Dibebaskan dari Keirihatian
Oleh Saudara Claude, PrancisDi awal tahun 2021, aku melayani sebagai pengkhotbah dan berpartner dengan Saudara Matthew untuk memimpin...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Saat pertama kali ditugaskan untuk memimpin pekerjaan penginjilan di gereja, aku tidak memperoleh hasil yang bagus, dan ini membuatku merasa sangat gelisah. Sekitar waktu itu, Annie dipindahkan ke gereja kami. Kudengar dia telah menjadi orang percaya selama lebih dari 20 tahun, dia telah meninggalkan segalanya untuk bekerja dan mengorbankan dirinya, memberitakan Injil di berbagai tempat, serta menghadapi bahaya dan kesulitan besar tanpa pernah menyerah. Karena hal ini, aku sangat menghormatinya, dan ketika pemimpinku mengatur agar Annie bekerja sama denganku dalam pekerjaan penginjilan, aku sangat senang. Selama pertemuan pertamanya dengan kami, Annie menceritakan pertemuannya dengan para pemimpin keagamaan yang mengganggu saat dia memberitakan Injil, dan bagaimana dia menyampaikan persekutuannya dan berdebat dengan mereka, membuat mereka tak mampu berkata-kata. Dia menceritakan tentang bagaimana dia mempersekutukan kebenaran kepada calon penerima Injil yang memiliki gagasan agamawi yang kuat dan pengetahuan Alkitab yang luas, dan pada akhirnya menyelesaikan kebingungan mereka. Dia membahas banyak kesulitan yang dia hadapi saat mengabarkan Injil, dan bagaimana dia dan saudara-saudari lainnya telah membayar harga untuk mengabarkan Injil di berbagai tempat. Dia juga menceritakan tentang para pemimpin tingkat atas yang menghargai dan membinanya serta memberinya beberapa tugas penting. Yang paling membuatku terkesan adalah ketika dia mempersekutukan tentang kasih Tuhan bagi manusia, matanya berlinang air mata. Dia berkata bahwa kita harus memikirkan maksud Tuhan, dan sebanyak apa pun kesukaran yang kita hadapi, sudah menjadi misi kita untuk menyebarluaskan Injil-Nya pada akhir zaman. Pada waktu itu, aku merasa Annie sangat mengasihi Tuhan, dan segera muncul rasa hormat kepadanya di hatiku. Kupikir, "Annie sudah lama percaya kepada Tuhan, dia memahami lebih banyak kebenaran dibandingkan kami, dan tingkat pertumbuhannya lebih tinggi daripada kami. Aku harus belajar darinya." Belakangan, saat kami melaksanakan tugas bersama-sama, kulihat Annie benar-benar mampu menanggung kesukaran, sering begadang untuk menindaklanjuti pekerjaan dan menyelesaikan masalah. Dia juga menunjukkan penyimpangan dan kekeliruan dalam pekerjaanku, dan menyampaikan persekutuan kepadaku tentang jalan penerapan. Ketika memberitakan Injil kepada calon penerima Injil, dia memberi contoh-contoh, menggunakan analogi, berbicara dengan sangat jelas, dan mampu menyelesaikan kebingungan yang mereka miliki. Selama pertemuan, saat dia berbicara tentang bagaimana dia pernah gagal melaksanakan tugasnya dengan baik, dia sering kali mulai menangis, mengatakan betapa dia berutang kepada Tuhan. Terkadang, para penyiram selalu menemuinya jika ada masalah yang harus diselesaikan, dan dia segera mencari waktu untuk membantu mereka. Dia juga sangat peduli jika melihatku sedang merasa kurang sehat. Semua itu membuatku makin menyukainya. Beberapa waktu kemudian, ketika dia terpilih sebagai pemimpin gereja, aku merasa makin yakin bahwa dia memahami kebenaran dan memiliki kenyataan. Aku makin menghormati dan mengaguminya. Aku melihat betapa sibuknya dia, pergi ke sana kemari membantu saudara-saudari menyelesaikan masalah mereka, dan ini membuatku merasa bahwa dia memiliki peran yang sangat penting di gereja, dan kami pasti tak mampu melaksanakan tugas tanpa dia. Ketika menghadapi masalah atau kesulitan, aku selalu mencarinya untuk bersekutu. Aku selalu dengan bersemangat mencatat pandangan dan gagasannya, serta menerapkan sarannya. Aku bahkan meniru beberapa perilakunya. Misalnya, ketika kulihat dia bekerja hingga larut malam, aku menganggapnya sebagai tanda bahwa dia kesetiaan dan mampu menanggung kesukaran dalam melaksanakan tugasnya, dan aku pun akan turut bekerja hingga larut malam. Meskipun aku tidak memiliki tugas mendesak yang harus diselesaikan dan dapat tidur lebih awal, jika kulihat Annie masih belum pergi tidur, aku pun turut begadang. Saat kulihat dia tetap teguh dan terus menyibukkan diri dengan tugasnya setelah dipangkas, kupikir itu berarti dia memiliki tingkat pertumbuhan dan kenyataan. Jadi, setelah aku dipangkas, meskipun aku sebenarnya merasa sangat sedih dan ingin mengambil waktu untuk merenung, ketika teringat perilaku Annie, aku bergegas kembali melaksanakan tugasku tanpa berfokus merenungkan dan mengenal diriku sendiri. Aku sama sekali tidak sadar bahwa aku sedang hidup dalam keadaan menghormati dan memuja seseorang. Aku tetap berada dalam keadaan seperti ini hingga terjadi beberapa hal yang secara berangsur membuatku mengetahui yang sebenarnya mengenai Annie.
Sebagai pemimpin gereja, Annie melakukan segala sesuatunya seorang diri, dan benar-benar mampu menderita dan membayar harga, tetapi masalah masih terus bermunculan satu demi satu, dan keefektifan pekerjaan gereja secara perlahan menurun. Suatu hari, diaken penyiraman, Saudari Laila, memberitahuku bahwa dia menemukan beberapa penyimpangan dalam pekerjaan Annie. Dia berkata Annie mengambil alih segalanya dan tidak mengizinkan saudara-saudari untuk berlatih, dan dia tidak berfokus untuk membina orang lain. Laila berkata Annie melakukan semua pekerjaan para diaken dan pemimpin tim, yang berarti tidak ada orang lain yang dapat berlatih, dan bahwa seiring waktu, semua orang mulai merasa tak berguna dan tak berarti, tetapi sangat menghormati Annie. Ini bukanlah suasana yang kondusif untuk orang melaksanakan tugasnya. Laila berkata dia ingin memberikan beberapa saran kepada Annie, dan memintanya memberikan lebih banyak kesempatan kepada orang lain untuk berlatih sehingga mereka dapat mengetahui kekurangan dan kelemahan mereka serta mengalami kemajuan dengan lebih cepat. Dengan demikian, semua orang akan bisa menggunakan bakat mereka, dan mereka pasti akan menjadi makin efektif dalam tugas mereka. Aku sangat mendukung ide Laila, jadi aku pergi bersamanya untuk berbicara dengan Annie. Aku terkejut mendapati Annie sangat tidak senang dengan saran kami, dan hanya mengernyitkan dahi dan tidak setuju dengan kami. Dia berkata bahwa saudara-saudari memiliki terlalu banyak kekurangan, bahwa mengajar mereka akan sangat merepotkan dan hanya akan memperlambat segala sesuatunya. Dia berkata bahwa lebih efektif dan efisien baginya untuk melakukan segala sesuatunya seorang diri. Mendengarnya mengatakan hal ini dengan begitu fasih, aku merasa sedikit bingung. Namun, setelah kurenungkan hal ini, aku sadar bahwa tidaklah tepat bagi Annie untuk bekerja dengan cara seperti itu. Orang lain tidak akan mendapatkan pelatihan apa pun, dan jika semuanya dikerjakan olehnya, pekerjaan itu tetap tidak akan selesai dengan baik. Namun kemudian, tebersit di benakku bahwa kami tidak memahami kebenaran, jadi kami pasti sama sekali tidak berguna dan menghambat segala sesuatunya jika kami berusaha bekerja sama dengannya untuk menyelesaikan masalah. Karena Annie memahami kebenaran dengan lebih baik, kupikir sebaiknya kami biarkan saja dia menangani semuanya. Akibatnya, meskipun Annie sangat sibuk setiap hari, masih ada banyak masalah yang belum diselesaikan. Saudara-saudari sangat pasif dalam tugas mereka dan selalu menunggunya untuk menyelesaikan masalah. Sebagian besar orang hidup dalam keadaan tertekan dan putus asa. Belakangan, seorang pemimpin tingkat atas mengetahui bahwa ada banyak masalah di gereja kami, jadi dia mengumpulkan penilaian tentang Annie dari saudara-saudari, dan mengetahui bahwa Annie sangat congkak, sombong, suka mengendalikan orang, tidak mau menerima saran orang lain, dan suka meninggikan dirinya sendiri, pamer, serta membawa semua orang ke hadapan dirinya. Setelah mengetahui hal ini, pemimpin dengan segera memberhentikannya. Dia juga menunjukkan bahwa kami tidak memiliki kearifan, dan selama ini kami dengan membabi buta menghormati dan memuja Annie. Dia mempersekutukan tentang bagaimana kami harus mencari prinsip kebenaran dalam tugas kami, dan tidak menghormati atau menaati manusia. Mendengar persekutuannya, aku sadar bahwa aku telah hidup dalam keadaan memuja seseorang secara terus-menerus, dan bahwa hubunganku dengan Tuhan sudah lama tidak normal. Aku teringat "Sepuluh Ketetapan Administratif yang Harus Ditaati Umat Pilihan Tuhan pada Zaman Kerajaan" berkata: "Orang yang percaya kepada Tuhan harus tunduk kepada Tuhan dan menyembah-Nya. Jangan meninggikan atau memuja orang lain; jangan menempatkan Tuhan di urutan pertama, orang yang kaupuja di urutan kedua, dan dirimu sendiri di urutan ketiga. Tak seorang pun boleh memiliki tempat di hatimu, dan engkau tidak boleh menganggap orang—terutama mereka yang kauhormati—sejajar dengan Tuhan, atau setara dengan-Nya. Ini tidak bisa ditoleransi oleh Tuhan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan). Aku merasa sedikit takut. Aku teringat bagaimana aku selama ini menghormati Annie sejak bertemu dengannya, dan bagaimana aku tidak berfokus mencari prinsip kebenaran dalam tugasku, dan malah hanya mengandalkan dirinya. Aku selalu mencarinya setiap kali ada masalah dan melakukan apa pun yang dia katakan. Aku sangat menghormatinya dan tidak memiliki tempat bagi Tuhan di hatiku. Bagiku tampaknya pekerjaan kami tidak dapat diselesaikan tanpa dia di gereja, seolah-olah kami dapat hidup dengan baik tanpa bimbingan Tuhan atau prinsip kebenaran. Apakah aku bisa disebut orang percaya? Bukankah aku hanya memuja dan mengikuti manusia? Perilaku seperti itu benar-benar menjijikkan bagi Tuhan! Tak heran aku tidak dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus dalam tugasku, dan selama ini tidak melihat kemajuan apa pun setelah berlatih begitu lama. Aku berdoa kepada Tuhan, ingin mengubah keadaanku dan tidak lagi menghormati orang lain.
Setelah itu, terjadi beberapa hal yang memperlihatkan kepadaku diri Annie yang sebenarnya. Setelah dia diberhentikan, meskipun tahu betul bahwa banyak saudara-saudari memuja dirinya, dia tetap tidak mau menganalisis ataupun berusaha mengenal dirinya sendiri selama pertemuan. Sebaliknya, dia bersikap seolah-olah dia telah diperlakukan tidak adil, berkata bahwa dia memuja rekan sekerjanya, Saudari Vera, dan ketika dia melaksanakan tugasnya, dia hanya melakukan semua yang Vera perintahkan kepadanya. Aku terkejut melihat dia melemparkan kesalahan kepada Vera, dan kupikir, "Pemimpin dengan jelas menyingkapkan dan menganalisis masalah dalam diri Annie, jadi mengapa dia tidak mengenal dirinya sendiri dan tak mau bertanggung jawab? Itu bukanlah yang terwujud dalam diri orang yang menerima kebenaran!" Belakangan, pemimpin memberi Annie tugas baru, yaitu melakukan pekerjaan penginjilan bersamaku, dan meskipun aku tidak menghormatinya seperti dahulu, aku tetap merasa sangat senang. Ada pepatah yang berbunyi, "Beruang yang lemah masih lebih kuat daripada ruasa," dan aku merasa Annie masih jauh lebih baik daripadaku, terlepas dari semua masalah dalam dirinya. Namun, saat bekerja bersamanya, aku mendapati dia tidak sesupel atau mudah bergaul seperti sebelumnya dan malah menjadi sangat intens. Saat kami mendiskusikan pekerjaan, dia tak mau mendengarkan pandanganku dan sering kali langsung menolaknya. Berkali-kali, dia menghindarkan diri berbicara denganku, dan malah pergi untuk mendiskusikan pekerjaan dengan saudari yang dahulu pernah bekerja sama dengannya. Ini membuatku merasa terkekang dan ditolak. Pada waktu itu, kami tidak memperoleh hasil apa pun dalam tugas kami, jadi kusampaikan persekutuanku kepadanya tentang masalah yang kutemukan dalam dirinya selama kami bekerja bersama. Aku terkejut mendapati dia tak mau mengakui masalah dalam dirinya, dan merasa bahwa dia tak punya masalah apa pun. Tanpa basa-basi dia menjawabku, "Aku akan berterus terang kepadamu, jadi jangan marah. Aku tidak terbiasa bekerja denganmu. Aku tidak menyukai cara kerjamu, dan itu membuatku tidak sabar." Mendengar perkataannya membuatku merasa makin negatif, dan merasa aku sedang menghalangi kemajuannya.
Beberapa waktu kemudian, pemimpin mendengar tentang masalah kami dan memangkas Annie karena bersikap congkak, merasa dirinya benar, dan tidak menerima kebenaran. Dalam suatu pertemuan, Annie berkata kepada semua orang bahwa dirinya dipangkas adalah kasih Tuhan. Dia menangis, mengakui bahwa dia telah mengecewakan Tuhan karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia tampak begitu tulus, sepertinya dia benar-benar mengenal dirinya sendiri. Namun, dalam interaksi pribadi kami, dia hanya menyebarkan kenegatifan, berkata bahwa dia sudah tamat, dan sama sekali tak punya keinginan untuk melaksanakan tugasnya. Aku berusaha menyampaikan persekutuanku kepadanya, tetapi dia tak mau mendengarkan. Ketika pemimpin berbicara tentang kemajuan yang dialami saudara atau saudari tertentu, dan betapa baiknya mereka melaksanakan tugas, Annie pasti menjadi makin negatif, menganggap pemimpin lebih menghargai orang lain daripada dirinya. Dia selalu bertanya kepadaku apakah orang lain menertawakan dirinya di belakangnya. Dia jelas merasa negatif dan hancur secara fisik dan mental, tetapi dia berpura-pura terlihat sangat hebat dan kuat dalam pertemuan, dan selalu berpura-pura menerima kebenaran dan memikirkan maksud Tuhan. Melihatnya saja membuatku merasa lelah. Terkadang, kutanyakan pada diriku sendiri, "Benarkah ini adalah orang yang dahulu sangat kuhormati dan kupuja? Dia tak tampak seperti orang yang memiliki kenyataan kebenaran!" Aku sadar dia begitu berfokus pada gengsi dan status, dan sama sekali tidak menerima kebenaran. Ketika sesuatu menimpanya, dia tidak berusaha mengenal dirinya sendiri, dan sering kali hanya berpura-pura. Dia bukan orang yang tepat. Belakangan, keadaannya terus memburuk. Pemimpin menyampaikan persekutuan kepadanya beberapa kali, dan meskipun dia tampak menerimanya, dia sebenarnya sama sekali tidak berubah. Dia bahkan membenci saudara-saudari dan memandang mereka dengan tatapan marah. Ketika pemimpin memangkas serta menyingkapkan masalah dalam dirinya, dia membenci dan menyalahkan Tuhan. Dia tak mampu menahan dirinya untuk tidak menyalahkan Tuhan atas semua hal buruk yang terjadi. Aku sadar bahwa dia memiliki natur yang kejam, dan bahwa dia membenci Tuhan dan kebenaran. Dia adalah setan, seorang antikristus. Belakangan, dia tidak lagi diizinkan menjalani kehidupan bergereja atau melaksanakan tugas.
Aku tak mampu menenangkan perasaanku untuk waktu yang lama setelah Annie pergi. Aku heran mengapa aku begitu memuja dan menghormatinya, bahkan sampai ingin menjadi seperti dia. Aku teringat bagaimana aku selalu mengagumi orang-orang yang fasih bicara, yang mampu menanggung penderitaan besar dan meninggalkan segalanya untuk mengorbankan diri mereka bagi Tuhan, dan orang-orang yang telah ditangkap dan disiksa tanpa mengkhianati Tuhan. Mengapa aku sangat memuja dan menghormati orang-orang ini? Gagasan apa yang mengendalikanku? Kemudian, suatu hari, aku membaca dua bagian firman Tuhan yang berkata: "Beberapa orang mampu menanggung kesukaran, bisa membayar harga, secara lahiriah berperilaku sangat sopan, sangat dihormati, dan dikagumi oleh orang lain. Apakah menurutmu perilaku lahiriah seperti ini bisa dianggap melakukan kebenaran? Bisakah orang memastikan bahwa orang-orang semacam itu memuaskan maksud Tuhan? Mengapa berulang kali orang melihat individu semacam ini dan berpikir bahwa mereka memuaskan hati Tuhan, berjalan di jalan menerapkan kebenaran, dan mengikuti jalan Tuhan? Mengapa beberapa orang berpikir seperti ini? Hanya ada satu penjelasan untuk itu. Penjelasan seperti apakah itu? Itu karena bagi banyak orang, pertanyaan tertentu—misalnya, apa arti melakukan kebenaran, apa arti memuaskan Tuhan, dan apa arti benar-benar memiliki kenyataan kebenaran—tidak begitu jelas. Dengan demikian, ada beberapa orang yang sering disesatkan oleh mereka yang secara lahiriah tampak rohani, mulia, luhur, dan hebat. Adapun orang yang mampu dengan fasih membicarakan kata-kata dan doktrin, dan yang ujaran serta tindakannya sepertinya layak dikagumi, orang-orang yang terperdaya oleh mereka tidak pernah melihat esensi dari tindakan mereka, prinsip yang melatarbelakangi perbuatan mereka, atau apa tujuan mereka. Terlebih lagi, mereka tidak pernah melihat apakah orang-orang ini sungguh tunduk kepada Tuhan, dan mereka juga tidak pernah memastikan apakah orang-orang ini sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Mereka tidak pernah mengenali esensi kemanusiaan orang-orang ini. Sebaliknya, mulai dari langkah pertama berkenalan dengan orang-orang tersebut, mereka sedikit demi sedikit mulai mengagumi dan menghormati orang-orang ini, dan pada akhirnya, orang-orang ini menjadi idola mereka. Lagi pula, dalam pikiran beberapa orang, idola yang mereka puja—dan yang mereka anggap sanggup meninggalkan keluarga serta pekerjaan mereka, dan yang tampak di luarnya mampu membayar harga—adalah orang-orang yang benar-benar memuaskan Tuhan dan dapat memperoleh kesudahan yang baik dan tempat tujuan yang baik. Dalam pikiran mereka, idola-idola ini adalah orang-orang yang dipuji Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"). "Hanya ada satu akar penyebab yang membuat orang memiliki tindakan dan sudut pandang sebodoh itu, atau pendapat dan pengamalan sepihak—dan hari ini Aku akan memberitahukannya kepadamu: alasannya adalah bahwa meskipun orang dapat mengikuti Tuhan, berdoa kepada-Nya setiap hari, dan membaca perkataan-Nya setiap hari, mereka sebenarnya tidak memahami maksud-Nya. Di sinilah letak akar masalahnya. Jika seseorang memahami hati Tuhan dan mengetahui apa yang disukai-Nya, apa yang dibenci-Nya, apa yang diinginkan-Nya, apa yang ditolak-Nya, orang macam apa yang disukai-Nya, orang macam apa yang tidak disukai-Nya, standar seperti apa yang digunakan-Nya saat menyampaikan tuntutan kepada manusia, dan pendekatan seperti apa yang Dia ambil untuk menyempurnakan mereka, lalu mungkinkah orang tersebut tetap memiliki pendapat pribadinya sendiri? Bisakah orang seperti ini pergi begitu saja dan memuja orang lain? Mungkinkah manusia biasa menjadi idola mereka? Orang-orang yang memahami maksud Tuhan memiliki sudut pandang yang sedikit lebih rasional dari itu. Mereka tidak akan secara sembarangan memuja orang yang rusak, mereka juga tidak akan meyakini, sementara menempuh jalan menerapkan kebenaran, bahwa mematuhi beberapa aturan atau prinsip sederhana secara membabi buta adalah sama dengan menerapkan kebenaran" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"). Firman Tuhan benar-benar menyingkapkan keadaanku yang sebenarnya. Aku sadar bahwa aku telah memiliki sudut pandang yang keliru dalam imanku selama bertahun-tahun, mengira jika seseorang sudah lama percaya kepada Tuhan, jika dia dengan bersemangat mengorbankan dirinya, menderita dan membayar harga, dan melakukan banyak pekerjaan, ini berarti dia menerapkan kebenaran dan memiliki kenyataan kebenaran, dan bahwa dia adalah jenis orang yang menyenangkan Tuhan dan memiliki tempat di gereja. Jadi, ketika kuketahui bahwa Annie telah menjadi orang percaya selama bertahun-tahun, bahwa dia telah banyak berkorban dan menderita untuk mengabarkan Injil, bahwa dia jelas dan logis dalam khotbah dan persekutuannya, aku disesatkan oleh citranya yang hebat dan perilakunya yang baik, dan mulai menghormati dan memujanya. Hanya setelah membaca bagian-bagian firman Tuhan, barulah aku sadar betapa bodoh dan bebalnya diriku, dan betapa tak masuk akalnya gagasan yang kuyakini selama ini. Ketika seseorang berkorban dan mengorbankan dirinya sendiri, ketika dia menderita dan membayar harga dalam tugasnya, itu hanyalah perilaku baik di luarnya. Bukan berarti dia memiliki kemanusiaan yang baik ataupun mencintai kebenaran, dan tentu saja bukan berarti dia memiliki kenyataan kebenaran. Meskipun Annie adalah seorang pembicara yang berbakat dan telah terus-menerus menyangkal dan mengorbankan dirinya selama 20 tahun menjadi orang percaya, dia memperlakukan hal-hal ini sebagai modal pribadi, dan selalu menggunakannya untuk pamer, berbual tentang dirinya, dan membawa orang ke hadapannya. Dia sama sekali tak mampu menerima atau menerapkan kebenaran. Sebanyak apa pun dia dipangkas, atau sebanyak apa pun kegagalan atau kesalahan yang dia lakukan, dia tak pernah merenung untuk mengenal dirinya sendiri, dan yang pasti, dia tidak sungguh-sungguh bertobat. Ketika dia dihargai oleh orang lain dan memiliki status yang tinggi, dia sangat bersemangat melaksanakan tugasnya, dan mampu begadang dan mengerahkan segenap upaya ke dalamnya. Namun setelah dia diberhentikan, dia kehilangan semua keinginan untuk melaksanakan tugasnya, dan bersikap menentang serta penuh kebencian. Dalam berinteraksi secara pribadi, dia menyebarkan hal-hal negatif, tetapi di luarnya, dia berkata bahwa dia berutang kepada Tuhan dan tampak sangat menyesal. Hal ini membuat orang lain merasa bahwa dia memikirkan maksud Tuhan, bahwa dia memiliki tingkat pertumbuhan dan memiliki kenyataan, sehingga mereka semua menghormati dan memujanya. Setelah dia dipangkas, dia memberi tahu semua orang bahwa itu adalah kasih Tuhan, tetapi diam-diam dia menyalahkan dan membenci Tuhan. Bukankah dia adalah antikristus yang membenci kebenaran dan Tuhan? Akhirnya aku mengerti bahwa hanya karena seseorang sudah lama percaya kepada Tuhan, dan mampu berkorban dan fasih berbicara, memiliki pengalaman, dan dihargai oleh orang lain, bukan berarti dia memiliki kenyataan kebenaran, dan tentu saja bukan berarti dia menyenangkan Tuhan. Berapa lama pun seseorang telah percaya atau sekeras apa pun dia telah bekerja, jika dia sama sekali tidak menerapkan kebenaran dan jika watak Iblis dalam dirinya tidak berubah, maka esensi orang itu tetaplah menentang Tuhan, dan pada akhirnya dia akan disingkapkan dan disingkirkan. Ini menggenapi firman Tuhan Yesus: "Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan" (Matius 7:22-23). Kemudian, aku teringat firman Tuhan: "Aku tidak peduli seberapa baik kerja kerasmu, seberapa mengesankan kualifikasimu, seberapa dekat engkau mengikuti Aku, seberapa terkenalnya engkau, atau seberapa banyak engkau telah memperbaiki sikapmu; selama engkau belum memenuhi tuntutan-Ku, engkau tidak akan pernah bisa mendapatkan pujian-Ku. Hapus semua gagasan dan perhitunganmu secepat mungkin, dan mulailah memperlakukan tuntutan-Ku dengan serius; jika tidak, Aku akan mengubah semua orang menjadi abu untuk mengakhiri pekerjaan-Ku, seburuk-buruknya, itu membuat pekerjaan dan penderitaan-Ku selama bertahun-tahun menjadi sia-sia, karena Aku tidak bisa membawa musuh-musuh-Ku dan orang yang berbau kejahatan dan berpenampilan seperti Iblis untuk masuk ke dalam kerajaan-Ku, ataupun membawa mereka ke zaman berikutnya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pelanggaran akan Menuntun Manusia ke Neraka"). "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diubah oleh siapa pun" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Firman Tuhan benar-benar menyentuh hatiku. Tuhan tidak menentukan kesudahan atau tempat tujuan seseorang berdasarkan seberapa banyak dia telah bekerja keras dan berkontribusi, seberapa baik dia berperilaku, atau seberapa banyak pekerjaan yang telah dia lakukan, Dia menentukannya berdasarkan apakah dia memiliki kebenaran atau tidak. Tuhan tidak menilai orang dari apa yang terlihat di luarnya, Dia menilai orang berdasarkan esensi dirinya. Dia melihat apakah dia mencintai kebenaran dan mampu menerapkannya, apakah dia tunduk kepada-Nya dan mengikuti kehendak-Nya atau tidak. Aku sadar bahwa Tuhan benar-benar memiliki watak yang adil dan kudus. Ada standar yang digunakan-Nya untuk menilai orang, dan ada prinsip tentang cara Dia memperlakukan orang, tanpa tercampur dengan perasaan daging sedikit pun. Tuhan tidak akan menentukan bahwa seseorang itu benar atau baik hanya karena dia menunjukkan sedikit semangat, atau apakah dia berkontribusi atau sedikit menderita. Sebaliknya, berapa lama pun seseorang telah percaya kepada Tuhan, sebanyak apa pun pekerjaan yang telah dia lakukan, atau sebaik apa pun reputasinya, pada akhirnya dia akan disingkirkan oleh Tuhan jika dia tidak menerapkan kebenaran dan mengubah watak rusaknya. Setelah memahami hal ini, aku makin merasa betapa bodoh dan menyedihkannya diriku. Sepanjang tahun-tahun imanku, aku tidak mengejar kebenaran atau memahami maksud Tuhan. Aku hanya mendasarkan kepercayaanku pada gagasan dan imajinasiku sendiri, dan selalu memuja orang lain. Aku sangat buta dan bodoh! Aku teringat firman Tuhan: "Di antara semua manusia, tidak ada seorang pun yang dapat menjadi teladan bagi orang lain, karena semua manusia pada dasarnya sama dan tidak berbeda satu sama lain, dengan sedikit hal yang membedakan mereka satu dari yang lainnya. Karena alasan inilah, bahkan manusia zaman sekarang masih belum dapat sepenuhnya mengetahui pekerjaan-Ku. Hanya ketika hajaran-Ku turun ke atas segenap umat manusia, barulah tanpa sepengetahuan mereka, mereka menjadi sadar akan pekerjaan-Ku, dan tanpa Aku melakukan apa pun atau memaksa siapa pun, manusia akan mulai mengenal Aku, dan dengan demikian menyaksikan pekerjaan-Ku. Inilah rencana-Ku, inilah aspek dari pekerjaan-Ku yang diwujudkan, dan inilah yang harus manusia ketahui" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 26"). Firman Tuhan sangat jelas. Manusia telah dirusak oleh Iblis dan memiliki esensi Iblis. Satu-satunya yang kita perlihatkan adalah watak Iblis dalam diri kita. Tak seorang pun dari kita yang layak dipuja. Jika saja aku memahami hal itu sebelumnya, aku tak akan pernah memuja atau mengidolakan seseorang.
Segera setelah itu, aku diberhentikan karena sudah lama tidak memperoleh hasil apa pun dalam tugasku. Pada waktu itu, aku banyak berpikir dan merenungkan alasan kegagalanku. Aku mengingat kembali bagaimana selama ini aku terjebak dalam keadaan memuja dan menghormati Annie, dan bagaimana selama ini aku yakin bahwa dia memahami kebenaran dan memiliki kenyataan hanya karena dia sudah lama menjadi orang percaya, memberitakan Injil selama bertahun-tahun, banyak menderita, dan memiliki banyak pengalaman kerja. Aku sering kali meniru perilakunya dan menemuinya jika ada masalah. Aku selalu dengan segera menerima pandangan apa pun yang dia nyatakan, tanpa berpikir dua kali, dan hanya melakukan apa pun yang dia katakan. Aku sama sekali tidak memiliki tempat bagi Tuhan di hatiku. Aku tidak mencari kebenaran ketika menghadapi masalah, dan tidak ada prinsip apa pun dalam tindakanku. Selama ini aku hanya mendengarkan seseorang—Annie. Bagaimana itu bisa dikatakan percaya kepada Tuhan? Bukankah aku hanya mengikuti seseorang? Sebagaimana Tuhan katakan: "Apa yang engkau kagumi bukanlah kerendahhatian Kristus, melainkan gembala-gembala palsu yang berkedudukan menonjol. Engkau tidak menyukai keindahan ataupun hikmat Kristus, tetapi menyukai orang-orang cabul yang terlibat dalam kekejian dunia. Engkau menertawakan penderitaan Kristus yang tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya, tetapi mengagumi mayat-mayat yang berburu persembahan dan hidup dalam pesta pora. Engkau tidak bersedia menderita bersama Kristus, tetapi dengan senang hati pergi ke pelukan para antikristus yang sembrono itu, meskipun mereka hanya membekalimu dengan daging, kata-kata, dan kendali. Bahkan sekarang pun, hatimu masih mengarah kepada mereka, pada reputasi mereka, status mereka, dan pengaruh mereka. Namun, engkau terus memiliki sikap yang menganggap pekerjaan Kristus terlalu sulit untuk diterima dan tidak bersedia menerimanya. Inilah mengapa Aku berkata bahwa engkau tidak memiliki iman untuk mengakui Kristus. Alasanmu mengikut Dia sampai hari ini hanyalah karena engkau tidak punya pilihan lain. Serangkaian citra mulia akan selamanya melekat di hatimu; engkau tidak dapat melupakan setiap kata dan perbuatan mereka, juga perkataan serta tangan mereka yang berpengaruh. Di dalam hatimu, mereka selamanya agung dan selamanya pahlawan. Namun tidaklah demikian bagi Kristus zaman sekarang. Di dalam hatimu, Dia selamanya tidak penting, dan selamanya tidak layak untuk ditakuti. Karena Dia terlalu biasa, pengaruhnya terlalu kecil, dan jauh dari agung" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Engkau Benar-benar Orang yang Percaya kepada Tuhan?"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku yang sebenarnya. Ketika aku mengingat kembali tahun-tahun imanku, aku melihat bahwa orang-orang yang kukagumi semuanya memiliki kualitas dan bakat, dan didukung serta dihargai oleh orang lain, dan aku memandang setiap perkataan dan perbuatan mereka sebagai contoh untuk ditiru. Aku tak pernah bertanya pada diriku sendiri apa maksud Tuhan, apakah tindakanku sesuai dengan yang Tuhan inginkan, atau apakah itu sesuai dengan prinsip kebenaran atau tidak. Aku hanya membabi buta memuja dan mengikuti orang lain, dan bahkan berharap untuk menjadi seperti mereka. Selama ini aku telah menempuh jalan yang salah, mengejar lebih banyak penderitaan dan pekerjaan, serta mengandalkan kualitas dan pengalaman saat melaksanakan tugasku. Aku tidak berfokus mencari prinsip kebenaran dan aku bahkan tidak terlalu menekankan jalan masuk kehidupanku sendiri. Akibatnya, aku tidak banyak memahami kebenaran selama bertahun-tahun beriman, dan hidupku menderita. Aku sadar betapa bodoh dan menyedihkannya diriku. Tuhan telah memberi kami begitu banyak firman, dan aku belum menghafal satu pun darinya, tetapi aku mampu mengingat dengan sangat jelas semua yang Annie katakan, dan semua pandangan yang dia nyatakan, dan aku selalu bergegas untuk melaksanakannya. Aku selalu mengandalkan dia dalam tugasku, dan sama sekali tidak memiliki tempat bagi Tuhan di hatiku. Keadaan dengan Annie ini telah menyingkapkan diriku sepenuhnya. Terutama setelah pemberhentiannya, ketika banyak masalah dalam dirinya telah tersingkap dan kami mulai kembali bekerja sama, aku masih memiliki citra yang baik tentang dirinya di benakku. Aku terus mengandalkannya dalam tugasku dan terus mengingat pepatah, "Beruang yang lemah masih lebih kuat daripada rusa," meyakini bahwa Annie masih lebih baik daripadaku meskipun dia memiliki beberapa masalah dalam dirinya. Ini semata-mata adalah pandangan Iblis. Aku terlalu memujanya, aku tidak mencari prinsip kebenaran dalam interaksi kami dan aku sama sekali tidak memiliki kearifan. Aku selama ini selalu memandang segala sesuatu berdasarkan perkataan setan si Iblis. Lalu beberapa waktu kemudian, setelah makin banyak masalah dalam diri Annie yang tersingkap, aku tetap tidak mengetahui yang sebenarnya mengenai dirinya ataupun menyingkapkannya. Aku hanya terus mengikutinya, terkekang olehnya, dan hidup dalam keadaan negatif dan penderitaan. Aku benar-benar pantas menerima semua ini! Aku telah menghormati Annie dan mengandalkannya dalam tugasku, tetapi apa yang pernah dia berikan kepadaku? Penyesatan, kekangan, dan penolakan. Dia juga telah membuatku merasa sedih dan tertekan, tanpa harapan untuk dibebaskan, dan aku menjadi makin jauh dari Tuhan. Meskipun aku percaya kepada Tuhan, aku tidak mencari atau mengandalkan Dia, dan aku sama sekali tidak mengejar kebenaran. Aku hanya memuja dan mengikuti orang. Aku adalah orang bodoh yang sama sekali tidak memiliki kearifan. Kegagalan dan kejatuhanku seperti itu sebenarnya merupakan keadilan dan keselamatan Tuhan. Melalui penyingkapan ini, aku dapat melihat dengan jelas jalan salah yang sedang kutempuh, memeriksa pandangan tak masuk akal yang kuyakini, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam diriku. Pada saat yang sama, aku juga merasakan pentingnya mengejar kebenaran. Tuhan berkata bahwa, "Mereka yang tidak mengejar kebenaran tidak bisa mengikuti sampai akhir" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Sudah Seharusnya Mempertahankan Kesetiaanmu kepada Tuhan"), dan ini sangat nyata. Mereka yang tidak mengejar kebenaran akan disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Kegagalan orang yang selama ini kuhormati—dan juga kegagalanku sendiri—merupakan bukti terbaik akan hal ini.
Beberapa bulan kemudian, aku dipasangkan dengan Sarah untuk pekerjaan penginjilan. Kudengar setelah percaya kepada Tuhan, dia melepaskan pekerjaan yang bagus agar dapat melaksanakan tugasnya, dan dia benar-benar mampu menanggung kesukaran, memiliki kualitas yang bagus, dan memiliki pengalaman mengabarkan Injil. Aku sudah lama mengenalnya dan melihat bahwa dia sangat peduli dengan pekerjaan gereja. Dia secara aktif bersekutu dalam pertemuan, dan bagaimanapun keadaannya atau sebanyak apa pun orang yang berada di sana, dia tak pernah merasa terkekang, dan dia berbicara dengan tenang dan tanpa rasa takut. Dia selalu menyampaikan persekutuannya dan membantu saudara-saudari ketika mereka mengalami masalah, dan semua orang sangat menyukainya. Aku merasa dia adalah orang yang mengejar kebenaran, dan aku sangat menghormatinya. Dan meskipun aku senang memiliki kesempatan untuk bekerja bersamanya, aku juga mengingat kegagalanku yang sebelumnya, dan bagaimana menghargai kualitas dan bakat orang lain telah membuatku memuja dan mengikuti mereka. Aku telah menempuh jalan yang salah karena hal ini dan ini telah merugikan hidupku. Aku tahu bahwa aku tak boleh memandang segala sesuatu melalui sudut pandang yang keliru dalam hal interaksiku dengan Sarah, dan bahwa aku harus memperlakukan Sarah berdasarkan prinsip kebenaran. Sarah memiliki kualitas dan pengalaman yang baik dalam memberitakan Injil, jadi aku harus banyak belajar darinya untuk menutupi kekuranganku. Namun, dia juga adalah manusia yang rusak, memiliki watak rusak, kekurangan, dan kelemahan. Aku tidak boleh memuja dan mengandalkan dia. Jika dia memiliki masalah atau penyimpangan dalam tugasnya, aku tak boleh secara membabi buta mengikutinya begitu saja. Aku harus menggunakan kearifan dan memperlakukan dia berdasarkan prinsip kebenaran. Beberapa waktu kemudian, dalam diskusi kerja kami, kulihat sebagian besar saran Sarah sangat tidak praktis. Aku dan beberapa saudari lainnya merasa bahwa saran-saran itu tidak akan berguna, tetapi Sarah sangat bersikeras dengan sarannya. Setiap kali gagasannya tidak disetujui, kami akan terus berkutat di dalamnya, dan tetap mengalami kebuntuan untuk waktu yang lama, yang mana ini sangat memperlambat kemajuan pekerjaan kami. Lambat laun, aku sadar bahwa Sarah congkak, merasa dirinya benar, dan keras kepala, dan dia selalu marah jika sarannya tidak dipakai. Dia selalu kehilangan kesabaran, dan ini mengekang orang lain. Dia tidak berperan positif dalam kelompok kami, dan dia mengganggu dan menghambat kemajuan pekerjaan, jadi kulaporkan semua perilakunya yang konsisten kepada pemimpin. Setelah memahami keadaannya, pemimpin menyingkapkan dan menganalisis masalah dalam diri Sarah dan berusaha membantunya, tetapi dia tidak mau menerimanya sehingga pemimpin memberhentikannya. Setelah mengalami itu, aku merasa sangat tenang. Aku merasa akhirnya pandanganku yang keliru telah dibalikkan dan aku tidak lagi memuja dan mengikuti orang seperti dahulu. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah mengatur keadaan itu untuk membantuku mendapatkan kearifan dan memetik pelajaran itu.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Claude, PrancisDi awal tahun 2021, aku melayani sebagai pengkhotbah dan berpartner dengan Saudara Matthew untuk memimpin...
Aku menjadi orang percaya sejak kecil dan bertekad melayani Tuhan sepanjang hidupku. Tiga tahun aku mengikuti sekolah agama di mana aku...
Oleh Saudari Yong Sui, KoreaSuatu hari dalam pertemuan di akhir Maret, seorang pemimpin berbicara tentang seorang saudara yang telah...
Oleh Saudari Chen Yang, Tiongkok Sebelum menjadi orang percaya, kupikir perkataan "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan...