Terlepas dari Ikatan Watak yang Rusak

21 Januari 2022

Oleh Saudari Wu Shi, Tiongkok

Pada bulan Maret 2020, aku pergi untuk mengadakan pemilihan di gereja yang menjadi tanggung jawabku, dan Saudari Chen terpilih sebagai pemimpin gereja. Aku merasa kualitas Saudari Chen bagus, tetapi karena baru mulai melaksanakan tugas sebagai pemimpin gereja, dia tidak begitu familier dengan pekerjaan gereja, jadi aku memutuskan untuk tinggal di sana sementara agar bisa melatihnya. Untuk membantu Saudari Chen mengenal dan menguasai pekerjaan gereja secepat mungkin, aku menghadiri setiap pertemuan kelompok bersamanya, dan memberi tahu dia tentang beberapa prinsip pekerjaan gereja. Tak butuh waktu lama untuk dia menjadi familier dengan semua pekerjaan, dan dia berfokus mencari kebenaran ketika menghadapi masalah. Persekutuannya tentang firman Tuhan mencerahkan. Beberapa saudara-saudari yang menghadiri pertemuan mengajukan beberapa pertanyaan, dan sebelum aku memikirkan solusinya, Saudari Chen mampu segera merespons, dengan cepat menemukan firman Tuhan untuk memberikan solusi. Saat mendiskusikan pekerjaan, dia juga mampu mengintegrasikan suatu masalah dan menemukan prinsip yang relevan untuk menyelesaikannya. Melihat bahwa Saudari Chen cukup cakap dalam melakukan pekerjaan, dan mengalami kemajuan yang cepat, tiba-tiba aku merasa tertekan. Aku bertanggung jawab atas pekerjaannya, jadi aku harus menemukan solusi sebelum dia. Namun, ada beberapa hal yang belum kupikirkan secara menyeluruh seperti yang telah dia pikirkan, jadi akankah yang lain melihat bahwa pemimpin yang baru saja terpilih lebih cakap dariku? Saat itulah aku berpikir, "Tidak, aku harus membuktikan kemampuan kerjaku. Aku tidak boleh membiarkan saudara-saudari memandang rendah diriku." Sejak saat itu, ketika menghadiri pertemuan lebih lanjut bersama Saudari Chen, aku mendengarkan persekutuan saudara-saudari dengan sangat serius, untuk berusaha mencari tahu apa sebenarnya masalah mereka, serta apa penyebabnya. Dan aku terobsesi untuk segera menyelesaikan masalah mendahului Saudari Chen. Namun, makin cepat aku berusaha menyelesaikannya, makin aku merasa tegang, makin sulit untuk berpikir. Aku tak mampu mendapatkan pandangan yang jelas tentang keadaan saudara-saudari. Kemudian, persekutuan Saudari Chen yang akhirnya memecahkan masalah. Ketika aku mendengarkan saudara-saudari memuji Saudari Chen karena persekutuannya yang jelas dan efektif, dan melihat bagaimana mereka mencari dia untuk mendapatkan jawaban, aku bahkan merasa makin tidak nyaman. Aku membenci diriku sendiri-bagaimana aku bisa begitu bodoh? Bagaimana mungkin aku tidak secakap Saudari Chen? Aku merasakan perasaan negatif yang samar-samar. Jika semuanya berjalan seperti ini, aku takut akan tertinggal jauh.

Aku teringat suatu hari aku mengadakan pertemuan dengan Saudari Chen dan beberapa diaken lain yang baru saja terpilih, di mana aku mendapati bahwa mereka belum memahami prinsip tentang memilih orang. Dan beberapa orang yang tidak cocok telah terpilih sebagai pemimpin kelompok. Aku melihat masalah ini, dan merasa agak khawatir. Mengingat bahwa aku telah menjadi pemimpin lebih lama daripada Saudari Chen, dan bahwa pemahamanku tentang prinsip-prinsip pemilihan lebih baik daripada dirinya, kupikir aku bisa menjelaskan masalah ini kepada mereka secara efektif, dan ini bisa menjadi kesempatan bagi saudara-saudari untuk melihat bahwa aku memahami kebenaran dan memiliki pemahaman yang jelas tentang segala sesuatu, dan bahwa aku masih lebih baik daripada Saudari Chen. Jadi, aku menemukan beberapa prinsip yang relevan, dan kami semua mendiskusikannya bersama-sama. Saudari Chen menggabungkan prinsip-prinsip ini dan membahas orang seperti apa yang seharusnya dipilih untuk melayani sebagai pemimpin kelompok. Aku mendengarkan saat Saudari Chen bersekutu tanpa menggunakan contoh nyata, dan diam-diam aku menyukainya. Saudari Chen baru sebentar menjadi pemimpin, dan tidak memiliki banyak pengalaman. Aku akan menggunakan contoh nyata selanjutnya, dan saudara-saudari kami akan mendengar bahwa aku dapat memberikan banyak contoh dan detail, dan pasti akan merasa bahwa aku layak bertanggung jawab atas pekerjaan itu, dan bahwa persekutuanku sangat teliti dan menyeluruh. Ketika memikirkan hal ini, aku merasa bangga dengan diriku sendiri. Aku berdeham, tersenyum, dan kemudian membicarakan berbagai masalah dan kekeliruan yang gereja-gereja lain hadapi dalam pemilihan. Aku membicarakan semuanya selama beberapa waktu, dan ketika selesai, aku hanya menunggu saudara-saudari untuk memujiku. Namun kemudian, Saudari Chen mengatakan bahwa, saat ini, masalah utama gereja adalah bahwa orang tidak mengetahui prinsip pemilihan pemimpin kelompok, dan bahwa kita harus dengan jelas mempersekutukan kebenaran itu. Dia mengatakan bahwa contoh yang kuberikan tidak terlalu membantu. Ketika Saudari Chen selesai berbicara, diaken lain berkata bahwa dia setuju dengannya. Pada saat itu, aku merasa sangat tidak nyaman. Hal-hal yang mereka berdua katakan mengejutkanku dengan cara yang cukup negatif, dan aku benar-benar bingung. Semua diaken itu melihat ke arahku, membuatku merasa malu. Pada awalnya, aku berpikir, aku akan dapat menyelamatkan muka, tetapi aku salah. Bukan saja aku tak bisa menyelamatkan muka, tetapi aku bahkan menjadi makin malu. Akankah yang lain berpikir bahwa meskipun aku telah menjadi pemimpin begitu lama, seorang pemimpin yang baru terpilih lebih baik daripada diriku, bahwa aku tidak cakap? Begitu memikirkan hal ini, aku menghindari melihat semua orang, dan hanya duduk di sana dengan canggung. Tak lama kemudian, seorang diaken mengajukan pertanyaan kepada Saudari Chen, dan dia memberikan persekutuan yang sangat jelas. Aku merasa seperti benar-benar dikalahkan olehnya, dan semua keadaan gugup di dalam diriku hanya membuatku tertekan. Seolah-olah aku benar-benar dikalahkan, dan aku bahkan tak mampu mengangkat kepalaku. Aku memikirkan kemajuan pesat dan kualitas Saudari Chen yang bagus. Dia lebih baik dariku dalam banyak hal. Makin kupikirkan, makin aku merasa tidak enak. Dia mencuri pusat perhatian sepenuhnya dariku. Aku mulai berprasangka terhadapnya, dan aku bahkan tidak mau terus bermitra dengannya dalam tugasku. Setelah pertemuan itu, Saudari Chen menyarankan agar kami menghadiri pertemuan kelompok bersama-sama beberapa hari kemudian. Bahkan tanpa menatapnya, aku dengan dingin berkata kepadanya, "Aku dan Saudari Zhou akan mengunjungi kelompok lain hari itu." Wajahnya cukup memerah dan dia tampak gelisah. Aku terus mengabaikannya, jadi dia pergi.

Dalam perjalanan pulang, aku memikirkan pertemuan yang dihadiri Saudari Chen sendirian. Dia tidak mengenal kelompok orang itu dengan baik. Bagaimana jika ada sesuatu yang membutuhkan diskusi bersama untuk diselesaikan? Jika aku tidak pergi, dan dia menghadapi sesuatu yang tidak tahu cara mengatasinya, akankah itu menghambat pekerjaan kami? Aku ingin kembali dan mencarinya. Namun, ketika teringat betapa malunya aku dalam pertemuan itu, aku merasa kesal, dan aku mulai bersaing dengannya: "Karena kualitasmu sangat bagus dan kau cakap dalam segala sesuatu, lakukanlah itu sendiri." Jadi, watakku yang rusak mengalahkan rasa bersalahku. Tanpa ragu, aku naik sepeda dan langsung pulang. Malam itu aku berbaring di tempat tidur terjaga dan gelisah, sama sekali tidak bisa tidur. Aku tak mampu berhenti memikirkan betapa cepatnya Saudari Chen mengalami kemajuan, bagaimana semua orang mengaguminya. Jika aku tinggal di gereja itu, bukankah aku hanya akan menjadi kontras baginya? Kupikir, lebih baik aku meninggalkan gereja ini. Namun, pemikiran ini membuatku merasa tidak nyaman. Saudari Chen bertumbuh dengan pesat di gereja, tetapi dia dan beberapa diaken semuanya baru. Ada banyak prinsip yang tidak mereka pahami sepenuhnya, yang dapat menyebabkan kekeliruan. Ini bisa berakibat buruk bagi pekerjaan rumah Tuhan. Aku tahu aku harus tinggal di sana dan membantu mereka lebih lama lagi, bahwa pergi secara tiba-tiba akan menjadi tidak bertanggung jawab. Aku tahu bahwa berada dalam keadaan itu adalah salah, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, memohon Dia untuk membimbingku memahami kehendak-Nya dan mengenal diriku sendiri.

Keesokan harinya, aku menemukan satu bagian firman-Nya dalam "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang," paragraf 5: "Janganlah ada orang yang menganggap diri mereka sempurna, atau terhormat dan mulia, atau berbeda dari orang lain; semua ini disebabkan oleh kebodohan dan watak manusia yang congkak. Selalu menganggap dirinya sendiri berbeda—ini adalah watak yang congkak; tidak pernah bisa menerima kekurangannya dan tidak pernah mampu menghadapi kesalahan dan kegagalannya—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain lebih tinggi atau lebih baik daripada dirinya sendiri—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain menjadi lebih unggul atau lebih kuat daripada dirinya sendiri—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain untuk memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik daripada dirinya sendiri tentang suatu masalah, dan, ketika orang lain memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik, dia menjadi negatif, tidak ingin berbicara, merasa tertekan dan sedih, serta menjadi kesal—semua ini disebabkan oleh watak yang congkak. Watak yang congkak dapat membuatmu menghargai reputasimu, tidak dapat menerima bimbingan orang lain, tidak mampu menghadapi kekuranganmu sendiri, serta tidak mampu menerima kegagalan dan kesalahanmu sendiri. Selain itu, ketika seseorang lebih baik darimu, hal itu dapat menyebabkan kebencian dan kecemburuan muncul di dalam hatimu, dan engkau dapat merasa terkekang sehingga engkau tidak ingin melaksanakan tugasmu dan menjadi orang yang serampangan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Watak yang congkak dapat menyebabkan perilaku dan perbuatan ini muncul dalam dirimu" (Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Firman Tuhan sangat jelas. Ketika orang hidup dalam kecongkakan, mereka selalu ingin menjadi yang teratas, menjadi lebih baik daripada yang lain. Orang semacam itu menempatkan reputasi dan status mereka di atas segalanya. Ketika mereka tidak mampu mengalahkan atau mendapatkan persetujuan orang lain mereka menjadi negatif, putus asa, bahkan menolak untuk melakukan tugas mereka. Aku menyadari bahwa aku adalah jenis orang yang Tuhan singkapkan. Aku memiliki watak yang sangat congkak serta menginginkan reputasi dan status. Ketika pertama kali mengenal Saudari Chen, kupikir aku lebih cakap dalam bekerja dan lebih baik dalam mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, dan aku senang bersekutu dengannya dan membantunya. Namun kemudian, ketika melihat betapa bagus kualitasnya dan betapa cepatnya dia belajar, dan orang lain mengaguminya, aku merasa sepertinya kedudukanku sendiri terancam. Jadi, aku mulai membandingkan diriku dengan dia, mengupayakan segalanya agar terlihat lebih baik darinya. Aku ingin membuktikan kemampuanku sendiri. Khususnya, dalam masalah memilih pemimpin tim, aku ingin menggunakan persekutuanku tentang prinsip untuk pamer dan dikagumi. Namun, beberapa persekutuanku meleset dari sasaran, jadi Saudari Chen memperingatkanku. Aku tidak merenungkan diriku sendiri dan memendam kekesalan terhadap dia dan tidak mau bekerja bersamanya. Aku bahkan ingin melepaskan tugasku dan meninggalkan gereja itu. Aku menyadari melalui perenungan bahwa aku telah disibukkan oleh reputasi dan status, dan sama sekali tidak melakukan tugasku dengan baik. Aku menyadari bahwa aku lalai dalam tugasku. Disingkapkan seperti itu adalah penghakiman dan hajaran Tuhan terhadapku sehingga aku dapat merenungkan dan meluruskan motif dan perspektifku yang keliru. Aku menjadi lebih tenang setelah memahami kehendak Tuhan.

Setelah itu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan di mana Dia menyingkapkan watak antikristus. "Ketika para antikristus melakukan tugas mereka dalam suatu kelompok, pemikiran pertama mereka bukanlah mencari prinsip-prinsip yang berhubungan dengan tugas mereka, bukan mencari apa yang Tuhan tuntut, atau apa aturan rumah Tuhan. Sebaliknya, mereka bertanya apakah melakukan tugas mereka akan membuat ada lebih banyak orang yang mengagumi mereka atau tidak, apakah Yang di Atas akan mengetahuinya atau tidak, siapakah dalam kelompok tersebut yang terbaik dalam pekerjaan mereka dan siapakah pengawasnya. Begitu mereka memasuki lingkungan di mana mereka harus melakukan tugas mereka, yang mereka pikirkan, yang ingin mereka ketahui dan pahami bukanlah yang terutama berkaitan dengan kebenaran, juga bukan menyelesaikan masalah tentang bagaimana cara melakukan tugas mereka, ataupun bagaimana menghindari agar tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan, ataupun bagaimana mereka dapat melakukan tugas mereka dengan baik dan memenuhi kehendak Tuhan. Sebaliknya, pemikiran pertama mereka adalah tentang mendapatkan posisi awal yang stabil di dalam kelompok, mengamankan posisi mereka, mendapatkan kekaguman orang, dan menjadi yang paling menonjol di dalam kelompok tersebut. Mereka berpikir tentang bagaimana caranya agar posisi mereka bisa berada di atas orang lain dan bagaimana caranya agar mereka bisa menjadi pemimpin kelompok tersebut. Dengan demikian, apakah mereka sedang melakukan tugas mereka? (Tidak.) Apa yang menjadi tujuan mereka? (Memiliki jabatan.) Mereka berkata, 'Bagiku, aku ingin mengalahkan orang lain di dunia sekuler. Di kelompok mana pun aku berada, aku akan selalu menjadi pemimpinnya, aku tidak akan pernah mau menjadi bawahan. Jangan ada seorang pun yang mencoba untuk membuatku menjadi pengikutnya. Di kelompok mana pun aku bergabung, aku akan menjadi pemimpinnya, dan aku ingin menjadi penentu keputusan. Jika mereka tidak mendengarkanku, aku akan menemukan cara untuk meyakinkan mereka semua dan membuat mereka memilihku. Dan setelah mereka memilihku, apa yang kukatakan harus dipatuhi, dan aku akan melakukan apa pun yang kusuka.' Dalam kelompok mana pun, ketika seorang antikristus melakukan tugasnya, mereka tidak puas menjadi pengikut biasa. Apa yang paling mereka inginkan? Memberi perintah dan membuat orang lain melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak bersemangat untuk melakukan tugas mereka sendiri, bekerja lebih keras, membayar harga yang lebih besar, menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga, atau memenuhi bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Sebaliknya, mereka mempelajari bagaimana cara menjadi orang yang memimpin orang lain dalam hal personel dan dalam profesi mereka. Mereka tidak mau dipimpin oleh orang lain. Mereka tidak mau menjadi pengikut atau melakukan tugas mereka secara diam-diam tanpa gembar-gembor. Apa pun tugas mereka, jika mereka tidak bisa menjadi yang terdepan atau pusat perhatian, jika mereka tidak bisa menjadi pemimpin, mereka merasa tidak ada gunanya mereka melakukan tugas mereka. Jika mereka tidak dapat menjadi penentu keputusan, tugas itu bahkan semakin kurang menarik bagi mereka, dan bahkan keinginan mereka untuk melakukan tugas pun menjadi semakin berkurang. Namun, jika mereka bisa menjadi yang terdepan dan pusat perhatian sementara melakukan tugas serta dapat menjadi penentu keputusan, mereka akan melakukan bagian mereka dengan lebih bersemangat daripada siapa pun. Di dalam hatinya, pemahaman mereka tentang tugas adalah untuk menjadi orang yang jauh lebih baik daripada orang lain, memuaskan kebutuhan mereka untuk mengungguli orang lain, dan memuaskan keinginan dan ambisi mereka" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Tujuh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan menganalisis mengapa orang tidak mau kalah dari orang lain, mengapa mereka mengejar status. Mereka didorong oleh keinginan untuk dipuja dan dikagumi, dan ini adalah jalan antikristus. Bagi antikristus, status lebih penting daripada apa pun. Mereka tidak pernah melakukan tugas mereka untuk memahami kebenaran atau menerapkan prinsip, dan mereka tidak peduli tentang menyenangkan Tuhan. Mereka hanya membuat rencana jahat untuk menguasai orang lain, bagaimana membuat orang mengagumi mereka untuk mencapai ambisi liar merebut orang dari Tuhan. Dibandingkan dengan firman Tuhan tentang antikristus, aku menyadari bahwa aku belum sampai pada titik yang cukup serius, tetapi aku sedang menunjukkan tanda-tanda watak antikristus. Ketika melihat Saudari Chen mengalami begitu banyak kemajuan dan dipuji oleh saudara-saudari, aku mulai tidak menyukainya dan mengucilkan dia. Aku merasa sepertinya dia menahanku agar tidak bersinar, bahwa dia menerima semua pujian dan perhatian. Aku hidup menurut racun iblis seperti "Unggul dari yang lain" dan "Hanya boleh ada satu laki-laki alfa". Aku selalu berjuang mengejar status, untuk menjadi yang pertama. Aku merasa sepertinya siapa pun yang posisinya berada di atas memiliki kekuasaan dan menjadi penentu keputusan, dan bahwa kekuasaan dan status lebih penting daripada apa pun. Aku bahkan memperlakukan gereja Tuhan sebagai arena pribadiku untuk mengejar status, untuk memuaskan keinginanku yang tak terpuaskan. Aku berada di jalan antikristus, menentang Tuhan, dan benar-benar menyinggung watak Tuhan. Aku menyadari betapa berbahayanya jalan yang kutempuh dan betapa Tuhan membencinya. Ada juga fakta bahwa Saudari Chen baru dalam tugasnya, jadi jika dia dibatasi, dihalangi dalam pekerjaannya, dan menyebabkan kerugian pada tugas yang sedang dia lakukan, artinya aku melakukan kejahatan. Aku merasa sangat bersalah dan menyadari bagaimana aku hidup dengan watak jahatku, hanya berjuang mengejar kedudukan. Yang tidak hanya merugikan dan menghalangi orang lain, tetapi aku juga bisa disingkirkan karena melakukan kejahatan dan merugikan pekerjaan gereja. Aku benar-benar memahami bahwa mengejar status pribadi bukanlah jalan yang baik untuk ditempuh. Aku benar-benar merasa takut dan tidak mau lagi hidup dalam watak yang rusak itu. Aku ingin bertobat kepada Tuhan.

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan untuk menemukan jalan penerapan. Firman Tuhan katakan: "Jika Tuhan membuatmu bodoh, maka ada makna dalam kebodohanmu; jika Dia membuatmu cerdas, maka ada makna dalam kecerdasanmu. Keahlian apa pun yang Tuhan berikan kepadamu, apa pun kelebihanmu, setinggi apa pun IQ-mu, semuanya memiliki tujuan bagi Tuhan. Semua hal ini sudah ditentukan dari semula. Peran yang kaumainkan, tugas yang kaulaksanakan—Tuhan juga telah menentukannya sejak lama. Beberapa orang tidak yakin. Mereka ingin mengubah banyak hal dengan belajar lebih banyak, melihat lebih banyak, dan menjadi lebih rajin. Namun, mereka tidak bisa melampaui semua itu. Seiring berjalannya waktu, mereka akan belajar hal ini dari pengalaman. Sebanyak apa pun engkau melawan, engkau tidak mampu melawan nasib. Tuhan telah menentukan engkau akan menjadi apa dan perlawananmu ini sia-sia. Di area mana pun yang kaukuasai, di situlah engkau harus berupaya. Jangan mencoba memaksakan dirimu pada area di luar keahlianmu dan jangan iri terhadap orang lain. Setiap orang memiliki fungsinya masing-masing. Jangan berpikir bahwa engkau dapat melakukan semuanya sendiri, bahwa engkau sempurna, bahwa engkau lebih baik daripada orang lain, selalu ingin mengambil pekerjaan orang lain, dan hanya menonjolkan dirimu sendiri. Ini adalah watak yang rusak. Sebagai contoh, mungkin engkau cukup bagus dalam hal mengikuti ketukan irama saat menari—di sinilah engkau seharusnya menjadi seorang ahli, mencapai terobosan, menguasai prinsip, dan melaksanakan tugasmu dengan baik. Beberapa orang suka mendesain pakaian dan relatif ahli dalam hal itu. Maka, di sinilah engkau seharusnya berupaya keras dan meningkatkan keahlianmu. Ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun dengan baik. Jika demikian halnya, engkau seharusnya menjadi orang yang mendengarkan arahan orang lain dengan sungguh-sungguh. Lakukan apa yang bisa kaulakukan dan lakukanlah dengan baik dengan segenap kekuatanmu. Itu sudah cukup. Tuhan akan dipuaskan" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dengan membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa sebagus apa pun kualitas seseorang, atau karunia apa pun yang mereka miliki, semuanya telah ditentukan oleh Tuhan sejak semula, dan semua itu mengandung hikmat Tuhan. Tuhan tidak mengharuskan kita untuk memahami semuanya, untuk melakukan semuanya, menjadi lebih baik daripada semua orang lain. Dia ingin kita mengisi peran kita sendiri dengan baik. Jika kita dapat menggunakan kekuatan dan bagian kita sendiri dengan sebaik-baiknya, Dia senang. Jika kita congkak dan percaya diri, selalu ingin berjuang untuk diri sendiri, kita hanya akan membodohi diri sendiri dan menjalani kehidupan yang menyedihkan. Aku juga menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan. Aku harus cukup berani untuk mengakui kekuranganku. Aku tidak memiliki kualitas Saudari Chen, dan aku tidak memiliki keterampilan kerjanya. Itu adalah fakta dan ditentukan oleh Tuhan. Aku harus memiliki nalar dan tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan, dengan patuh menjadi orang yang baik, melakukan tugasku dengan sungguh-sungguh, dan lebih memikirkan tentang bagaimana bekerja bahu-membahu dengan Saudari Chen sehingga kami dapat mengambil tanggung jawab pekerjaan gereja sebagai satu tim. Itulah sebenarnya kehendak Tuhan. Firman Tuhan juga menyebutkan bahwa pekerjaan rumah Tuhan tidak boleh dijalankan oleh satu orang saja. Semua orang harus bekerja sama. Kita semua melihat segala sesuatu secara berbeda, jadi saat kita mengimbangi kelemahan satu sama lain, kita akan melihat segala sesuatu dari perspektif yang lebih luas. Hanya jika kita bersatu, barulah Roh Kudus membimbing kita, dan kita bisa efektif dalam tugas kita. Setelah menyadari semua ini, aku mencari Saudari Chen dan membuka diri kepadanya tentang keadaanku selama kurun waktu itu, dan aku minta maaf kepadanya. Dan sejak saat itu, dalam pertemuan bersama, aku tidak lagi berusaha untuk membuat persekutuanku lebih baik daripada persekutuannya, tetapi aku mendengarkan dengan saksama ketika dia berbicara, mendengarkan dengan sepenuh hati. Jika dia melewatkan sesuatu, aku berusaha mengisinya dengan persekutuanku. Aku hanya membagikan apa yang kupahami. Dengan kerja sama seperti itu, persekutuan kami menjadi makin efektif, aku dan Saudari Chen menjadi lebih dekat daripada sebelumnya.

Beberapa bulan kemudian, Saudari Chen dipromosikan, dan kami bekerja berdampingan. Kami bersama-sama mengelola pekerjaan beberapa gereja. Suatu hari, kami mendapat pesan dari seorang pemimpin yang mengatakan bahwa salah satu bagian dari pekerjaan kami benar-benar berhasil. Ini membuatku merasa agak sedih, karena jika pemimpin tahu bahwa pekerjaan itu diurus oleh Saudari Chen, mungkinkah dia akan lebih menghargainya? Malam itu, Saudari Chen bertanya kepadaku bagaimana dia bisa melakukan pekerjaan itu dengan lebih efektif. Kupikir, "Pekerjaan ini telah membuahkan hasil. Jika kami membahasnya bersama-sama, pekerjaan itu pasti akan menjadi lebih baik. Lalu, bukankah itu akan membuatnya terlihat lebih baik dariku?" Dengan pemikiran itu, aku tidak mau lagi membahasnya dengan dia. Namun kemudian, aku menyadari bahwa aku sedang jatuh kembali ke dalam keadaan mengejar ketenaran dan keuntungan, jadi aku berusaha untuk berdoa kepada Tuhan dan meninggalkan dagingku. Dan firman Tuhan ini muncul dalam pikiran: "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, gengsi, atau reputasimu sendiri. Juga jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau murni atau tidak dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah berusaha sekuatmu untuk setia, melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan berkata kita tidak boleh hanya memikirkan kepentingan diri kita sendiri, bahwa kepentingan dan pekerjaan rumah Tuhan harus didahulukan. Kita harus melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan orang lain. Itulah satu-satunya cara untuk menunjukkan bahwa kita setia pada tugas kita. Aku tahu aku harus melakukan apa yang Tuhan tuntut, jadi aku berbicara dengan Saudari Chen tentang bagaimana kami dapat mengerjakan pekerjaan itu, semua masalah saat ini, dan bagaimana kami bisa mengatasinya. Dalam pertemuan keesokan harinya, aku mempersekutukan tentang keadaanku baru-baru ini, dan semua yang kupahami dari hal itu. Makin aku berbagi, makin aku merasa bahwa mengejar reputasi dan status sebenarnya bukanlah jalan yang baik. Aku merasa sangat jijik dan benci pada diriku sendiri. Aku tidak mau lagi dikekang oleh watak jahatku. Aku dengan senang hati menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, dan melakukan tugasku dengan rendah hati. Sejak itu, setiap kali menghadapi masalah, aku berdoa kepada Tuhan dan benar-benar memikirkan apa yang akan bermanfaat bagi rumah Tuhan. Aku telah belajar untuk menangkap kelebihan Saudari Chen sehingga kami dapat melengkapi kelemahan satu sama lain. Melakukan hal ini membuatku merasa nyaman dan damai, dan kami jauh lebih efisien dalam tugas kami sekarang. Sedikit perubahan yang telah kucapai ini sepenuhnya berkat penghakiman dan hajaran Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Membiarkan Diriku Lengah

Oleh Saudari Zhuanyi, Korea Beberapa waktu lalu, kami harus membuat sejumlah gambar untuk pembuatan film gereja. Rekanku, Saudara Simon,...