Saat Ibu Dipenjara

21 Januari 2022

Oleh Saudari Zhou Jie, Tiongkok

Usiaku 15 tahun saat aku dan ibuku melarikan diri dari rumah. Aku ingat kami pergi larut malam pada tahun 2002. Ibuku tiba-tiba berbisik bahwa polisi akan datang menangkap dia, serta kami tidak bisa tinggal di rumah dan harus segera pergi. Kami dengan panik mengumpulkan barang, lalu meninggalkan rumah dengan tergesa-gesa. Aku dan ibuku tidak pernah kembali ke rumah sejak itu. Jadi, ibuku tidak membawaku, dia menyuruhku tinggal bersama beberapa kerabat sementara dia bersembunyi di kota lain. Ibuku dahulu banyak membantu para kerabat itu saat masih berbisnis, kini kami dalam masalah, tetapi mereka khawatir tentang risikonya dan tidak ingin terlibat. Mereka tidak mau menampungku, bahkan menghina ibuku, berkata bahwa dia bahkan tidak bisa menjaga anaknya akibat imannya kepada Tuhan. Mereka ingin ibuku membawaku pergi. Aku sangat marah karena mereka salah paham tentang ibuku. Ini semua jelas kesalahan polisi, bukan salah ibuku. Aku sungguh ingin segera pergi dari sana. Sudah tak ingin berlama-lama. Aku berharap ibuku bisa kembali dan segera menjemputku. Saat ibuku pertama kali pergi, itu sangat sulit bagiku. Aku merasa tak punya siapa pun untuk bersandar dan sangat menderita. Aku dari keluarga orang tua tunggal, orang tuaku bercerai saat usiaku tiga tahun. Aku dan ibuku tetap bersama, kami tidak pernah berpisah. Setiap kali berpikir tentang bagaimana ibuku tidak akan bisa merawatku lagi, aku akan menangis. Saat merasa sedih dan tidak berdaya, aku akan berdoa kepada Tuhan. Berkata, "Ya Tuhan! Ibuku tidak bisa menjagaku lagi. Tolong bantu beri aku kekuatan." Setelah berdoa, aku menemukan kutipan firman Tuhan yang mengatakan: "Jangan takut, Tuhan Yang Mahakuasa atas alam semesta pasti akan menyertaimu; Dia berdiri di belakang engkau semua dan Dia adalah perisaimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 26"). "Majulah dengan berani; Aku adalah batu karangmu yang teguh, jadi andalkanlah diri-Ku!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). Firman Tuhan membuatku mengerti. Ibuku tidak lagi di sisiku, tetapi Tuhan berdiri di belakangku dan aku bisa mengandalkan-Nya. Tak bisa kubiarkan kesulitan mengalahkanku, dan aku tak bisa mengandalkan ibuku lagi, aku harus belajar untuk kuat—sekeras dan sesulit apa pun keadaannya, aku harus mengandalkan Tuhan dan bertahan. Lalu, aku tinggal bersama keluarga Saudari Zhang. Keluarga itu beranggotakan tiga orang, semuanya orang percaya. Kami tak punya hubungan darah, tetapi mereka memperlakukanku sangat baik. Putri Saudari Zhang sering membacakan firman Tuhan untukku dan bersekutu tentang kebenaran. Ibuku mungkin tidak berada di sisiku, tetapi aku tidak merasa kesepian. Aku sangat senang bersama saudara-saudariku.

Itu terjadi tahun 2003. Ibuku sedang menyebarkan Injil di kota lain. Suatu hari, dia mengirimiku surat, mengatakan ingin bertemu, dan menyuruhku menunggunya di tempat dan waktu yang ditentukan. Aku sangat senang dan gembira saat mendapatkan surat darinya sehingga hampir tidak bisa tidur malam itu. Pada hari pertemuan, aku tiba di tempat pertemuan tepat waktu, tetapi setelah menunggu satu jam, masih belum ada tanda-tanda ibuku. Aku menghubungi di penyeranta, tetapi dia tak pernah menjawab. Aku akhirnya menunggu dia dari siang sampai pukul 8 malam itu, tetapi dia tidak pernah datang. Aku merasa sangat kecewa dan merasa ada yang salah. Keesokan harinya, pemimpinku memberitahuku bahwa kemarin 8 saudara-saudari telah ditangkap saat menyebarkan Injil, dan salah satunya adalah ibuku. Dia menyuruhku segera menghancurkan penyeranta yang kugunakan untuk menghubungi ibuku. Aku benar-benar khawatir saat mendengar berita ini. Aku berdoa berulang kali kepada Tuhan, meminta Dia melindungi keselamatannya dan membantunya menjadi saksi. Selama waktu itu, setiap kali memikirkan ibuku, aku tidak bisa menahan tangis. Aku sering merasa khawatir bahwa dia dipukuli ataupun disiksa. Dia pasti sangat menderita di penjara. Kapan dia akan dibebaskan? Aku sangat khawatir sehingga suatu hari aku tiba-tiba pingsan. Saat sadar, aku tertatih-tatih kembali ke kamarku, menggunakan dinding sebagai penyangga, lalu berbaring di tempat tidurku dan menangis, memikirkan betapa kesepian dan tak berdayanya aku. Tuhanlah yang membimbingku melewati masa-masa paling sengsaraku. Aku teringat sebuah lagu pujian: "Di dalam pemurnianku, hati-Mu ikut sakit karenaku. Firman-Mu menyediakan apa yang kurang dalamku; ketika aku sedih, firman-Mu menghibur aku. ..." ("Kasih Tuhan Telah Mencairkan Hatiku" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Aku dengan jelas melihat bahwa ini adalah bimbingan Tuhan. Aku segera menyadari bahwa aku tidak sendirian—Tuhan menyertaiku. Karena persekusi naga merah yang sangat besar, ibuku tidak bisa bersamaku. Dia tidak bisa menjaga dan menghiburku, tetapi Tuhan tidak meninggalkanku. Di saat-saat tergelapku, Tuhan ada di sana untuk menghiburku. Aku merasa Dia begitu dekat, dan sadar hanya Dia yang benar-benar bisa kuandalkan. Aku berpikir, "Jika Tuhan bisa membimbingku seperti ini, aku yakin Dia juga bisa membantu ibuku melewati kesulitannya." Saat menyadari ini, aku sedikit bersemangat, kekhawatirku dan keresahanku atas situasi ibuku berkurang. Di kemudian hari, aku bisa bertemu ibuku. Dia dipenjara empat bulan dan baru keluar saat menggunakan koneksinya Saat kami bertemu, dia sangat khawatir tentang aku dan memberiku banyak nasihat. Kami bersekutu dan saling menyemangati, serta membuat perjanjian, apa pun yang terjadi kepada kami, kami akan selalu mengikuti Tuhan dan menggenapi tugas.

Aku ingat saat itu bulan September, dan ibuku masih menyebarkan Injil di kota lain. Aku mendengar seorang saudari yang memiliki tugas penting ditangkap dan banyak orang yang melakukan kontak dengannya terancam dan harus pindah. Aku berpikir, siapa saudari ini? Kemudian pemimpinku datang dan memberi tahu bahwa aku harus menghancurkan kartu SIM yang kupakai untuk menghubungi ibuku. Aku langsung sadar yang ditangkap itu adalah ibuku. Aku tahu kali ini dia ditangkap karena mencetak buku-buku firman Tuhan, serta mungkin menjadi sasaran penyiksaan brutal. Beberapa hari berikutnya, aku sangat khawatir dan tidak bisa tidur di malam hari. Tidak lama, aku mengetahui lebih dari 20 saudara-saudari telah ditangkap dan mereka semua disiksa. Saat mendengar ini, aku makin khawatir. Apakah ibuku sedang disiksa juga? Apakah dia masih hidup atau sudah mati? Ibuku dalam bahaya besar, tetapi aku hanya bisa khawatir dan panik—aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku merasa sangat buruk. Aku tidak bisa menahan diri berpikir seandainya ibuku tidak melakukan tugas berbahaya, mungkin dia tidak akan ditangkap dan disiksa. Percaya kepada Tuhan di Tiongkok sangat sulit dan berbahaya. Selama waktu itu, aku sangat lemah. Aku tidak fokus, tersesat, dan tidak ingin melakukan apa pun. Aku tidak punya energi dan tidak termotivasi dalam tugasku. Yang kulakukan tiap hari hanyalah berdoa dan meminta Tuhan melindungi ibuku.

Suatu hari, aku melihat kutipan firman Tuhan, "Ketika Ayub kehilangan ternaknya yang memenuhi pegunungan dan segala kekayaan yang tak terkira jumlahnya, dan tubuhnya dipenuhi dengan barah yang busuk, itu karena imannya. Ketika dia dapat mendengar suara-Ku, Yahweh, dan melihat kemuliaan-Ku, Yahweh, itu karena imannya. Bahwa Petrus dapat mengikut Yesus Kristus, itu karena imannya. Bahwa dia bersedia disalibkan demi Aku dan menjadi kesaksian yang mulia, itu juga karena imannya. ... Orang telah menerima begitu banyak karena iman mereka, dan itu tidak selalu merupakan berkat. Mereka mungkin tidak menerima jenis kebahagiaan dan sukacita seperti yang dirasakan Daud, atau memperoleh air yang dianugerahkan Yahweh seperti yang diperoleh Musa. Misalnya, Ayub diberkati oleh Yahweh karena imannya, tetapi dia juga mengalami bencana. Entah engkau diberkati atau mengalami bencana, kedua-duanya adalah peristiwa yang penuh berkat. Tanpa iman, engkau tidak akan dapat menerima pekerjaan penaklukan ini, apalagi melihat perbuatan Yahweh yang ditunjukkan di depan matamu saat ini. Engkau tidak akan bisa melihat, apalagi menerima" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Fakta Sesungguhnya di Balik Pekerjaan Penaklukan (1)"). Aku berpikir: "Itu benar, entah kita diberkati atau tidak itu ada di tangan Tuhan. Kesulitan dan ujian yang kita lalui dalam iman kita adalah cara Tuhan meninggikan dan menguji kita." Sama seperti Ayub—Iblis bertaruh dengan Tuhan itu bisa mencobai Ayub dengan merampas anak-anak dan ternaknya, serta membuat tubuhnya diselimuti luka, sehingga dia menyangkal dan meninggalkan Tuhan. Tuhan juga menggunakan cobaan ini untuk menguji Ayub dan menyempurnakan imannya. Ayub bukan hanya tidak menyalahkan Tuhan, dia memuji Tuhan dan berkata: "Apakah kita mau menerima yang baik dari tangan Tuhan dan tidak mau menerima yang jahat?" (Ayub 2:10). "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). Ayub menjadi saksi untuk Tuhan dan memperoleh pujian dari-Nya, dia bahkan mendengar suara Tuhan dalam angin puyuh. Akibatnya dia memperoleh iman yang lebih benar kepada Tuhan dan ini adalah berkat yang lebih besar dari-Nya. Aku pikir, di permukaan, ibuku dilukai oleh naga merah yang sangat besar tampak seperti bencana, tetapi Tuhan sebenarnya menggunakan ini untuk menguji dan menyempurnakan iman kita. Ini adalah peninggian oleh Tuhan. Aku tiba-tiba menyadari Iblis sedang mengawasiku dan Tuhan menungguku mengambil pendirian. Mereka menunggu untuk melihat apakah aku akan kehilangan imanku, menyangkal dan mengkhianati Dia karena ibuku ditangkap. Saat menyadari ini, aku bersedia berdiri di sisi Tuhan, tidak menyalahkan atau mengkhianati-Nya, serta menggenapi kewajibanku untuk memuaskan-Nya. Setelah memahami niat Tuhan, aku tidak lagi terlalu khawatir dan resah tentang ibuku, serta bersedia tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan.

Dia divonis dua tahun pendidikan ulang dengan kerja paksa. Aku kaget saat mengetahuinya. Dua tahun adalah waktu yang sangat lama. Kondisi hidup dan makanan di penjara sangat buruk dan kau harus bekerja setiap hari. Bagaimana ibuku bisa melewati kondisi mengerikan dan penganiayaan brutal itu? Usianya 50 tahun lebih—bisakah tubuhnya menanggung penyiksaan ini lagi? Suatu hari, aku melihat kutipan firman Tuhan yang mengatakan: "Dari saat engkau lahir dengan menangis ke dalam dunia ini, engkau mulai melakukan tugasmu. Oleh karena rencana Tuhan dan oleh karena penentuan-Nya dari semula, engkau melakukan peranmu dan memulai perjalanan hidupmu. Apa pun latar belakangmu, dan apa pun perjalanan yang ada di hadapanmu, tak seorang pun dapat lolos dari pengaturan dan rencana Surga, dan tak seorang pun dapat mengendalikan nasibnya sendiri, sebab hanya Dia yang mengatur segala sesuatu yang mampu melakukan pekerjaan tersebut" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Firman Tuhan membantuku mengerti bahwa tiap orang memiliki peran dan tujuan dalam hidupnya, dan jalan hidup yang akan kau tempuh sudah lama ditentukan oleh Tuhan. Ibuku punya peran untuk dimainkan dan misi untuk diselesaikan. Dua tahun penjara adalah waktu yang lama, tetapi ini sesuatu yang harus dia lalui. Bagaimana keadaannya dan berapa banyak penderitaan, itu ada di tangan Tuhan. Tuhan mengizinkan ibuku dilukai oleh naga merah yang sangat besar, serta ditangkap dan di penjara untuk menguji dia. Tuhan memberinya kesempatan untuk memberikan kesaksian untuk-Nya. Aku harus merasa bangga. Aku juga mendapat pelajaran dari situasi ini. Aku perlu belajar cara tidak mengeluh dan menyalahkan Tuhan saat menghadapi kesulitan, serta cara tunduk dan menggenapi tugasku. Setelah memahami niat Tuhan, aku berdoa kepada Tuhan, berkata, bahwa ibuku ada di tangan-Nya dan meminta agar Dia melindunginya agar ibuku bisa memberikan kesaksian.

Satu setengah tahun kemudian, aku mendengar ibuku keluar dari penjara lebih awal dan aku menghubunginya. Untuk menghindari diikuti dan diawasi oleh polisi, kami memutuskan untuk bertemu di sauna. Hari itu, aku tiba satu jam lebih awal. Dan jangtungku terasa berdebar begitu kencang. Aku sangat senang akan bertemu ibuku. Mataku terpaku pada pintu masuk, lalu melalui jendela, aku melihat seorang wanita paruh baya yang kurus kering. Saat masuk, dia memberi tahu seorang staf bahwa putrinya menunggu dia di dalam. Saat mendengarnya bicara, aku berpikir, "Bukankah itu suara ibuku?" Aku tidak langsung menyadari. Jika dia tidak bicara, aku tidak akan mengenalinya sama sekali. Dahulu ibuku memiliki postur tubuh yang tinggi, tegap, dan anggun, tetapi berat badannya turun drastis dan tampak lebih bungkuk. Dia tidak seperti sebelumnya. Aku berlari ke arahnya dan berteriak: "Ibu!" Ibuku berbalik menghadapku dan wajahnya sangat kurus sehingga aku tidak bisa mengenalinya. Kulitnya pucat, dia tampak kurus dan lelah. Tatapan matanya hampa seperti orang yang distimulasi berlebihan. Aku hampir pingsan saat melihatnya seperti itu. Aku tidak bisa membayangkan apa yang dia alami di penjara—aku tidak kuasa memikirkannya. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Ibuku duduk di sebelahku, meremas tanganku erat-erat, dan menanyakan kabarku beberapa tahun belakangan. Dia berkata saat berada di penjara, dia paling mengkhawatirkan aku dan sering berdoa untukku. Dia takut aku tak mampu menangani trauma itu dan berpaling dari Tuhan. Saat mendengar aku tetap beriman dan memenuhi tugas, dia sangat bahagia. Hatiku perih saat melihat betapa kurusnya ibuku saat kami berada di ruang ganti. Saat dia berbalik, aku melihat ada bekas luka di tulang selangka kirinya. Bekas luka itu hitam dan tulangnya cekung di tengah seolah-olah pernah patah. Aku tidak kuasa melihatnya seperti itu. Aku menahan air mata dan bertanya: "Dari mana bekas luka itu? Apakah polisi memukulimu? Apakah masih sakit?" Ibuku takut aku khawatir, jadi dia bilang itu bukan masalah dan sudah sembuh. Baru beberapa tahun kemudian aku mengetahui ibuku disiksa secara brutal setelah ditangkap, dan seorang petugas yang terlatih meninju bahunya 30 kali, mematahkan dan memecahkan banyak tulang, membuat bahunya dislokasi dan menggeser banyak vertebra. Syukurlah, dengan perlindungan Tuhan, ibuku secara ajaib sembuh total dan semua patah tulangnya pulih sepenuhnya. Bahkan para dokter penjara terkejut melihat betapa cepatnya dia sembuh.

Tak lama setelah itu, kami harus berpisah karena ibuku baru saja dibebaskan, jadi polisi mungkin masih mengawasinya. Demi keselamatanku, kami harus berpisah lagi sebentar. Saat itu sangat berat bagiku, aku ingin tinggal di sisinya dan membantu merawatnya. Namun, karena persekusi naga merah yang sangat besar, aku tak bisa memenuhi tanggung jawabku sebagai anak. Aku merasa sangat buruk. Di jalan pulang, bayangan tubuh lemah ibuku dan bekas luka di tubuhnya, terus berkelebat di kepalaku. Tiap kali sebuah bayangan melintas, itu membawa siksaan baru. Tak bisa kubayangkan bagaimana para petugas itu menyiksa dan menganiaya dia. Aku sangat marah. Naga merah yang sangat besar itu sangat ganas dan jahat! Sebuah kutipan firman Tuhan terlintas: "Maka, tidaklah mengherankan bahwa inkarnasi Tuhan tetap sepenuhnya tersembunyi bagi mereka: di tengah masyarakat yang gelap seperti ini, di mana Iblis begitu kejam dan tidak manusiawi, bagaimana mungkin raja Iblis, yang menghabisi orang-orang tanpa mengedipkan matanya, menoleransi keberadaan Tuhan yang penuh kasih, baik, dan juga kudus? Bagaimana mungkin ia akan menghargai dan menyambut kedatangan Tuhan dengan gembira? Para antek ini! Mereka membalas kebaikan dengan kebencian, mereka sudah lama menghina Tuhan, mereka menyiksa Tuhan, mereka luar biasa buasnya, mereka sama sekali tidak menghargai Tuhan, mereka merampas dan merampok, mereka sudah sama sekali kehilangan hati nurani, mereka sepenuhnya mengabaikan hati nuraninya, dan mereka menggoda orang tidak bersalah agar kehilangan akal sehatnya. Nenek moyang? Pemimpin yang dikasihi? Mereka semuanya menentang Tuhan! Tindakan ikut campur mereka membuat segala sesuatu di kolong langit ini menjadi gelap dan kacau! Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipu muslihat untuk menutupi dosa!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Aku dengan jelas melihat esensi jahat naga merah yang sangat besar yang kejam dan menentang Tuhan. Para petugas ini menyerang seorang wanita paruh baya secara brutal hanya karena dia percaya kepada Tuhan, tidak peduli dia hidup atau mati. Ini membuatku sangat marah. Tuhan menciptakan manusia, tentu saja kita harus percaya dan menyembah Tuhan, tetapi naga merah yang sangat besar tidak berhenti menyiksa dan menganiaya orang-orang agar mereka menyangkal dan mengkhianati Tuhan. Mereka sangat tercela, jahat, dan kejam! Dahulu aku pikir semua pejabat pemerintah dan polisi adalah orang baik. Setelah dipersekusi oleh naga merah yang sangat besar, aku baru menyadari klaim mereka bahwa warga negara memiliki hak hukum dan kebebasan beragama hanyalah tipuan dan kebohongan. Mereka menggebu-gebu menangkap, menganiaya, menyiksa, dan memukuli orang-orang percaya, serta ingin membunuh mereka semua. Mereka hanyalah sekumpulan iblis penentang Tuhan. Aku membenci mereka semua dari lubuk hatiku. Aku ingin menyerahkan hatiku kepada Tuhan, mengikuti Dia, dan menggenapi tugasku.

Pada tahun 2013, ibuku ditangkap lagi. Awalnya aku agak khawatir. Aku berpikir: "Apakah ibu akan disiksa lagi? Apakah dia akan dijatuhi hukuman penjara? Bisakah tubuhnya menanggung hukuman penjara lagi?" Saat memikirkan ini, aku segera menyadari bahwa ibuku ditangkap dengan izin Tuhan. Aku harus tunduk dan mencari niat Tuhan. Aku teringat firman Tuhan yang mengatakan: "Pernahkah engkau semua menerima berkat-berkat yang diberikan kepadamu? Pernahkah engkau mencari janji-janji yang dibuat untukmu? Di bawah bimbingan terang-Ku, engkau semua pasti akan menerobos cengkeraman kekuatan kegelapan. Engkau pasti tidak akan kehilangan terang yang membimbingmu di tengah kegelapan. Engkau pasti akan menjadi penguasa atas seluruh ciptaan. Engkau pasti akan menjadi seorang pemenang di hadapan Iblis. Saat runtuhnya kerajaan si naga merah yang sangat besar, engkau pasti akan berdiri di tengah kumpulan besar orang banyak untuk menjadi saksi bagi kemenangan-Ku. Engkau semua pasti akan berdiri teguh dan tak tergoyahkan di tanah Sinim. Melalui penderitaan yang kautanggung, engkau akan mewarisi berkat-berkat-Ku, dan pasti akan memancarkan kemuliaan-Ku ke seluruh alam semesta" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 19"). Firman Tuhan membantuku menyadari kali ini ibuku ditangkap dengan izin Tuhan. Tuhan menggunakan persekusi naga merah yang sangat besar untuk menyempurnakan iman kita, memberi kita kebenaran, dan memungkinkan kita memberikan kesaksian bagi-Nya. Aku juga mendengar persekutuan saudara-saudariku tentang orang-orang percaya yang telah ditangkap beberapa kali, saat menghadapi hukuman penjara oleh PKT, mereka tidak lagi dikekang pengaruh gelap Iblis. Berapa kali pun ditangkap, mereka masih percaya kepada Tuhan dan menggenapi tugas saat dibebaskan, serta merasa merdeka dan bebas. Ini adalah penyelamatan Tuhan. Setelah memahami niat Tuhan, aku merasa jauh lebih tenang. Aku berdoa untuk ibu kepada Tuhan, meminta agar Dia membantu ibuku tidak takut kepada pengaruh naga merah yang sangat besar dan menjadi saksi yang meyakinkan bagi-Nya. Aku tidak tahu berapa lama akan berpisah dari ibuku kali ini, tetapi hatiku terasa damai. Tidak lama kemudian, aku bekerja keras menggenapi tugas.

Kemudian hari, ibuku memberitahuku saat petugas polisi mencari arsipnya untuk memeriksa pelanggaran masa lalu, anehnya tidak ada apa pun dalam catatan itu. Ibuku berkata di dua penangkapan terakhirnya, dia secara pribadi mengalami bagaimana Tuhan membimbingnya dan melakukan pekerjaan mukjizat. Dia juga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kedaulatan Tuhan yang mahakuasa dan imannya makin kuat. Saat petugas bertanya kepadanya bagaimana mereka menyebarkan Injil, ibuku secara terbuka memberikan kesaksian tentang pekerjaan Tuhan. Melalui pengalaman ibuku, aku melihat betapa bijaksananya Tuhan. Dia menggunakan persekusi naga merah yang sangat besar untuk memberi kita keberanian, hikmat, dan iman, untuk meningkatkan ketajaman kita agar bisa melihat esensi iblis naga merah yang sangat besar dan membenci dan meninggalkan dia sepenuhnya. Naga merah yang sangat besar hanyalah pion di tangan Tuhan. Dia menggunakan segala cara untuk mengganggu dan menggagalkan pekerjaan Tuhan, tetapi usahanya hanya berkontribusi pada penyempurnaan umat pilihan Tuhan. Dia harimau ompong! Menyaksikan hikmat dan kemahakuasaan Tuhan, aku lebih yakin mengikuti Dia dan mengalami pekerjaan-Nya. Ini membuatku teringat firman Tuhan: "Ketika Aku secara resmi memulai pekerjaan-Ku, semua manusia bergerak saat Aku bergerak, sehingga orang-orang di seluruh semesta berjalan bersama-Ku, ada 'perayaan' di seluruh semesta, dan manusia diberi semangat oleh-Ku. Sebagai hasilnya, si naga merah yang sangat besar itu sendiri menjadi kebingungan dan marah karena Aku dan ia melayani pekerjaan-Ku, dan walaupun sebenarnya tidak mau, ia tidak bisa melakukan apa yang dikehendakinya, sehingga tidak punya pilihan selain tunduk pada kendali-Ku. Dalam seluruh rencana-Ku, si naga merah yang sangat besar adalah kontras-Ku, musuh-Ku, dan juga hamba-Ku; karena itulah Aku tidak pernah mengendurkan 'tuntutan'-Ku terhadapnya. Karena itulah, tahap terakhir dari pekerjaan inkarnasi-Ku diselesaikan di dalam rumahnya. Dengan cara ini, si naga merah yang sangat besar lebih mampu melayani Aku dengan sebaik-baiknya, dan melaluinya Aku akan menaklukkannya dan melengkapi rencana-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 29").

Persekusi naga merah yang sangat besar mungkin telah membuatku lebih menderita daripada anak lain, tetapi terlepas dari kesulitan, aku menjadi lebih kuat. Pengalaman-pengalaman ini sangat berharga bagiku. Ini membantu memberiku keyakinan mendalam bahwa hanya Tuhan-lah yang selalu ada untuk membantu dan menawarkan dukungan sejati kepadaku. Selama tidak kehilangan kepercayaan kepada Tuhan, Dia membimbing kita melewati kesulitan, dan kita bisa menyaksikan pekerjaan-Nya. Aku bersedia mengandalkan Tuhan untuk mengikuti Tuhan dengan teguh, menggenapi tugasku, dan membalas kasih-Nya!

Sebelumnya: Bagaimana Iman Muncul
Selanjutnya: Penderitaan di Penjara

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Mengalahkan Pencobaan Iblis

Oleh Saudari Chen Lu, TiongkokIni terjadi pada bulan Desember 2012, saat aku berada di luar kota untuk menyebarkan Injil. Suatu pagi, saat...

Satu Cobaan Demi Cobaan Lain

Suatu pagi di bulan April 2009, sekitar pukul 9 pagi, saat baru saja melangkah ke luar jalan setelah sebuah pertemuan, aku dan Saudari Ding...

Penderitaan di Penjara

Oleh Saudari Xiao Fan, Tiongkok Suatu hari di bulan Mei 2004, aku menghadiri pertemuan dengan beberapa saudara-saudari ketika lebih dari 20...