Tugasku Menyingkapkan Keegoisanku

02 Maret 2025

Oleh Saudari Roxana, Taiwan

Aku telah menjadi pengawas pekerjaan video selama lebih dari dua tahun. Beberapa waktu yang lalu, karena tuntutan pekerjaan, kelompok kami dibagi menjadi dua kelompok. Saudari Layla memimpin satu kelompok, dan aku memimpin kelompok lainnya. Meskipun Saudari Layla baru mulai mengawasi pekerjaan ini, dia selalu mengemukakan saran-saran penting mengenai pembuatan video, dan dia sering memimpin saudara-saudari untuk bersama-sama meninjau pekerjaan dan mempelajari keterampilan teknis. Aku tidak terlalu senang dengan hal itu, dan berpikir, "Jika terus seperti ini, mereka pasti akan mengalami kemajuan yang pesat, dan tak lama lagi, kelompokku akan kalah jika dibandingkan dengan kelompok mereka." Tiba-tiba aku merasa sangat terdesak, dan bertekad bahwa aku harus melakukan pekerjaan dengan baik di setiap video agar tidak tertinggal dari Layla dan kelompoknya. Pada waktu itu, kami sedang membuat video yang secara teknis memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, dan aku mempelajari keterampilan yang relevan dengan cermat bersama saudara-saudari lainnya. Ketika kami menghadapi kesulitan, aku berdoa kepada Tuhan dan mencari solusi dengan semua orang. Setelah bekerja begitu keras, akhirnya kami berhasil menyelesaikan video itu, dan saudara-saudari yang menontonnya berkata bahwa hasilnya bagus. Mendengar perkataan mereka, aku merasa senang karena itu menunjukkan bahwa aku memiliki kemampuan yang patut diperhitungkan, dan lebih cakap daripada Layla dan kelompoknya. Aku mengirimkan video itu kepada saudara-saudari di kelompok lain, dan beberapa hari kemudian, mereka berkata bahwa video itu terlihat sangat hidup dan bertanya bagaimana aku meningkatkan keterampilan teknisku. Aku sangat senang mendengarnya dan kupikir, "Sekarang setelah semua saudara-saudari melihat kemampuanku, mereka pasti akan menghormati dan mengagumiku." Aku berjanji pada diriku sendiri akan menangani semua video berikutnya dengan sangat tekun.

Setelah ini, Layla dan kelompoknya mengalami beberapa kesulitan dalam pembuatan sebuah video, dan memintaku untuk membantu menyelesaikannya. Kupikir, "Video ini adalah tanggung jawabmu. Jika aku menggunakan waktuku untuk menyelesaikan masalah ini, aku tidak akan mendapat pujian atasnya, dan itu juga akan menunda pekerjaanku sendiri. Lebih baik aku mengerahkan lebih banyak upaya untuk membuat video yang menjadi tanggung jawabku daripada membantumu menyelesaikan masalahmu." Jadi, aku memutuskan untuk tidak membantu mereka. Belakangan, ketika Layla masih belum bisa menemukan solusi, dia kembali menemuiku. Dia berkata bahwa mereka telah mencoba berbagai cara, tetapi hasilnya nihil, dan dia bertanya bagaimana aku menangani kesulitan seperti itu di masa lalu. Kupikir, "Jika aku menggunakan waktuku untuk menyelesaikan masalah kelompokmu dan akhirnya hasil pekerjaanmu lebih baik daripadaku, bukankah semua orang akan beranggapan bahwa kau adalah pemimpin kelompok yang lebih baik daripadaku, padahal kau baru saja memulai? Aku akan terlihat tidak kompeten!" Dengan pemikiran ini, aku menjawabnya dengan acuh tak acuh, bahwa tak ada yang bisa kulakukan untuk membantu. Layla tak punya pilihan selain kembali dan terus mencari solusi atas kesulitannya sendiri. Lalu, dia mengirim contoh video ke ruang obrolan kelompok kami untuk kami periksa apakah ada masalah. Aku tidak berencana untuk menanggapinya, karena berpikir bahwa menonton video itu akan membuang-buang waktuku. Namun, pada saat yang sama, aku khawatir, jika aku tidak menontonnya, saudara-saudari mungkin akan berkata bahwa aku lalai dalam mengawasi pekerjaan dan tidak bertanggung jawab sebagai pemimpin kelompok. Jadi, dengan enggan aku membuka filenya dan menonton video tersebut. Aku menemukan masalah di beberapa bagian, tetapi aku tak memikirkannya dengan saksama. Kemudian Layla mengirimkan video tersebut kepada pemimpin, yang menunjukkan banyak masalah, sehingga video mereka perlu dikerjakan ulang dan diperbaiki. Akibatnya, kemajuan pekerjaan pun tertunda. Belakangan, ketika pemimpin datang untuk memeriksa pekerjaan bersamaku, dia menunjukkan masalah dalam diriku dan berkata, "Ketika kita melaksanakan tugas di gereja, kita membagi pekerjaan, tetapi itu bukan berarti kita sedang bekerja secara terpisah satu sama lain. Kau adalah pemimpin kelompok, jadi kau harus menanggung lebih banyak beban. Layla baru saja mulai berlatih sebagai ketua kelompok, jadi kau harus memeriksa dengan lebih saksama video yang dia dan kelompoknya buat, sehingga beberapa masalah dapat diselesaikan lebih awal." Saat itu, aku menyadari bahwa aku tak boleh melepaskan tanggung jawabku atas keterlambatan ini, karena semuanya terjadi sebab aku terlalu egois, hanya mengurus pekerjaanku sendiri, dan tak mau bekerja sama dengan Layla. Namun, aku tidak merenungkan masalah ini terlalu dalam. Setelah peristiwa ini, setiap kali aku membuat video, pikiranku kabur, dan aku merasa linglung juga bingung. Aku tidak dapat menemukan masalah dalam tugas saudara-saudari, dan bahkan tidak tahu harus berkata apa saat berdoa. Aku menyadari bahwa keadaanku tidak benar, dan bahwa Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dariku. Jadi, aku datang untuk mencari dan berdoa di hadapan Tuhan, memohon kepada-Nya untuk membimbingku agar aku dapat memahami diriku sendiri.

Suatu malam, sebelum tidur, aku merenungkan kinerjaku akhir-akhir ini. Aku merenungkan bagaimana Tuhan menyingkapkan antikristus yang hanya memedulikan pekerjaan mereka sendiri dalam melaksanakan tugas mereka. Aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Antikristus tidak memiliki hati nurani, nalar, ataupun kemanusiaan. Mereka bukan saja tidak tahu malu, tetapi mereka juga memiliki ciri lain: mereka sangat egois dan tercela. Arti harfiah dari 'keegoisan dan kecelaan' mereka tidak sulit untuk dipahami: mereka buta terhadap apa pun kecuali kepentingan mereka sendiri. Apa pun yang menyangkut kepentingan mereka sendiri mendapat perhatian penuh, dan mereka rela menderita karenanya, membayar harga, mengerahkan perhatian ke dalamnya, dan mengabdikan diri mereka untuk hal itu. Apa pun yang tidak berkaitan dengan kepentingan diri mereka sendiri, mereka akan berpura-pura tidak tahu dan tidak memperhatikan; orang lain dapat melakukan apa pun sesuka hati mereka—antikristus tidak peduli jika ada orang yang mengacaukan atau mengganggu, dan bagi mereka, ini tidak ada kaitannya dengan mereka. Bahasa halusnya, mereka tidak pernah ikut campur urusan orang lain. Namun, adalah lebih tepat untuk mengatakan bahwa orang semacam ini keji, hina, dan kotor; kita mendefinisikan mereka sebagai 'egois dan tercela'. Bagaimana keegoisan dan kecelaan antikristus terwujud dengan sendirinya? Dalam apa pun yang menguntungkan status atau reputasi mereka, mereka berupaya melakukan atau mengatakan apa pun yang diperlukan, dan mereka rela menanggung penderitaan apa pun. Namun, jika menyangkut pekerjaan yang diatur oleh rumah Tuhan, atau menyangkut pekerjaan yang bermanfaat bagi pertumbuhan hidup umat pilihan Tuhan, mereka sama sekali mengabaikannya. Bahkan ketika orang-orang jahat mengacaukan, mengganggu, dan melakukan segala macam kejahatan, sehingga sangat memengaruhi pekerjaan gereja, mereka tetap tenang dan tak peduli, seolah-olah hal ini tidak ada kaitannya dengan mereka. Dan jika seseorang menemukan dan melaporkan perbuatan jahat yang dilakukan orang jahat, mereka berkata bahwa mereka tidak melihat apa pun dan berpura-pura tidak tahu. ... Pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, antikristus tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Mereka hanya mempertimbangkan apakah kepentingan mereka sendiri akan terpengaruh, hanya memikirkan sedikit pekerjaan di depan mereka yang menguntungkan mereka. Bagi mereka, pekerjaan utama gereja hanyalah sesuatu yang mereka lakukan di waktu luang mereka. Mereka sama sekali tidak menganggapnya serius. Mereka hanya bergerak jika mereka didorong untuk bertindak, hanya melakukan apa yang mereka suka, dan hanya melakukan pekerjaan demi mempertahankan status dan kekuasaan mereka sendiri. Di mata mereka, pekerjaan apa pun yang diatur oleh rumah Tuhan, pekerjaan menyebarkan Injil, dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, semua itu tidak penting. Apa pun kesulitan yang orang lain hadapi dalam pekerjaan mereka, masalah apa pun yang mereka identifikasi dan laporkan kepada mereka, setulus apa pun perkataan mereka, antikristus mengabaikannya, mereka tidak mau terlibat, seolah-olah hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Sebesar apa pun masalah yang muncul dalam pekerjaan gereja, mereka sama sekali tidak peduli. Sekalipun suatu masalah berada tepat di hadapan mereka, mereka hanya menanganinya dengan asal-asalan. Hanya jika mereka langsung dipangkas oleh Yang di Atas dan diperintahkan untuk menyelesaikan masalah, barulah mereka akan dengan enggan melakukan sedikit pekerjaan nyata dan memberi kepada Yang di Atas sesuatu untuk dilihat; segera setelah itu, mereka akan melanjutkan urusan mereka sendiri. Mengenai pekerjaan gereja dan hal-hal penting dengan konteks yang lebih luas, mereka tidak peduli dan mengabaikan hal-hal ini. Mereka bahkan mengabaikan masalah yang mereka temukan, dan memberikan jawaban yang asal-asalan atau sekadarnya ketika ditanyakan tentang masalah, hanya menanggapinya dengan sangat enggan. Ini adalah perwujudan dari keegoisan dan kecelaan, bukan? Selain itu, apa pun tugas yang para antikristus laksanakan, yang mereka pikirkan hanyalah apakah itu akan memungkinkan mereka untuk menjadi pusat perhatian; selama itu akan meningkatkan reputasinya, mereka memeras otak agar menemukan cara untuk belajar bagaimana melakukannya, bagaimana melaksanakannya; satu-satunya yang mereka pedulikan adalah apakah hal itu akan membuat mereka menonjol atau tidak. Apa pun yang mereka lakukan atau pikirkan, mereka hanya peduli dengan ketenaran, keuntungan, dan status mereka sendiri. Apa pun tugas yang sedang mereka laksanakan, mereka hanya bersaing untuk memperebutkan siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, siapa yang menang dan siapa yang kalah, siapa yang memiliki reputasi lebih besar. Mereka hanya peduli tentang berapa banyak orang yang memuja dan menghormati mereka, berapa banyak orang yang menaati mereka, dan berapa banyak pengikut yang mereka miliki. Mereka tidak pernah mempersekutukan kebenaran atau menyelesaikan masalah nyata. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip ketika melaksanakan tugas mereka, mereka juga tidak merenungkan apakah mereka telah setia, telah memenuhi tanggung jawab mereka, apakah ada penyimpangan atau kelalaian dalam pekerjaan mereka, atau apakah ada masalah, dan terlebih dari itu, mereka tidak memikirkan apa yang Tuhan tuntut, dan apa maksud-maksud Tuhan. Mereka sama sekali tidak memperhatikan semua hal ini. Mereka hanya bekerja keras dan melakukan segala sesuatu demi ketenaran, keuntungan, dan status, untuk memuaskan ambisi dan keinginan mereka sendiri. Ini adalah perwujudan dari keegoisan dan kecelaan, bukan? Ini sepenuhnya menyingkapkan betapa hati mereka dipenuhi dengan ambisi, keinginan, dan tuntutan mereka yang tidak masuk akal; segala sesuatu yang mereka lakukan dikendalikan oleh ambisi dan keinginan mereka. Apa pun yang mereka lakukan, motivasi dan sumbernya adalah ambisi, keinginan, dan tuntutan mereka sendiri yang tidak masuk akal. Inilah perwujudan khas dari keegoisan dan kecelaan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Lampiran Empat (Bagian Satu)). Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus sangat egois. Dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan mereka sendiri, atau yang dapat membuat mereka menonjol, mereka bekerja dengan tekun dan dengan senang hati, berapa pun harga yang harus mereka bayar atau sebanyak apa pun mereka harus menderita. Namun, jika sesuatu tidak berkaitan dengan kepentingan mereka sendiri, mereka hanya mengabaikannya. Dalam kasus seperti itu, mereka tidak mau memberikan perhatian mereka, sebanyak apa pun kesulitan yang sedang orang lain hadapi atau sebesar apa pun kerugian pekerjaan gereja. Semua yang mereka lakukan adalah demi reputasi serta status mereka sendiri, dan mereka sama sekali tidak memikirkan kepentingan gereja. Kemudian, aku menyadari bahwa seperti inilah perilakuku selama ini. Setelah kelompok kami dibagi menjadi dua, aku melihat bahwa Layla mengalami kemajuan yang pesat dan menanggung beban dalam tugasnya. Aku khawatir dia akan melampauiku, jadi aku tidak mau membantunya saat dia menghadapi kesulitan dan menemuiku untuk meminta bantuan. Aku merasa bahwa ini bukanlah tanggung jawab utamaku, dan membantunya akan menghabiskan waktu serta tenagaku. Tak hanya itu, sekalipun hasil videonya ternyata bagus, tidak akan ada yang melihat kerja kerasku; sebaliknya, orang lain akan menganggap kemampuan Layla berada di level yang sama denganku, padahal dia baru saja mulai berlatih sebagai pemimpin kelompok. Dalam hal ini, aku tidak akan dapat memamerkan diri. Kemudian, ketika Layla memintaku untuk memeriksa video mereka dan memberi saran, aku tak mau repot-repot membantunya. Aku tidak mau menghabiskan waktu dan upaya untuk menontonnya. Pada akhirnya, aku memang menontonnya, tetapi aku melakukannya dengan enggan, hanya demi formalitas, karena aku khawatir orang lain akan menganggapku tidak bertanggung jawab. Karena hal ini, video itu—yang memiliki banyak masalah—harus dikerjakan ulang. Seandainya aku berupaya sedikit lebih keras, aku bisa saja menemukan dan menyelesaikan masalah tersebut lebih awal. Namun, karena aku bersikap terlalu egois dan hanya memikirkan kepentinganku sendiri, pekerjaan gereja tertunda. Aku merasa sangat bersalah saat memikirkan hal ini. Gereja telah mengatur agar aku menjadi pemimpin kelompok, jadi seharusnya aku memenuhi tanggung jawabku dan penuh perhatian dalam mengatasi berbagai kesulitan dan masalah yang saudara-saudari hadapi dalam tugas mereka. Namun, aku sama sekali tidak peduli pada maksud Tuhan. Yang kupedulikan hanyalah apakah video yang menjadi tanggung jawabku dibuat dengan baik atau tidak, dan apakah aku dapat membuat lebih banyak orang mengagumiku atau tidak. Ketika Layla menghadapi kesulitan, aku jelas-jelas memiliki beberapa ide tentang bagaimana mengatasinya, tetapi aku sama sekali tidak membantu. Aku bahkan berpikir dengan niat jahat, "Baguslah jika mereka telah menghadapi beberapa kesulitan. Jika hasil mereka buruk, itu hanya akan membuatku terlihat lebih baik. Saudara-saudari akan menganggapku sebagai tulang punggung kelompok kami, dan berpikir bahwa mereka tidak mampu melakukan pekerjaan ini tanpa diriku." Caraku berpikir dan bertindak benar-benar hina! Beberapa waktu kemudian, saat meninjau kembali pekerjaan itu, aku mendengar beberapa saudari berkata, "Video ini tidak dikerjakan dengan begitu baik, dan aku merasa agak sedih karenanya. Kurasa kualitasku tidak cukup bagus untuk tugas ini." Mendengar perkataan mereka membuatku sedih, dan meneguhkan apa yang kurasakan tentang betapa egoisnya diriku. Aku hanya memedulikan reputasi dan statusku. Aku tahu betul bahwa mereka baru saja mulai berlatih, dan bahwa mereka membutuhkan bantuan serta kerja sama. Namun, aku hanya diam, bahkan tak memiliki kasih sedikit pun. Makin aku memikirkannya, makin aku merasa tak punya kemanusiaan. Bagaimana aku bisa melakukan sesuatu yang begitu hina dan keji?

Selama pertemuan, aku mendengar seorang saudara mempersekutukan pengalamannya dan aku merasa benar-benar mendapat manfaat darinya. Dalam persekutuannya, ada satu bagian firman Tuhan yang meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Firman Tuhan katakan: "Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah tindakan dan perbuatan seseorang itu baik atau jahat? Lihatlah apakah mereka, dalam pemikiran, penyingkapan, dan tindakan mereka, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, maka tidak diragukan lagi, engkau adalah seorang pelaku kejahatan. Bagaimana Tuhan memandang pelaku kejahatan? Bagi Tuhan, pemikiran dan tindakan lahiriahmu tidak menjadi kesaksian bagi-Nya, juga tidak mempermalukan atau mengalahkan Iblis; sebaliknya, pemikiran dan tindakan lahiriahmu mempermalukan Dia, dan penuh dengan tanda-tanda yang memperlihatkan bahwa engkau tidak menghormati Dia. Engkau tidak bersaksi bagi Tuhan, engkau tidak mengorbankan dirimu untuk Tuhan, engkau juga tidak memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu kepada Tuhan; sebaliknya, engkau bertindak demi kepentinganmu sendiri. Apakah sebenarnya arti 'demi kepentinganmu sendiri'? Tepatnya, itu berarti demi Iblis. Karena itu, pada akhirnya, Tuhan akan berkata, 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan.' Di mata Tuhan, tindakanmu tidak akan dianggap perbuatan baik, tetapi akan dianggap perbuatan jahat. Mereka bukan saja gagal mendapatkan perkenan Tuhan, mereka akan dikutuk. Apa yang orang harapkan untuk diperoleh dari kepercayaan seperti itu kepada Tuhan? Bukankah kepercayaan seperti itu pada akhirnya akan sia-sia?" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Dari firman Tuhan, aku mulai memahami bahwa Tuhan tidak memandang berapa banyak tugas yang dilaksanakan seseorang atau berapa banyak pujian yang diterimanya dari orang lain. Sebaliknya, yang Dia pandang adalah apakah seseorang, dalam pemikiran, ucapan, dan tindakannya, memiliki kesaksian yang menerapkan kebenaran atau tidak saat melaksanakan tugasnya. Beginilah cara Tuhan menilai apakah segala sesuatu yang dilakukan seseorang itu baik atau jahat. Tuhan memeriksa hati manusia, dan jika seseorang melaksanakan tugasnya tanpa niat untuk memberi kesaksian tentang Tuhan serta memuaskan Tuhan, dan malah merugikan pekerjaan gereja demi membela kepentingannya sendiri, maka berapa pun harga yang dibayarnya, di mata Tuhan, dia tetap melakukan kejahatan. Aku selalu merasa bahwa aku telah teliti serta bertanggung jawab dalam tugasku, dan bahwa aku tidak terlalu buruk. Namun, dengan merenungkan perilakuku sendiri berdasarkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa meskipun aku telah berusaha sebaik mungkin dan teliti dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku, di balik ini, tersembunyi niat untuk memiliki tempat di hati saudara-saudariku, ada niat untuk membuat orang-orang berpikir bahwa aku adalah tulang punggung kelompok dan bahwa mereka tidak bisa melakukan pekerjaan itu tanpa diriku. Bahkan ketika Layla menghadapi kesulitan dan tidak dapat mengalami kemajuan dalam pekerjaannya, aku sama sekali tidak terganggu. Sebaliknya, aku merasa senang dia mengalami kesulitan karena aku merasa itu akan membantuku tampak menonjol. Dalam melaksanakan tugasku dengan niat tercela seperti itu, aku melakukan kejahatan dan dikutuk oleh Tuhan. Jika aku tidak bertobat, pada akhirnya aku akan disingkirkan oleh Tuhan, sekalipun aku melakukan banyak pekerjaan dan membayar harga yang mahal. Pemikiran ini membuatku takut, dan aku merasa berada dalam bahaya besar. Aku berdoa kepada Tuhan, bertekad bahwa aku tidak akan lagi hidup berdasarkan watakku yang rusak, dan jika kelak hal serupa terjadi kepadaku, aku harus mempertimbangkan pekerjaan gereja secara keseluruhan dan melindungi kepentingan gereja.

Setelah itu, aku menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan: Firman Tuhan katakan: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara paling sederhana untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan mereka yang egois, niat pribadi, motif, kesombongan, dan status mereka. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika seseorang yang melaksanakan tugas bahkan tak mampu berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Itu bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, memikirkan maksud-maksud Tuhan, dan memikirkan pekerjaan gereja. Menempatkan hal-hal ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas statusmu atau tentang bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua akan merasa bahwa akan menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya menjadi kedua langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan bukanlah hal yang sesulit itu. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, serta mengesampingkan keinginan, niat dan motifmu yang egois; engkau harus terlebih dahulu memikirkan maksud-maksud Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus kaulaksanakan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa waktu, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara berperilaku yang baik. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, serta tidak menjadi orang yang hina dan jahat; ini berarti hidup secara adil dan terhormat, bukan hidup dengan tercela, hina dan tidak berguna. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya bertindak dan citra diri yang seharusnya mereka jalani. Lambat laun, keinginanmu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, orang harus mengesampingkan niat pribadi, motif, harga diri serta statusnya, dan harus selalu mengutamakan kepentingan gereja. Setelah itu, aku dengan sadar melaksanakan tugasku berdasarkan tuntutan Tuhan, tidak lagi bersikap egois dan hina, serta tidak lagi hanya memikirkan reputasi dan statusku sendiri. Suatu kali, Layla menghadapi kesulitan saat membuat sebuah video dan memintaku memeriksanya serta mencari cara untuk menyelesaikan masalah itu. Aku merasa agak enggan dan berpikir, "Aku belum menyelesaikan video yang sedang kukerjakan. Apakah membantu menyelesaikan masalahnya akan berpengaruh terhadap kemajuan pekerjaanku? Jika pada akhirnya aku tidak mampu menyelesaikan videoku dengan tepat waktu, akankah orang lain menganggapku tidak efisien, padahal aku adalah pemimpin kelompok?" Aku menyadari bahwa aku hidup berdasarkan watak rusakku lagi. Aku ingat tekad yang telah kubuat kepada Tuhan—bahwa aku akan mempertimbangkan pekerjaan gereja secara keseluruhan dan tidak hanya mengurus pekerjaanku sendiri—dan aku berdoa kepada Tuhan, bersedia untuk memberontak terhadap daging, mengesampingkan kepentinganku dan membantu Layla dengan tekun. Aku menonton video itu dengan penuh perhatian, mencatat masalahnya, lalu pergi menemui Layla dan kelompoknya untuk memberikan bimbingan di tempat. Layla berkata bahwa persekutuanku telah membuka jalan baginya, dan aku merasakan kedamaian yang luar biasa di hatiku. Awalnya kupikir jika aku membantu mereka, pekerjaanku akan tertunda, tetapi pada akhirnya pekerjaanku sama sekali tidak tertunda. Dalam kelompok kami berdua, pekerjaan berjalan dengan lebih efisien daripada sebelumnya dan berhasil selesai dalam waktu satu bulan. Setelah ini, ketika saudara-saudari meminta bantuanku untuk mengatasi kesulitan mereka, aku tidak lagi menolak. Sebaliknya, aku membantu mereka dengan segenap kemampuanku. Meskipun aku menghabiskan lebih banyak waktu dan upaya untuk memeriksa segala sesuatunya dan memberi saran, aku merasa tenang melakukan penerapan dengan cara seperti ini.

Kemudian, aku merenungkan diriku sendiri, dan bertanya pada diriku sendiri mengapa aku begitu tekun dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentinganku sendiri, tetapi tidak kooperatif ketika itu tidak berkaitan dengan kepentinganku. Apa tepatnya inti dari masalah ini? Aku membaca beberapa firman Tuhan: "Untuk melindungi kesombongan dan gengsi mereka sendiri, dan untuk mempertahankan reputasi dan status mereka, ada orang-orang yang dengan senang hati membantu orang lain, dan berkorban untuk teman-temannya, apa pun risikonya. Namun, ketika mereka perlu melindungi kepentingan rumah Tuhan, kebenaran, dan keadilan, niat baik mereka hilang, hal itu telah sepenuhnya lenyap. Ketika mereka seharusnya menerapkan kebenaran, mereka tidak menerapkannya sama sekali. Apa masalahnya? Demi melindungi martabat dan harga diri mereka, mereka rela membayar berapa pun dan menanggung penderitaan apa pun. Namun, ketika mereka harus melakukan kerja nyata dan menangani urusan nyata, untuk melindungi pekerjaan gereja dan hal-hal positif, dan untuk melindungi serta membekali umat pilihan Tuhan, mengapa mereka tidak lagi memiliki kekuatan untuk membayar harga dan menanggung penderitaan? Ini tidak masuk akal. Sebenarnya, mereka memiliki sejenis watak yang muak akan kebenaran. Mengapa Kukatakan bahwa watak mereka adalah watak yang muak akan kebenaran? Karena setiap kali ada sesuatu yang ada kaitannya dengan bersaksi bagi Tuhan, menerapkan kebenaran, melindungi umat pilihan Tuhan, memerangi rencana jahat Iblis, atau melindungi pekerjaan gereja, mereka lari dan bersembunyi, dan tidak menangani masalah dengan baik dan benar. Di manakah heroisme dan semangat mereka untuk menanggung penderitaan? Di manakah mereka menerapkan hal-hal ini? Mudah untuk dilihat. Meskipun seseorang menegur mereka, berkata bahwa mereka tidak boleh bertindak begitu egois dan hina, dan hanya melindungi diri mereka sendiri, dan bahwa mereka seharusnya melindungi pekerjaan gereja, mereka benar-benar tidak peduli. Mereka berkata pada diri mereka sendiri, 'Aku tidak melakukan hal-hal seperti itu, dan semua itu tak ada kaitannya denganku. Apa gunanya bertindak seperti itu bagi pengejaranku akan ketenaran, keuntungan, dan status?' Mereka bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Mereka hanya suka mencari ketenaran, keuntungan, dan status, dan mereka sama sekali tidak melakukan pekerjaan yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. Jadi, ketika mereka diperlukan untuk melakukan pekerjaan gereja, mereka malah memilih untuk menghindar. Ini berarti di dalam hatinya, mereka tidak menyukai hal-hal positif, dan tidak tertarik akan kebenaran. Ini merupakan perwujudan nyata watak yang muak akan kebenaran. Hanya mereka yang mencintai kebenaran dan memiliki kenyataan kebenaran, yang mampu menawarkan bantuan ketika dibutuhkan oleh pekerjaan rumah Tuhan dan oleh umat pilihan Tuhan, hanya merekalah yang mampu mengambil sikap, yang berani dan merasa wajib untuk bersaksi bagi Tuhan dan mempersekutukan kebenaran, memimpin umat pilihan Tuhan ke jalan yang benar, memungkinkan mereka untuk mencapai ketundukan pada pekerjaan Tuhan. Hanya inilah sikap yang bertanggung jawab dan perwujudan yang memperlihatkan kepedulian terhadap maksud-maksud Tuhan. Jika engkau semua tidak bersikap seperti ini, kecuali bersikap ceroboh dalam menangani sesuatu dan engkau berpikir, 'Aku akan melakukan hal-hal dalam lingkup tugasku, tetapi aku tidak peduli akan hal lainnya. Jika kau menanyakan sesuatu, aku akan menjawabmu—jika suasana hatiku sedang baik. Jika tidak, aku tidak akan menjawabmu. Seperti inilah sikapku,' maka ini adalah sejenis watak yang rusak, bukan? Hanya melindungi status, reputasi, dan gengsinya sendiri, dan hanya melindungi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingannya sendiri—inikah sikap yang melindungi tujuan yang benar? Inikah sikap yang melindungi kepentingan rumah Tuhan? Di balik motif yang picik dan egois ini terdapat watak rusak yang muak akan kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Ketika Tuhan melihat bahwa manusia memiliki kualitas yang buruk, bahwa mereka memiliki kelemahan tertentu, dan memiliki watak yang rusak atau esensi yang menentang diri-Nya, Dia tidak merasa jijik dengan mereka, dan tidak menjauhkan mereka dari-Nya. Itu bukanlah maksud Tuhan, dan itu bukan sikap-Nya terhadap manusia. Tuhan tidak membenci kualitas buruk manusia, Dia tidak membenci kebodohan mereka, dan Dia tidak membenci bahwa mereka memiliki watak yang rusak. Apa yang paling Tuhan benci dalam diri manusia? Tuhan paling benci ketika orang muak akan kebenaran. Jika engkau muak akan kebenaran, maka karena hal itu saja, Tuhan tidak akan pernah berkenan akan engkau. Ini tidak dapat diubah. Jika engkau muak akan kebenaran, jika engkau tidak mencintai kebenaran, jika sikapmu terhadap kebenaran adalah sikap yang tidak peduli, menghina, dan congkak, atau bahkan merasa jijik, menentang dan menolaknya—jika perilakumu seperti ini, Tuhan benar-benar jijik terhadapmu, dan engkau pasti tidak akan diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Memahami Kebenaran Sangatlah Penting"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa orang-orang yang tidak mencintai kebenaran ataupun melindungi kepentingan gereja, selalu melindungi reputasi dan status pribadi serta tanpa ragu melakukan apa pun yang berkaitan dengan kepentingan mereka dan membuat mereka menonjol sembari mengabaikan dan menyingkirkan apa pun yang tidak menguntungkan mereka, adalah orang-orang berwatak Iblis yang muak akan kebenaran. Betapa pun tekunnya orang semacam ini dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan mereka sendiri, berapa pun harga yang mereka bayar atau betapa pun mengesankannya hasil kerja mereka, niat mereka adalah selalu untuk memuaskan kebutuhan mereka akan reputasi dan status. Dalam hal kepentingan gereja, mereka jelas-jelas mengetahui kebenaran tetapi tidak menerapkannya, dan mereka sama sekali tidak menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Setelah merenung, aku menyadari bahwa aku telah melaksanakan tugasku dengan cara seperti ini. Aku bersedia mengerahkan upaya dan membayar harga asalkan aku bisa menonjol dan terlihat baik. Bahkan saat menghadapi kesulitan, aku tetap teguh, dan hanya berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil. Namun, begitu aku melihat bahwa melakukan pekerjaan dengan baik tidak akan membuatku menonjol atau menguntungkanku secara pribadi, aku tidak mau terlibat. Aku bahkan tidak merasa cemas saat melihat pekerjaan gereja mengalami kerugian. Aku sedang memperlihatkan watak Iblis yang muak akan kebenaran! Setelah bertahun-tahun beriman dan membaca firman Tuhan, aku mengerti dalam hal doktrin bahwa sebagai makhluk ciptaan aku harus melaksanakan tugasku dengan segenap hati, pikiran, serta kekuatanku, dan bahwa aku harus selalu mendahulukan kepentingan gereja. Aku sering berdoa kepada Tuhan, berkata bahwa aku akan melaksanakan tugasku dengan segenap kemampuanku untuk membalas kasih-Nya. Namun, ketika menghadapi situasi yang nyata, aku memilih untuk memuaskan keinginan egoisku daripada melindungi kepentingan gereja. Aku selalu menempatkan reputasi dan statusku di atas kepentingan gereja. Betapa jahatnya diriku! Jika aku tidak menangani watak Iblisku yang muak akan kebenaran, aku tidak akan pernah mengalami perubahan dalam watak hidupku, apalagi diselamatkan, berapa lama pun aku telah percaya kepada Tuhan. Dengan pemikiran ini, aku menyadari betapa fatalnya watakku ini. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku untuk menyingkirkan belenggu dari watak rusak ini.

Tak lama kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Di rumah Tuhan, semua orang yang mengejar kebenaran bersatu di hadapan Tuhan, tidak terpecah belah. Mereka semua bekerja untuk mencapai tujuan yang sama: melaksanakan tugas mereka, melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka, bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, melakukan apa yang Tuhan inginkan, dan memenuhi maksud-Nya. Jika tujuanmu bukan demi hal ini, melainkan demi dirimu sendiri, demi memuaskan hasrat egoismu, maka itu adalah perwujudan watak rusak Iblis dalam dirimu. Di rumah Tuhan, tugas dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, sedangkan tindakan orang tidak percaya dikendalikan oleh watak Iblis dalam diri mereka. Ini adalah dua jalan yang sangat berbeda. Orang-orang tidak percaya memendam siasat mereka sendiri, setiap orang memiliki tujuan dan rencananya masing-masing, dan setiap orang hidup demi kepentingannya sendiri. Itulah sebabnya mereka semua berusaha memperoleh keuntungan bagi diri mereka sendiri dan tidak mau melepaskan sedikit pun dari apa yang mereka peroleh. Mereka terpecah belah, tidak bersatu, karena mereka tidak memiliki tujuan yang sama. Niat dan natur di balik apa yang mereka lakukan adalah sama. Mereka semua bertindak demi kepentingan mereka sendiri. Bukan kebenaran yang berkuasa dalam diri mereka; penguasa dan pengendali dalam diri mereka adalah watak rusak Iblis. Mereka dikendalikan oleh watak rusak Iblis dalam diri mereka dan tak mampu melepaskan diri, sehingga mereka makin terjerumus dalam dosa. Di rumah Tuhan, jika engkau tidak ada bedanya dengan orang tidak percaya dalam prinsip, metode, motivasi, dan titik awal tindakanmu, jika engkau dipermainkan, dikendalikan, dan dimanipulasi oleh watak rusak Iblis dalam dirimu, dan jika titik awal tindakanmu adalah demi kepentingan, reputasi, harga diri, dan statusmu sendiri, maka caramu dalam melaksanakan tugasmu pasti tidak akan ada bedanya dengan cara orang tidak percaya dalam melakukan segala sesuatu. Jika engkau semua mengejar kebenaran, engkau harus mengubah caramu dalam melakukan segala sesuatu. Engkau harus meninggalkan kepentinganmu sendiri, serta niat dan hasrat pribadimu. Engkau harus terlebih dahulu mempersekutukan kebenaran bersama-sama sebelum melakukan segala sesuatu, serta memahami maksud dan tuntutan Tuhan sebelum membagi pekerjaan di antaramu, sambil memperhatikan dalam hal apa seseorang itu bagus dan dalam hal apa seseorang itu buruk. Engkau harus mengambil tugas yang mampu kaulakukan dan berpaut pada tugasmu. Jangan bertengkar atau memperebutkan sesuatu. Engkau harus belajar untuk berkompromi dan bertoleransi. Jika ada seseorang yang baru mulai melaksanakan tugas atau baru saja mempelajari keterampilan di bidang tertentu, tetapi dia belum mampu melaksanakan beberapa tugas, engkau tidak boleh memaksanya. Engkau harus memberinya tugas-tugas yang sedikit lebih mudah. Ini akan mempermudahnya untuk mencapai hasil saat melaksanakan tugasnya. Inilah yang dimaksud dengan bertoleransi, bersabar, dan berprinsip. Ini adalah sebagian dari kemanusiaan normal yang seharusnya orang miliki; ini adalah tuntutan Tuhan terhadap manusia, dan apa yang harus orang terapkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan membuatku memahami betapa berbedanya melaksanakan tugas di gereja dibandingkan dengan cara orang tidak percaya melakukan segala sesuatu. Di dunia orang tidak percaya, orang berinteraksi sesuai dengan falsafah hidup Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain seperti "Biarkan hal-hal berlalu jika tidak memengaruhi seseorang secara pribadi" dan "Setiap orang harus bertanggung jawab atas urusannya sendiri". Mereka hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri dan mempertimbangkan apakah ada promosi atau kekayaan yang bisa diperoleh atau tidak. Tak seorang pun menunjukkan minat atau kepedulian sedikit pun terhadap kesulitan orang lain. Mengingat kembali bagaimana selama ini aku berperilaku dalam tugasku, aku menyadari bahwa aku sedang bertindak persis seperti orang tidak percaya. Aku tahu betul akan fakta bahwa Layla baru saja mulai berlatih menjadi pemimpin dan bahwa dia sedang mengalami kesulitan dalam tugasnya, tetapi aku takut pekerjaanku tertunda dan takut dilampaui olehnya, sehingga aku tak mau membantu. Akibatnya, pengerjaan ulang video itu bukan hanya menghambat kemajuan, melainkan aku juga hidup dengan watak yang rusak, dibenci oleh Tuhan dan tidak menerima bimbingan-Nya dalam tugasku. Ini memungkinkanku untuk melihat bahwa watak Tuhan itu benar, bahwa Tuhan memeriksa kita sampai ke lubuk hati kita, bahwa Tuhan melihat dengan sangat jelas niat egois kita dalam melaksanakan tugas, dan bahwa kita tidak dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus jika kita memiliki niat yang salah dalam tugas kita. Dari firman Tuhan, aku jadi mengerti bahwa di gereja, kita sedang melaksanakan tugas dan bukan menangani urusan kita sendiri, dan kita tidak boleh menangani urusan pribadi berdasarkan watak yang rusak. Apa pun yang terjadi, kita harus menerapkan kebenaran dan membela kepentingan gereja, serta saling membantu dan mendukung saudara-saudari kita, agar pekerjaan gereja berjalan dengan lancar. Aku telah menikmati penyiraman dan pemeliharaan dari begitu banyak firman Tuhan, dan gereja telah membinaku begitu lama. Jika aku tetap membuat rencana untuk diriku sendiri, memuaskan keinginan egoisku, tetapi tidak mampu melaksanakan tugasku dengan baik untuk membalas kasih Tuhan, artinya aku benar-benar tidak memiliki hati nurani dan tidak layak atas semua yang telah Tuhan anugerahkan kepadaku, apalagi layak untuk hidup di hadapan Tuhan. Setelah menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal. Seharusnya aku tidak memperlakukan tugasku seperti itu dan aku harus segera berubah. Kelak, dalam menangani masalah, selama itu adalah pekerjaan gereja, aku harus menjunjungnya dan memenuhi tanggung jawabku, entah pekerjaan itu berada dalam ruang lingkup tugasku atau akan membuatku terlihat baik atau tidak. Setelah ini, aku tidak akan pernah lagi menolak setiap kali saudara-saudari menghadapi kesulitan serta membutuhkan bantuanku, dan aku selalu dapat memberi tahu mereka beberapa jalan baik yang telah kurangkum. Dengan melaksanakan tugasku seperti ini, aku merasa tenang dan damai.

Selanjutnya: Melaporkan Orang Jahat

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Hanya Kasih Tuhan yang Benar

Oleh Saudara Xiaodong, Provinsi Sichuan Tuhan berfirman, "Bangsa Tiongkok, yang dirusak selama ribuan tahun, telah bertahan sampai hari...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh