung jawab mereka atau dengan tulus mengorbankan dirinya sendiri untuk Tuhan. Aku selalu mengejar kehidupan yang penuh kenyamanan daging, aku hidup berdasarkan racun Iblis "Isi harimu dengan kesenangan karena hidup ini singkat", "Nikmatilah kesenangan sekarang pada hari ini, dan khawatirkan hari esok pada hari selanjutnya", dan "Layanilah dirimu sendiri saat kau masih hidup". Aku percaya bahwa hidup di dunia ini penuh masalah dan kesedihan, dan bahwa orang seharusnya tidak mempersulit dirinya sendiri, tetapi mestinya belajar untuk menikmati hidup serta memperlakukan dirinya sendiri dengan baik. Setelah percaya kepada Tuhan, aku tahu bahwa mengejar kebenaran dan melaksanakan tugas adalah jalan yang benar dalam kehidupan, dan bahwa untuk memperoleh kebenaran, orang harus menanggung penderitaan dan membayar harga. Namun, ketika aku terpilih sebagai pengawas dan dibutuhkan untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab, pemikiran tentang harus lebih banyak menderita untuk melaksanakan tugas dengan baik, dan tidak dapat menjalani kehidupan yang nyaman dan mudah, membuatku merasa tertekan dan depresi. Ketika melihat beban kerja yang bertambah, aku menjadi tidak puas, bersikap menentang, dan selalu mengeluh, bahkan menunda menyelesaikan masalah yang mampu kuselesaikan. Aku menyadari bahwa diriku tepat seperti jenis orang yang diungkapkan Tuhan seseorang yang tidak mau melaksanakan tugas-tugasnya, pendompleng, orang tidak berguna yang mencintai kemudahan dan membenci pekerjaan. Aku teringat tentang betapa banyaknya saudara-saudari yang memberitakan Injil yang menanggung perlakuan kejam dan penghinaan dari orang-orang beragama, serta penganiayaan dan penangkapan oleh si naga merah yang sangat besar, dan bahkan menghadapi risiko kehilangan nyawa mereka. Beberapa dari mereka mengerahkan upaya untuk memperlengkapi diri mereka dengan kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah calon penerima Injil, berkali-kali menyampaikan persekutuan untuk meluruskan gagasan orang-orang beragama. Sesulit apa pun itu, mereka tidak mundur atau menyerah, bersedia memikirkan maksud Tuhan dan memberitakan Injil ke lebih banyak orang. Inilah yang seharusnya dilakukan orang-orang yang benar-benar memiliki kemanusiaan. Aku lalu melihat ke diriku sendiri, aku sangat malas dan tidak menghormati tugasku, seolah-olah dijadikan pengawas adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk mempersulitku, dan aku hanya ingin bebas dari penderitaan atau kerja keras dan mendompleng di rumah Tuhan serta hidup tanpa tujuan sepanjang hari. Seseorang sepertiku dengan kemanusiaan seperti ini tidak layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Aku benar-benar egois dan hina! Kenyataannya, Tuhan memberikan beban kepada tiap-tiap orang berdasarkan tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya, menggunakan tugas mereka untuk memperbaiki kekurangan dan membantu mereka memperoleh kebenaran. Saat mengingat kembali ketika pertama kali aku memulai tugas ini, aku menghadapi kesulitan dan masalah dalam pekerjaan, dan dengan berdoa serta mengandalkan Tuhan untuk mencari pinsip-prinsip kebenaran, aku memperoleh beberapa hasil. Kemudian, ketika para pekerja penginjilan memiliki masalah dengan keadaan atau pekerjaan mereka, melalui persekutuan dengan mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah ini, aku juga membuat beberapa kemajuan, yang merupakan sesuatu yang tidak bisa didapatkan dalam sebuah lingkungan yang nyaman. Namun, di bawah pengaruh racun Iblis, aku mengejar hal-hal yang tidak berguna dan hina, selalu berpikir untuk menghindari tugasku demi mellindungi kepentingan dagingku, hidup dalam emosi negatif dan menentang Tuhan. Aku benar-benar memberontak dan tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah! Jika aku terus hidup untuk daging, aku pasti akan menghancurkan kesempatanku untuk memperoleh kebenaran melalui melaksanakan tugasku. Ketika menyadari ini, aku merasa sangat bersalah dan menyesal, dan sambil menangis aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku salah. Sikapku terhadap tugasku telah membuat-Mu merasa jijik dan kecewa. Aku telah gagal mencapai maksud-Mu. Tuhan, aku tidak mau lagi memberontak terhadap-Mu, dan aku ingin memberontak terhadap dagingku dan mengambil tanggung jawab ini."
Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Semua orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan mereka dengan semestinya, mereka semua bersedia untuk melaksanakan tugas mereka, mampu memikul suatu pekerjaan dan melakukannya dengan baik sesuai dengan kualitas mereka dan aturan rumah Tuhan. Tentu saja, mungkin sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan seperti ini pada awalnya. Engkau mungkin merasa lelah secara fisik dan mental. Namun, jika engkau benar-benar memiliki tekad untuk bekerja sama dan kesediaan untuk menjadi orang yang normal dan baik, dan ingin memperoleh keselamatan, engkau harus membayar sedikit harga dan mengizinkan Tuhan untuk mendisiplinkan dirimu. Ketika engkau merasa sangat ingin bersikap seenaknya, engkau harus memberontak terhadap keinginan itu dan melepaskannya, secara berangsur mengurangi sikap seenaknya dan keinginan egoismu. Engkau harus mencari pertolongan Tuhan dalam hal-hal penting, pada saat-saat penting, dan dalam tugas-tugas penting. Jika engkau benar-benar bertekad, mohonlah kepada Tuhan agar Dia menghajar dan mendisiplinkanmu, serta mencerahkanmu sehingga engkau mampu memahami kebenaran, sehingga dengan demikian engkau akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Jika engkau sudah benar-benar bertekad, dan engkau berdoa kepada Tuhan di hadirat-Nya serta memohon kepada-Nya, Tuhan akan bertindak. Dia akan mengubah keadaan dan pemikiranmu. Jika Roh Kudus sedikit saja bekerja dalam dirimu, sedikit saja menggerakkanmu, sedikit saja mencerahkanmu, hatimu akan berubah, dan keadaanmu akan berubah. ... Jika engkau dapat mengalami perubahan seperti itu, rumah Tuhan akan menerimamu untuk tetap tinggal, melaksanakan tugasmu, menyelesaikan misimu, dan menyelesaikan sepenuhnya pekerjaan yang saat ini kaumiliki. Tentu saja, orang yang memiliki emosi-emosi negatif ini hanya bisa ditolong dengan hati yang penuh kasih. Jika seseorang terus-menerus menolak untuk menerima kebenaran dan tetap tidak bertobat meskipun diingatkan berulang kali, kita harus mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Namun, jika seseorang benar-benar ingin berubah, berbalik, bertobat, kita harus dengan hangat menyambutnya untuk tetap tinggal. Asalkan dia benar-benar bersedia untuk tinggal dan mengubah perilaku dan cara hidupnya yang sebelumnya, dan mampu secara berangsur-angsur mengalami perubahan sembari melaksanakan tugasnya, dan asalkan makin lama melaksanakan tugasnya dia menjadi makin baik dalam tugasnya tersebut, maka kita harus menerima orang-orang semacam itu untuk tetap tinggal dan berharap bahwa mereka akan terus membaik. Ungkapkan juga kepadanya bahwa harapan terbesar kita baginya adalah dia akan mampu keluar dari emosi negatifnya, agar dia tidak lagi terjerat atau dikendalikan oleh emosi negatifnya, dan agar dia mampu melaksanakan pekerjaannya dengan semestinya, dan agar dia menempuh jalan yang benar, bertindak dan menjalani hidup sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh orang yang normal berdasarkan tuntutan Tuhan, dan dengan teguh melaksanakan tugasnya di rumah Tuhan berdasarkan tuntutan-Nya, tidak lagi hidup tanpa tujuan. Kita mengharapkannya memiliki masa depan yang penuh harapan, dan tidak akan lagi berbuat sekehendak hatinya, atau hanya menyibukkan diri dengan mencari kesenangan dan kenikmatan fisik, melainkan lebih memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, jalan yang ditempuh dalam hidupnya, dan hidup dalam kemanusiaan yang normal. Kita dengan sepenuh hati mengharapkannya agar dapat hidup bahagia, bebas, dan lepas di rumah Tuhan, mengalami kedamaian dan sukacita setiap hari, dan merasakan kehangatan serta kenikmatan dalam kehidupan mereka di sini. Bukankah ini adalah harapan yang terbesar? (Ya.)" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (5)"). Melihat upaya-upaya Tuhan untuk mempertahankan dan kehendak-Nya untuk mereka yang terperangkap dalam keadaan tertekan, aku merasakan kehangatan dan sangat terharu serta termotivasi. Tuhan berharap agar aku dapat berperilaku berdasarkan tuntutan-Nya, hidup dalam kemanusiaan yang normal, melakukan pekerjaanku dengan semestinya, dan memenuhi tugasku berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Aku juga menyadari bahwa untuk menjadi seseorang dengan kemanusiaan dan menempuh jalan yang benar dalam hidup, orang harus memiliki tekad untuk mengejar hal-hal positif, secara sadar memberontak terhadap daging ketika menghadapi kesulitan dan masalah dalam melaksanakan tugas mereka, dan benar-benar membayar harga untuk menyelesaikan masalah, dengan demikian memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa. Selain itu, sebelum melaksanakan tugas mereka setiap hari, orang seharusnya berdoa kepada Tuhan dengan hati yang tulus dan menerima pemeriksaan-Nya. Ketika aku mendapati diriku ingin menikmati kenyamanan daging dan mengabaikan tugasku, aku harus memohon kepada Tuhan untuk menegur dan mendisiplinkanku dan berusaha keras untuk melaksanakan tugasku dengan segenap hati dan kekuatan. Hanya dengan hidup seperti ini barulah aku akan memiliki keserupaan dengan manusia. Setelah memahami hal-hal ini, aku ingin melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan dan masuk ke dalamnya. Sejak saat itu, dalam setiap tugas yang aku terlibat di dalamnya, aku menyerahkannya kepada dan mengandalkan Tuhan. Aku benar-benar membayar harga dengan mencari informasi, berdoa, dan mencari, merenungkan cara bersekutu untuk mencapai hasil yang baik. Ketika menghadapi hal-hal yang tidak kupahami atau tidak dapat ditangani, aku berkomunikasi dengan saudara-saudariku. Masalah yang muncul dalam tugasku secara berangsur mulai terselesaikan. Meskipun beban kerja dalam tugasku sama seperti sebelumnya, aku tidak lagi merasa tertekan, tetapi menganggap bahwa menginvestasikan upaya dan membayar harga untuk melaksanakan tugasku dengan baik lebih bermanfaat. Aku juga merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam hatiku, serta mengumpulkan beberapa keterampilan nyata dalam pekerjaanku. Aku merasa bahwa hidup berdasarkan firman Tuhan benar-benar luar biasa, dan bahwa aku sedang menjalani kehidupan yang berharga dan bermartabat!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Hu Qing Kota Suzhou, Provinsi Anhui Saat saya melihat Firman Tuhan berkata: "Mereka yang melayani sebagai pemimpin ingin memiliki...
Oleh Saudari Si Ai, ItaliaAku bermitra dengan beberapa orang di gereja untuk melakukan pekerjaan desain grafis. Suatu hari, pemimpin...
Oleh Saudara Li Jun, TiongkokAku lahir di keluarga petani. Ketika kecil, aku kehilangan orangtuaku, jadi aku dan kakakku harus bergantung...
Oleh Saudara Zhi Jian, Tiongkok Aku adalah rekan sekerja di sebuah gereja rumah. Suatu hari pada tahun 2000, pemimpin tingkat atas...