Melepaskan Diri Dari Rasa Rendah Diri

16 Maret 2025

Pada tahun 2022, aku sedang menyirami pendatang baru di gereja, dan aku tahu bahwa ini adalah peninggian dari Tuhan, sehingga aku bertekad untuk menghargai kesempatan pelatihan ini dan memberikan kontribusiku dalam penyebaran injil Kerajaan. Kemudian, aku bekerja sama dengan Saudari Zhang Xin. Aku melihat bahwa dia mempersekutukan kebenaran dengan sangat jelas, menyirami pendatang baru sesuai kebutuhan mereka masing-masing, dan menyelesaikan masalah-masalah khusus mereka. Terkadang aku tidak dapat memahami masalah-masalah tertentu, tetapi dia dapat mempersekutukan dan menyelesaikannya dengan mudah. Karena itu, aku merasa bahwa dia adalah seseorang yang memahami kebenaran dan memiliki kenyataan, dan aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dirinya. Aku mengagumi sekaligus iri padanya. Aku berpikir, "Zhang Xin memahami begitu banyak! Jika dibandingkan, apa yang kuketahui tidak ada apa-apanya. Jika kami bersekutu bersama dalam sebuah pertemuan, akankah dia berpikir bahwa tingkatku begitu rendah dan menyadari seperti apakah diriku yang sebenarnya?" Jadi, ketika kami membahas masalah-masalah bersama, aku pun hanya mendengarkan persekutuannya seperti mendengar siaran radio dan sangat sedikit bicara, supaya dia tidak menertawakanku karena persekutuanku yang dangkal. Kemudian, aku memperhatikan bahwa dia sering pamer dalam pertemuan, berbicara tentang hal-hal seperti bagaimana buruknya keadaan pendatang baru yang disirami oleh seorang saudari tertentu, bagaimana setelah dia datang, dia membantu mereka kembali ke arah yang benar, bagaimana, ketika dia melihat beberapa saudara-saudari menjadi negatif, dia mempersekutukan kebenaran untuk membawa mereka keluar dari sikap negatif dan salah paham mereka, dan bagaimana dia membantu para pemimpin gereja saat mereka kewalahan dengan pekerjaan gereja. Aku ingin menunjukkan hal ini kepada Zhang Xin, tetapi kemudian aku berpikir, "Dia benar-benar memiliki pengalaman nyata dan persekutuannya efektif dalam menyelesaikan masalah. Apa yang akan dia pikirkan tentangku jika aku menunjukkan masalahnya dengan tidak akurat?" Jadi, aku tidak menunjukkan masalahnya.

Kemudian, ketika seorang pengawas mengatakan sesuatu tanpa mempertimbangkan perasaan Zhang Xin, Zhang Xin mulai berprasangka terhadapnya dan terlalu berlebihan dalam menafsirkan orang dan berbagai hal. Aku ingin bersekutu dengannya dan menunjukkan masalahnya, tetapi kemudian aku berpikir, "Zhang Xin memahami kebenaran lebih baik daripada aku, apakah dia masih membutuhkan bimbinganku? Bukankah itu sama saja dengan pamer di hadapan seorang ahli? Aku sendiri tidak dapat melihat hal ini secara jelas, dan pemahamanku tentang kebenaran terlalu dangkal. Jika persekutuanku tidak jelas, tidakkah dia akan menyadarinya?" Aku memikirkan masalah ini berulang kali, tetapi akhirnya aku urung berbicara. Sekitar tengah hari, aku kebetulan membaca satu bagian firman Tuhan yang sangat relevan dengan keadaannya. Aku baru hendak mempersekutukan itu dengannya ketika muncul pikiran: "Pemahaman Zhang Xin tentang firrman Tuhan jauh lebih baik daripada aku, apakah dia membutuhkan persekutuanku ketika dia sudah mengetahui segalanya? Akan lebih baik membiarkannya membaca firman Tuhan sendiri, ini akan membantunya dan tidak mengungkapkan kekuranganku." Berdasarkan pikiran ini, aku berkata kepadanya, "Bagian firman Tuhan ini sangat baik, bacalah." Aku menunggu dengan harapan bahwa dia akan menyadari keadaannya yang salah setelah membaca bagian tersebut, tetapi yang mengejutkanku, dia tidak mengatakan apa pun setelah membacanya. Aku merasa sedikit kecewa, dan ingin bersekutu dengannya, tetapi kemudian aku berpikir, "Pemahamanku tentang firman Tuhan cukup dangkal, dan aku tidak akan mampu mempersekutukan sesuatu yang praktis. Aku seharusnya lebih sadar diri." Atas dasar pemikiran ini, aku segera membuang gagasan untuk bersekutu dengan Zhang Xin, dan berpikir bahwa meskipun dia hidup dalam watak rusak, dia akan berangsur-angsur menyadari dan menyelesaikan masalahnya sendiri karena pemahamannya sudah tinggi. Namun yang terjadi tidak seperti yang kubayangkan. Zhang Xin terus-menerus menyebutkan masalah ini, tetapi dia tidak menyadari dirinya sendiri, dan sebaliknya, persekutuannya membuat orang berpikir bahwa masalahnya terletak pada pengawas, dan bahwa kerusakan yang dia ungkapkan terjadi karena beberapa alasan. Terkadang selama pertemuan, dia juga akan menyebutkan masalah ini, menyebabkan gangguan. Aku benar-benar ingin mempersekutukan masalah-masalah ini dengannya, tetapi setiap kali aku mencoba untuk berbicara, rasanya seperti ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokanku, dan aku selalu merasa bahwa Zhang Xin memahami lebih banyak daripada aku, dan bahwa mempersekutukan itu dengannya akan terasa seperti mengajari ikan berenang. Aku akhirnya memutuskan untuk tidak mempersekutukan sama sekali, dan masalah itu berlalu begitu saja. Kemudian, ketika seorang pemimpin datang ke pertemuan kami, dia mempersekutukan dan mengungkapkan masalah Zhang Xin, dan Zhang Xin menerima ini. Barulah saat itu aku mulai merenungkan diriku sendiri.

Beberapa hari kemudian, aku membaca firman Tuhan dan memperoleh beberapa pemahaman tentang keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pun yang terjadi pada mereka, ketika orang-orang pengecut menghadapi sedikit kesulitan, mereka akan mundur. Mengapa mereka melakukannya? Salah satu alasannya karena hal ini disebabkan oleh perasaan rendah diri mereka. Karena merasa rendah diri, mereka tidak berani tampil di depan orang lain, mereka bahkan tak mampu memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang seharusnya mereka penuhi, juga tak mampu melakukan apa yang sebenarnya mampu mereka capai dalam lingkup kemampuan dan kualitas mereka sendiri, dan dalam lingkup pengalaman kemanusiaan mereka sendiri. Perasaan rendah diri ini memengaruhi setiap aspek kemanusiaan mereka, memengaruhi kepribadian mereka, dan tentu saja, memengaruhi karakter mereka. Saat berada di sekitar orang lain, mereka jarang mengungkapkan pandangan mereka sendiri, dan engkau hampir tak pernah mendengar mereka menjelaskan sudut pandang dan pendapat mereka sendiri. Saat menghadapi suatu masalah, mereka tidak berani bicara, melainkan selalu menarik diri dan mundur. Ketika hanya ada sedikit orang, mereka merasa cukup berani untuk duduk di antara mereka, tetapi ketika ada banyak orang di sana, mereka mencari sebuah sudut dan menuju ke tempat yang penerangannya redup, tidak berani berada di antara orang lain. Setiap kali mereka merasa ingin secara positif dan aktif mengatakan sesuatu dan mengungkapkan pandangan dan pendapat mereka sendiri untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka pikirkan itu benar, mereka bahkan tak punya keberanian untuk melakukannya. Setiap kali memiliki ide semacam itu, perasaan rendah diri mereka langsung muncul dan mengendalikan mereka, menahan mereka, mengatakan kepada mereka, 'Jangan katakan apa pun, engkau tidak berguna. Jangan ungkapkan pandanganmu, simpan saja idemu untuk dirimu sendiri. Jika ada sesuatu dalam hatimu yang benar-benar ingin kaukatakan, catat saja di komputer dan renungkan sendiri hal itu. Jangan biarkan orang lain mengetahuinya. Bagaimana jika kau mengatakan sesuatu yang keliru? Itu akan sangat memalukan!' Suara ini terus memberitahumu agar tidak melakukan ini dan itu, tidak mengatakan ini dan itu, menyebabkanmu menelan kembali setiap kata yang ingin kauucapkan. Ketika ada sesuatu yang ingin kaukatakan yang telah lama dan berulang kali kaupikirkan di dalam hatimu, engkau langsung mundur dan tak berani mengatakannya, atau engkau merasa malu untuk mengatakannya, merasa yakin bahwa sudah seharusnya engkau tidak mengatakannya, dan jika engkau mengatakannya, engkau merasa seolah-olah engkau telah melanggar aturan atau hukum. Dan ketika suatu hari engkau secara aktif mengungkapkan pandanganmu sendiri, di lubuk hatimu engkau merasa sangat gelisah dan tidak tenang. Sekalipun perasaan tidak tenang yang kuat ini berangsur memudar, perasaan rendah dirimu secara perlahan memadamkan ide, niat dan rencana yang kaumiliki untuk ingin berbicara, ingin mengungkapkan pandanganmu sendiri, ingin menjadi orang normal, dan ingin menjadi sama seperti orang lain. Mereka yang tidak memahamimu menganggapmu orang yang tak banyak bicara, pendiam, pemalu, orang yang tak suka menonjolkan diri. Ketika engkau berbicara di depan banyak orang, engkau merasa malu dan wajahmu memerah; engkau agak tertutup, dan hanya engkau sendirilah yang tahu bahwa engkau sebenarnya merasa rendah diri. ... Ada orang-orang yang berkata, 'Kurasa aku tidak rendah diri dan aku tidak berada di bawah kekangan apa pun. Tak seorang pun pernah memancing kemarahanku ataupun meremehkanku, juga tak seorang pun pernah menghambatku. Aku hidup dengan sangat bebas, jadi bukankah itu berarti aku tidak memiliki perasaan rendah diri ini?' Benarkah demikian? (Tidak, terkadang kami masih memiliki perasaan rendah diri.) Engkau mungkin masih memilikinya hingga taraf tertentu. Perasaan itu mungkin tidak mendominasi lubuk hatimu, tetapi dalam keadaan tertentu, itu dapat muncul seketika. Sebagai contoh, tiba-tiba engkau bertemu seseorang yang kauidolakan, seseorang yang jauh lebih berbakat daripadamu, seseorang dengan keahlian dan bakat yang lebih istimewa daripadamu, seseorang yang lebih mendominasi dibandingkan dirimu, yang lebih sombong, lebih jahat, lebih tinggi dan lebih menarik daripadamu, seseorang yang memiliki status di tengah masyarakat, seseorang yang kaya, yang lebih berpendidikan dan berstatus lebih tinggi daripadamu, seseorang yang lebih tua dan telah percaya kepada Tuhan lebih lama, seseorang yang memiliki lebih banyak pengalaman dan kenyataan dalam kepercayaannya kepada Tuhan, dan kemudian engkau tak mampu menghentikan munculnya perasaan rendah dirimu tersebut. Saat perasaan ini muncul, 'hidup dengan sangat bebas' yang kaukatakan lenyap, engkau menjadi penakut dan kehilangan keberanian, engkau berpikir bagaimana menyusun kalimatmu, ekspresi wajahmu menjadi tidak wajar, engkau merasa terkekang dalam perkataan dan gerakanmu, dan engkau mulai menyamarkan dirimu. Hal-hal ini dan perwujudan lainnya terjadi karena munculnya perasaan rendah dirimu" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (1)"). Dari pengungkapan firman Tuhan, aku sadar bahwa orang yang merasa rendah diri selalu merasa dirinya tidak sebaik orang lain, dan karenanya tidak berani menyuarakan pendapat mereka. Khususnya ketika bertemu orang yang lebih mampu dan berbakat dibandingkan dirinya, mereka menjadi makin gentar dan kehilangan keberaniannya, dan bahkan ketika mereka melihat masalah pada orang lain, mereka tidak berani berbicara. Mereka terlalu berhati-hati dan khawatir, dan karenanya tidak mampu melindungi kepentingan gereja. Ketika merenungkan kerja samaku dengan Zhang Xin, ketika aku melihat bahwa dia memahami lebih banyak dan mempersekutukan dengan baik, dan terutama, bahwa dia dapat menyelesaikan semua masalah yang dihadapi para pendatang baru serta memiliki cara yang jelas dalam mempersekutukannya, aku merasa bahwa dia memiliki kenyataan kebenaran, dan jika dibandingkan, aku jauh tertinggal. Apa yang aku ketahui terasa sama sekali tidak berarti dibandingkan apa yang dia pahami, dan aku bahkan malu untuk mengangkat satu hal dalam persekutuan. Aku merasa seperti seorang murid sekolah dasar di hadapannya, dan aku sebaiknya cukup mendengarkan dia dengan saksama saja, yang menyebabkan aku hidup dalam keadaan rendah diri. Karena perasaan rendah diriku, aku bertindak seolah aku hanya sebuah radio ketika kami membahas masalah, kebanyakan hanya mendengarkannya dan tidak mengungkapkan pandanganku sendiri. Aku melihat Zhang Xin sering pamer, tetapi aku menahan diri untuk tidak menunjukkan atau membantunya, menganggap bahwa dia memiliki kenyataan kebenaran dan mendapatkan hasil dalam tugasnya, dan adalah normal jika watak rusaknya sedikit tersingkap. Zhang Xin terlalu berlebihan dalam menafsirkan orang-orang dan hal-hal, dan memunculkan prasangka terhadap pengawas, dan aku tahu seharusnya aku bersekutu dengannya untuk membantunya merenung serta belajar dari hal ini. Namun, aku merasa dia dapat memahami banyak hal lebih baik dibandingkan aku, dan bahwa pengetahuan serta pemahamanku hanya biasa saja, dan aku tidak berada di tingkat yang sama dengannya, sehingga aku merasa tidak pantas bersekutu dengannya. Karena perasaan rendah diriku, aku pun tidak berani bicara bahkan ketika melihat masalahnya, aku menjadi gentar dan kehilangan keberanianku saat di hadapannya, dan aku bahkan mengurungkan keinginan untuk mempersekutukan beberapa pendapat yang kumiliki. Kenyataannya, sebagai seseorang dengan rasionalitas normal, entah seberapa baik pun kita mempersekutukan, jika kita menemukan sebuah masalah, kita seharusnya memenuhi tanggung jawab kita dan bersekutu tentangnya dengan sebaik-baiknya. Ini juga penerapan salah satu aspek dari kebenaran. Namun, karena perasaan rendah diriku, aku tidak berani mengatakan apapun tentang permasalahan Zhang Xin atau menunjukkannya, dan aku gagal untuk melakukan apa yang dapat kulakukan. Ketika menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal, dan aku berdoa kepada Tuhan dalam hatiku, bertekad untuk mempersekutukan dan membantu setiap masalah yang aku lihat di orang lain, entah siapa orangnya, dan tidak terikat oleh perasaan rendah diri.

Kemudian, aku juga berdoa dan mencari dalam hatiku mengapa aku merasa begitu rendah diri di hadapan orang yang lebih baik daripada aku. Dalam sebuah pertemuan, aku bersekutu tentang keadaanku. Seorang saudari menunjukkan masalah-masalahku, mengatakan bahwa aku terlalu mementingkan kesombongan serta statusku, juga bahwa aku takut diremehkan dan kehilangan reputasi serta statusku jika angkat bicara. Setelah mendengarkan bimbingan saudari itu, aku secara sadar berfokus pada makan dan minum firman Tuhan terkait hal ini. Suatu hari, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Bukannya mencari kebenaran, kebanyakan orang memiliki agenda picik mereka sendiri. Kepentingan, reputasi, dan tempat atau kedudukan mereka di benak orang lain sangatlah penting bagi mereka. Hanya hal-hal inilah yang mereka hargai. Mereka menggenggam erat hal-hal ini dan menganggapnya sebagai hidup mereka. Dan bagaimana hal-hal ini dipandang atau diperlakukan oleh Tuhan, itu dianggap kurang penting; untuk saat ini, mereka mengabaikan hal itu; untuk saat ini, mereka hanya memikirkan apakah mereka adalah pemimpin kelompok atau bukan, apakah orang lain menghormati mereka, apakah perkataan mereka berbobot. Perhatian utama mereka adalah menduduki posisi tersebut. Ketika berada dalam kelompok, hampir semua orang mencari kedudukan dan peluang seperti ini. Jika mereka sangat berbakat, tentu saja mereka ingin menjadi yang terbaik; jika mereka memiliki kemampuan yang biasa-biasa saja, mereka tetap ingin memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam kelompok tersebut; dan jika mereka memiliki kedudukan yang rendah dalam kelompok, karena memiliki kualitas dan kemampuan rata-rata, mereka juga ingin orang lain menghormati mereka, mereka tidak mau orang lain memandang rendah diri mereka. Reputasi dan martabat orang-orang ini adalah batas minimum yang harus mereka miliki: mereka harus memegang erat hal-hal ini. Mereka boleh saja tidak memiliki integritas dan tidak mendapatkan perkenanan atau penerimaan Tuhan, tetapi mereka sama sekali tidak boleh kehilangan rasa hormat, status, atau harga diri yang telah mereka bangun di benak orang-orang—yang merupakan watak Iblis. Namun, kebanyakan orang tidak memiliki kesadaran akan hal ini. Keyakinan mereka adalah, mereka harus memegang erat reputasi ini sampai akhir. Mereka tidak menyadari bahwa hanya jika hal-hal yang sia-sia dan dangkal ini dilepaskan dan dikesampingkan sepenuhnya, barulah mereka akan menjadi manusia sejati. Jika orang mempertahankan hal-hal yang seharusnya dibuang ini sebagai hidup mereka, mereka akan kehilangan hidup mereka. Mereka tidak tahu apa yang dipertaruhkan. Jadi, ketika mereka bertindak, mereka selalu menyembunyikan sesuatu, mereka selalu berusaha melindungi reputasi dan status mereka sendiri, mereka mengutamakan hal-hal ini, berbicara hanya untuk tujuan mereka sendiri, untuk pembelaan palsu mereka sendiri. Segala sesuatu yang mereka lakukan adalah untuk diri mereka sendiri" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku melihat bahwa kemanusiaan yang rusak sangat menyukai kesombongan dan status mereka sendiri, dan ingin memiliki citra yang baik di hati orang, dan bahwa mereka yang memiliki keterampilan serta kemampuan kerja yang kuat menginginkan status tinggi di antara orang lain, dan dihormati oleh orang lain. Bahkan mereka yang memiliki kemampuan kerja rata-rata pun tidak mau berada di bawah orang lain atau dipandang rendah oleh yang lain, bahkan sekalipun itu berarti mengorbankan kepentingan gereja, mereka tetap ingin mempertahankan kesombongan dan status mereka sendiri. Inilah keadaan yang aku alami. Meskipun aku tahu aku memiliki kemampuan kerja yang kurang, ketika menghadapi situasi, aku memikirkan kesombongan dan statusku terlebih dahulu, dan meskipun aku tidak bisa membuat orang lain kagum, setidaknya, aku tidak ingin dipandang rendah. Aku merasa ini adalah hidup dengan martabat dan integritas. Aku hidup menuruti hukum bertahan hidup dari Iblis, seperti "Manusia membutuhkan harga dirinya seperti pohon membutuhkan kulitnya" dan "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang," menilai tinggi kesombongan serta statusku, juga ingin terus mempertahankan kesombongan dan statusku. Meskipun aku tidak sebaik orang lain, aku tetap ingin membuat orang lain punya kesan baik terhadapku. Aku selalu sangat peduli dengan pendapat orang lain terhadapku. Ketika berhadapan dengan orang yang tidak sebaik diriku, aku tidak khawatir, dan bisa dengan bebas mengungkapkan pendapatku, tetapi setiap kali aku melihat orang yang lebih baik dariku dalam berbagai hal, aku memakai strategi menghindar, sedapat mungkin berusaha untuk tidak berbicara, menyembunyikan kekurangan dan kelemahanku, dan tidak membiarkan orang lain melihat aspek negatifku, agar setidaknya saat disebut, aku akan menerima penilaian yang baik, jika tidak, aku benar-benar akan kehilangan muka! Aku teringat suatu waktu ketika seorang saudari yang menjadi tuan rumah sedang hidup dalam keadaan negatif, dan aku dapat mempersekutukan firman Tuhan dengannya. Aku mempersekutukan sebanyak yang aku tahu, tanpa ada kekhawatiran, dan keadaan saudari tersebut membaik setelah persekutuanku. Namun ketika menyangkut Zhang Xin, aku melihat bahwa dia lebih baik dariku dalam segala hal, dan aku takut dia akan meremehkanku. Bahkan ketika aku melihat beberapa masalah, aku tidak berani menunjukkannya. Mulutku seolah tersegel rapat. Ini bukan hanya berdampak buruk bagi jalan masuk kehidupan Zhang Xin, tetapi juga memengaruhi pekerjaan gereja. Aku terlalu mementingkan kesombongan dan statusku sendiri! Saat menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal, dan datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, "Tuhan, aku tidak ingin terus seperti ini, aku bersedia untuk bertobat dan aku memohon agar Engkau membimbingku dalam menyelesaikan masalahku."

Kemudian, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan: "Semua orang sama di hadapan kebenaran, dan tidak ada perbedaan usia atau posisi dan seberapa luhurnya mereka yang melaksanakan tugas mereka di rumah Tuhan. Semua orang sama di hadapan tugas mereka, mereka hanya melakukan pekerjaan yang berbeda. Tidak ada perbedaan di antara mereka berdasarkan siapa yang memiliki senioritas. Di hadapan kebenaran, setiap orang harus memiliki hati yang tunduk, menerima, dan rendah hati. Orang-orang harus memiliki nalar dan sikap ini" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). Firman Tuhan memberitahu kita bahwa di hadapan kebenaran, semua orang itu setara, bahwa tidak ada hal seperti status tinggi atau rendah, ataupun perbedaan tingkatan. Ketika saudara-saudari bekerja sama dalam tugas, semua orang harus berpartisipasi dan secara aktif mengungkapkan pandangan mereka ketika dihadapkan pada situasi. Meskipun persekutuan mereka dangkal, mereka harus tetap memberi kontribusi dengan apa yang mereka bisa; ketika menemukan masalah, mereka harus segera mengangkatnya untuk melindungi pekerjaan gereja, bukannya hanya menjadi pengamat. Inilah sikap yang seharusnya dimiliki setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Seperti dalam kerja samaku dengan Zhang Xin, meskipun dia lebih jelas dalam mempersekutukan kebenaran dibandingkn diriku, dia juga memiliki kekurangan dan menyingkapkan kerusakan. Ketika aku melihat dia menyingkapkan kerusakan atau berbicara dan bertindak dengan cara yang merugikan pekerjaan gereja, aku seharusnya tidak hanya berdiam diri, sebaliknya aku seharusnya mempersekutukan apa yang aku lihat dan pahami, serta memenuhi tanggung jawabku. Namun aku melihat orang dan hal-hal dari sudut pandang duniawi, percaya pada adanya perbedaan status tinggi dan rendah, tingkatan, serta kekuatan dan kelemahan di antara manusia, di mana yang lemah selalu dianggap tidak memenuhi syarat untuk menyampaikan keberatan kepada yang kuat, dan ketika mereka melakukannya, itu dianggap sebagai tindakan tidak tahu diri dan bahkan dapat mengarah kepada pengucilan. Sudut pandangku benar-benar tidak masuk akal! Kenyataannya, meskipun seseorang diterangi dalam persekutuannya dan punya beberapa pemahaman tentang kebenaran, tidak berarti mereka sempurna. Karena semua orang memiliki watak rusak dan sering menyingkapkan kerusakan, bersikap congkak dan sombong, serta bertindak sesuka hati, sehingga diperlukan saling mengoreksi dan membantu. Ini adalah sebuah tindakan keadilan yang mempertahankan kepentingan rumah Tuhan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Setelah itu, ketika melaksanakan tugasku, aku sering berdoa kepada Tuhan, dan tidak lagi khawatir akan keuntungan atau kerugian dalam kesombongan atau statusku. Ketika berinteraksi dengan saudara-saudari, tanpa peduli apakah orang lain lebih unggul dariku, aku memperlakukan mereka dengan benar, dan kapan pun aku melihat hal-hal yang dilakukan tidak selaras dengan prinsip-prinsip kebenaran, aku akan menunjukkan hal itu kepada mereka dan mencari serta mempersekutukannya dengan semuanya. Ketika aku menerapkan seperti ini, aku merasa sangat lega dan merdeka. Kemudian, aku bertemu Saudari Liu Hui, yang telah menyiramku beberapa tahun lalu. Dia sudah lama melaksanakan tugasnya dan dapat mempersekutukan dengan baik, dan saat itu, aku sempat iri kepadanya. Kali ini, ketika aku berinteraksi lagi dengan Liu Hui, persekutuannya jelas dan terorganisir, dan dibandingkan dengannya, aku masih merasa kurang. Suatu saat, ada seorang saudari yang selalu membantah tiap kali dia dipangkas, dan Liu Hui mempersekutukan akibat dari terus berlaku seperti ini, sehingga saudari itu sangat takut setelah mendengarnya. Namun, aku merasa bahwa cara Liu Hui menyelesaikan masalah tersebut tidak memberikan jalan, dan bahwa dia tidak berfokus pada penerapan firman Tuhan atau bersaksi tentang firman Tuhan, sehingga hal itu tidak mencapai dampak memberikan kesaksian tentang Tuhan. Aku ingin menunjukkan hal ini kepadanya, tetapi kemudian aku berpikir, "Meskipun aku melaksanakan tugas kepemimpinan, masih ada kesenjangan besar diantara kami, dan Liu Hui mungkin telah memikirkan apa yang ingin kukatakan. Jadi lebih baik tidak mengatakan apa-apa." Pada saat itu, aku menyadari bahwa aku kembali terkekang oleh perasaan rendah diri. Gambaran kegagalanku dalam melaksanakan tugasku karena rasa rendah diri terlintas di depan mataku, dan aku berpikir, "Aku tidak boleh lagi hidup dalam rendah diri ini, dan aku harus melepaskan kesombongan serta statusku. Tidak peduli bagaimana Liu Hui memandangku, aku perlu mempersekutukan apa yang aku pahami, masuk dengan para saudari, sehingga tidak lagi merasa menyesal." Jadi, aku menunjukkan permasalahan yang aku perhatikan. Setelah mendengarkan, Liu Hui berkata bahwa apa yang aku katakan benar, dan bahwa saling melengkapi kelebihan satu sama lain, serta bekerja sama dengan harmonis seperti ini adalah sangat baik, dan itu bermanfaat bagi jalan masuk kehidupannya. Aku dapat keluar dari keadaan rendah diri ini dan melepaskan kesombongan serta statusku—perubahan ini adalah hasil dari pekerjaan Tuhan. Terima kasih Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh