Apakah Mengejar Ketenaran dan Keuntungan Membawa kepada Kehidupan yang Berbahagia?

16 Maret 2025

Pada tahun 1998, perusahaan tempatku dan istriku bekerja bangkrut, dan kami berdua kehilangan pekerjaan. Pada saat itu, kondisi keuangan kami di rumah cukup buruk. Ibuku sakit dan harus mengeluarkan biaya pengobatan, dan kami juga harus membayar biaya sekolah anak kami. Aku mencoba meminjam uang dari teman dan kerabat, tetapi tidak ada yang mau meminjamkan. Aku menyadari betapa dinginnya orang terhadap satu sama lain. Pikirku, "Aku harus mendapatkan lebih banyak uang dan menjadi seorang yang sukses agar tidak ada lagi yang memandang rendah diriku!" Setelah itu, aku memulai peternakan babi dan bermitra dengan beberapa orang lain untuk membuka perusahaan. Namun, semuanya gagal, dan akhirnya aku terlilit banyak utang. Kemudian, seseorang menyarankan agar aku bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan logistik. Aku sangat menghargai pekerjaan ini, karena merupakan salah satu perusahaan paling berpengaruh di negara ini, dan kupikir selama aku bekerja keras, masih ada peluang besar untuk berkembang. Untuk memperbaiki situasi keuangan keluargaku, aku sering bekerja lembur. Atasanku sangat mengagumiku, dan mulai memercayakan beberapa tugas keuangan terpenting perusahaan kepadaku. Aku mengerjakan setiap tugas dengan teliti, dan tekun serta bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang diberikan kepadaku, sehingga membuat atasanku merasa tenang. Atasanku sangat puas denganku, sehingga sedikit demi sedikit, aku terus dipromosikan, naik jabatan dari staf akuntansi menjadi manajer departemen, dan dengan ini, lingkup tanggung jawabku makin bertambah. Kerabat, teman, dan kolega yang dahulu memandang rendah diriku mulai menjilatku. Aku merasa sangat senang dan berpikir bahwa akhirnya aku memiliki sesuatu yang layak diperjuangkan dalam hidupku. Saat memikirkan tentang hal ini, meskipun aku hanya seorang manajer departemen saat itu, aku merasa bahwa jika aku dapat dipromosikan lebih lanjut, bukan hanya pendapatanku yang akan naik, melainkan reputasiku juga akan terus meningkat, dan saat itu aku akan benar-benar berhasil, dan akan mendapatkan ketenaran dan keuntungan.

Beberapa waktu kemudian, seorang kerabat memberitakan Injil Tuhan pada akhir zaman kepadaku. Setelah menghadiri pertemuan selama beberapa waktu, aku memahami bahwa kebenaran yang Tuhan singkapkan pada akhir zaman adalah untuk menyelamatkan manusia, dan bahwa selama orang mengejar kebenaran dan watak mereka berubah, mereka dapat dilindungi oleh Tuhan selama bencana besar dan memasuki tempat tujuan yang indah. Sejak saat itu, di samping pekerjaanku sehari-hari, aku juga menghadiri pertemuan dengan saudara-saudari, makan dan minum firman Tuhan, serta menyanyikan lagu-lagu pujian untuk memuji Tuhan. Segera setelah itu, aku mulai melaksanakan tugasku. Awalnya, tugasku tidak terlalu berbenturan dengan pekerjaanku. Namun seiring berjalannya waktu, tugasku menjadi makin sibuk, dan terkadang aku harus mengambil cuti beberapa hari berturut-turut. Aku mulai khawatir, waswas kalau tugasku akan memengaruhi pekerjaanku. Karena pekerjaan keuangan yang menjadi tanggung jawabku melibatkan uang, satu kesalahan kecil saja dapat membuatku kehilangan pekerjaan, dan jika atasanku akhirnya memecatku, semua harapanku akan pupus. Aku bertanya-tanya, "Jika itu terjadi, apakah saudara, teman, dan kolegaku masih akan sangat menghormatiku?" Selain itu, kondisi kehidupan keluargaku baru saja mulai membaik, dan jika aku melakukan kesalahan dan kehilangan pekerjaan ini, kami akan kembali jatuh miskin. Setelah banyak pertimbangan, aku memutuskan untuk mengurangi cuti dan menerima lebih banyak pekerjaan. Setelah itu, bahkan ketika aku mengambil cuti untuk melaksanakan tugasku, aku selalu menelepon untuk menindaklanjuti pekerjaan asistenku, menghujaninya dengan pengingat dan peringatan untuk memastikan agar tidak terjadi kesalahan. Aku bekerja jauh lebih keras selama jam-jam kerja biasa, dan bahkan mengkhawatirkan pekerjaan selama saat teduhku. Bahkan ketika sudah hampir waktunya pulang kerja, jika aku menerima tugas, aku akan segera mengerjakannya. Sementara yang lain pulang untuk beristirahat setelah selesai bekerja, aku akan tetap di kantor, terus bekerja lembur. Terkadang, aku bekerja lembur hingga larut malam, dan aku akan kelelahan sampai punggungku sakit dan tidak tersisa lagi kekuatan di tubuhku. Aku berencana membaca firman Tuhan sesampainya di rumah, tetapi setelah membaca beberapa baris saja, otakku akan mulai tumpul, dan aku menjadi terlalu mengantuk untuk melanjutkannya. Aku bahkan menghibur diri dengan berkata, "Nanti kubaca kalau sudah ada waktu," lalu aku langsung pergi tidur. Terkadang, aku ingin menenangkan hati untuk merenungkan firman Tuhan dengan saksama, tetapi aku tidak punya tenaga lagi. Begitu teleponku berdering tentang masalah perusahaan, aku akan menutup buku firman Tuhan dan mengurusnya. Meskipun aku terus melaksanakan tugasku, sebagai orang percaya, aku bahkan tidak bisa bersaat teduh secara teratur atau memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan. Aku merasa sangat tidak tenang dan berpikir bahwa ini bukanlah kehidupan yang kuinginkan. Namun, ketika aku memikirkan tentang prestise yang diberikan pekerjaan ini kepadaku, aku merasa tidak berdaya untuk melepaskannya. Itu benar-benar dilema.

Setelah melihat betapa berdedikasi dan bertanggung jawabnya diriku, atasanku mempromosikanku ke posisi Manajer Pengurusan Keuangan di kantor pusat, yang bertanggung jawab atas pengurusan pengiriman barang di seluruh jaringan. Ini adalah departemen inti perusahaan, dan memperoleh jabatan ini berarti aku makin dekat dengan tujuanku untuk memiliki mobil dan rumah, dan itu belum termasuk keuntungan tambahan yang didapat dengan dipromosikan ke posisi ini. Dari perusahaan hingga individu, setiap orang yang menginginkan pembayaran di muka dan pendapatan dari pengiriman lebih awal akan secara aktif berusaha menjilatku. Selain itu, aku berhak memberikan saran tentang kenaikan gaji, penugasan pekerjaan, dan perubahan posisi untuk personel departemen, sehingga makin banyak orang berusaha menjilatku. Terkadang, ketika aku memosting pesan di grup pekerjaan, banyak orang akan menanggapi, dan respons yang luar biasa seperti ini adalah sesuatu yang belum pernah kunikmati sebelumnya. Dengan promosi ini, gajiku juga naik, dan aku juga menerima banyak penghasilan tambahan. Para atasan yang secara aktif meminta bantuanku terkadang membawakanku makanan khas setempat, rokok dan minuman beralkohol yang mahal, kartu hadiah, dan barang-barang lainnya, dan setiap hari libur seperti musim panen bagiku. Terkadang aku berpikir bahwa sebagai orang percaya, aku harus menjadi orang yang jujur, dan tidak menggunakan kekuasaanku untuk mencari keuntungan pribadi seperti yang dilakukan orang-orang tidak percaya, tetapi aku tidak mampu menolak godaan untuk mencari keuntungan. Aku sangat menyadari tuntutan Tuhan tetapi tidak mampu menerapkannya. Selain itu, karena ketegangan mata yang berkepanjangan, penglihatanku berangsur-angsur memburuk, dan terlalu sering begadang menyebabkan tekanan darahku naik dan betisku bengkak, membuatku merasa lelah secara fisik dan mental setelah seharian bekerja. Aku tahu bahwa terus seperti ini akan membahayakan kesehatanku, tetapi aku tidak bisa berhenti. Tanpa pekerjaan ini, aku akan kehilangan semua keuntungan materi dan kekaguman semua orang. Terkadang di pertemuan, saudara-saudari akan berbicara tentang bagaimana mereka telah mengalami berbagai hal, bagaimana mereka mengenali aspek-aspek kerusakan mereka, dan bagaimana mereka menebus kesalahan setelah membaca firman Tuhan. Aku merasa sangat iri, pikirku, "Semua saudara-saudari ini mengejar perubahan watak, tetapi aku masih bergumul dalam kubangan uang, ketenaran, dan keuntungan, apalagi membuang watakku yang rusak; aku bahkan belum hidup dalam keserupaan dengan seorang Kristen. Aku telah menjadi budak uang sepenuhnya!" Aku tahu pekerjaan ini benar-benar memperlambatku dalam mengejar kebenaran dan imanku kepada Tuhan, tetapi aku masih tidak sanggup melepaskan ketenaran dan keuntungan yang kuperoleh. Aku tahu bahwa begitu aku melepaskannya, semua kemuliaan dan kenikmatan materi yang kuperoleh sebagai imbalan atas kerja keras selama bertahun-tahun akan musnah. Aku merasakan pergumulan dalam batinku dan tidak tahu harus berbuat apa.

Suatu hari di sebuah pertemuan, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Manusia harus berupaya hidup dalam kehidupan yang bermakna dan tidak boleh puas dengan keadaannya saat ini. Untuk hidup dalam gambaran Petrus, ia harus memiliki pemahaman dan pengalaman Petrus. Manusia harus mengejar hal-hal yang lebih tinggi dan lebih mendalam. Ia harus mengejar kasih kepada Tuhan yang lebih dalam dan lebih murni, dan kehidupan yang memiliki nilai dan makna. Hanya inilah sesungguhnya kehidupan; hanya dengan demikian manusia akan sama seperti Petrus. Engkau harus berfokus untuk bersikap proaktif dalam memasuki sisi positif dan tidak dengan pasif membiarkan dirimu kembali murtad demi kenyamanan sesaat dan mengabaikan kebenaran yang lebih mendalam, lebih spesifik, dan lebih nyata. Kasihmu harus praktis dan engkau harus menemukan cara untuk membebaskan dirimu dari kehidupan yang bejat dan tanpa beban yang tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang ini. Engkau harus hidup dalam kehidupan yang bermakna, kehidupan yang bernilai, dan jangan sampai membodohi dirimu sendiri, atau menganggap hidupmu seperti mainan yang engkau mainkan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Firman Tuhan sungguh mencerahkanku. Tuhan menghendaki kita untuk meneladani Petrus, yang tidak terjerat oleh hal-hal duniawi, dan mampu melepaskan ketenaran, keuntungan, status, dan kesenangan duniawi untuk mengejar kehidupan yang bermakna. Petrus memiliki prestasi akademis yang luar biasa, dan dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya, dia pasti bisa menjadi pejabat pada waktu itu, tetapi dia merasa bahwa mengejar ketenaran dan keuntungan duniawi melalui karier sebagai pejabat tidak ada artinya, dan dia ingin mencari kehidupan yang bermakna sebagai gantinya. Kemudian, Petrus dipanggil oleh Tuhan untuk mengikuti-Nya, dan dia memperoleh banyak kebenaran, mendapatkan pengenalan sejati tentang Tuhan, dan akhirnya mencapai kasih yang tertinggi bagi Tuhan dan tunduk sampai mati, dan menerima perkenan Tuhan. Lalu aku melihat diriku sendiri dalam terang ini. Agar dapat menjalani kehidupan yang terhormat dan unggul, aku mengerahkan seluruh tenagaku ke dalam pekerjaan, tetapi apa yang sebenarnya akan kuperoleh dari mengejar uang, status, dan kesenangan duniawi seperti ini? Kalau dipikir-pikir lagi, sekalipun keinginan dagingku terpenuhi, dan mewujudkan tujuanku untuk memiliki mobil, rumah, dan status, jika aku gagal memperoleh kebenaran meskipun aku percaya kepada Tuhan, apakah artinya hidup seperti itu? Bukankah ini akan menjadi hidup yang sia-sia? Hidup hanya untuk memuaskan kesenangan daging, tidak ada bedanya dengan hidup seperti binatang, dan sebaik apa pun kesenangan daging itu, pada akhirnya semua itu tidak akan ada gunanya. Meskipun aku masih belum mencapai tekad seperti Petrus, aku harus berusaha keras untuk mencapainya, dan lebih fokus pada makan dan minum firman Tuhan serta mengejar kebenaran. Jadi aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membuka jalan bagiku, "Tuhan, aku tidak ingin terus seperti ini. Aku ingin tekun mengejar kebenaran. Meskipun pemahamanku terbatas saat ini, aku bersedia untuk secara bertahap melepaskan uang, ketenaran, dan keuntungan. Kumohon agar Engkau menuntunku untuk membebaskan diri dari kungkungan uang, ketenaran, dan keuntungan." Setelah berdoa, aku merasa jauh lebih tenang.

Suatu hari, atasanku tiba-tiba meminta untuk berbicara denganku. Dia berkata bahwa pengurusan pengangkutan pada dasarnya telah mencapai kematangan, tetapi pengurusan penerbangan masih dalam tahap penjajakan, dan dia ingin agar aku melakukan pekerjaan ini. Pekerjaan di bidang pengurusan penerbangan jauh kurang bergengsi dibandingkan pengurusan pengangkutan, tetapi beban kerjanya jauh lebih kecil, dan jelas bagiku bahwa Tuhan telah mendengar doaku dan bahwa Dia menuntunku selangkah demi selangkah agar terbebas dari ikatan uang, ketenaran, dan keuntungan sesuai dengan tingkat pertumbuhanku. Para atasan di sektor pengiriman barang benar-benar sombong, dan ketika mereka mendengar kalau aku telah dipindahkan, mereka semua menjauhiku dan tidak ingin berurusan denganku. Terkadang, ketika mereka melihatku, mereka akan berpura-pura mengeluarkan ponsel dan berlagak seolah-olah menerima panggilan. Dibandingkan sebelumnya, ketika aku terus-menerus dikerumuni orang, rasanya seperti benar-benar kehilangan kekuasaan, dan aku merasa kehilangan hari-hari ketika orang-orang mengagumi dan menjilatku. Suatu hari di sebuah pertemuan, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Dalam pertandingan antara positif dan negatif, hitam dan putih, engkau semua tentu sadar akan pilihan-pilihan yang sudah engkau buat antara keluarga dan Tuhan, anak-anak dan Tuhan, perdamaian dan perpecahan, kekayaan dan kemiskinan, status tinggi dan status biasa, didukung dan disisihkan, dan sebagainya. Antara keluarga yang tenteram dan berantakan, engkau semua memilih yang pertama, dan engkau memilihnya tanpa keraguan; antara kekayaan dan tugas, lagi-lagi engkau memilih yang pertama, tanpa sedikit pun keinginan untuk mengubah pilihanmu; antara kemewahan dan kemiskinan, engkau semua memilih yang pertama; ketika memilih antara anak-anak lelaki, anak-anak perempuan, istri atau suami, dan Aku, engkau memilih yang pertama; dan antara gagasan dan kebenaran, sekali lagi engkau memilih yang pertama. Diperhadapkan pada segala macam perbuatanmu yang jahat, Aku sama sekali kehilangan kepercayaan kepadamu. Sungguh-sungguh mengejutkan bagi-Ku bahwa hatimu begitu melawan untuk dilembutkan. Tahun-tahun penuh dedikasi dan upaya tampaknya tidak membawa apa-apa bagi-Ku selain engkau semua meninggalkan-Ku dan sikap pasrahmu, tetapi harapan-Ku terhadapmu semakin bertumbuh setiap hari, karena hari-Ku sudah sepenuhnya disingkapkan di hadapan semua orang. Namun, engkau semua berkeras hati mencari hal-hal yang gelap dan jahat, dan menolak untuk melepaskan hal-hal tersebut. Lalu, akan seperti apa kesudahanmu? Pernahkah engkau semua memperhatikan hal ini dengan saksama? Jika engkau semua diminta untuk memilih kembali, apa pendirianmu nanti? Akankah masih yang pertama? Apakah engkau semua masih akan mendatangkan kekecewaan dan kesedihan yang memilukan bagi-Ku? Apakah hatimu masih akan memiliki hanya sedikit kehangatan? Apakah engkau semua masih tidak sadar akan apa yang harus engkau semua lakukan untuk menghibur hati-Ku?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kepada Siapakah Engkau Setia?"). Setiap pertanyaan Tuhan menyentuh hatiku. Meskipun aku percaya kepada Tuhan, aku tetap tidak dapat memahami yang sebenarnya mengenai uang, ketenaran, dan keuntungan, Aku memusatkan sebagian besar tenagaku pada pekerjaan dan menghasilkan uang, dan aku bahkan tidak bisa bersaat teduh atau membaca firman Tuhan secara rutin. Dengan pemindahtugasan terakhir ini, meskipun aku bisa menerima bahwa ini adalah dari Tuhan, setelah menerima pekerjaan di bidang pengurusan penerbangan, aku melihat para atasan yang tadinya menjilatku tiba-tiba berubah pikiran, dan aku merasa terguncang secara emosional. Aku merasa lebih baik memiliki kekuasaan, dan tanpanya, tidak ada yang menghormatimu, jadi aku masih merindukan hari-hariku ketika menangani pengurusan pengiriman barang. Aku benar-benar tipe orang yang disingkapkan oleh Tuhan yang hanya setia pada uang, ketenaran, dan keuntungan! Perubahan posisi ini adalah cara Tuhan membuka jalan bagiku dan dengan beban kerja di bidang pengurusan penerbangan yang jauh lebih kecil daripada pengurusan pengangkutan, aku dapat meluangkan waktu untuk lebih memperlengkapi diri dengan firman Tuhan, dan menggunakan waktu luangku untuk mengabarkan Injil kepada rekan-rekanku, yang bermanfaat bagi pengejaran kebenaran dan pelaksanaan tugasku. Dengan pemikiran ini, aku tidak lagi merindukan pekerjaanku sebelumnya.

Pada Mei 2013, atasanku menggabungkan departemen pengangkutan dan pengurusan penerbangan, menciptakan departemen baru dan memberiku tanggung jawab penuh. Beban kerjanya sekarang menjadi dua kali lipat dibandingkan saat aku hanya mengawasi pekerjaan dengan satu tugas, dan meskipun beberapa asisten ditambahkan, masih banyak hal yang harus diperhatikan, dan lambat laun, waktuku kembali dihabiskan untuk pekerjaan. Aku tidak dapat berhenti berpikir ketika aku bertanggung jawab atas pengurusan penerbangan, ketika waktu tidak terlalu padat, dan aku tidak hanya dapat bersaat teduh secara rutin, tetapi juga menyediakan waktu untuk mengabarkan Injil kepada rekan-rekanku, yang melaluinya aku mulai memahami banyak kebenaran, menemukan kekuranganku, dan mengalami maksud Tuhan yang mendesak untuk menyelamatkan manusia. Namun sekarang, tenagaku sepenuhnya terfokus pada pekerjaan, dan aku menyadari bahwa keputusan atasanku untuk menugaskanku sebagai penanggung jawab departemen yang baru saja digabungkan itu merupakan pencobaan dari Iblis. Jadi aku ingin berhenti dari pekerjaan itu. Namun, ketika berpikir tentang bagaimana pekerjaan ini merupakan hasil kerja kerasku selama bertahun-tahun, aku merasa enggan untuk melepaskannya begitu saja, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku sedang bergumul. Jika berhenti dari pekerjaan ini, aku harus menjalani kehidupan sederhana, dan semua impianku sebelumnya akan menjadi tak lebih dari sekadar ilusi, tetapi aku tahu bahwa mengejar kebenaran lebih penting, jadi kumohon tuntunlah aku." Selama waktu itu, aku sering berdoa kepada Tuhan, memohon bimbingan dan pimpinan-Nya, dan aku secara sadar mencari firman Tuhan untuk kubaca. Suatu hari, aku mendengar sebuah lagu pujian firman Tuhan yang berjudul "Apa Dunia Tempat Peristirahatanmu?":

1  ... Apakah dunia benar-benar adalah tempat perhentianmu? Benarkah dengan menghindari hajaran-Ku, engkau dapat memperoleh sedikit senyum kepuasan dari dunia? Sungguhkah engkau dapat menggunakan kenikmatan fanamu untuk menutupi kekosongan hatimu yang tidak dapat disembunyikan?

2  Engkau mungkin dapat membodohi setiap orang dalam keluargamu, tetapi engkau tidak pernah dapat membodohi-Ku. Karena imanmu terlalu kecil, sampai saat ini, engkau masih tidak berdaya untuk menemukan satu pun kesukaan yang hidup tawarkan. Aku mendesakmu: lebih baik secara tulus menjalani separuh hidupmu demi Aku daripada menghabiskan seluruh hidupmu dalam kehidupan yang biasa saja dan disibukkan oleh pekerjaan kedagingan, dengan menanggung semua penderitaan yang nyaris tak dapat ditanggung oleh manusia. Apa gunanya terlalu memandang tinggi dirimu sendiri dan lari dari hajaran-Ku? ...

—Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Makna Menjadi Seorang Pribadi Sejati"

Firman Tuhan menyentuhku dengan sangat dalam. Aku teringat tentang bagaimana aku telah bekerja tanpa henti seperti mesin setiap hari dalam mengejar uang, status, dan kehidupan yang penuh dengan kekayaan materi, dan bagaimana aku akhirnya melelahkan tubuh dan pikiranku, dan menderita banyak penyakit fisik. Ketika aku bertanggung jawab atas bidang pengurusan penerbangan, meskipun penghasilan tambahanku lebih sedikit, aku memiliki lebih banyak waktu untuk makan dan minum firman Tuhan, dan hatiku menjadi lebih dekat dengan Tuhan, yang mengubah pandangan rohaniku. Dengan bencana yang makin besar, jika aku terus berpaut pada uang dan status, ketika pekerjaan Tuhan selesai, jika aku tidak memperoleh kebenaran dan binasa dalam bencana, maka sudah terlambat untuk menyesal. Tuhan telah mempersiapkan kesempatan yang baik bagiku, yang memungkinkanku menerima makanan dan penyiraman dari firman-Nya, serta berkumpul dan mempersekutukan firman-Nya dengan saudara-saudari, membekaliku dengan makanan rohani. Namun, aku tidak bersyukur. Aku tidak memahami maksud Tuhan yang mendesak untuk menyelamatkan manusia, aku tidak mampu melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan, dan tetap hanya merencanakan masa depan dan penghidupanku. Bukankah semua kerja keras dan jerih payah demi dagingku ini sia-sia? Dengan hanya memedulikan keuntungan kecil di hadapanku, aku kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan hidup. Aku benar-benar picik! Hal-hal materi yang kukejar tidak akan berguna dalam bencana, dan sama sekali tidak akan menyelamatkanku. Saat nenyadari hal ini, aku berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa, "Tuhan, aku benar-benar berutang kepada-Mu. Engkau telah menyelamatkanku, tetapi aku tidak pernah berpikir untuk membalas-Mu, dan masih berpaut pada uang dan status. Hal-hal ini telah membawaku pada pencobaan seperti itu. Tuhan, tingkat pertumbuhanku terlalu kecil, aku tidak ingin terus-menerus dirusak dan dipermainkan oleh Iblis di dunia yang kotor ini, kumohon berilah aku tekad untuk memberontak terhadap daging, sehingga aku dapat melaksanakan tugasku sepenuh waktu untuk membalas kasih-Mu."

Belakangan, aku membaca satu bagian firman Tuhan dan mulai melihat lebih jelas akibat dari mengejar ketenaran dan keuntungan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu besar yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Firman Tuhan benar-benar tepat, menyingkapkan bagaimana Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengikat dan mengendalikan orang. Aku telah lama dipengaruhi oleh ide-ide Iblis, seperti "Uang bukanlah segalanya, tetapi tanpanya, kau tidak dapat berbuat apa pun", "Uang membuat dunia berputar", dan "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah", dan ide-ide ini telah mulai mengendalikanku. Selama bertahun-tahun, aku bekerja lembur dan sangat berfokus pada kesehatanku untuk mengejar uang, ketenaran, dan keuntungan, dan aku mulai jarang berdoa kepada Tuhan dan membaca firman-Nya, makin lama makin jauh dari-Nya. Aku melihat beberapa saudara-saudari menghabiskan waktu mereka untuk mengejar kebenaran, dan mereka mengalami kemajuan pesat dalam hidup mereka, sedangkan aku, dalam mengejar uang, ketenaran, dan keuntungan, aku hampir tidak mengalami kemajuan apa pun dalam hidupku. Sungguh kerugian yang sangat besar! Selama bertahun-tahun, aku telah mengubur diriku dalam pekerjaan dan menanggung penghinaan, dan pada akhirnya, meskipun impianku menjadi kenyataan, aku telah menjadi makin bengkok dan licik, menghabiskan hari-hariku berinteraksi dengan orang-orang tanpa ketulusan, tetapi dengan sikap saling mengeksploitasi, kehilangan martabat dan integritas manusiaku demi ketenaran dan keuntungan, serta menjalani kehidupan yang sangat menderita dan tersiksa. Aku teringat pada seorang pengusaha yang tadinya terkenal, seorang pria yang menjadi miliarder saat masih muda, yang di puncak ketenaran dan kekayaannya, berpindah-pindah dari satu pesta makan malam ke pesta lainnya setiap hari. Dia menolak untuk beristirahat meskipun sangat lelah, dan akibatnya, dia jatuh sakit dan meninggal sebelum usia empat puluh. Inilah hasil akhir dari penggunaan ketenaran dan keuntungan oleh Iblis untuk merusak orang-orang. Tuhan Yesus pernah berkata: "Apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa telah dengan cuma-cuma menganugerahkan kepada kita semua kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia. Jika aku masih berpaut pada ketenaran dan keuntungan, posisiku mungkin akan terus naik, tetapi aku akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Aku tidak mau lagi berjuang untuk apa yang kusebut cita-cita, dan memutuskan untuk mencari kesempatan mengundurkan diri dari pekerjaanku dan mengorbankan diriku sepenuhnya untuk Tuhan. Aku mulai mempersiapkan serah terima jabatan, dan aku menemui manajer umumku, Tn. Xu, untuk membahas pengunduran diriku. Tn. Xu berkata, "Untuk memproses pengunduran dirimu, diperlukan pengganti dan ini akan memakan waktu lama, tetapi jika kau meminta cuti panjang, aku dapat mengatur agar seorang manajer mengambil alih pekerjaanmu, lalu kau dapat menyerahkan tanggung jawabmu dan kemudian pergi." Setelah mempertimbangkannya, aku setuju dengan saran ini, dan sambil menunggu kabar terbaru, aku mulai mempersiapkan serah terima.

Suatu hari di awal Oktober, atasanku berkata kepadaku, "Kudengar kau perlu mengambil cuti enam bulan karena masalah keluarga. Ini belum pernah terjadi sebelumnya di antara staf keuangan di perusahaan kami, terutama untuk posisi penting sepertimu, tetapi kali ini saja, aku telah menyetujuinya secara khusus untukmu, dan selama cuti enam bulan, gajimu akan tetap tidak berubah. Saat kau kembali, kau akan dibayar sekaligus, dan aku akan tetap menyediakan posisi manajerial untukmu." Setelah mengucapkan terima kasih kepada atasanku, aku meninggalkan kantor. Kata-kata atasan itu sangat menggugahku. Menerima gaji tanpa bekerja selama enam bulan, dan posisi manajer dicadangkan untukku? Tampaknya perusahaan sangat menghargaiku. Aku berpikir tentang bagaimana atasan itu telah merencanakan agar aku mengambil alih keuangan kantor pusat. Jika itu terjadi, aku akan menjadi seorang eksekutif di perusahaan, dan itu berarti lebih banyak orang akan menghormatiku. Pada saat itu, aku merasa bahwa pemikiran dan niatku itu salah, dan aku teringat dua bagian firman Tuhan yang pernah kubaca di pertemuan-pertemuan sebelumnya: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan pada manusia, di luarnya pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari gangguan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan gangguan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). "Ketika orang menempuh pengalaman sampai datangnya hari ketika pandangan mereka tentang kehidupan dan makna serta dasar dari keberadaan mereka telah sepenuhnya berubah, ketika mereka telah berubah sepenuhnya dan telah menjadi orang lain, bukankah ini luar biasa? Ini perubahan besar, perubahan yang menghancurkan bumi. Hanya ketika engkau menjadi tidak tertarik pada ketenaran dan kekayaan, status, uang, kesenangan, kekuasaan, dan kemuliaan dunia, dan dapat dengan mudah melupakannya, engkau akan memiliki keserupaan dengan manusia. Mereka yang pada akhirnya akan disempurnakan adalah kelompok orang seperti ini; mereka hidup demi kebenaran, hidup demi Tuhan, dan hidup demi keadilan. Inilah keserupaan dengan manusia yang sejati" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa meskipun perkataan atasanku tampaknya memenuhi kebutuhan dagingku, ada rencana jahat di baliknya. Iblis bermaksud menggunakan uang, ketenaran, dan keuntungan untuk mencobaiku dan membuatku terus melayaninya, sehingga pada akhirnya aku kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Tuhan berharap agar aku hidup untuk memperoleh kebenaran dan melaksanakan tugasku dengan baik sebagai makhluk ciptaan. Inilah tujuan yang seharusnya kukejar. Firman Tuhan menguatkan imanku, dan aku segera menangani prosedur serah terima jabatan. Proses serah terima jabatan berjalan sangat lancar, dan aku menyadari bahwa semuanya berada di tangan Tuhan dan diatur oleh-Nya. Kurang dari sebulan setelah mengundurkan diri, aku mulai melaksanakan tugas-tugasku di gereja, dan aku punya waktu untuk bersaat teduh dan menjalani kehidupan bergereja secara teratur, aku menikmati penyiraman dan pemeliharaan dari firman Tuhan setiap hari, dan hatiku dipenuhi dengan damai sejahtera dan sukacita. Ketika aku menghadapi kesulitan dalam tugasku, aku berdoa kepada Tuhan dan berkonsultasi dengan saudara-saudara yang menjadi mitraku, dan mencari bantuan dari para pemimpin untuk masalah-masalah yang tidak mampu kuselesaikan. Terkadang, saudara-saudari menunjukkan kekuranganku dalam tugas-tugasku, dan meskipun agak memalukan, dengan berdoa dan makan serta minum firman Tuhan, aku mampu tunduk dan menemukan jalan untuk menerapkan firman Tuhan, yang meningkatkan efektivitas tugas-tugasku. Semua ini berkat bimbingan Tuhan!

Melalui pengalaman ini, aku melihat dengan jelas bahwa, uang dan status hanya mendatangkan kenikmatan sementara, dan sekalipun aku memperoleh kekayaan, ketenaran, dan keuntungan yang melampaui impian terliarku, itu tidak lebih dari sekadar kemuliaan yang cepat berlalu, diikuti oleh kehampaan, dan aku akan berakhir sebagai persembahan yang dikorbankan kepada Iblis. Hari ini, aku mampu melepaskan diri dari pencobaan uang dan status, melepaskan diri dari siksaan Iblis, dan menempuh jalan yang benar dalam hidup. Semua ini berkat bimbingan firman Tuhan. Pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia benar-benar nyata, dan aku dengan tulus bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pilihan Seorang Guru

Ketika matahari terbenam di ufuk barat, di saat senja, pintu sebuah rumah peternakan kecil terbuka, dengan sehelai kain putih yang terikat...

Renungan Di Masa Sakit

Oleh Saudari Shi Ji, Amerika Aku lemah dan rentan terhadap penyakit sejak kecil. Ibuku bilang aku lahir prematur dan sakit-sakitan sejak...

Bangkitnya seorang Budak Uang

Oleh Saudari Xing Wu, Tiongkok Ketika aku muda, keluargaku miskin dan orang tuaku tidak mampu membiayai sekolahku, jadi, aku membuat dan...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh