Aku Percaya kepada Tuhan: Kenapa Menyembah Manusia?

03 Juni 2022

Oleh Saudari You Xin, Korea

Saat aku memimpin pekerjaan penginjilan gereja, pencapaian tim kami tidak baik, dan aku sangat cemas. Lalu, Wu Ping dipindahkan ke gereja kami. Kudengar dia telah percaya lebih dari 20 tahun dan banyak berkorban untuk Tuhan, telah berkhotbah di banyak tempat, dan melalui banyak bahaya tanpa pernah menyerah. Aku sangat menghormati dia. Tak lama, pemimpinku mengatur agar Wu Ping bermitra denganku dalam pekerjaan Injil, dan aku sangat senang. Pertemuan pertamanya dengan kami benar-benar berkesan. Dia bercerita bagaimana dia menghadapi gangguan pemimpin agama saat menyebarkan Injil, bagaimana dia bersekutu dan berdebat dengan mereka, membungkam mereka, bersekutu dengan orang bergagasan agama kuat dan berpengetahuan alkitabiah, lalu menuntaskan kebingungan mereka. Dia juga membicarakan banyak kesulitan dalam penginjilan, harga yang dia dan saudara-saudari lain bayar untuk menyebarkan Injil di berbagai daerah, bagaimana para pemimpin tingkat atas menghargai dan membinanya, memberinya tugas penting. Yang paling hebat, saat membicarakan kasih Tuhan kepada manusia, matanya berkaca-kaca, dia bilang kita harus pertimbangkan kehendak Tuhan, dan kesulitan apa pun yang dihadapi, kita harus sebarkan Injil akhir zaman, itu misi kita. Saat itu, kulihat dia tampak sangat mengasihi Tuhan dan rasa hormatku untuknya langsung tumbuh. Aku merasa dia telah sangat lama beriman, memahami lebih banyak kebenaran dari kami, dan punya tingkat pertumbuhan lebih besar, jadi aku harus belajar darinya.

Setelah itu, kami mulai melakukan tugas bersama-sama, dan saat bekerja bersama, kulihat Wu Ping bisa menghadapi kesulitan, sering bekerja larut untuk menindaklanjuti pekerjaan dan memecahkan masalah. Dia menunjukkan kesalahan dan kelalaian dalam pekerjaanku dan bersekutu tentang jalan penerapan. Saat membagikan Injil, dia memberi contoh dan memakai metafora, perkataannya sangat jelas, dan bisa menyelesaikan kebingungan orang. Saat membicarakan kekurangan pekerjaannya di pertemuan, dia menangis, berkata dia sangat berutang kepada Tuhan. Terkadang, saat staf penyiraman punya pertanyaan untuknya, dia segera mencari waktu untuk membantu mereka. Dia juga sangat peduli saat melihat aku tidak sehat. Saat itu, aku makin menyukai dia. Dia lalu terpilih sebagai pemimpin gereja, dan aku makin merasa dia punya kenyataan kebenaran, makin mengagumi dan menghormatinya. Aku melihatnya terus mondar-mandir di gereja, membantu saudara-saudari menyelesaikan masalah, dan aku merasa perannya sangat penting di gereja, kami tidak akan bisa berfungsi tanpa dia. Saat mengalami masalah, aku akan mencari dia untuk persekutuan dan dengan semangat mencatat pandangannya dan perkataannya, lalu melakukan apa pun yang dia sarankan. Aku bahkan meniru beberapa perilakunya, seperti saat melihat dia sering bergadang, kupikir itu penderitaan untuk tugas seseorang dan pengabdian, jadi aku juga bergadang. Terkadang tidak ada hal mendesak dan aku bisa tidur lebih awal, tapi saat melihat Wu Ping bergadang, aku akan bergadang juga. Kulihat dia tetap kuat setelah ditangani, dan masih disibukkan dengan tugasnya. Kupikir seperti inilah punya tingkat pertumbuhan dan kenyataan. Aku sangat kesal saat ditangani, ingin menjalani masa teduh dan merenung, tapi mengingat perilaku Wu Ping, aku bergegas kembali ke tugas tanpa fokus belajar tentang diriku. Aku hidup dalam keadaan menyembah, memuja Wu Ping tanpa kesadaran sedikitpun. Lalu, Tuhan mengatur situasi yang perlahan memungkinkanku memahami Wu Ping.

Saat menjadi pemimpin gereja, dia sangat aktif dan mau melakukan apa pun, tapi masalah dalam pekerjaan kami berlipat ganda, dan efektivitas pekerjaan gereja perlahan menurun. Suatu hari, diaken penyiraman, Saudari Yang memberitahuku dia menemukan masalah dalam pekerjaan Wu Ping, dia menangani semua pekerjaan tanpa mengizinkan saudara-saudari untuk menerapkan, dan tidak membina orang. Dia melakukan pekerjaan diaken dan pemimpin tim, jadi tidak ada yang punya kesempatan menerapkan. Seiring waktu, semua orang merasa tidak berguna, dan mereka sangat mengagumi dia. Itu bukan suasana yang sehat. Saudari Yang bilang ingin bicara kepada Wu Ping tentang memberi orang lain lebih banyak kesempatan menerapkan agar bisa mengetahui kekurangan mereka dan lebih cepat membuat kemajuan, lalu bisa memakai bakat mereka juga, kinerja mereka dalam tugas pun pasti meningkat. Aku sangat mendukung ide Saudari Yang, jadi aku pergi bersamanya untuk bicara dengan Wu Ping. Tapi ternyata Wu Ping benar-benar tidak senang. Dia merengut dan tidak setuju dengan kami. Katanya orang lain punya terlalu banyak masalah, mengajari mereka merepotkan dan menghambat pekerjaan. Lebih baik dan lebih efisien jika dia melakukan semuanya sendiri. Dia menjelaskannya dengan baik, aku terdiam saat itu, tapi saat memikirkannya lagi, aku merasa dia tidak bekerja dengan benar. Jika begitu, kami tidak bisa membina orang. Saudara-saudari tidak akan dilatih, dan kami bergantung kepadanya, lalu pekerjaannya tidak akan bagus. Tapi kupikir kami tidak memahami kebenarannya, jadi ikut memecahkan masalah bersamanya akan sia-sia, kami hanya akan menghambat. Dia lebih memahami kebenaran, jadi kami harus biarkan dia mengurus semuanya. Jadi, Wu Ping sangat sibuk setiap hari, tapi tetap ada banyak masalah. Saudara-saudari sangat pasif dalam tugas dan menunggu dia menyelesaikan masalah. Kebanyakan orang murung dan depresi sepanjang waktu. Lalu, seorang pemimpin tingkat atas mendapati ada banyak masalah di gereja kami, dan mengumpulkan penilaian untuk Wu Ping, yang menunjukkan dia sangat congkak dan otokratis, serta tidak mau menerima saran. Dia juga mengagungkan diri, selalu pamer, dan membuat orang menyembahnya. Dia langsung dicopot. Pemimpin itu juga bilang kami tak punya ketajaman dan hanya serta-merta memuji Wu Ping, lalu menyuruh kami mencari prinsip kebenaran dalam tugas kami, tidak menyembah manusia. Aku lalu sadar telah hidup dalam keadaan memuja manusia, aku tidak punya hubungan yang normal dengan Tuhan. Aku teringat ketetapan administratif kedelapan: "Orang yang percaya kepada Tuhan harus menaati Tuhan dan menyembah-Nya. Jangan meninggikan atau memuja orang lain; Jangan menempatkan Tuhan di urutan pertama, orang yang kaupuja di urutan kedua, dan dirimu sendiri di urutan ketiga. Tak seorang pun boleh memiliki tempat di hatimu, dan engkau tidak boleh menganggap orang—terutama mereka yang kauhormati—sejajar dengan Tuhan, atau setara dengan-Nya. Ini tidak bisa ditoleransi oleh Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sepuluh Ketetapan Administratif yang Harus Ditaati Umat Pilihan Tuhan pada Zaman Kerajaan"). Aku merasa sedikit takut, seperti telah menyinggung watak Tuhan. Aku teringat bagaimana aku mengagumi Wu Ping sejak bertemu dengannya dan tidak mencari prinsip kebenaran dalam tugasku, hanya mengandalkan dia. Aku mendatangi dia untuk semua masalahku, melakukan apa pun yang dia katakan. Aku sangat menghormati dia dan tidak punya tempat untuk Tuhan di hatiku. Bagiku, pekerjaan kami tidak bisa diselesaikan tanpa dia di gereja, seakan kami bisa melakukannya tanpa bimbingan Tuhan dan prinsip kebenaran, tapi kami harus memiliki dia. Apa aku bahkan orang percaya? Bukankah ini hanya menyembah dan mengikuti manusia? Ini membuat Tuhan sangat jijik. Pantas saja aku tidak bisa memperoleh pekerjaan Roh Kudus dalam tugasku, dan tidak melihat kemajuan setelah sekian lama. Aku berdoa kepada Tuhan, ingin mengubah keadaanku dan berhenti memuja manusia.

Setelah itu, terjadi beberapa hal yang menunjukkan wajah asli Wu Ping. Setelah diberhentikan, tahu betul ada banyak orang yang memujanya, dia tetap tidak mau menganalisis atau belajar tentang dirinya dalam pertemuan, justru berperilaku seperti begitu teraniaya, berkata dia mengagumi mitranya, Saudari Zhou, dan mendengarkan semua perkataannya. Aku kaget melihatnya menyalahkan Saudari Zhou. Kupikir pemimpin telah dengan jelas menyingkap dan menganalisis masalahnya, kenapa dia tidak punya pemahaman diri atau bertanggung jawab? Inilah rupa tidak menerima kebenaran. Lalu, pemimpin memberinya tugas melakukan pekerjaan Injil denganku, dan meskipun tidak mengaguminya seperti dulu, aku sangat senang. Mereka bilang unta kurus lebih besar dari kuda, dan aku masih merasa Wu Ping jauh mengungguliku. Tapi dalam pekerjaanku bersamanya setelah itu, dia tidak santai dan mudah didekati seperti dulu, justru sangat intens. Saat membahas pekerjaan, dia tidak mau mendengarkan saranku dan sering kali langsung menolaknya. Dia menghindariku beberapa kali, dan langsung berdiskusi dengan saudari yang dulu bekerja bersamanya. Aku merasa sangat terkekang dan seperti ditolak. Kami cukup lama tidak mencapai apa pun dalam tugas, jadi aku membicarakan masalah koordinasi kami dengannya. Aku kaget dia tidak mau menerima semua itu dan merasa tidak bersalah. Dia hanya berkata, "Aku akan jujur, jangan marah. Aku tidak terbiasa bekerja denganmu. Aku tidak suka caramu bekerja dan itu membuatku gugup." Perkataannya membuatku sangat sedih. Aku juga merasa menghambat dia.

Setelah pemimpin mendengar masalah ini, dia menangani Wu Ping karena congkak dan tidak menerima kebenaran. Lalu, dalam suatu pertemuan, Wu Ping berkata di depan semua orang, ditangani itu kasih Tuhan dan menangis, dia merasa berutang kepada Tuhan karena tidak melakukan tugas dengan baik. Dia tampak mengenal dirinya. Tapi dalam interaksi pribadi kami, dia melampiaskan kenegatifannya, selalu berkata sudah lelah dan tidak kuat melakukan tugasnya lagi. Dia tidak mau mendengarkan persekutuanku. Terutama saat pemimpin bilang beberapa saudara-saudari telah maju dan melakukan tugas dengan baik dia makin tertekan, berpikir pemimpin lebih menghargai orang lain daripada dirinya. Dia selalu bertanya kepadaku apa yang lain menertawakannya. Aku sangat kesal setiap kali kami membicarakan itu. Aku bisa lihat dia depresi, fisik dan mentalnya tak baik, tapi sesumbar dan berlagak kuat dalam pertemuan, memakai kedok menerima kebenaran dan memperhatikan kehendak Tuhan. Bagiku, itu terlihat sangat melelahkan. Kadang aku membatin, Apakah ini orang yang sangat kukagumi? Dia tidak seperti orang yang punya kenyataan kebenaran. Dia fokus pada nama dan status, sama sekali tidak menerima kebenaran. Dia tidak belajar tentang dirinya saat masalah muncul, justru berpura-pura. Dia tidak tampak benar. Keadaannya terus memburuk setelah itu. Pemimpin bersekutu dengannya beberapa kali, dan dia tampak menerimanya, tapi tidak berubah sama sekali. Dia bahkan membenci yang lain dan menatap tajam mereka. Pemimpin menangani dia dan menyingkap masalahnya, tapi dia membenci dan menyalahkan Tuhan dalam hatinya. Dia tidak bisa menahan diri manyalahkan segalanya kepada Tuhan. Kulihat dia punya natur jahat, dia membenci Tuhan dan kebenaran. Dia adalah iblis, antikristus. Dia lalu tidak lagi diizinkan menjalani kehidupan gereja atau melakukan tugas.

Aku cukup lama kesulitan menenangkan diri setelah dia pergi. Aku bertanya-tanya kenapa aku sangat memuja dia, sampai-sampai ingin menjadi seperti dia. Setiap kali bertemu orang yang pandai bicara, bisa menderita, serta berkorban dan menyerahkan segalanya demi Tuhan, yang ditangkap dan disiksa tanpa mengkhianati Tuhan, aku sangat mengagumi mereka. Kenapa aku sangat menyembah orang-orang ini? Gagasan apa yang menguasaiku? Aku lalu melihat dua kutipan firman Tuhan. "Beberapa orang mampu menanggung kesukaran, bisa membayar harga, secara lahiriah berperilaku sangat sopan, sangat dihormati, dan dikagumi oleh orang lain. Apakah menurutmu perilaku lahiriah seperti ini bisa dianggap melakukan kebenaran? Bisakah orang memastikan bahwa orang-orang semacam itu memuaskan kehendak Tuhan? Mengapa berulang kali orang melihat individu semacam ini dan berpikir bahwa mereka memuaskan hati Tuhan, berjalan di jalan melakukan kebenaran, dan memegang teguh jalan Tuhan? Mengapa beberapa orang berpikir seperti ini? Hanya ada satu penjelasan untuk itu. Penjelasan seperti apakah itu? Itu karena bagi banyak orang, pertanyaan tertentu—misalnya, apa arti melakukan kebenaran, apa arti memuaskan Tuhan, dan apa arti benar-benar memiliki kenyataan kebenaran—tidak begitu jelas. Dengan demikian, ada beberapa orang yang sering tertipu oleh mereka yang secara lahiriah tampak rohani, mulia, luhur, dan hebat. Terkait orang-orang yang mampu dengan fasih membicarakan hukum yang tertulis dan doktrin, dan yang ujaran serta tindakannya sepertinya layak dikagumi, orang-orang yang teperdaya oleh mereka tidak pernah melihat esensi dari tindakan mereka, prinsip yang melatarbelakangi perbuatan mereka, atau apa tujuan mereka. Terlebih lagi, mereka tidak pernah melihat apakah orang-orang ini sungguh tunduk kepada Tuhan, dan mereka juga tidak pernah memastikan apakah orang-orang ini sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Mereka tidak pernah mencerna esensi kemanusiaan orang-orang ini. Sebaliknya, mulai dari langkah pertama berkenalan dengan orang-orang tersebut, mereka sedikit demi sedikit mulai mengagumi dan menghormati orang-orang ini, dan pada akhirnya, orang-orang ini menjadi idola mereka. Lagi pula, dalam pikiran beberapa orang, idola yang mereka puja—dan yang mereka anggap sanggup meninggalkan keluarga serta pekerjaan mereka, dan yang tampak di luarnya mampu membayar harga—adalah orang-orang yang benar-benar memuaskan Tuhan dan dapat memperoleh kesudahan yang baik dan tempat tujuan yang baik. Dalam pikiran mereka, idola-idola ini adalah orang-orang yang dipuji Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya").

"Hanya ada satu akar penyebab yang membuat orang memiliki tindakan dan sudut pandang sebodoh itu, atau pendapat dan pengamalan sepihak—dan hari ini Aku akan memberitahukannya kepadamu: alasannya adalah bahwa meskipun orang dapat mengikuti Tuhan, berdoa kepada-Nya setiap hari, dan membaca perkataan-Nya setiap hari, mereka sebenarnya tidak memahami kehendak-Nya. Di sinilah letak akar masalahnya. Jika seseorang memahami hati Tuhan dan mengetahui apa yang disukai-Nya, apa yang dibenci-Nya, apa yang diinginkan-Nya, apa yang ditolak-Nya, orang macam apa yang disukai-Nya, orang macam apa yang tidak disukai-Nya, standar seperti apa yang digunakan-Nya saat menyampaikan tuntutan kepada manusia, dan pendekatan seperti apa yang Dia ambil untuk menyempurnakan mereka, lalu mungkinkah orang tersebut tetap memiliki pendapat pribadinya sendiri? Bisakah orang seperti ini pergi begitu saja dan memuja orang lain? Mungkinkah manusia biasa menjadi idola mereka? Orang-orang yang memahami kehendak Tuhan memiliki sudut pandang yang sedikit lebih rasional dari itu. Mereka tidak akan secara sembarangan memuja orang yang rusak, mereka juga tidak akan meyakini, sementara menempuh jalan menerapkan kebenaran, bahwa mematuhi beberapa aturan atau prinsip sederhana secara membabi buta adalah sama dengan menerapkan kebenaran" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"). Firman Tuhan menghantamku. Aku lihat perspektif keliru tentang imanku selama bertahun-tahun. Kupikir telah lama menjadi orang percaya, antusias berkorban, dan melakukan banyak pekerjaan adalah menerapkan kebenaran dan punya kenyataan kebenaran. Kupikir orang seperti itu akan membawa sukacita bagi Tuhan, punya pijakan di rumah Tuhan. Jadi, dalam interaksiku dengan Wu Ping, saat melihat dia telah lama percaya kepada Tuhan dan banyak berkorban, banyak menderita untuk menyebarkan Injil dan sangat fasih dalam persekutuannya, aku terpesona oleh citra hebatnya dan perilaku mengesankannya, jadi aku memuja dia. Aku akhirnya melihat betapa bodoh dan bebalnya aku, betapa konyol perspektifku. Saat seseorang bisa berkorban dan menderita dalam tugas, itu hanya perilaku baik yang dangkal. Tak berarti punya kemanusiaan baik, mengasihi kebenaran, atau punya kenyataan kebenaran. Wu Ping telah percaya selama lebih dari 20 tahun. Dia telah banyak berkorban dan pembicara yang baik, tapi dia memakai semua ini sebagai modal pribadi, selalu pamer dan membuat orang menyembahnya. Dia tidak bisa menerima atau menerapkan kebenaran. Sebanyak apa pun kritik atau kegagalan yang dihadapi, dia tidak pernah merenungkan diri atau sungguh-sungguh bertobat. Jika dihargai dan punya status, dia punya energi untuk tugasnya, bisa terjaga semalaman dan mencurahkan segalanya. Tapi saat diberhentikan, dia kehilangan motivasi untuk tugasnya. Dia terus menentang dan mengeluh, serta diam-diam melampiaskan kenegatifan. Tapi di permukaan dia berkata berutang kepada Tuhan dan tampak benar-benar bertobat, membuat orang berpikir dia memedulikan kehendak Tuhan, punya tingkat pertumbuhan dan kenyataan, agar semua orang menghormatinya. Setelah dipangkas dan ditangani, dia beri tahu semua orang itu kasih Tuhan, tapi diam-diam menyalahkan dan membenci Tuhan. Bukankah dia antikristus yang membenci kebenaran dan Tuhan? Kini aku tahu telah lama beriman, bisa berkorban dan pandai bicara, punya pengalaman dan dihargai, tidak berarti seseorang punya kenyataan kebenaran, apalagi membawa sukacita bagi Tuhan. Selama apa pun seseorang telah percaya atau sekeras apa pun telah bekerja, jika tidak menerapkan kebenaran dan mengubah watak iblisnya, dia masih menentang Tuhan dan pada akhirnya akan disingkirkan. Ini menggenapi firman Tuhan Yesus: "Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan" (Matius 7:22-23). Kemudian, aku teringat firman Tuhan: "Aku tidak peduli seberapa baik kerja kerasmu, seberapa mengesankan kualifikasimu, seberapa dekat engkau mengikuti Aku, seberapa terkenalnya engkau, atau seberapa banyak engkau telah memperbaiki sikapmu; selama engkau belum memenuhi tuntutan-Ku, engkau tidak akan pernah bisa mendapatkan pujian-Ku. Hapus semua gagasan dan perhitunganmu secepat mungkin, dan mulailah memperlakukan tuntutan-Ku dengan serius; jika tidak, Aku akan mengubah semua orang menjadi abu untuk mengakhiri pekerjaan-Ku, seburuk-buruknya, itu membuat pekerjaan dan penderitaan-Ku selama bertahun-tahun menjadi sia-sia, karena Aku tidak bisa membawa musuh-musuh-Ku dan orang yang berbau kejahatan dan berpenampilan seperti Iblis untuk masuk ke dalam kerajaan-Ku, ataupun membawa mereka ke zaman berikutnya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pelanggaran akan Menuntun Manusia ke Neraka"). "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Firman Tuhan begitu menyentuhku. Tuhan tidak menentukan tempat tujuan seseorang sesuai upaya mereka, sebaik apa perilaku atau sebanyak apa pekerjaan mereka, tapi apa mereka punya kebenaran. Tuhan tidak menghakimi orang dari yang ada di luar, tapi dari esensi mereka. Dia melihat apa mereka mengasihi kebenaran dan bisa menerapkannya, apa mereka tunduk kepada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Aku lihat Tuhan memiliki watak benar dan kudus. Dia punya standar dan prinsip untuk menghakimi orang tanpa melibatkan perasaan. Tuhan tidak akan memutuskan seseorang benar atau baik hanya karena mereka antusias, berkontribusi, atau menderita. Selain itu, selama apa pun seseorang menjadi orang percaya, sebanyak apa pun pekerjaan atau seberapa terkenal mereka, jika tidak menerapkan kebenaran dan mengubah watak, mereka akan disingkirkan oleh Tuhan. Setelah memahami ini, aku tahu betapa bodoh dan menyedihkannya aku. Selama beriman, aku tidak mengejar kebenaran atau memahami kehendak Tuhan. Aku hanya mendasarkan imanku pada gagasanku sendiri dan terus menyembah orang lain. Aku lihat betapa buta dan bodohnya aku. Lalu, aku membaca kutipan firman Tuhan ini. "Di antara semua manusia, tidak ada seorang pun yang dapat menjadi teladan bagi orang lain, karena semua manusia pada dasarnya sama dan tidak berbeda satu sama lain, dengan sedikit hal yang membedakan mereka satu dari yang lainnya. Karena alasan inilah, bahkan manusia zaman sekarang masih belum dapat sepenuhnya mengetahui pekerjaan-Ku. Hanya ketika hajaran-Ku turun ke atas segenap umat manusia, barulah tanpa sepengetahuan mereka, mereka menjadi sadar akan pekerjaan-Ku, dan tanpa Aku melakukan apa pun atau memaksa siapa pun, manusia akan mulai mengenal Aku, dan dengan demikian menyaksikan pekerjaan-Ku. Inilah rencana-Ku, inilah aspek dari pekerjaan-Ku yang diwujudkan, dan inilah yang harus manusia ketahui" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 26"). Firman Tuhan sangat jelas. Manusia dirusak oleh Iblis, dan kita punya esensi Iblis. Kita hanya menunjukkan watak iblis. Tidak seorang pun dari kita layak disembah. Jika aku telah memahami itu, aku tidak akan menyembah atau mengidolakan orang lain.

Aku diberhentikan tidak lama setelah itu, karena tidak mencapai apa pun dalam tugasku. Saat itu aku banyak berpikir dan merenungkan mengapa aku gagal. Aku teringat bagaimana aku terjebak dalam keadaan menyembah Wu Ping, berpikir dia sudah lama beriman, memberitakan Injil selama bertahun-tahun, banyak menderita, dan punya banyak pengalaman kerja, jadi dia pasti memahami kebenaran dan punya kenyataan. Karena itu, aku selalu berusaha meniru perilakunya dan membawa semua pertanyaanku kepadanya. Apa pun yang dia katakan, aku menerimanya tanpa berpikir dan melakukan apa pun yang dia katakan. Tuhan sama sekali tidak punya tempat di hatiku. Aku tidak mencari kebenaran saat menghadapi masalah, juga tidak berprinsip. Aku hanya mendengarkan satu orang, Wu Ping. Aku tidak mengikuti Tuhan, tapi mengikuti manusia. Seperti firman Tuhan: "Apa yang engkau kagumi bukanlah kerendahhatian Kristus, melainkan gembala-gembala palsu yang berkedudukan menonjol. Engkau tidak memuja keindahan ataupun hikmat Kristus, melainkan memuja orang-orang cabul yang bersekutu dengan dunia yang keji. Engkau menertawakan penderitaan Kristus yang tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya, tetapi mengagumi mayat-mayat yang berburu persembahan dan hidup dalam pesta pora. Engkau tidak bersedia menderita bersama Kristus, tetapi dengan senang hati pergi ke pelukan para antikristus yang sembrono itu, meskipun mereka hanya memberimu daging, kata-kata, dan kendali. Bahkan sekarang pun, hatimu masih mengarah kepada mereka, pada reputasi mereka, status mereka, dan pengaruh mereka. Dan lagi engkau terus memiliki sikap yang menganggap pekerjaan Kristus terlalu berat untuk dipahami dan engkau tidak bersedia menerimanya. Inilah mengapa Aku berkata bahwa engkau tidak memiliki iman untuk mengakui Kristus. Alasanmu mengikut Dia sampai hari ini hanyalah karena engkau tidak punya pilihan lain. Di dalam hatimu, selamanya menjulang banyak gambaran mulia; engkau tidak dapat melupakan setiap kata dan perbuatan mereka, juga perkataan serta tangan mereka yang berpengaruh. Di dalam hatimu, mereka selamanya agung dan selamanya pahlawan. Namun tidaklah demikian bagi Kristus zaman sekarang. Di dalam hatimu, Dia selamanya tidak penting, dan selamanya tidak layak untuk dihormati. Karena Dia terlalu biasa, pengaruhnya terlalu kecil, dan jauh dari mulia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Engkau Benar-benar Orang yang Percaya kepada Tuhan?"). Firman Tuhan menyingkap keadaanku sebenarnya. Merenungkan tahun-tahun imanku, aku memuji orang-orang di sekitarku yang punya kualitas dan bakat, yang didukung dan dihargai. Aku melihat setiap kata dan perbuatan mereka sebagai hal untuk ditiru tanpa pernah mencari kehendak Tuhan, atau apa itu keinginan Tuhan dan sejalan dengan prinsip kebenaran. Aku hanya serta-merta menyembah dan mengikuti orang lain, bahkan ingin menjadi seperti mereka. Aku selama ini ada di jalan yang salah, ingin menderita dan bekerja sebanyak mungkin. Dalam tugas, aku mengandalkan kualitas dan pengalaman, serta tidak pernah fokus mencari prinsip kebenaran atau jalan masuk kehidupanku, jadi aku tidak belajar banyak kebenaran selama bertahun-tahun beriman, dan hidupku menderita. Aku merasakan betapa bodoh dan menyedihkannya aku. Tuhan telah begitu banyak berfirman, tapi aku tidak mengingatnya. Tapi apa pun perkataan Wu Ping, dan semua pendapatnya, aku mengingatnya dengan jelas, dan segera melaksanakannya. Aku selalu mengandalkan dia dalam tugasku, tapi Tuhan tidak punya tempat di hatiku. Aku benar-benar disingkap oleh kejadian dengan Wu Ping ini. Apalagi saat dia diberhentikan, masalah pada dirinya terungkap dan aku tahu tentang itu, tapi saat kami bekerja sama lagi, aku masih punya citra hebat dan terhormat tentang dia. Aku masih mengandalkannya dalam tugas dan terus berpikir unta kurus lebih besar dari kuda, dia lebih baik dariku bahkan jika dia punya masalah. Ini adalah sudut pandangku. Aku terlalu memuja seseorang. Aku tidak mencari prinsip kebenaran dalam interaksiku dan tidak punya ketajaman. Sudut pandangku didasarkan kebohongan iblis. Makin banyak masalah Wu Ping yang terungkap. Aku masih belum punya ketajaman, aku terus mengikuti dia dan dikekang olehnya. Jadi, keadaanku terus negatif dan sengsara. Aku layak mendapatkannya. Aku selalu meneladani Wu Ping dan mengandalkan dia dalam tugasku, tapi apa hasilnya untukku? Penipuan, kekangan, dan penolakan. Aku sengsara dan merasa terkekang, serta makin jauh dari Tuhan. Aku punya iman, tapi tidak bergantung kepada Tuhan atau menghormati-Nya, juga tidak mengejar kebenaran. Aku hanya menyembah dan mengikuti manusia. Aku orang bodoh yang tak punya ketajaman. Saat itu, aku gagal dan jatuh, itu juga kebenaran dan penyelamatan Tuhan bagiku. Penyingkapan itu membuatku melihat jalan salah yang kutempuh dan membuatku menilik kesalahpahamanku, lalu bisa mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini. Aku juga merasakan pentingnya mengejar kebenaran. Firman Tuhan, "Mereka yang tidak mengejar kebenaran tidak bisa mengikuti sampai akhir," sangat nyata. Mereka yang tidak mengejar kebenaran pasti akan disingkap dan disingkirkan Tuhan. Pengalaman kegagalanku sendiri dan orang yang kukagumi adalah bukti terbaik dari ini.

Selang beberapa bulan, aku dipasangkan dengan Wang Li untuk pekerjaan Injil. Aku pernah dengar bahwa setelah beriman, dia melepaskan pekerjaan bagus untuk melakukan tugasnya, mencurahkan segenap hati, dan punya kualitas bagus. Dia telah melakukan banyak pekerjaan Injil dan berpengalaman. Aku sudah lama mengenal dia dan melihat dia sangat peduli kepada pekerjaan gereja. Dia sangat aktif dalam persekutuan di perkumpulan, dan tampak luwes apa pun keadaan atau jumlah orangnya. Dia bicara dengan sangat tenang dan tanpa rasa takut. Dia aktif bersekutu untuk membantu siapa pun yang mengalami masalah, dan semua orang sangat menyukai dia. Aku merasa dia sungguh mengejar kebenaran, dan aku mengaguminya. Aku senang punya kesempatan bekerja dengannya, tapi aku ingat kegagalanku sebelumnya, bagaimana aku menjunjung kualitas dan bakat Wu Ping, menyembah dan mengikutinya. Aku mengambil jalan yang salah dan itu berbahaya bagi hidupku. Aku tahu dalam interaksiku dengan Wang Li, sudut pandangku tidak boleh didasarkan kesalahpahaman lagi, aku harus dekati dia sesuai prinsip kebenaran. Wang Li punya kualitas dan pengalaman menginjil yang baik, aku harus banyak belajar darinya untuk tutupi kekuranganku. Tapi dia juga orang yang rusak, dengan watak rusak dan kekurangan. Aku tidak boleh memuja dan mengandalkannya. Jika ada masalah dan kekeliruan dalam tugasnya, aku tidak boleh hanya mengikuti dia. Aku harus menjaga ketajaman dan memperlakukan dia berdasarkan prinsip kebenaran. Lalu, dalam diskusi kerja kami, kuperhatikan sebagian besar saran Wang Li tidak terlalu nyata. Aku dan beberapa saudari lain merasa itu tidak akan berhasil, tapi dia benar-benar bersikeras. Dia akan terpaku pada apa pun yang tidak kami sepakati, begitu terpaku, kami akan terjebak di jalan buntu, menghambat kemajuan pekerjaan. Lambat laun, aku melihat Wang Li sangat congkak dan keras kepala, dia akan marah saat sarannya ditolak. Dia akan cemberut, dan itu mengekang orang lain. Dia mengganggu di tim Injil, dan menghalangi kemajuan pekerjaan. Aku memberi tahu pemimpin tentang perilakunya. Setelah mengetahui ini, pemimpin menyingkap dan membedah masalah pada dirinya, tapi dia tetap tak mau menerimanya, dan tugasnya diganti setelah itu. Aku merasa damai setelah itu terjadi. Aku merasa akhirnya mengubah kesalahpahamanku, dan tidak menyembah dan mengikuti manusia seperti dulu. Aku juga bersyukur kepada Tuhan karena mengatur situasi yang memberiku ketajaman, jadi aku bisa memetik pelajaran. Syukur kepada Tuhan!

Selanjutnya: Kesadaran Yang Terlambat

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Cara Memandang Tugasmu

Oleh Saudara Zhong Cheng, Tiongkok Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Hal paling mendasar yang dituntut dari manusia dalam kepercayaan mereka...