Belajar Menjadi Saksi yang Lebih Baik

29 Januari 2022

Oleh Saudari Mo Ran, Tiongkok

Juni tahun lalu, aku terpilih sebagai diaken penyiraman, dan bertanggung jawab untuk menyirami mereka yang baru saja menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Kupikir, "Tuhan meninggikanku dengan tugas yang begitu penting, jadi aku harus melakukan tugasku dengan baik dan membalas kasih Tuhan." Awalnya, aku mengalami banyak kesulitan dengan pekerjaan itu. Beberapa saudara-saudari sibuk dengan pekerjaan dan tidak menghadiri pertemuan secara teratur, beberapa orang ditipu oleh dunia keagamaan dan fitnah PKT, dan enggan menghadiri pertemuan, sebagian lainnya pasif dan lemah karena dihalangi oleh keluarganya dan tidak bisa melaksanakan tugasnya. Aku merasakan banyak tekanan ketika memikirkan hal-hal ini. Untuk menyirami saudara-saudari ini dengan baik, agar dapat memahami kebenaran dan membangun dasar di jalan yang benar, banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Selama waktu itu, aku berdoa, mengandalkan Tuhan, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan mereka. Setelah beberapa waktu, kebanyakan dari mereka menghadiri pertemuan secara normal, dan sebagian dari mereka belajar arti melaksanakan tugas, jadi mereka mengambil tugas. Ketika aku melihat hasil ini, aku merasa senang, Aku tak bisa tidak menghargai diriku sendiri. "Aku pasti mahir dalam pekerjaan ini. Jika tidak, bagaimana aku bisa mencapai hasil yang sebaik itu?" Setelah itu, ketika mendengar saudara-saudari membicarakan keadaan dan kesulitan mereka, tanpa sadar aku mulai pamer bahwa aku lebih baik dan lebih berpengalaman daripada mereka.

Suatu ketika, di suatu pertemuan dengan beberapa saudari yang baru saja memulai tugas penyiraman, mereka menyebutkan bahwa beberapa pendatang baru menghadapi penindasan dan penangkapan yang gila-gilaan dari PKT, dan merasa negatif, lemah, segan, dan takut. Para saudari ini tidak tahu bagaimana bersekutu untuk menyelesaikan hal ini. Kupikir, karena aku baru saja menyelesaikan masalah ini dan mencapai beberapa hasil, ini adalah kesempatan yang baik untuk memberi tahu mereka bagaimana aku mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan hal-hal ini dan memperlihatkan kepada mereka bahwa akulah yang paling memahami kebenaran dan merupakan pekerja yang paling cakap. Jadi, aku berkata dengan percaya diri, "Baru-baru ini, aku menyirami beberapa saudara-saudari yang berada dalam keadaan yang sama. Aku merasa sangat cemas pada waktu itu, jadi untuk menyirami mereka dengan baik, aku mengadakan banyak pertemuan untuk mereka, dan membacakan firman Tuhan serta mempersekutukan kebenaran yang ditujukan pada keadaan mereka. Aku harus bolak-balik mengendarai sepeda lebih dari 50 kilometer. Setelah menyirami mereka selama beberapa waktu, mereka memperoleh sedikit pengetahuan tentang pekerjaan, kemahakuasaan, dan hikmat Tuhan, mereka memahami bagaimana Tuhan memakai si naga merah yang sangat besar sebagai kontras dalam pekerjaan-Nya, dan mereka memiliki keyakinan di dalam Tuhan. Mereka tidak lagi merasa dibatasi oleh penganiayaan PKT, dan bahkan ingin mengabarkan Injil untuk bersaksi tentang pekerjaan Tuhan ...." Saat aku bersekutu, para saudari memperhatikanku seakan-akan mereka terpesona. Aku merasakan kepuasan, dan merasa lebih bersemangat saat berbicara. Ketika aku selesai, seorang saudari berkata dengan penuh semangat, "Dengan semua pengalamanmu, kau dapat melihat masalah dengan jelas. Aku pasti akan sangat bingung." Saudari lainnya berkata dengan iri, "Menyelesaikan masalah ini sangat mudah bagimu. Jika kau memiliki pengalaman bagus lainnya, silakan bersekutu dengan kami agar dapat belajar darimu." Aku merasa senang ketika mendengar pujian mereka. Meskipun kukatakan hasil pekerjaanku murni adalah bimbingan Tuhan, dan bukan upayaku sendiri, dalam hati, aku merasa telah menderita dan membayar harga untuk hasil ini. Setelah itu, aku makin suka pamer.

Di satu pertemuan, seorang saudari merasa negatif karena tugas penyiramannya tidak membuahkan hasil yang baik, dan dia berbicara tentang banyak kesulitan. Kupikir, "Jika aku berbicara tentang memiliki kesulitan dan kekurangan yang sama, bukankah orang lain akan meremehkanku? Aku bertanggung jawab atas pekerjaannya, jadi aku akan menceritakan tentang pengalaman suksesku, dan memperlihatkan kepada mereka bagaimana mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah ketika aku menghadapi berbagai masalah dan kesulitan ini. Dengan begitu, aku bisa menyelesaikan masalah mereka sekaligus membuat mereka makin mengagumiku." Setelah memikirkan hal ini, aku menghindari membicarakan kelemahan dan kekuranganku dan malah membual kepada mereka tentang betapa efektifnya diriku dalam tugasku. Aku berkata, "Selama periode ini, aku menyirami dan menyokong lima saudara-saudari. Beberapa memiliki gagasan agamawi, beberapa menginginkan uang dan tidak menghadiri pertemuan secara normal, dan ada yang lemah dan negatif karena masalah di rumah. Aku menemui mereka satu per satu, mengatasi beberapa kesulitan, mencari banyak firman Tuhan, dan bersekutu dengan masing-masing mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah ini, sampai mereka memahami kebenaran, melepaskan gagasan mereka, menghadiri pertemuan secara teratur, dan dengan rela melaksanakan tugas. Ada satu saudara, seorang profesional yang berbakat, yang jarang datang ke pertemuan karena mengejar status dan ketenaran duniawi. Aku mengalami banyak kesulitan dalam proses menyokongnya, tetapi aku mengandalkan Tuhan, membacakan firman Tuhan kepadanya, dan mempersekutukan kehendak Tuhan. Ini membantunya memahami nilai mengejar kebenaran bagi orang yang percaya kepada Tuhan, dan memungkinkannya untuk menyadari bahwa mengejar reputasi dan status adalah hampa, dan bahwa hanya dengan mengikut Tuhan barulah dia dapat memperoleh kebenaran dan hidup serta diselamatkan oleh Tuhan, jadi dia juga mau mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasnya." Setelah persekutuanku, aku melihat kekaguman dan pemujaan di wajah para saudariku, dan mereka menuliskan bagian-bagian firman Tuhan dalam persekutuanku. Seorang saudari berseru, "Kau menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah mereka, membantu mereka memahami kehendak Tuhan, mengikut Tuhan, dan melaksanakan tugas mereka. Kau tak mampu melakukan hal itu jika kau tidak memiliki kenyataan kebenaran." Saudari lainnya berkata dengan kagum, "Jika aku menghadapi masalah-masalah ini, aku takkan mampu menyelesaikannya. Kau memiliki lebih banyak pengalaman, jadi kau lebih baik dalam menyelesaikan masalah ini daripada kami." Aku juga merasakannya pada waktu itu. Setelah pembicaraan kami, salah satu saudari merasa sedikit negatif, karena dia merasa kualitasnya rendah, dan dia tidak mampu menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah para pendatang baru. Kupikir, "Apakah aku terlalu banyak membicarakan pengalaman suksesku? Masalah yang mereka hadapi sederhana bagiku dan mudah bagiku untuk menyelesaikannya. Jadi mereka merasa tidak mampu dan menghormatiku, dan mengandalkanku untuk menyelesaikan semua masalah mereka." Aku memikirkan tentang bahaya mengagumi dan dikagumi. Namun kemudian kupikir, "Aku memberi tahu mereka tentang pengalaman nyataku sendiri, jadi itu seharusnya tidak masalah." Pada saat itu, aku tidak merenungkan diriku sendiri, dan masalah itu berlalu. Kemudian, aku bertemu dua saudari yang menyirami untuk menanyakan pekerjaan mereka. Begitu aku tiba, salah satunya berkata dengan penuh semangat, "Syukurlah kau berada di sini. Kami memiliki beberapa saudara-saudari di sini dengan masalah yang kami tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Sekarang setelah kau berada di sini, kami dapat menanyakanmu tentang semua itu." Tatapan penuh harap di matanya membuatku senang sekaligus khawatir. Bersemangat karena dia menghormatiku, tetapi khawatir karena aku penasaran apakah selalu membicarakan bagaimana aku mencapai hasil dalam pekerjaanku telah membuatnya mengagumiku. Pemikiranku yang selanjutnya adalah, "Aku selalu membicarakan kesuksesanku dengan mereka untuk memberi mereka jalan penerapan, yang melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Selain itu, aku hanya membicarakan pengalamanku yang sebenarnya, aku tidak melebih-lebihkan." Jadi, aku kembali mempersekutukan pengalaman suksesku. Mereka bereaksi dengan kekaguman dan rasa iri seperti biasanya, dan aku merasa senang.

Setelah itu, di setiap pertemuan, aku membicarakan betapa aku menderita dan membayar harga dalam tugasku, caraku mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, dan setiap contoh suksesku. Lambat laun, semua saudara-saudariku mulai memujaku, mereka menungguku untuk menyelesaikan semua masalah mereka, dan aku sangat menikmati perasaan dihormati dan dipuja. Dalam perjalanan pulang dari pertemuan, aku teringat bagaimana ekspresi kekaguman dan penghargaan saudara-saudariku, dan mau tak mau merasa gembira. Setelah waktu yang singkat dalam tugasku, aku dikagumi dan dibanggakan oleh begitu banyak orang, dan pikiran itu memenuhiku dengan kekuatan dan motivasi dalam tugas-tugasku. Namun, saat aku tenggelam dalam sukacita karena dipuja, aku menghadapi pemangkasan dan penanganan yang tidak terduga.

Suatu hari, pemimpin gereja menemuiku dan berkata, "Aku meminta saudara-saudari untuk mengevaluasimu dalam pemilihan gereja ini, dan semua orang berkata kau suka pamer." Mendengar hal itu, wajahku langsung memerah karena malu. Kupikir, "Bagaimana mereka semua bisa berkata aku suka pamer? Apa yang pemimpin pikirkan tentang diriku? Bagaimana aku bisa memperlihatkan wajahku kepada orang?" Aku segera menjelaskan, "Kuakui aku cukup congkak, dan terkadang tanpa sadar pamer, tetapi aku tidak pamer dengan sengaja. Aku hanya memberikan penjelasan yang sebenarnya tentang pengalaman dan pengetahuanku sendiri." Pemimpinku melihatku tidak mengenal diriku sendiri, dan berkata, "Kau membicarakan pengalamanmu sendiri, tetapi mengapa saudara-saudari menghormatimu dan mengandalkanmu bukannya mengandalkan Tuhan dan mencari kebenaran? Kau berkata tidak sengaja pamer, tetapi mengapa kau tidak membicarakan kerusakan, kekurangan, kenegatifan, kelemahan, atau isi hatimu yang sebenarnya? Kau hanya membicarakan yang baik-baik, bukan kerusakan atau kelemahanmu sendiri. Ini memberi kesan bahwa kau mengejar kebenaran dan tahu bagaimana mengalaminya. Bukankah itu hanya meninggikan diri dan pamer?" Aku tidak punya jawaban atas apa yang disingkapkan dan dikritik oleh pemimpinku. Aku teringat bahwa aku biasanya hanya membicarakan pengalaman suksesku di pertemuan, tetapi tidak pernah membuka diri tentang penyimpangan dan kegagalanku dalam tugas. Aku benar-benar sedang pamer. Memikirkan bagaimana aku telah pamer di depan begitu banyak saudara-saudari, dan bagaimana mereka semua sekarang memiliki pemahaman tentang diriku, aku merasa sangat malu sehingga ingin bersembunyi ke bawah tanah. Makin kupikirkan, makin aku merasa sedih, dan tak mampu menahan diri untuk tidak menangis. Aku berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku tak mau pamer lagi. Kumohon bimbing aku sehingga aku bisa merenung dan mengenal diriku sendiri."

Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan, "Meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri, memamerkan diri, berusaha membuat orang kagum terhadap mereka—umat manusia yang rusak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah cara orang bereaksi secara naluriah ketika mereka dikuasai oleh natur Iblis dalam diri mereka, dan ini umum dilakukan oleh semua manusia yang rusak. Bagaimana biasanya orang meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Bagaimana mereka mencapai tujuan ini? Salah satu cara adalah dengan bersaksi tentang berapa banyak mereka telah menderita, berapa banyak pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan berapa banyak mereka telah mengorbankan diri. Mereka membicarakan hal-hal ini sebagai wujud modal pribadi. Artinya, mereka menggunakan hal-hal ini sebagai modal yang melaluinya mereka meninggikan diri mereka sendiri, yang memberikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi, lebih mantap, lebih aman di dalam pikiran orang, sehingga lebih banyak orang menghargai, mengagumi, menghormati, dan bahkan memuja, mengidolakan, dan mengikuti mereka. Itulah tujuan utamanya. Apakah hal-hal yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan ini—yaitu semua tindakan meninggikan diri dan bersaksi tentang diri mereka sendiri ini—masuk akal? Tidak. Semua itu di luar cakupan rasionalitas. Orang-orang ini tidak punya rasa malu: mereka tanpa malu-malu memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lakukan bagi Tuhan dan berapa banyak mereka telah menderita bagi Dia. Mereka bahkan memamerkan karunia, talenta, pengalaman, dan keterampilan khusus mereka, atau teknik-teknik cerdas mereka berperilaku dan cara-cara yang mereka gunakan untuk mempermainkan orang. Metode mereka untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri adalah dengan memamerkan diri dan menganggap rendah orang lain. Mereka juga menyembunyikan dan menyamarkan diri mereka, menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan kegagalan mereka dari orang-orang sehingga orang-orang hanya bisa melihat kehebatan mereka. Mereka bahkan tidak berani untuk menceritakan kepada orang lain ketika mereka merasa negatif; mereka tidak berani untuk terbuka dan bersekutu dengan orang lain, dan ketika mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan upaya terbaik untuk menyembunyikan dan menutupinya. Tidak pernah mereka menyebutkan kerusakan yang mereka timbulkan terhadap rumah Tuhan selama pelaksanaan tugas mereka. Namun, ketika mereka membuat kontribusi kecil atau memperoleh sedikit keberhasilan kecil, mereka segera memamerkannya. Mereka tidak sabar ingin segera memberi tahu seluruh dunia tentang betapa mampunya mereka, betapa tingginya kualitas mereka, betapa istimewanya mereka, dan betapa mereka jauh lebih baik daripada orang normal. Bukankah ini suatu cara untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Apakah meninggikan dan bersaksi tentang dirimu sendiri berada dalam batas kemanusiaan yang normal? Tidak. Jadi ketika orang melakukan hal ini, watak apa yang biasanya terungkap? Watak congkak adalah salah satu perwujudan utamanya, diikuti dengan kecurangan, yang termasuk di dalamnya melakukan apa pun yang memungkinkan untuk membuat orang lain menjunjung tinggi mereka. Kisah-kisah mereka sepenuhnya tanpa cela; kata-kata mereka jelas mengandung motivasi dan rencana licik, dan mereka telah menemukan cara untuk menyembunyikan fakta bahwa mereka sedang pamer, tetapi hasil dari perkataan mereka adalah membuat orang tetap merasa bahwa mereka lebih baik daripada orang lain, bahwa tidak ada yang dapat menandingi mereka, bahwa semua orang lain lebih rendah daripada mereka. Dan bukankah hasil ini diperoleh melalui cara-cara licik? Watak apa yang menjadi inti dari cara-cara semacam itu? Dan apakah ada unsur-unsur kejahatan? Ini adalah sejenis watak jahat" ("Mereka Menipu dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Apa yang firman Tuhan singkapkan menyentuh hatiku. Bukankah perilakuku justru pamer dan bersaksi tentang diri sendiri seperti yang disingkapkan dalam firman Tuhan? Aku sadar bahwa ketika melaksanakan tugasku, aku hanya membicarakan penderitaanku sendiri dan keberhasilan hasil tugasku. Di pertemuan, saudara-saudariku menyebutkan masalah yang mereka tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, tetapi aku tidak mempersekutukan kebenaran, membantu mereka memahami kehendak Tuhan, dan memberitahu mereka untuk mengandalkan Tuhan dalam tugas-tugas mereka. Sebaliknya, aku bersaksi tentang penderitaan dan kemampuanku menyelesaikan masalah. Aku selalu membicarakan sejauh mana aku telah berjalan dan harga yang kubayar untuk menyirami orang. Aku tidak pernah membicarakan kelemahan atau kekurangan yang kusingkapkan ketika mengalami kesulitan. Biasanya, aku hanya membicarakan jalan masuk yang positif di pertemuan, bagaimana aku memikul beban dan memikirkan kehendak Tuhan, bagaimana aku mencari kebenaran untuk menyelesaikan segala sesuatu ketika saudara-saudariku memiliki masalah, atau berapa banyak orang yang menghadiri pertemuan dan melaksanakan tugasnya berkat penyiraman dan dukunganku untuk membuat orang lain berpikir bahwa aku memahami kebenaran dan mampu menyelesaikan masalah. Jelas firman Tuhan-lah yang memampukan mereka untuk memahami kebenaran, memiliki iman, dan ingin melaksanakan tugas mereka. Ini adalah hasil yang dicapai oleh firman Tuhan. Namun, aku tidak meninggikan Tuhan atau bersaksi tentang firman dan pekerjaan Tuhan. Mendengar pengalamanku tidak memberi siapa pun pengenalan akan Tuhan, tetapi mereka memujaku. Mereka tidak mengandalkan Tuhan atau mencari kebenaran ketika memiliki masalah. Sebaliknya, mereka mencari persekutuanku untuk menyelesaikan segala sesuatu. Mereka memandangku seperti seseorang yang bahkan bisa menyelamatkan hidup mereka. Aku membawa orang ke hadapan diriku sendiri. Aku menipu orang dan bersaing dengan Tuhan demi status. Bahkan saat itu, aku tidak merasa sedang meninggikan diri atau pamer. Menurutku, aku hanya membicarakan pengalaman nyataku sendiri. Sekarang aku sadar bahwa aku memiliki niat yang tercela ketika aku membicarakan pengalamanku. Aku berusaha untuk mendapatkan kedudukan tinggi di hati orang-orang. Makin kupikirkan, makin aku merasa bahwa aku hina dan tak tahu malu. Tuhan meninggikanku dengan tugas penyiraman ini, sehingga aku bisa mempersekutukan firman-Nya untuk menyelesaikan masalah, memimpin orang ke hadapan Tuhan, dan membantu mereka memahami kebenaran dan mengenal Tuhan. Namun dalam tugasku, aku pamer ke mana-mana untuk membuat orang memujaku. Aku melihat hasil dari pekerjaan Roh Kudus sebagai hasil dari pekerjaanku sendiri dan menggunakannya sebagai modal untuk menyombongkan diri. Aku mencuri kemuliaan Tuhan dan menikmati kekaguman dan pemujaan saudara-saudariku, dan sama sekali tidak merasa malu. Aku tidak memiliki hati nurani dan nalar sedikit pun! Tuhan mengatur seorang saudari untuk memangkas dan menanganiku untuk membuatku merenungkan jalan salah yang kutempuh dan membalikkan arah pada waktunya, yang merupakan kasih dan penyelamatan Tuhan bagiku. Aku tahu aku tak boleh menyakiti hati Tuhan lagi. Aku harus bertobat.

Pada waktu itu, aku teringat satu bagian firman Tuhan, "'Berbagi dan membicarakan pengalaman' berarti menyampaikan setiap pemikiran di dalam hatimu, keadaanmu, pengalaman dan pengetahuanmu tentang firman Tuhan, serta watak rusak di dalam dirimu, dan kemudian membiarkan orang lain melihat hal-hal ini, menerima bagian-bagian yang positif, dan mengenali apa yang negatif. Hanya inilah arti berbagi, dan hanya inilah arti berbicara" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku memahami mempersekutukan pengalaman tidak boleh mengandung niat, ambisi, dan keinginan pribadi. Entah positif atau negatif, aku harus selalu membuka diri kepada saudara-saudariku tentang keadaanku yang sebenarnya, sehingga mereka dapat menyerap yang positif dan belajar membedakan yang negatif dari pengalamanku, mereka dapat melihat bahwa aku juga suka memberontak dan rusak, dan mereka takkan menghormati atau mengagumiku. Dengan begitu, pengalamanku dapat memberi mereka pelajaran dan membantu mereka menghindari jalan yang salah. Di pertemuan keesokan harinya, aku mengumpulkan keberanian untuk membicarakan keadaanku. Aku menganalisis dan menyingkapkan bagaimana aku telah pamer agar orang lain menghormatiku, dan bagaimana aku merenungkan dan mengenal diriku sendiri. Aku merasakan rasa aman dan sukacita yang besar di pertemuan itu.

Belakangan, aku mendengar bahwa seorang saudari sangat tertekan. Ketika kami berbicara, dia berkata, "Di pertemuan, aku selalu mendengar pengalamanmu dan bagaimana kau membantu orang lain secara efektif, tetapi aku tidak memiliki kenyataan kebenaran, dan kualitasku sangat rendah. Ketika masalah muncul, aku tak mampu menyelesaikannya. Ini terlalu penuh tekanan. Aku tak mampu menangani tugas ini." Mendengar apa yang dia katakan, aku merasa sangat malu. Kupikir, "Aku secara langsung harus disalahkan atas kenegatifannya. Aku tidak meninggikan Tuhan dalam tugasku, aku tidak menyelesaikan kesulitan nyata saudara-saudariku dalam jalan masuk kehidupan mereka, dan selalu membesar-besarkan dan pamer, yang membuatnya salah mengira bahwa aku memahami kebenaran dan memiliki tingkat pertumbuhan. Aku tak boleh mengulangi kesalahanku. Aku harus membuka diri dan menyingkapkan diriku kepadanya." Jadi, aku menceritakan semuanya, termasuk keadaanku dan bagaimana aku telah pamer selama itu. Aku membiarkan dia tahu bahwa aku sebenarnya tidak memiliki kenyataan kebenaran, bahwa hasil tugasku berasal dari pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus, dan bahwa aku tak mampu mencapai apa pun sendiri. Saudariku tersentuh dan berkata, "Aku tidak mengejar kebenaran, aku tidak memiliki tempat untuk Tuhan di hatiku, dan aku melihat karunia lahiriah dan tidak tahu semua itu adalah pekerjaan dan bimbingan Tuhan. Aku tidak mau hidup dalam kenegatifan dan kelemahan. Aku mau mengandalkan Tuhan dan melaksanakan tugasku."

Setelah itu, aku mulai merenungkan diriku sendiri. Mengapa, bahkan ketika aku tahu bahwa pamer berarti menentang Tuhan, aku masih tanpa sadar menempuh jalan ini? Apa yang sedang terjadi disini? Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan, "Misalnya, ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari apa yang disingkapkan firman Tuhan, aku memahami aku suka pamer kepada saudara-saudariku dan membuat mereka menghormati dan mengagumiku karena aku dikendalikan oleh natur congkakku, dan ini adalah jalan yang menentang Tuhan. Natur congkakku membuatku menghargai diri sendiri begitu tugasku membuahkan hasil. Di pertemuan, aku selalu melebih-lebihkan dan memamerkan hasil pekerjaanku untuk membuktikan bahwa aku cakap dan membuat orang lain menghormati dan mengagumiku. Kesulitan dalam tugasku membuatku merasa lemah, dan menyingkapkan pemberontakan dan kerusakan, tetapi tidak pernah menyebutkan semua itu untuk membuat diriku tampak luar biasa dan unggul, sehingga orang lain akan menghormatiku dan makin memujaku. Ketika saudara-saudariku memujiku, aku merasa sangat bahagia, dan aku tanpa tahu malu menikmati kekaguman dan pemujaan mereka. Bukankah aku berusaha untuk menjadi raja di hati orang dan bersaing dengan Tuhan demi mendapatkan orang? Aku teringat betapa Paulus menikmati pertemuan dan khotbah, bagaimana dia mengklaim hasil dari pekerjaan Roh Kudus sebagai modalnya sendiri, memamerkan dan meninggikan dirinya di mana-mana untuk menipu orang, dan membawa semua orang percaya ke hadapan dirinya sendiri, sehingga bahkan sekarang, 2.000 tahun setelahnya, seluruh dunia keagamaan memuja dan meninggikan Paulus, memperlakukan perkataan Paulus sebagai firman Tuhan, dan tidak memiliki sedikit pun pengenalan akan Tuhan Yesus. Paulus congkak, merasa dirinya benar, dan tidak menghargai Tuhan; dia menempuh jalan antikristus yang menentang Tuhan. Dia mengambil kedudukan Tuhan di hati orang-orang, sangat menyinggung watak benar Tuhan, dan dihukum serta dikutuk oleh Tuhan. Bukankah aku sama dengan Paulus? Aku juga congkak, merasa diri benar, suka meninggikan diri dan pamer, serta ingin menjadi pusat perhatian. Akibatnya, setelah "kinerja"-ku selama berbulan-bulan, semua orang menghormati dan mengagumiku, dan tidak ada tempat bagi Tuhan di hati mereka. Ketika masalah muncul, alih-alih mencari Tuhan, mereka mencariku untuk persekutuan dan penyelesaian. Bukankah aku sedang menentang Tuhan dan merugikan saudara-saudariku? Aku menerima amanat Tuhan, tetapi aku berdiri menentang Tuhan, menjadi musuh-Nya, dan menempuh jalan antikristus Paulus dalam menentang Tuhan. Jika aku tidak bertobat, kesudahanku akan sama seperti Paulus. Aku akan disingkirkan dan dihukum oleh Tuhan. Baru pada saat itulah aku sadar bahwa aku dikendalikan oleh natur congkakku. Berkali-kali, aku tanpa tahu malu pamer dan membual tentang diriku sendiri, Aku menipu saudara-saudariku agar memujaku, dan terkadang bahkan memiliki niat tercela atau menggunakan tipu daya untuk pamer. Aku sangat jahat! Aku muak dengan diriku sendiri, aku membenci diriku sendiri, dan berjanji takkan pernah pamer lagi.

Setelah itu, aku menonton video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pemahamanmu tentang watak Tuhan, tentang apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia? Apa pemahamanmu tentang otoritas-Nya, kemahakuasaan, dan hikmat-Nya? Adakah yang tahu sudah berapa tahun Tuhan bekerja di antara seluruh umat manusia dan segala sesuatu? Tak seorang pun yang tahu dengan pasti sudah berapa tahun Tuhan bekerja sampai sekarang dan mengelola seluruh umat manusia; Dia tidak melaporkan hal-hal semacam itu kepada manusia. Namun, jika Iblis yang melakukan hal ini sebentar saja, akankah dia mengumumkannya? Dia pasti akan mengumumkannya. Iblis ingin memamerkan dirinya sendiri, bahwa dia dapat menipu lebih banyak orang dan meminta lebih banyak dari mereka untuk memberinya pujian. Mengapa Tuhan tidak melaporkan upaya ini? Ada aspek esensi Tuhan yang rendah hati dan tersembunyi. Hal-hal apa yang berlawanan dengan kerendahhatian dan ketersembunyian? Kecongkakan, kelancangan, dan ambisi. ... Sama halnya dengan antikristus: mereka membanggakan setiap hal kecil yang mereka lakukan di depan semua orang. Mendengar mereka, sepertinya mereka sedang bersaksi tentang Tuhan—tetapi jika engkau mendengarkan dengan saksama, engkau akan mendapati bahwa mereka tidak sedang bersaksi tentang Tuhan, melainkan sedang pamer, membangun diri mereka sendiri. Motivasi dan esensi di balik apa yang mereka katakan adalah untuk bersaing dengan Tuhan demi mendapatkan umat pilihan Tuhan, dan demi status. Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, sedangkan Iblis memamerkan dirinya sendiri. Apakah ada perbedaan di antara keduanya? Bisakah Iblis digambarkan sebagai makhluk yang rendah hati? (Tidak.) Dinilai dari natur dan esensinya yang jahat, Iblis adalah sampah yang tidak berguna; akan menjadi luar biasa bagi Iblis jika dia tidak memamerkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Iblis disebut makhluk yang 'rendah hati'? 'Kerendahhatian' mengacu pada Tuhan. Identitas, esensi, dan watak Tuhan itu mulia dan terhormat, tetapi Dia tidak pernah pamer. Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, Dia tidak membiarkan manusia melihat apa yang telah Dia lakukan, tetapi meskipun Dia bekerja dalam ketidakjelasan seperti itu, umat manusia tak henti-hentinya dibekali, dipelihara, dan dibimbing—dan semua ini diatur oleh Tuhan. Bahwa Tuhan tidak pernah memberitahukan dan menyebutkan hal-hal ini, apakah ini adalah ketersembunyian dan kerendahhatian? Tuhan itu rendah hati justru karena Dia mampu melakukan hal-hal ini tetapi tidak pernah menyebutkan atau memberitahukannya, tidak membicarakannya dengan manusia. Apa hakmu untuk berbicara tentang kerendahhatian padahal engkau tidak mampu melakukan hal-hal semacam itu? Engkau tidak melakukan satu pun dari hal-hal tersebut, tetapi bersikeras menuntut pujian untuk itu—ini disebut bersikap tidak tahu malu. Dalam membimbing umat manusia, Tuhan melakukan pekerjaan yang begitu besar, dan Dia memimpin seluruh alam semesta. Otoritas dan kuasa-Nya begitu besar, tetapi Dia tidak pernah berkata, 'Kemampuan-Ku luar biasa.' Dia tetap tersembunyi di antara segala sesuatu, mengendalikan segalanya, memelihara dan membekali umat manusia, memungkinkan seluruh umat manusia untuk terus berlanjut dari generasi ke generasi. Sebagai contoh, lihatlah udara dan sinar matahari, atau semua hal materi yang terlihat yang diperlukan untuk keberadaan manusia—semuanya mengalir tanpa henti. Bahwa Tuhan membekali manusia, itu tidak diragukan lagi. Jadi, jika Iblis melakukan sesuatu yang baik, apakah dia akan diam saja, dan membiarkan perbuatannya tersebut tidak dipuji? Tidak akan pernah. Sama seperti beberapa antikristus di gereja yang telah melakukan pekerjaan berbahaya, atau pernah melakukan pekerjaan yang merugikan kepentingan diri mereka sendiri, yang bahkan mungkin sampai masuk penjara; ada juga mereka yang pernah berkontribusi pada satu aspek pekerjaan rumah Tuhan. Mereka tidak pernah melupakan hal-hal ini, mereka pikir mereka pantas mendapatkan pujian seumur hidup, mereka pikir itu adalah modal seumur hidup mereka—yang memperlihatkan betapa kecilnya manusia! Manusia itu kecil, dan Iblis tidak tahu malu" ("Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Aku merasa malu ketika aku menonton firman Tuhan ini. Tuhan adalah Sang Pencipta, Dia memiliki otoritas dan kuasa, dan Dia memiliki status tertinggi. Namun, Tuhan secara pribadi datang berinkarnasi untuk menyelamatkan umat manusia yang rusak, dan secara diam-diam Dia mengungkapkan kebenaran untuk membekali dan menyelamatkan manusia. Tuhan adalah yang tertinggi dan perkasa, tetapi Dia tidak pernah mengeklaim status Tuhan. Dia tidak pernah memamerkan berapa banyak pekerjaan yang telah Dia lakukan untuk menyelamatkan umat manusia atau berapa banyak penghinaan dan penderitaan yang Dia alami. Sebaliknya, Dia tetap rendah hati dan tersembunyi di antara manusia, melakukan pekerjaan-Nya. Ini adalah sesuatu yang tak mampu dilakukan oleh manusia yang rusak. Ketika aku memahami bahwa esensi Tuhan itu kudus dan indah, aku merasa makin malu dengan kecongkakan dan sikap merasa diri benar, dan karena memamerkan diriku sendiri. Aku adalah orang yang benar-benar kotor yang sangat dirusak oleh Iblis, di mata Tuhan, aku tak berarti, tetapi tanpa tahu malu meninggikan diri, pamer, dan membuat orang lain menghormati dan memujaku. Aku begitu congkak sehingga kehilangan nalarku, dan benar-benar tidak layak untuk hidup di hadapan Tuhan! Dalam rasa maluku, aku berdoa, "Tuhan, melalui penghakiman dan penyingkapan-Mu, aku telah memahami bahwa aku hidup tanpa keserupaan dengan manusia, dan tidak mau hidup seperti ini lagi. Tuhan, bimbinglah aku untuk menerapkan kebenaran, dan bebas dari belenggu dan batasan watak jahatku."

Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan, "Ketika menjadi kesaksian bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami. Dahulu, engkau semua adalah orang-orang yang paling menentang Tuhan dan paling enggan untuk tunduk kepada-Nya, tetapi sekarang engkau telah ditaklukkan oleh firman-Nya—jangan pernah melupakan hal itu. Engkau harus merenungkan dan memikirkan tentang perkara-perkara ini lebih lanjut. Setelah orang memahami perkara-perkara ini dengan jelas, mereka akan tahu bagaimana menjadi kesaksian; jika tidak, mereka akan cenderung melakukan tindakan yang memalukan dan tidak bernalar" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan. Untuk mengatasi masalah pamer ini, aku harus secara sadar meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan, bersaksi tentang pekerjaan, watak, dan tuntutan Tuhan bagi manusia, menyingkapkan pemberontakan, kerusakanku sendiri, dan niat tercelaku serta konsekuensinya ketika aku melakukan segala sesuatu, dan kemudian, membicarakan bagaimana aku mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan dan mengenal diriku sendiri, sehingga orang lain dapat memahami kerusakanku dan memiliki pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan, melihat keselamatan Tuhan bagi manusia, dan bersaksi tentang kasih Tuhan bagi manusia. Selain itu, aku harus belajar berbicara secara jujur dan dari hati ketika membicarakan pengalamanku, dan tidak membesar-besarkan, pamer, atau memosisikan diri di atas orang lain. Begitu memahami jalan penerapan ini, aku mulai menerapkannya secara sadar. Di satu pertemuan, seorang saudara berbicara tentang mengejar reputasi dan status dalam tugasnya. Dia membandingkan dirinya dengan semua orang, merasa sedih akan hal itu, dan tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Saat mendengarnya menggambarkan keadaannya, kupikir, "Jika aku menyelesaikan masalahnya, ketika dia membicarakan pengalamannya di masa depan, dia akan berkata persekutuankulah yang memampukan dia untuk mengubah keadaannya. Saudara-saudari akan menghormatiku dan berkata bahwa aku memahami kebenaran dan memiliki tingkat pertumbuhan. Aku harus menyusun kata-kata dan ide-ide dalam persekutuanku dan menceritakan semua pengalamanku kepadanya." Pada saat itu, aku merasa bersalah karena tiba-tiba sadar bahwa aku akan bertindak seperti iblis lagi. Pemikiran yang baru saja terlintas dalam benakku terasa menjijikkan, seolah-olah aku telah menelan lalat mati, jadi dalam hati aku berdoa kepada Tuhan memohon kekuatan untuk menyangkali diri sendiri dan meninggikan serta bersaksi tentang Tuhan kali ini. Aku hanya memberi tahu saudaraku bahwa aku mengejar reputasi dan status di masa lalu, pengalamanku berjuang mengejar ketenaran dan kekayaan, kegagalanku dan digantikan, dan bagaimana kemudian, melalui penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, aku mampu merenung, mulai mengenal diri sendiri, dan mencapai sedikit perubahan. Setelah persekutuanku, saudaraku menyadari bahwa naturnya sangat congkak, dan bahwa mengejar reputasi dan status adalah jalan antikristus, dan dia mau bertobat. Ketika mendengar persekutuan saudaraku, aku tak bisa berhenti bersyukur kepada Tuhan di dalam hatiku. Ini adalah bimbingan Tuhan yang bekerja.

Setelah itu, dalam persekutuanku dengan saudara-saudariku di pertemuan, meskipun terkadang aku masih pamer, itu tidak sejelas atau separah seperti sebelumnya. Terkadang terpikir untuk pamer, tetapi ketika merasakannya, aku berdoa dan menyangkali diriku sendiri. Perlahan-lahan, aku makin jarang pamer, dan makin sedikit mengalami keadaan ingin menyombongkan diri, dan aku tahu ini berkat penghakiman, hajaran, pemangkasan, dan penanganan firman Tuhan yang mengubahku. Aku sangat bersyukur atas penyelamatan Tuhan Yang Mahakuasa!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait