Kesadaran Yang Terlambat

03 Juni 2022

Oleh Saudari Lin Min, Tiongkok

Tahun 2013, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Saat itu, aku sangat antusias. Aku sering membaca firman Tuhan, ikut pertemuan, dan ikut persekutuan. Tak berapa lama, ketuaku menugasiku memimpin beberapa pertemuan, dan mendorongku untuk mencari kebenaran dan siap melatihku sebagai diakon penyiraman. Saat itu, aku menikmati perasaan dihargai, jadi, aku berusaha melakukan persekutuan tentang kebenaran dan memecahkan masalah saudara-saudari. Aku mau semuanya mengagumiku dan bilang aku berkualitas bagus, dan walau aku baru percaya sebentar, aku bisa bersekutu tentang kebenaran dan memecahkan masalah, dan aku seseorang yang mencari kebenaran.

Tak berapa lama, Saudari Xiaozhen dipindah ke gereja kami. Awalnya, aku bertugas menyiraminya dan bertemu dirinya. Tak berapa lama, gereja mengadakan pemilihan, dan yang lain melihat dia belajar dengan baik, berkualitas bagus, dan menerima kebenaran dengan tulus, jadi, mereka memilihnya sebagai diakon penyiraman. Saat itu, aku melihat saudara-saudari mengaguminya, dan ketua menghargainya, dan aku merasa terlupakan. Aku cemburu dan sangat sedih. Kupikir, "Jika Xiaozhen tak ada di sini, ketua akan melatihku, tetapi kini dia datang dan mencuri kemuliaanku. Jika dia berlatih lebih lama, dia akan mengungguliku, dan saudara-saudari akan lebih mengaguminya." Makin kupikirkan, makin aku kesal, hingga aku tak bisa tidur. Agar ketua berhenti melatih Xiaozhen, beberapa kali, di depan ketua, aku bilang, "Xiaozhen belum lama percaya, jadi, dia belum paham kebenaran, dan tak bisa memecahkan masalah dengan kebenaran. Dia tak pantas dapat tugas penyiraman." Ketuaku melihat aku cemburu dan mengajakku ikut persekutuan dan mengatakan masalahku, bilang aku menginginkan status, iri akan orang lain, dan tak tahan jika ada yang mengungguliku, dan itu merupakan perwujudan dari kemanusiaan yang buruk. Aku tahu iri pada Xiaozhen itu salah, Tuhan membencinya, dan aku tak bisa terus begini. Setelah itu, aku mulai terlihat menahan diri dan berhenti membicarakan Xiaozhen, tetapi aku tak bisa menghilangkan rasa iriku padanya. Kadang, dia tak tahu cara melakukan pekerjaan dan bertanya padaku, dan dia mengatur agar aku mendukung pengikut baru. Itu membuatku merasa sangat frustrasi. Kupikir, "Dulu aku yang menyiramimu, tetapi kini kau punya kedudukan dan memerintahku. Apa aku harus mengikuti perintahmu? Aku mungkin bukan ketua atau pekerja, tetapi aku tidak di bawahmu." Kupikir, "Aku harus sering lakukan persekutuan tentang kebenaran untuk memecahkan masalah saudara-saudari. Dengan begitu, mereka akan pikir aku lebih baik daripada Xiaozhen. Lalu, aku akan lebih mereka hormati." Setelah itu, setiap aku melihat saudara-saudari kesulitan atau menderita, aku mencari firman Tuhan untuk dipakai dalam persekutuan dan memecahkannya. Semua orang bilang aku mengadakan persekutuan dengan baik dan itu membuatku senang.

Pernah, Xiaozhen mengungkapkan masalah Liang Jing, Liang Jing tak suka dan mengatakan prasangka serta opininya tentang Xiaozhen di pertemuan, dan aku sangat senang mendengarnya. "Bagus semua orang punya pendapat tentangnya. Dengan begini, dia tak akan punya tempat di hati saudara-saudari." Aku langsung menyela setelah Liang Jing dan berkata, "Aku juga tak punya kesan yang baik terhadap Xiaozhen. Kini dia adalah diakon penyiraman, kurasa dia bersikap seperti seorang pejabat. Dia selalu memerintahku." Setelah aku selesai, Liang Jing dan saudari yang lain setuju. Aku bilang, pengalaman Xiaozhen masih sedikit, pemahaman sedikit, dan bicara terlalu tajam. Setelah mendengar ucapanku, prasangka Liang Jing terhadap Xiaozhen makin besar. Setelah itu, saat Xiaozhen memimpin persekutuan, Liang Jing mendengarkan dengan wajah muram, dan kadang dia terus berdebat dengan Xiaozhen mengenai hal kecil, yang membuat Xiaozhen merasa terkekang, serta mengganggu dan mengacaukan kehidupan bergereja. Saat itu, aku lakukan persekutuan dengan Liang Jing agar dia bisa memperlakukan Xiaozhen dengan baik, tetapi sebenarnya aku sangat senang. Liang Jing selalu berdebat dengan Xiaozhen, yang jelas memengaruhi keadaan Xiaozhen. Jika dia bersikap negatif dan gagal melakukan tugasnya, dia akan digantikan, dan saudara-saudari tak akan berpikir dia terlalu baik. Aku terkejut saat keadaan Xiaozhen membaik sangat cepat. Dia masih memikul tanggung jawab dalam pekerjaannya, melindungi pekerjaan gereja, dan punya rasa keadilan. Beberapa bulan kemudian, Xiaozhen dipilih untuk memimpin gereja. Saudara-saudari mendatanginya untuk segala hal, dan aku merasa sangat marah, kupikir, "Aku juga bisa pecahkan masalah. Aku tidak lebih buruk darinya. Namun kini dia ketuanya, dan mulai sekarang saudara-saudari hanya akan memikirkannya, bukan aku." Saat memikirkan ini, aku merasa iri dan menentangnya. Saat pertemuan aku tak mau bicara dengannya. Saat melihat persekutuannya tak jelas atau pekerjaannya kurang baik, aku tak coba membantu atau coba memperbaikinya. Aku bahkan sengaja mengungkit masalahnya dan mengincarnya agar dia terlihat buruk.

Pernah sekali dalam pertemuan, dua saudari berselisih karena perbedaan pendapat, dan itu mengganggu kehidupan bergereja. Aku melaporkan ini pada Xiaozhen, tetapi dia sibuk mengerjakan hal lain dan tak bisa lakukan persekutuan untuk memecahkannya tepat waktu, jadi, aku memakai masalah ini dan bilang di depan semua orang kalau dia tak melakukan pekerjaan nyata, berharap saudara-saudari kami tak mengaguminya lagi. Setelah beberapa orang mendengarnya, mereka menyalahkannya karena tak memecahkan masalah, yang membuat Xiaozhen merasa agak negatif dan malu. Lalu, di pertemuan-pertemuan, saat Xiaozhen hadir, aku selalu bersaing dengannya. Untuk membuatnya terlihat lebih buruk dan membuat semua orang mengagumiku, jika ada yang punya masalah, aku langsung tahu firman Tuhan mana yang bisa memecahkannya dan yang pertama kali mengadakan persekutuan. Aku takut Xiaozhen duluan melakukannya dan aku tak punya peluang untuk unjuk gigi. Saat Xiaozhen melihat aku memecahkan masalah, dia tak melakukan persekutuan lagi. Karena aku sering unjuk gigi, semua orang mengagumiku. Di pertemuan pimpinan grup, semua saudara-saudari mengarahkan perhatiannya padaku, dan mengharapkanku untuk memimpin persekutuan dan memecahkan masalah mereka. Salah satu pimpinan grup mengingatkanku kalau aku mengejar reputasi dan kedudukan, dan mengikuti jalan antikristus, tetapi aku mengabaikannya. Kemudian, Xiaozhen terus terkekang dalam tugasnya, makin jarang memimpin persekutuan, dan berada dalam kondisi buruk. Dia bilang akan lebih baik jika aku mengambil alih tugasnya. Dia bahkan menawarkan untuk mundur beberapa kali. Akhirnya, dia diberhentikan karena kondisi dan kinerjanya buruk. Aku sangat senang mengetahuinya. Kupikir, "Xiaozhen akhirnya diberhentikan. Kini dia tak akan terlihat lebih baik, dan saudara-saudari tak akan berpikir aku lebih buruk darinya."

Tidak lama, ketuaku tahu sikapku dan bersekutu denganku. Dia mengatakan aku tak punya peran positif di gereja, karena bersaing dengan Xiaozhen demi status dan sering meremehkan, menghakimi, serta mengabaikannya yang membuatnya merasa negatif dan terkekang, membuatnya sulit melakukan tugasnya, dan akhirnya membuatnya ingin mundur. Ini menyerang dirinya dan mengganggu pekerjaan gereja. Ketuaku juga mengatakan memecahkan masalah saudara-saudariku membuatku terlihat bertanggung jawab, tetapi sebenarnya itu cuma unjuk gigi dan menarik orang kepada diriku. Akhirnya, pemimpinku memberhentikanku dari tugas dan mengasingkanku dari yang lain, dan menyuruhku berintrospeksi. Aku terlihat menerima dan patuh, tetapi dalam diriku, aku merasa itu tak adil. Kurasa ketuaku memakai kerusakanku dan mempermasalahkannya untuk menghukumku. Aku mengungkapkan ketidakpuasanku di pertemuan, bilang ketuaku tak mengikuti prinsip, menghukum secara semena-mena, dan lainnya, membuat semuanya memihakku dan menghakimi ketuaku. Karena aku bersaing demi status, membentuk grup kecil, dan mengganggu pekerjaan gereja, dan aku tak introspeksi diri atau menyesal setelah diberi tahu dan ditangani beberapa kali oleh ketua, pekerja, dan saudara-saudari, aku akhirnya dikeluarkan dari gereja.

Saat mendengar keputusan ini, aku kaget. Aku sangat terluka dan terus menangis. Kupikir, "Ini sudah tamat bagiku. Aku tak akan bisa menjalani kehidupan bergereja dan memenuhi tugasku, dan aku tak akan diselamatkan." Aku merasa dibuang dari rumah Tuhan, jadi kesalahanku diungkap dan disingkirkan. Saat berdoa pada Tuhan, aku tak bisa merasakan kehadiran-Nya, dan itu terasa seperti mati. Dihadapkan dengan fakta saudara-saudariku mengungkap kesalahanku, selain rasa sakit dan putus asa, aku punya banyak keluhan dan pertentangan. Kupikir, "Apa aku sudah lakukan banyak kejahatan? Apa seserius itu? Bagaimana aku unjuk gigi? Bukankah semua persekutuanku berdasarkan firman Tuhan? Lagi pula, aku baru percaya Tuhan selama empat tahun, dan belum paham kebenaran, jadi, walau aku menunjukkan kerusakan dan melakukan tindakan buruk, itu bisa dimaafkan, dan tidak perlu sampai mengusirku, akan? Bukankah menghadapiku seperti ini terlalu keras?" Makin kupikirkan, makin negatif perasaanku. Kukira tak ada harapan atas kepercayaanku pada Tuhan, dan aku tak punya arah atau tujuan. Air mataku mengalir tanpa tertahan. Aku tak bisa makan atau tidur berhari-hari, dan kepalaku sakit seolah itu terbelah. Aku merasa merana dan tanpa harapan. Kupikir, "Karena hidup begitu menyakitkan, sebaiknya aku mati dan akhiri segalanya."

Beberapa hari kemudian, ada seorang saudari menemuiku. Dia lihat wajah pucatku, dengar suara lemahku, dan sadar kondisiku masih buruk, jadi, dia bersekutu denganku. Dia bilang, "Saat lingkungan seperti ini muncul, Tuhan mau kita introspeksi diri, mengetahui sumber dari kejahatan kita, menyesal, lalu berubah. Namun jika kita tak memahami kehendak Tuhan, tidak introspeksi diri, masih memikirkan diri sendiri, dan secara pasif menentang, jika kita terus seperti ini, kita akan dibenci dan disingkirkan Tuhan." Dia juga bilang, "Tindakan jahat orang di Niniwe menyinggung Tuhan, tetapi saat mereka tulus mengakui dosa dan menyesal pada Tuhan, Tuhan menarik kemarahan-Nya dan memberi pengampunan." Setelah mendengar persekutuan dari saudariku, aku merasa agak lega.

Setelah dia pergi, aku membuka Alkitab dan membaca firman ini. "Terlepas dari seberapa marah Tuhan terhadap penduduk Niniwe, begitu mereka menyatakan puasa dan mengenakan kain kabung dan abu, hati-Nya mulai melembut dan Dia mulai mengubah pikiran-Nya. Ketika Dia menyatakan kepada mereka bahwa Dia akan menghancurkan kota mereka—sesaat sebelum pengakuan dan pertobatan mereka dari dosa—Tuhan masih marah terhadap mereka. Begitu mereka sudah melakukan rangkaian tindakan pertobatan, amarah Tuhan terhadap orang-orang Niniwe berangsur berubah menjadi belas kasih dan toleransi kepada mereka. ... Tuhan menggunakan sikap-Nya untuk memberitahu manusia hal berikut: bukannya Tuhan tidak menoleransi manusia atau Dia tidak mau menunjukkan belas kasih kepada mereka; melainkan, karena mereka jarang bertobat dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan jarang manusia sungguh-sungguh berbalik dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka. Dengan kata lain, ketika Tuhan marah kepada manusia, Dia berharap manusia akan mampu untuk sungguh-sungguh bertobat, dan memang Dia berharap melihat pertobatan sejati manusia, di mana Dia akan dengan bebas terus menganugerahkan belas kasih dan toleransi-Nya kepada manusia. Ini berarti perbuatan jahat manusia mendatangkan murka Tuhan, sementara belas kasih dan toleransi Tuhan dianugerahkan kepada mereka yang mendengarkan Tuhan dan benar-benar bertobat di hadapan-Nya, kepada mereka yang dapat berbalik dari jalan-jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka. Sikap Tuhan disingkapkan dengan sangat jelas dalam perlakuan-Nya terhadap penduduk Niniwe: belas kasih dan toleransi Tuhan sama sekali tidak sulit didapat, dan yang Dia minta adalah pertobatan sejati manusia. Selama manusia berbalik dari jalan mereka yang jahat dan meninggalkan kejahatan yang ada di tangan mereka, Tuhan akan mengubah hati-Nya dansikap-Nya terhadap mereka" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"). Aku sangat tersentuh setelah membaca firman Tuhan. Penduduk Niniwe melakukan terlalu banyak kejahatan, menyinggung Tuhan, sehingga Dia mau mengirim bencana untuk menghancurkan mereka. Namun, ketika mendengar pernyataan Yunus, mereka dapat dengan tulus mengakui dosa-dosa mereka, bertobat, dan menghentikan kekejaman dan perbuatan jahat mereka, sehingga Tuhan berubah pikiran dan menunjukkan kepada mereka toleransi dan belas kasihan. Firman Tuhan memberiku harapan. Perbuatanku mengganggu pekerjaan gereja, yang menyinggung watak Tuhan, jadi aku dikeluarkan dari gereja. Inilah murka Tuhan kepadaku, dan hajaran benar-Nya. Namun, Tuhan tidak mencoba menyingkirkanku, Dia ingin aku menyadari watak rusakku dan tulus bertobat. Namun, apa yang kulakukan? Aku tidak merenungkan diri, tidak mengakui dosaku kepada Tuhan dan bertobat. Aku tetap bersikap negatif dan menentang, bahkan ingin melawan Tuhan dengan kematianku sendiri. Aku tidak tahu yang baik untukku. Aku sangat irasional! Meskipun aku dikeluarkan dari gereja, pekerjaan penyelamatan Tuhan belum berakhir, jadi aku tidak menyerah kepada diriku. Aku harus berintrospeksi, mencari kebenaran untuk membereskan watak rusakku, dan bertobat kepada Tuhan.

Kemudian, kuberdoa dan membaca firman Tuhan untuk berintrospeksi. Pernah, kulihat dua bagian firman Tuhan, "Ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberitahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan merebut posisi Tuhan di hatimu, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sebagai kebenaran. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan mengungkap perwujudanku. Aku berwatak congkak dan benar sendiri. Aku suka pamer dalam persekutuan, membuat orang merasa dekat di sekitarku, ingin mengambil hati orang dan membuat mereka menghormati dan mengagumiku. Aku hidup dalam natur setan, sama seperti Iblis. Awalnya, ketua berfokus untuk membinaku dan itu sangat kunikmati. Kemudian, kulihat dia menghargai dan membina Xiaozhen. Aku merasakan krisis dan khawatir dia akan menggantikan tempatku, jadi aku cemburu padanya, bersaing dengannya dalam segala hal, dan berharap untuk menekannya. Di pertemuan, setiap kali Xiaozhen hadir, aku mencoba untuk bersekutu sebelum dia karena takut dia akan menjadi pusat perhatian. Untuk membuat saudara-saudariku menghormatiku, secara proaktif kugunakan firman Tuhan untuk bersekutu dan menyelesaikan masalah atau keadaan apa pun dari saudara-saudariku untuk pamer bahwa aku paham kebenaran dan menanggung beban jalan masuk kehidupan mereka. Aku juga unjuk gigi di mana-mana, yang menipu semua saudara-saudariku untuk menghormati dan mengagumiku, dan membuat mereka datang kepadaku dengan kesulitan dan keadaan mereka. Bukankah aku hanya membawa orang kepada diriku sendiri? Kulihat aku telah menjadi congkak hingga tak menghormati siapa pun dan tak punya Tuhan di hatiku. Aku tidak bersaing untuk status dengan siapa pun, tapi bersaing dengan Tuhan untuk manusia, yang menyinggung watak Tuhan.

Setelah itu, kubaca firman Tuhan lagi. "Tugas apa pun yang antikristus lakukan, mereka akan mencoba menempatkan diri mereka pada posisi senior dan memimpin. Mereka tidak pernah bisa dengan tenang menjadi pengikut biasa. Dan apa yang paling ingin mereka lakukan? Berdiri di depan orang-orang untuk memberi perintah dan menyuruh orang pergi, membuat orang menuruti apa yang mereka katakan. Mereka tak pernah berpikir tentang bagaimana cara melaksanakan tugas mereka dengan benar—terlebih lagi, tak pernah berpikir apakah mereka mencari prinsip-prinsip kebenaran agar dapat menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan saat melaksanakan tugas mereka. Sebaliknya, mereka memeras otak mencari cara untuk menonjolkan diri, membuat para pemimpin menghormati mereka dan mempromosikan mereka, sehingga mereka sendiri dapat menjadi seorang pemimpin atau pekerja, serta dapat memimpin orang lain. Inilah yang mereka pikirkan dan harapkan sepanjang hari. Antikristus tidak mau dipimpin oleh orang lain, juga tidak mau menjadi pengikut biasa, apalagi melaksanakan tugas mereka secara diam-diam. Apa pun tugas mereka, jika mereka tidak bisa menjadi yang terdepan atau pusat perhatian, jika mereka tidak bisa mengungguli orang lain, dan menjadi pemimpin, mereka merasa tidak ada gunanya melakukan tugas mereka, serta menjadi negatif dan mulai bermalas-malasan. Tanpa pujian dan penghormatan dari orang lain, tugas itu bahkan makin kurang menarik bagi mereka, dan bahkan keinginan mereka untuk melakukan tugas pun menjadi makin berkurang. Namun, jika mereka bisa menjadi yang terdepan dan pusat perhatian sementara melakukan tugas serta dapat menjadi penentu keputusan, mereka akan merasa dikuatkan, dan akan menderita kesulitan apa pun. Di dalam hatinya, pemahaman mereka tentang tugas adalah untuk menjadi orang yang jauh lebih baik daripada orang lain, memuaskan kebutuhan mereka untuk mengungguli orang lain, dan memuaskan keinginan dan ambisi mereka. Saat melaksanakan tugasnya, selain sangat kompetitif—bersaing dalam segala hal untuk menonjol, menjadi yang teratas, mengungguli orang lain—mereka juga memikirkan bagaimana memperkuat status, reputasi, dan prestise mereka. Jika ada orang yang mengancam status atau reputasi mereka, mereka tidak akan berhenti, dan tanpa ampun akan menjatuhkan dan mengucilkan orang-orang itu. Mereka bahkan menggunakan cara-cara tercela untuk menyerang orang-orang yang mampu mengejar kebenaran, yang melaksanakan tugas mereka dengan kesetiaan dan rasa tanggung jawab. Mereka juga penuh dengan kecemburuan dan kebencian terhadap saudara-saudari yang melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka sangat membenci orang-orang yang didukung dan diperkenan oleh saudara-saudari lainnya; mereka yakin orang-orang seperti itu menjadi ancaman serius terhadap apa yang mereka perjuangkan, terhadap status dan prestise mereka, dan mereka bersumpah dalam hati, 'Ini antara kau atau aku, aku atau kau, tidak ada ruang untuk kita berdua, dan jika aku tidak menjatuhkanmu dan menyingkirkanmu, aku tak punya harga diri!' Terhadap saudara-saudari yang berbeda pendapat, yang mengungkapkan beberapa kekurangan mereka, atau yang mengancam status mereka, mereka pantang menyerah: mereka memikirkan apa saja demi mendapatkan sesuatu dari saudara-saudari itu, untuk menjelekkan dan melemahkan mereka, dan tidak akan berhenti sampai mereka melakukannya" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tujuh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Dengan cara apa pun antikristus menipu orang dan berusaha memenangkan hati mereka, satu hal yang pasti: demi kekuasaan dan status mereka sendiri, mereka akan memeras otak dan menggunakan segala cara yang mereka miliki untuk mencapai tujuan mereka. Satu hal yang juga pasti: apa pun yang sedang mereka lakukan, mereka tidak sedang melaksanakan tugas mereka, apalagi melaksanakan tugas mereka dengan baik, tetapi untuk mencapai tujuan mereka merebut kekuasaan di dalam gereja. Selain itu, apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan, apalagi memikirkan kepentingan umat pilihan Tuhan. Engkau tidak akan pernah menemukan salah satu dari hal-hal ini dalam kamus antikristus; kedua hal itu pada dasarnya tidak ada di dalam diri mereka. Apa pun tingkat kepemimpinan mereka, mereka sama sekali tidak peduli dengan kepentingan rumah Tuhan dan umat pilihan. Bagi mereka, kepentingan dan pekerjaan rumah Tuhan tidak berkaitan dengan mereka. Kedua hal itu diremehkan oleh mereka; mereka hanya memikirkan status dan kepentingan diri mereka sendiri. Dari sini, kita dapat melihat bahwa natur dan esensi para antikristus tidak hanya jahat, tetapi juga sangat egois dan tercela. Mereka bertindak hanya demi ketenaran, kekayaan, dan kedudukan mereka sendiri, mereka tidak peduli entah orang lain hidup atau mati, dan mereka akan menggunakan metode tidak bermoral apa pun untuk menekan, mengucilkan, dan secara kejam menyerang siapa pun yang mengancam status mereka" ("Mereka Menipu, Membujuk, Mengancam, dan Mengendalikan orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Membaca firman Tuhan sangat menyentuh hati. Aku melihat bahwa perwujudan dan watakku sama dengan antikristus yang Tuhan singkapkan. Antikristus egoistis, tercela, dan cuma pentingkan reputasi dan status mereka sendiri. Mereka tak pernah pertimbangkan perasaan orang lain atau menjaga pekerjaan keluarga Tuhan. Jika ada yang mengancam posisinya, mereka iri, benci, bahkan dengan jahat menyerang, mengucilkan orang-orang seperti itu, dan tidak puas sampai orang-orang seperti itu menjadi negatif dan dikalahkan. Kusadari bahwa aku juga sama. Ketika Xiaozhen terpilih sebagai diakon penyiraman, dijunjung tinggi oleh pemimpin, dan dikagumi oleh saudara-saudari, kuanggap Xiaozhen sebagai duri di mataku, dan selalu kuingin menekannya. Aku juga berulang kali mengungkap kekurangannya di depan pemimpin, sangat berharap pemimpin akan menggantikannya, sehingga saudara-saudari akan berfokus kepadaku. Sebagai diakon penyiraman, Xiaozhen berhak mengatur apa yang harus kulakukan, tapi tak bisa kupaksakan diri untuk tunduk. Aku selalu bersikap tak baik dan tak mau bekerja sama dalam pekerjaannya, membuatnya merasa terkekang dalam tugasnya. Dia baru saja memulai sebagai pemimpin jadi wajar saja kalau beberapa pekerjaan tak dilakukan dengan benar. Namun, untuk membuat saudara-saudariku menolaknya dan tidak mendengarkannya, aku mengomel dan memanfaatkan penyimpangan dan kelalaian dalam tugasnya, mengungkap kekurangannya, meremehkannya, menghakiminya di depan saudara-saudari kita, dan menabur perselisihan di belakangnya, menyebabkan beberapa orang berprasangka buruk padanya, tidak mendukung pekerjaannya, mengisolasi, dan mengucilkannya. Ini tidak hanya mengganggu kehidupan bergereja, tapi juga membuatnya malu, negatif, dan akhirnya ingin mengundurkan diri. Melihat Xiaozhen merasa negatif dan tertindas, aku bukan hanya tak menyalahkan diriku, tapi juga bersukacita dalam kemalangannya, merasa bahwa aku bisa menonjol setelah dia diberhentikan. Aku sangat kejam dan tercela! Meski Xiaozhen belum lama percaya, punya beberapa cacat dan kekurangan, dia berkualitas baik, jujur, dan punya rasa keadilan. Ketika melihat orang lain bermasalah dan menyimpang, dia bisa membimbing, membantu, dan menjaga kepentingan rumah Tuhan. Memiliki dia sebagai pemimpin bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari kita, dan aku harus mendukungnya dan bekerja sama. Namun, untuk melindungi reputasi dan statusku sendiri, tanpa mempertimbangkan pekerjaan rumah Tuhan, kugunakan cara jahat untuk bertarung dengannya dan menekannya karena cemburu, dan aku tak mau berhenti sampai dia tak bisa melakukan tugasnya lagi. Yang kulakukan tak hanya membawa rasa sakit dan bahaya bagi Xiaozhen, tapi juga mengacaukan dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Kulihat bahwa aku punya kemanusiaan yang sangat buruk dan watak yang jahat. Untuk mendapatkan status, aku siap menghukum orang lain. Aku memikirkan bagaimana naga merah yang sangat besar, untuk menstabilkan rezimnya, ketika seseorang atau kekuatan apa pun membahayakan statusnya, mencoba segala cara untuk mengalahkan dan mengkritik, serta bahkan membunuh orang. Aku melihat bahwa naturku sekejam dan sejahat naga merah yang sangat besar! Begitu menyadari hal ini, aku menyesal dan membenci diriku. Tuhan memberiku kesempatan untuk memenuhi tugas agar aku bisa mengejar kebenaran, terbebas dari kerusakan, bekerja sama dengan saudara-saudariku, belajar dari kekuatan mereka, dan melindungi pekerjaan gereja. Sebaliknya, aku merusaknya dan berulang kali berbuat jahat yang mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Aku tak punya hati nurani atau kemanusiaan sama sekali, dan tak pantas disebut manusia. Saudara-saudariku mengingatkanku berkali-kali untuk membantuku, tapi aku terpikat dengan reputasi dan status, tak menganggapnya serius sama sekali, bahkan melawan, dan tak mau bertobat. Setelah diberhentikan, aku tidak merenungkan diri, berkeluh kesah, menyebarkan ketidakpuasanku dengan pemimpin, menghasut saudara-saudariku untuk menghakimi pemimpin, dan terus mengganggu kehidupan bergereja. Aku bersikeras mengambil jalan buntu ini, dan baru mulai berintrospeksi dan mengenal diriku setelah dikeluarkan dari gereja. Watakku terlalu keras kepala, dan aku membenci kebenaran. Meski ditangani dan didisiplinkan berkali-kali, aku tidak bertobat, masih keras kepala memusuhi Tuhan, dan menggunakan cara tercela untuk menjatuhkan dan mengalahkan orang baik yang mengejar kebenaran, menghalangi dan bertengkar di tempat pekerjaan Tuhan, mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, dan merusak kesempatan yang Tuhan berikan kepadaku untuk mendapatkan kebenaran dan diselamatkan. Karena kebenaran Tuhan itulah aku dikeluarkan dari gereja. Itu salahku sendiri. Sama sekali bukan kesalahan orang lain.

Kemudian, kubaca dua bagian dari firman Tuhan. "Aku telah melakukan begitu banyak pekerjaan dan mengucapkan begitu banyak firman di antaramu—berapa banyakkah dari semua itu yang sudah benar-benar masuk ke telingamu? Seberapa banyak dari semua itu yang pernah kautaati? Ketika pekerjaan-Ku berakhir, itu akan menjadi saat ketika engkau berhenti menentang-Ku, ketika engkau berhenti berdiri melawan Aku. Saat Aku bekerja, engkau semua terus-menerus bertindak melawan Aku; engkau semua tidak pernah menaati firman-Ku. Aku melakukan pekerjaan-Ku, dan engkau melakukan 'pekerjaanmu' sendiri, mendirikan kerajaan kecilmu sendiri. Engkau semua tak lain hanyalah sekawanan rubah dan anjing, yang melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan-Ku! ... Citramu bahkan lebih besar daripada citra Tuhan, statusmu bahkan lebih tinggi daripada status Tuhan, belum lagi prestisemu di antara manusia—engkau semua telah menjadi berhala yang disembah manusia. Bukankah engkau telah menjadi penghulu malaikat? Ketika kesudahan manusia disingkapkan, yang juga merupakan saat pekerjaan penyelamatan akan mendekati akhirnya, banyak orang di antaramu akan menjadi mayat-mayat yang tidak bisa diselamatkan dan harus disingkirkan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penerapan (7)"). "Aku akan menjatuhkan hukuman-Ku kepada semua orang yang membangkitkan kemarahan-Ku, Aku akan menghujankan seluruh amarah-Ku ke atas binatang-binatang tersebut yang pernah ingin berdiri setara di samping-Ku tetapi tidak menyembah atau menaati-Ku; tongkat yang Aku gunakan untuk memukul manusia akan dihantamkan kepada semua binatang itu yang pernah menikmati pemeliharaan-Ku dan pernah menikmati segala misteri yang Aku ucapkan, dan yang pernah berusaha mengambil kenikmatan materiel dari Aku. Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang mencoba untuk mengambil tempat-Ku; Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang berusaha merebut makanan dan pakaian dari-Ku. Untuk saat ini, engkau semua tetap bebas dari bahaya dan terus melewati batas dalam tuntutan yang engkau semua ajukan kepada-Ku. Ketika hari kemurkaan tiba, engkau semua tidak akan lagi mengajukan tuntutan terhadap-Ku; pada saat itu, Aku akan membiarkanmu 'menikmati' dirimu sendiri sepuas hatimu, Aku akan memaksa wajahmu untuk tunduk hingga ke tanah, dan engkau semua tidak akan pernah bisa bangun lagi!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Firman Tuhan yang megah dan murka menggugah hatiku. Kurasakan murka Tuhan, dan kulihat bahwa watak Tuhan adalah kebenaran dan tak dapat disinggung. Tuhan membenci semua orang yang melawan-Nya demi posisi. Orang-orang seperti itu akan dikutuk dan dihukum Tuhan, dan tak ada yang bisa luput. Untuk mendapatkan status, kubersaing dengan orang lain demi ketenaran dan kekayaan, menyerang, dan menolak mereka yang mengejar kebenaran, aku juga pamer di mana-mana dan membawa orang ke hadapanku. Aku melawan Tuhan demi posisi dan orang-orang, dan ini sangat menyinggung watak Tuhan. Kurasa telah melakukan kejahatan besar dan dosa yang tak terampuni. Seolah-olah aku telah mengetuk pintu neraka. Aku sangat ketakutan hingga rasanya sulit bernapas. Aku tak tahu apakah masih bisa menerima belas kasihan Tuhan. Tuhan mungkin tidak mengampuniku. Apa Dia akan membunuh dan menghancurkanku kapan saja? Dalam kesakitan, kuberdoa kepada Tuhan berkali-kali, mengakui dosa-dosaku, dan bertobat. Kubilang, "Tuhan, aku telah berbuat jahat, menentang-Mu, dan menyinggung watak-Mu. Aku hidup dalam kepanikan setiap hari, takut hukuman dan kutukan bisa menimpaku kapan saja. Tuhan, aku ingin bertobat. Tolong selamatkan aku." Setelah berdoa, kurasa agak lebih tenang.

Selama kebaktian spiritualku, kubaca firman Tuhan ini, "Hari ini Tuhan menghakimi, menghajar dan menghukum engkau, tetapi ketahuilah bahwa penghukuman atasmu bertujuan supaya engkau dapat mengenal dirimu sendiri. Penghukuman, kutukan, penghakiman, hajaran—semua ini bertujuan agar engkau dapat mengenal dirimu sendiri, sehingga watakmu bisa berubah, dan terlebih lagi, supaya engkau dapat mengetahui nilaimu, dan melihat bahwa semua tindakan Tuhan adalah benar, dan sesuai dengan watak-Nya dan kebutuhan pekerjaan-Nya, bahwa Dia bekerja sesuai dengan rencana-Nya untuk keselamatan manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan yang benar yang mengasihi dan menyelamatkan manusia, yang menghakimi dan menghajar manusia. Jika engkau hanya tahu bahwa engkau memiliki status yang rendah, sudah rusak, dan tidak taat, tetapi tidak tahu bahwa Tuhan ingin menyatakan keselamatan-Nya dengan jelas melalui penghakiman dan hajaran yang dilakukan-Nya di dalam dirimu hari ini, berarti engkau tidak tahu cara mengalaminya, apalagi mampu terus maju. Tuhan tidak datang untuk membunuh, atau membinasakan, tetapi menghakimi, mengutuk, menghajar, dan menyelamatkan. Sebelum kesudahan dari rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun—sebelum Dia menyatakan akhir dari setiap kategori manusia—pekerjaan Tuhan di bumi adalah demi keselamatan, semua itu bertujuan agar orang-orang yang mengasihi Dia sempurna sepenuhnya, dan menuntun mereka supaya tunduk pada kekuasaan-Nya. ... Coba pikirkan: jika maksud kedatangan-Ku adalah untuk mempersalahkan dan menghukum, dan bukan untuk menyelamatkan engkau, dapatkah engkau hidup begitu lama? Bisakah engkau, makhluk berdosa dari daging dan darah ini, bertahan sampai hari ini? Jika hanya demi menghukummu, mengapa Aku menjadi manusia dan berusaha sampai seperti ini? Bukankah hanya perlu waktu sejenak untuk mengucapkan satu kata untuk menghukum engkau, manusia biasa? Apakah Aku masih perlu menghancurkanmu setelah dengan sengaja menghukummu? Apakah engkau masih tidak memercayai firman-Ku? Dapatkah Aku menyelamatkan manusia hanya dengan kasih dan belas kasihan? Atau bisakah Aku hanya menggunakan penyaliban untuk menyelamatkan manusia? Bukankah dengan watak-Ku yang benar lebih mudah menjadikan manusia sungguh-sungguh taat? Bukankah lebih berkuasa bila menyelamatkan manusia sepenuhnya?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Mengesampingkan Berkat Status dan Memahami Kehendak Tuhan untuk Memberikan Keselamatan kepada Manusia"). Aku sangat tersentuh setelah membaca firman Tuhan. Aku juga paham bahwa Tuhan menggunakan kata-kata keras untuk menyingkap dan menghakimiku, bahkan menghukum dan mengutukku, tapi Dia melakukan ini bukan untuk membunuhku. Justru, agar aku dapat mengenal diriku dan melihat dengan jelas natur jahatku melawan Tuhan, bisa bertobat, dan berubah. Itu juga memungkinkanku untuk mengetahui watak benar Tuhan. Ketika orang memperebutkan status, mengganggu, dan merusak pekerjaan rumah Tuhan, Tuhan membenci dan menganggapnya tak dapat ditoleransi. Tuhan adalah sumber dari semua hal positif, dan Dia tidak menoleransi kehadiran hal-hal negatif dan jahat. Gereja adalah tempat umat pilihan Tuhan menyembah Tuhan dan mengejar kebenaran. Itu juga tempat di mana kehendak Tuhan tidak terhalang. Namun, aku? Aku tidak memainkan peran positif di gereja. Yang kulakukan ialah mengganggu dan menghancurkan segala sesuatu, jadi murka Tuhan menimpaku dan aku dikeluarkan dari gereja, yang merupakan kebenaran Tuhan. Selama ini, aku tidak mengejar kebenaran, hanya mengejar ketenaran dan status. Ketika seseorang membahayakan posisiku, aku menjadi cemburu, tak puas, dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, yang merupakan jalan antikristus. Aku banyak berbuat jahat, dan pantas dihukum oleh Tuhan, tapi Dia tidak memperlakukanku setimpal dengan kejahatan yang kulakukan. Ketika aku kesakitan, putus asa, dan berpikir untuk mati, Tuhan takut aku akan diperdaya Iblis, jadi Dia menggunakan persekutuan saudariku dengan aku dan firman-Nya untuk mencerahkan, membimbing, dan meluputkanku dari kenegatifanku. Kurasa jauh di lubuk hatiku semua ini adalah kasih dan keselamatan Tuhan.

Setelah memahami kehendak Tuhan, aku tidak ingin tertekan lagi. Berikut, kubaca bagian lain firman Tuhan, "Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia harus berperilaku sesuai dengan statusnya sendiri, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Firman Tuhan membuatku jadi malu dan rikuh. Aku hanyalah makhluk ciptaan kecil, orang kotor dan rusak, tapi aku ingin dihormati dan dikagumi oleh orang lain. Aku pamer di mana-mana, mencoba mencuri pusat perhatian ke mana pun kupergi, dan menggunakan firman Tuhan untuk bersekutu dengan orang lain. Aku sungguh tak punya akal sama sekali! Aku tak punya satu pun kenyataan kebenaran, dan pengetahuan sejati tentang diriku. Yang kukatakan hanyalah huruf dan doktrin, tapi terus berbicara. Esensi kata-kataku ialah untuk membingungkan. Aku sama sekali tak berpengetahuan tentang diriku, tapi menyerang dan mengucilkan Xiaozhen. Aku sangat angkuh tanpa alasan. Aku sangat jelek dan amat menjijikkan! Aku harus melepaskan ambisi dan keinginanku, berperilaku dengan baik, berada di tempatku yang tepat, dan melakukan tugasku dengan praktis. Inilah nalar yang harus dimiliki makhluk ciptaan. Apa pun hasilku nantinya, kubersumpah akan melakukan tugasku dengan baik. Selama aku hidup, Kutahu aku harus mengejar kebenaran, melepaskan kerusakanku, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia untuk menghibur hati Tuhan. Setelah itu, kuberdoa kepada Tuhan setiap hari meminta-Nya untuk membimbingku dalam berintrospeksi sehingga aku bisa bertobat dan berubah. Ketika kubaca firman Tuhan, aku fokus membandingkan diriku dengannya, merenungkan, dan memeriksa apa yang kusingkap setiap hari. Perlahan, kudapatkan pengetahuan tentang watakku yang congkak, perbuatan jahatku, identitas, dan statusku. Aku juga melakukan yang terbaik untuk menyebarkan Injil kepada kerabat, teman, dan kenalanku, membantu pekerjaan gereja di tempat aku dapat melakukan bagianku, dan sering menjamu saudara-saudariku. Aku merasa sangat bahagia, dan memutuskan bahwa bagaimana pun Tuhan memperlakukanku atau apa aku punya tempat tujuan yang baik, aku tidak akan mencoba transaksi atau tuntutan apa pun, dan akan melakukan tugasku dengan baik.

Tak disangka, suatu hari pada Desember 2020, pemimpinku memberitahuku bahwa aku diterima kembali ke gereja, dan dapat menjalani kehidupan bergereja lagi. Ketika mendengar berita ini, aku sangat gembira sehingga air mata mengalir di mataku. Aku berpikir sendiri, "Aku banyak berbuat jahat, tapi ketika benar-benar bertobat, aku diterima kembali ke gereja. Ini benar-benar kasih dan belas kasihan Tuhan." Memikirkan kembali, aku selalu merasa bahwa aku belajar dengan baik, menanggung beban dalam tugasku, dan mengasihi saudara-saudariku. Hanya dengan disingkap, dikeluarkan, dihakimi, dan diungkap oleh firman Tuhan, kusadari bahwa aku telah dirusak oleh Iblis hingga menjadi tidak manusiawi dan yang kupikirkan hanyalah kejahatan. Kalau bukan karena penghakiman dan hajaran Tuhan, aku akan terus mengejar status untuk memuaskan ambisi dan keinginanku, tak pernah berintrospeksi, dan tak pernah tersadar. Aku benar-benar mengalami firman Tuhan, "Ketahuilah bahwa hajaran dan penghakiman Tuhan adalah terang, serta terang keselamatan manusia, dan tidak ada berkat, kasih karunia, atau perlindungan yang lebih baik bagi manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Setelah mengalami hal-hal ini, aku melihat watak benar Tuhan. Aku juga telah melihat perlindungan dan keselamatan Tuhan untukku. Meskipun watak rusakku masih sangat serius, aku rela bekerja keras untuk menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, menerima pemangkasan dan penanganan saudara-saudariku, mengejar untuk mengubah watakku, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan