Aku Tidak Lagi Merasa Susah atau Cemas Karena Usiaku

16 Maret 2025

Di tahun 1995, aku dan istriku mulai percaya kepada Tuhan Yesus, dan dua tahun kemudian, kami menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku tidak pernah menyangka akan dapat menyambut Tuhan dalam masa hidupku. Aku merasa sangat gembira. Setelahnya, aku mulai memberitakan Injil dan melaksanakan tugasku. Seberapa sibuk pun diriku, aku tidak pernah menunda-nunda. Aku sangat bersemangat waktu itu. Meskipun anggota keluargaku yang tidak percaya menentang dan menghalangiku, aku tidak merasa menderita.

Seiring waktu, tahun-tahun pun berlalu, tak terasa dua puluh tujuh tahun telah lewat, dan aku telah berusia enam puluh. Jelas bagiku bahwa tubuhku tidak sebugar sebelumnya, dan daya ingatku menurun. Aku tidak ingat apa yang baru saja kubincangkan, dan aku kadang menjadi pelupa. Aku telah menjalani dua operasi mata, dan ketika menatap layar komputer untuk jangka waktu lama, mataku sakit dan mulai sering mengeluarkan air mata, dan di malam hari, penglihatanku menjadi kabur. Kadang, ketika berjalan, aku dapati tubuhku tanpa sadar condong ke kanan. Aku mencoba berjalan lurus, tetapi tetap saja tubuhku condong ke kanan. Aku khawatir akan mengalami lumpuh separuh badan. Belakangan, aku mengatur waktu istirahatku secara wajar, berolah raga setiap hari, dan seorang saudara pun membantuku melakukan terapi fisik. Setelah beberapa saat, kesehatanku membaik, tetapi aku masih merasa kekuatanku tidak sebanding dengan hasratku untuk melaksanakan tugasku. Aku melihat anak-anak muda menjalankan pekerjaan utama mereka sambil menangani tugas-tugas lain. Jika dibandingkan mereka, beban kerjaku tidaklah berat, tetapi terasa sangat melelahkan bagiku. Baru saat itulah kusadari bahwa aku benar-benar telah menua. Aku merasa keberadaanku hanya menjadi beban karena aku bahkan tidak bisa bekerja dengan baik, dan aku bahkan mungkin akan kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasku. Aku juga khawatir jika penglihatanku memburuk, aku bahkan tidak akan dapat membaca firman Tuhan. Jika demikian, mungkinkah aku masih punya kesempatan untuk diselamatkan? Ketika memikirkan hal-hal ini, hatiku dicekam kesedihan. Meskipun aku masih melaksanakan tugasku, nyatanya keadaanku telah menjadi negatif dan pasif. Aku hanya melaksanakan tugasku tanpa perasaan, seperti robot, dan kadang, ketika melaksanakan tugasku di depan komputer, aku ketiduran. Seperti itulah aku menjalani hari-hariku tanpa arah. Kadang, aku bahkan salah memahami Tuhan dan berpikir, "Mengapa aku menjadi tidak berguna tepat ketika Injil sedang menyebar dengan pesat? Andai saja aku lahir beberapa dekade lebih lambat! Kelihatannya aku bukanlah seseorang yang akan Tuhan selamatkan, dan aku hanyalah seorang pelaku pelayanan." Makin aku memikirkannya, makin aku putus asa, dan aku pun kehilangan motivasi untuk melaksanakan tugasku. Ketika beberapa saudara-saudari melihatku, mereka pun bertanya, "Ada apa? Kau kelihatan berbeda. Ke mana hilangnya semangatmu untuk melaksanakan tugas?" Aku menjawab dengan tanpa daya, "Aku sekarang sudah tua. Aku bukan lagi diriku yang dahulu." Selama waktu itu, aku selalu hidup dalam sikap negatif tanpa tahu sebabnya.

Di tengah kepedihanku, aku mendengar bagian firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Terdapat juga orang-orang lanjut usia di antara saudara-saudari, yang berusia antara 60 hingga 80 atau 90 tahun, dan yang juga mengalami beberapa kesulitan karena usia lanjut mereka. Sekalipun telah berusia lanjut, pemikiran mereka belum tentu benar atau masuk akal, dan gagasan serta pandangan mereka belum tentu sesuai dengan kebenaran. Orang-orang lanjut usia ini juga memiliki masalah, dan mereka selalu khawatir, 'Kesehatanku tidak sebaik sebelumnya dan tugas yang mampu kulaksanakan sangat terbatas. Jika aku hanya melakukan tugas kecil ini, akankah Tuhan mengingatku? Terkadang aku jatuh sakit, dan aku perlu seseorang untuk merawatku. Jika tidak ada orang yang merawatku, aku tidak mampu melaksanakan tugasku, lalu apa yang dapat kulakukan? Aku sudah tua dan tak mampu mengingat firman Tuhan saat aku membacanya dan sulit bagiku untuk memahami kebenaran. Saat mempersekutukan kebenaran, perkataanku membingungkan dan tidak logis, dan aku belum memiliki pengalaman apa pun yang layak untuk kubagikan. Aku sudah tua dan tak punya cukup tenaga, penglihatanku tidak terlalu baik dan aku tidak sekuat sebelumnya. Segala sesuatu terasa sulit bagiku. Aku bukan saja tak mampu melaksanakan tugasku, tetapi aku juga mudah lupa dan melakukan kesalahan. Terkadang aku menjadi bingung dan menimbulkan masalah bagi gereja dan saudara-saudariku. Aku ingin memperoleh keselamatan dan mengejar kebenaran tetapi itu sangat sulit bagiku. Apa yang dapat kulakukan?' Saat memikirkan hal-hal ini, mereka mulai resah, berpikir, 'Mengapa aku baru mulai percaya kepada Tuhan pada usia ini? Mengapa aku tidak seperti mereka yang berusia 20-an dan 30-an, atau bahkan mereka yang berusia 40-an dan 50-an? Mengapa aku baru menemukan pekerjaan Tuhan ketika aku sudah sangat tua? Bukan karena aku bernasib buruk; setidaknya aku telah bertemu dengan pekerjaan Tuhan. Nasibku baik, dan Tuhan selama ini baik terhadapku! Hanya saja ada satu hal yang membuatku tidak senang, yaitu aku sudah sangat tua. Daya ingatku tidak terlalu bagus, dan kesehatanku tidak terlalu baik, tetapi aku memiliki kekuatan batin yang teguh dan tak tergoyahkan. Hanya saja tubuhku tidak mau menaatiku, dan aku mengantuk setelah mendengarkan persekutuan sebentar saja di pertemuan. Terkadang aku ketiduran saat menutup mataku untuk berdoa, dan pikiranku mengembara saat membaca firman Tuhan. Setelah membaca sedikit, aku mengantuk dan tertidur, dan firman Tuhan tidak dapat kupahami. Apa yang dapat kulakukan? Apakah dengan kesulitan nyata seperti itu aku masih mampu mengejar dan memahami kebenaran? Jika tidak, dan jika aku tak mampu melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, bukankah itu berarti seluruh imanku akan sia-sia? Bukankah aku akan gagal memperoleh keselamatan? Apa yang dapat kulakukan? Aku sangat khawatir! ...' ... Orang-orang lanjut usia ini terjerumus dalam kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran yang mendalam karena usia mereka. Setiap kali mereka menghadapi kesulitan, rintangan, kesukaran, atau hambatan, mereka menyalahkan usia mereka, bahkan membenci dan tidak menyukai diri mereka sendiri. Namun bagaimanapun juga, semuanya sia-sia, tidak ada solusi, dan mereka tidak memiliki jalan keluar. Mungkinkah mereka benar-benar tak punya jalan keluar? Apakah ada solusinya? (Orang-orang lanjut usia juga harus melaksanakan tugas mereka semampu mereka.) Tentu saja diperbolehkan bagi orang-orang lanjut usia untuk melaksanakan tugas mereka semampu mereka, bukan? Bolehkah orang-orang lanjut usia tidak lagi mengejar kebenaran karena usia mereka? Apakah mereka tidak mampu memahami kebenaran? (Mereka mampu.) Mampukah orang lanjut usia memahami kebenaran? Mereka mampu memahami beberapa kebenaran, dan bahkan orang-orang muda pun tidak mampu memahami semuanya. Orang lanjut usia selalu memiliki kesalahpahaman, menganggap diri mereka linglung, ingatan mereka buruk, sehingga mereka tidak mampu memahami kebenaran. Benarkah demikian? (Tidak.) Meskipun orang muda jauh lebih bertenaga dibandingkan orang lanjut usia, dan secara fisik mereka lebih kuat, tetapi sebenarnya kemampuan mereka untuk mengerti, memahami, dan mengetahui sama saja dengan kemampuan orang lanjut usia. Bukankah orang lanjut usia juga pernah muda? Mereka tidak terlahir dalam keadaan tua, dan orang-orang muda, suatu hari juga akan menjadi tua. Orang lanjut usia tidak boleh selalu berpikir karena mereka sudah tua, lemah secara fisik, kurang sehat, dan memiliki ingatan yang buruk, itu berarti mereka berbeda dengan orang muda. Sebenarnya, tidak ada perbedaan" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Setelah mendengarkan firman Tuhan, aku mengerti bahwa adalah normal bagi seseorang beranjak dari usia muda ke usia tua. Setiap orang melewati masa muda dan masa tua, tetapi, di mata Tuhan, orang muda dan orang tua adalah sama. Bedanya, orang muda memiliki energi dan kekuatan fisik yang lebih besar daripada orang tua. Namun, setiap orang memiliki kemampuan memahami dan mengerti yang sama. Tuhan tidak menganakemaskan orang muda, dan Dia juga tidak meremehkan orang tua. Namun, aku masih belum jelas benar tentang maksud Tuhan dan bahkan salah memahami-Nya. Kupikir, karena aku tua, tidak sehat, dan mulai rabun, aku tidak dapat melaksanakan tugasku dengan semangat seperti ketika muda, dan karenanya aku tidak dapat diselamatkan. Aku bahkan mengeluh kepada Tuhan karena telah membiarkanku menjadi begitu tua sebelum penyebaran Injil mencapai tingkat seperti sekarang ini. Aku benar-benar tidak bernalar! Pemikiran menyimpang ini menggangguku, membuatku bersikap negatif, berhenti mengejar kebenaran, dan menjalani hari-hari tanpa arah. Aku bahkan tidak melakukan hal-hal mendasar yang seharusnya kulakukan atau melakukan apa yang kubisa. Tuhan berkata bahwa orang tua dapat melaksanakan tugas-tugas mereka sejauh yang mereka mampu. Kenyataannya, ada banyak tugas yang cocok untuk orang tua, seperti menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari, memberitakan Injil, menyirami petobat baru, dan menulis khotbah. Selama seseorang mau melaksanakan tugasnya dan memuaskan Tuhan, ada banyak tugas yang perlu mereka laksanakan. Meskipun aku tua, gereja masih memberiku kesempatan untuk melaksanakan tugasku. Aku dapat memberitakan Injil secara daring dan mendorong para petobat baru untuk melakukan yang sama. Ada banyak tugas yang dapat kulaksanakan, tetapi karena aku terus membandingkan diriku dengan orang muda, aku tidak dapat menenangkan hatiku untuk melaksanakan tugasku yang sekarang dengan baik. Ketika memikirkannya, kulihat bahwa masalah dan kesulitanku dapat diselesaikan. Jika daya ingatku berkurang, aku bisa membuat catatan, dan saat penglihatanku menjadi tidak nyaman karena terlalu lama di depan komputer, aku bisa mengambil jeda secukupnya dan melakukan senam mata. Aku juga dapat menggunakan kompres hangat untuk meredakan mata lelah. Ketika menyadarinya, aku tidak lagi merasa terpengaruh oleh usiaku, dan aku menjadi bersedia untuk melaksanakan tugasku sejauh yang aku mampu.

Setelah itu, aku berpikir, "Mengapa ketika aku masih muda, seberat atau semelelahkan apa pun tugas-tugasku, aku selalu memiliki energi, tetapi kini ketika aku sudah tua dan kesehatanku tidak prima, aku merasa pasif dan negatif ketika berpikir bahwa aku tidak dapat melakukan sebanyak dahulu?" Aku kemudian teringat dua bagian firman Tuhan yang pernah kubaca. Tuhan berfirman: "Dalam hal ini, kita menemukan masalah yang sebelumnya tidak teridentifikasi: hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata hubungan kepentingan diri sendiri yang mencolok. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, ini adalah hubungan antara seorang karyawan dan seorang majikan. Karyawan bekerja keras hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Tidak ada kasih sayang dalam hubungan berdasarkan kepentingan seperti itu, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam tanpa daya dan penipuan. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi. Sekarang setelah segala sesuatunya telah sampai pada titik ini, siapa yang mampu membalikkan tendensi semacam ini? Dan berapa banyakkah orang yang benar-benar mampu memahami betapa riskannya hubungan ini? Aku yakin bahwa ketika orang membenamkan diri dalam kegembiraan karena diberkati, tak seorang pun yang dapat membayangkan betapa memalukan dan tidak sedap dipandangnya hubungan dengan Tuhan yang seperti ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). "Orang percaya kepada Tuhan untuk mendapatkan berkat, memperoleh upah, dan menerima mahkota. Bukankah tujuan ini ada di hati semua orang? Kenyataannya memang demikian. Meskipun orang tidak sering membicarakannya, dan bahkan menyembunyikan motif dan keinginan mereka untuk mendapatkan berkat, keinginan dan motif yang ada di lubuk hati orang ini selalu tak tergoyahkan. Sebanyak apa pun teori rohani yang orang pahami, pemahaman berdasarkan pengalaman apa pun yang mereka miliki, tugas apa pun yang dapat mereka laksanakan, sebanyak apa pun penderitaan yang mereka tanggung, atau sebesar apa pun harga yang harus mereka bayar, mereka tidak pernah melepaskan motivasi untuk mendapatkan berkat yang tersembunyi di lubuk hati mereka, dan yang selalu secara diam-diam bekerja keras saat melakukan pelayanan. Bukankah ini hal yang tersembunyi paling dalam di lubuk hati manusia? Tanpa motivasi untuk menerima berkat ini, bagaimana perasaanmu? Dengan sikap apa engkau akan melaksanakan tugasmu dan mengikuti Tuhan? Apa yang akan terjadi pada orang jika motivasi untuk menerima berkat yang tersembunyi di dalam hati mereka ini disingkirkan? Mungkin banyak orang akan menjadi negatif, sementara beberapa orang akan kehilangan motivasi dalam tugas mereka. Mereka pasti kehilangan minat dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, seolah-olah jiwa mereka telah lenyap. Mereka akan terlihat seolah-olah hati mereka telah direnggut. Inilah sebabnya Kukatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan berkat adalah sesuatu yang sangat tersembunyi dalam hati manusia" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Enam Indikator Pertumbuhan dalam Hidup"). Setelah membaca firman Tuhan yang mengungkapkan, aku merasa sangat malu. Aku percaya kepada Tuhan dan mengorbankan banyak hal hanya untuk memperoleh berkat-Nya. Waktu muda, aku bisa bersemangat memberitakan Injil dan bersedia mengorbankan diri untuk Tuhan, dan entah seberapa pun sakit atau lelahnya, aku tidak pernah mengeluh karena kupikir, selama aku melakukan lebih banyak pekerjaan dan lebih banyak memberitakan Injil untuk mempersiapkan perbuatan baik, aku akan diselamatkan oleh Tuhan dan menerima berkat-Nya. Dalam sekejap, dua puluh tahun lebih berlalu, dan kini, di usia senja dan kesehatan yang kurang baik, cakupan tugas yang sanggup kulaksanakan menjadi terbatas, jadi kupikir aku tidak dapat menerima berkat atau diselamatkan lagi. Ketika melihat bahwa hasratku akan berkat hancur berantakan, aku pun berkecil hati dan menyerah. Aku bahkan tidak mau melaksanakan hal-hal yang mestinya harus dan dapat kulaksanakan. Semua yang sebelumnya aku sebut sebagai iman dan kasih telah lenyap. Aku bahkan merasa bahwa percaya kepada Tuhan tidak ada gunanya lagi. Hatiku dipenuhi oleh kesalahpahaman dan keluhan terhadap Tuhan. Aku menyadari bahwa kepercayaanku kepada Tuhan hanyalah demi berkat, dan harga yang telah kubayar hanyalah upaya untuk tawar-menawar dengan Tuhan. Aku memikirkan tentang banyak saudara-saudari berusia lanjut di sekitarku, yang beberapa bahkan lebih tua dari aku, serta memperhatikan bahwa mereka melaksanakan tugasnya dengan tenang semampu mereka. Mengapa aku tidak dapat melakukan yang sama? Aku selalu hidup dalam kekhawatiran, dan aku sama sekali tidak mencari kebenaran yang tersedia bagiku. Bukankah aku hanya duduk dengan pasif dan menunggu pemusnahan? Iblis menggunakan berbagai kesulitanku, seperti usia tua, kesehatan yang buruk, ingatan yang lemah, dan penglihatan yang kabur, untuk menggangguku, dengan harapan bisa membuatku kehilangan iman kepada Tuhan dan membuatku menyerah untuk mengejar kebenaran. Aku tidak akan jatuh ke dalam tipu daya Iblis lagi. Aku harus melaksanakan tugasku dengan baik untuk membalas kasih Tuhan.

Kemudian, aku membaca beberapa firman Tuhan: "Tidak soal apakah Aku mengatakan engkau semua terbelakang atau kualitasmu rendah—ini semua fakta. Perkataan-Ku tentang hal ini tidak membuktikan bahwa Aku bermaksud meninggalkanmu, bahwa Aku telah kehilangan harapan atas dirimu, apalagi bahwa Aku tidak mau menyelamatkanmu. Pada zaman sekarang, Aku telah datang untuk melakukan pekerjaan keselamatanmu, yang berarti bahwa pekerjaan yang Kulakukan adalah kelanjutan dari pekerjaan penyelamatan. Setiap orang memiliki kesempatan untuk disempurnakan: asalkan engkau mau, asalkan engkau mengejar, pada akhirnya engkau akan dapat mencapai hasilnya, dan tak seorang pun di antaramu yang akan ditinggalkan. Jika kualitasmu rendah, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kualitasmu yang rendah; jika kualitasmu tinggi, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kualitasmu yang tinggi; jika engkau bodoh dan buta huruf, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan dirimu yang buta huruf; jika engkau terpelajar, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan fakta bahwa engkau terpelajar; jika engkau sudah tua, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan usiamu; jika engkau mampu memberikan tumpangan, tuntutan-Ku terhadapmu akan sesuai dengan kemampuan ini; jika engkau mengatakan engkau tidak mampu memberi tumpangan, dan hanya mampu melaksanakan tugas tertentu, apakah itu mengabarkan Injil, atau mengurus gereja, atau menangani urusan umum lainnya, penyempurnaanmu oleh-Ku akan sesuai dengan tugas yang kaulakukan. Setia, tunduk sampai akhir, dan berusaha untuk memiliki kasih yang tertinggi kepada Tuhan—inilah yang harus kaucapai, dan tidak ada penerapan yang lebih baik dari ketiga hal ini. Pada akhirnya, manusia dituntut untuk mencapai ketiga hal ini, dan jika dia dapat mencapainya, dia akan disempurnakan. Namun, yang terpenting, engkau harus benar-benar mengejar, engkau harus secara aktif melangkah maju dan naik, dan tidak pasif dalam hal itu" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). "Menurut setiap orang, seperti apa pun kualitasmu, berapa pun usiamu, berapa tahun pun engkau telah percaya kepada Tuhan, engkau harus mengerahkan upaya agar dapat menempuh jalan mengejar kebenaran. Engkau tidak boleh menekankan alasan objektif apa pun; engkau harus mengejar kebenaran tanpa syarat. Jangan bersikap asal-asalan. Jika engkau menjadikan pengejaran akan kebenaran sebagai hal yang penting dalam hidupmu, serta berusaha dan mengerahkan upayamu untuk mengejarnya, dan mungkin kebenaran yang kauperoleh dan yang mampu kaucapai dalam pengejaranmu bukanlah apa yang selama ini kauharapkan, tetapi Tuhan berfirman bahwa Dia akan memberimu tempat tujuan yang sesuai dengan melihat sikapmu dalam mengejar kebenaran dan ketulusanmu—betapa indahnya hal itu! Untuk saat ini, jangan berfokus pada apa yang akan menjadi tempat tujuanmu atau akan seperti apa kesudahanmu, atau apa yang akan terjadi dan seperti apa masa depanmu, atau apakah engkau akan dapat terhindar dari bencana dan tidak mati—jangan memikirkan hal-hal ini atau mengajukan permohonan mengenai hal-hal ini, Berfokus sajalah pada firman Tuhan dan tuntutan-Nya, dan mulailah mengejar kebenaran, melaksanakan tugasmu dengan baik, memenuhi maksud Tuhan, dan menghindarkan dirimu mengecewakan penantian Tuhan selama enam ribu tahun, dan harapan-Nya selama enam ribu tahun. Berilah Tuhan sedikit penghiburan; biarlah Dia melihat bahwa masih ada harapan dalam dirimu, dan biarlah harapan-Nya terwujud dalam dirimu. Katakan kepada-Ku, apakah Tuhan akan memperlakukanmu dengan tidak adil jika engkau melakukannya? Tentu saja tidak! Dan sekalipun hasil akhirnya tidak seperti yang orang harapkan, bagaimana seharusnya mereka memperlakukan fakta tersebut, sebagai mahkluk ciptaan? Mereka harus tunduk dalam segala hal pada pengaturan dan penataan Tuhan, tanpa memiliki rencana pribadi. Bukankah sudut pandang seperti inilah yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan? (Ya.) Adalah benar memiliki pola pikir seperti ini" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Mengapa Manusia Harus Mengejar Kebenaran"). Firman Tuhan yang tulus begitu menghangatkan dan menggerakkan hatiku. Rasanya seperti seorang ibu yang mencurahkan isi hatinya kepada anaknya. Firman itu membantuku memahami bahwa pekerjaan dan firman Tuhan hari ini dimaksudkan untuk menyelamatkan dan menyempurnakan manusia. Tanpa memandang usia, kualitas, dan latar belakang pendidikan, entah berapa pun usia seseorang atau dari mana latar belakang keluarganya, Tuhan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk disempurnakan. Tuhan tidak pilih kasih terhadap siapa pun. Tuhan menuntut berdasarkan kualitas setiap orang dan mengatur tugas-tugas yang cocok untuknya. Jika orang dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik dalam peranan mereka masing-masing serta mencapai kesetiaan dan ketundukan, hal itulah yang ingin Tuhan lihat. Firman Tuhan menghalau kesalahpahamanku tentang-Nya, menunjukkanku jalan penerapan, dan melegakanku. Kini, aku tidak lagi mengkhawatirkan tentang usiaku, kesehatanku yang buruk, dan daya ingatku yang menurun. Aku juga tidak lagi terus-menerus memikirkan apakah aku akan mendapatkan kesudahan atau tempat tujuan yang baik. Sebaliknya, aku berfokus untuk melaksanakan tugasku yang sekarang sebaik yang kumampu, dan menerapkan kebenaran-kebenaran yang kupahami dalam tugas-tugasku. Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan atas segala yang kudapat ini!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Ujian bagi Keturunan Moab

Oleh Saudari Zhuan Yi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Semua pekerjaan yang dilakukan sekarang ini bertujuan agar manusia dapat...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh