Kini Aku Tahu Apa Sebenarnya Arti Kemanusiaan yang Baik

02 Januari 2023

Oleh Saudari Mu Yan, Tiongkok

Orang tua dan guruku mengajariku sejak aku masih kecil bahwa dengan orang lain, keharmonisan itu berharga, dan kita harus bernalar dan pengertian. Kita tak boleh mengatakan hal-hal yang merusak hubungan, dan harus menjaga reputasi orang lain. "Jangan pernah mengucapkan hal yang terlalu pribadi" dan "Bersikaplah toleran jika memungkinkan" adalah satu-satunya cara untuk hidup rukun dengan orang lain. Jadi, sejak masih kecil, aku mengambil falsafah dunia ini sebagai aturan untuk kujalani, selalu memikirkan harga diri orang dan hampir tak pernah berdebat dengan orang lain. Bertindak seperti itu membuatku mendapat banyak pujian. Setelah menjadi orang percaya, karena tidak memahami kebenaran, aku terus memperlakukan falsafah dunia, standar moral ini sebagai aturan untuk dijalani, bahkan menganggap bahwa melakukan hal-hal ini artinya memiliki kemanusiaan yang normal seperti yang Tuhan tuntut dan menjadi orang yang baik. Setelah mengalami beberapa kegagalan barulah aku mengerti dari firman Tuhan bahwa pemikiran tradisional ini sama sekali bukan kebenaran, dan bukan standar untuk memiliki kemanusiaan yang baik. Hanya firman Tuhan yang harus menjadi standar tindakan kita.

Pada Januari ini, beberapa saudara-saudari memberitahuku, Saudari Xu Qing, seorang pemimpin gereja, mengendalikan orang dan tidak melakukan pekerjaan nyata, jadi aku pergi menyelidikinya. Aku mendapati, meskipun Xu Qing memiliki beberapa bakat dan kemampuan, dia tak banyak melakukan pekerjaan nyata selama waktunya sebagai pemimpin dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tak pernah berhasil. Dia juga sering pamer untuk mendapatkan kekaguman orang lain dan menginginkan keuntungan yang cepat dan mudah. Dia telah menunjuk beberapa orang yang tak layak sebagai pemimpin tim dan pengawas, melanggar prinsip, menyebabkan gangguan dan penundaan dalam pekerjaan gereja. Saudara-saudari telah memberi saran kepadanya berkali-kali, tapi dia tak mau menerimanya dan setelah apa yang terjadi, sama sekali tak punya kesadaran diri. Berdasarkan penampilannya yang konsisten, sudah bisa dipastikan dia pemimpin palsu yang harus diberhentikan. Jadi aku berencana menulis surat kepada pemimpin tingkat atas tentang masalah Xu Qing. Setelah menulisnya, aku teringat Xu Qing biasanya sangat memedulikan dan memercayaiku, jadi jika dia tahu aku telah menyelidiki dan melaporkan masalahnya, akankah dia menyimpan dendam terhadapku? Akankah itu merusak kesan baiknya tentang diriku? Aku sangat konflik batin ketika memikirkannya seperti itu. Dan karena itu, aku berdalih: Mungkin Xu Qing berada dalam keadaan yang buruk belakangan ini, jadi aku bisa memberinya persekutuan dan sokongan, kemudian melihat apakah dia mengalami perubahan. Aku tak mengirimkan surat laporan itu. Aku mengatur waktu bertemu dengan Xu Qing dan bersiap menyingkapkan masalahnya. Namun saat kami bertemu, aku melihat dia tak berada dalam keadaan yang baik, dan sambil menangis dia berkata telah hidup dalam penderitaan karena mengejar reputasi dan keuntungan. Nyaris kusingkapkan masalahnya, tapi urung kulakukan. Dia sedang mengalami saat sulit, jadi jika kusingkapkan masalahnya bukankah itu seperti memberi garam pada lukanya? Kemudian, jika aku memberi tahu pemimpin tentang masalahnya dan pemimpin memberhentikannya, akankah dia menuduhku tak berperasaan? Aku terus-menerus merasa ragu, dan akhirnya hanya menyinggung pengejaran reputasi dan statusnya, dan mengenai memilih orang tidak sesuai prinsip, lalu mengakhiri pertemuan kami.

Sesampainya di rumah, aku mengedit surat yang sudah kutulis, berkata Xu Qing terlalu peduli dengan reputasi dan status dan tak memiliki jalan masuk kehidupan, bahwa aku telah bersekutu dengannya dan dia mau bertobat, dan aku menyarankan bantuan dan persekutuan lebih lanjut, Setelah mengirim surat, selalu ada perasaan bersalah yang tak nyaman ini. Aku tahu betul tak mengatakan yang sebenarnya. Aku membaca sesuatu dalam firman Tuhan. "Begitu kebenaran telah menjadi kehidupan di dalam dirimu, saat engkau mengamati ada orang yang menghujat Tuhan, yang tidak takut akan Tuhan, yang ceroboh, dan asal-asalan saat melakukan tugas mereka, atau yang menyela dan mengganggu pekerjaan gereja, engkau akan menanggapinya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan akan mampu mengidentifikasi serta mengungkapkannya bila perlu. Jika kebenaran belum menjadi hidupmu, dan engkau masih hidup dalam watak jahatmu, maka ketika engkau menemukan orang-orang jahat dan setan-setan yang menyebabkan gangguan dan kekacauan pada pekerjaan gereja, engkau akan berpura-pura tidak melihatnya dan menolak untuk mendengarnya; engkau akan mengabaikan mereka, tanpa teguran dari hati nuranimu. Engkau bahkan akan menganggap siapa pun yang menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan gereja tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu. Sebanyak apa pun pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan dirugikan, engkau tidak peduli, tidak menengahi, ataupun merasa bersalah—hal mana membuatmu menjadi seseorang yang tidak berhati nurani atau tidak berakal, orang tidak percaya, pelaku pelayanan. Engkau makan apa yang adalah milik Tuhan, minum apa yang adalah milik Tuhan, dan menikmati semua yang berasal dari Tuhan, tetapi merasa bahwa kerugian apa pun terhadap kepentingan rumah Tuhan tidak ada kaitannya denganmu—hal mana membuatmu menjadi pengkhianat yang tidak tahu berterima kasih. Jika engkau tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan, apakah engkau masih bisa disebut manusia? Ini adalah setan yang telah menyusup ke dalam gereja. Engkau berpura-pura percaya kepada Tuhan, berpura-pura menjadi umat pilihan, dan engkau mau mendompleng di rumah Tuhan. Engkau tidak menjalani kehidupan manusia, dan jelas adalah salah satu dari orang tidak percaya. Jika engkau adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, maka meskipun engkau belum memperoleh kebenaran dan hidup, setidaknya engkau akan berdiri di pihak Tuhan dalam berbicara dan bertindak; setidaknya, engkau tidak akan berpangku tangan ketika engkau melihat kepentingan rumah Tuhan dirugikan. Jika engkau merasakan dorongan untuk berpura-pura tidak tahu, engkau akan merasa bersalah dan tidak nyaman, serta akan berkata dalam hatimu, 'Aku tidak boleh diam dan tidak melakukan apa pun, aku harus mengambil sikap dan mengatakan sesuatu, aku harus bertanggung jawab, aku harus menghentikan ini, aku harus menyingkapkan perilaku jahat ini, aku harus menghentikannya sehingga kepentingan rumah Tuhan tidak dirugikan, dan kehidupan bergereja tidak terganggu.' Jika kebenaran telah menjadi hidupmu, engkau tidak hanya akan memiliki keberanian dan tekad ini, juga tidak hanya akan mampu memahami masalah ini sepenuhnya, tetapi engkau juga akan melaksanakan tanggung jawab yang harus kautanggung untuk pekerjaan Tuhan dan untuk kepentingan rumah-Nya, dan dengan demikian tugasmu akan terpenuhi" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Mereka yang Benar-Benar Tunduk kepada Tuhan Memiliki Hati yang Takut akan Dia"). Firman Tuhan benar-benar menghunjam hatiku. Gereja menugaskanku untuk menangani surat laporan, berharap aku bisa memikirkan kehendak Tuhan dan menegakkan keadilan, agar ketika para pemimpin palsu, antikristus, dan pelaku kejahatan mengganggu pekerjaan gereja, aku selalu menegakkan prinsip kebenaran dan berdiri untuk menyingkapkannya, melindungi pekerjaan gereja. Itu tugasku, tanggung jawabku. Pada saat itu aku sudah mengenali Xu Qing sebagai pemimpin palsu. Banyak pekerjaan yang dia tangani sangat menurun dalam produktivitas dan masih belum ada perubahan nyata setelah persekutuan. Jika dia tak segera diberhentikan, itu akan menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi pekerjaan gereja. Namun, aku takut jika dia tahu aku telah menyelidiki dan melaporkan masalahnya, membuatnya diberhentikan, dia akan berkata aku tak berperasaan. Apalagi setelah melihat dia dalam keadaan buruk dan menangis, aku khawatir jika aku menyingkapkan masalahnya, dia akan berkata aku tak mengerti pergumulannya, dan kemudian membenciku. Jadi kusembunyikan situasi sebenarnya dan tak melaporkan masalah sebenarnya, memilih jalan tengah dengan satu mata terbuka dan satu mata tertutup, diam-diam menutupi pemimpin palsu tanpa peduli apakah pekerjaan gereja atau jalan masuk kehidupan saudara-saudari dirugikan. Dalam imanku, aku menikmati penyiraman dan pemeliharaan firman Tuhan, tapi aku mendukung kepentingan yang lain, tak tahu berterima kasih. Aku begitu egois dan keji, tanpa kemanusiaan sedikitpun. Dengan pemikiran ini, aku penuh penyesalan dan rasa bersalah atas apa yang telah kulakukan. Aku benci betapa egois dan liciknya diriku.

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan. "Sebaik apa pun orang berpura-pura, sebaik atau sesopan apa pun perilaku mereka, sebagus atau seindah apa pun mereka mengemas diri, atau selihai apa pun mereka menipu, yang tidak dapat disangkal adalah bahwa setiap orang yang rusak dipenuhi oleh watak Iblis. Di bawah topeng perilaku lahiriah ini, mereka tetap menentang dan memberontak terhadap Tuhan, menentang dan memberontak terhadap Sang Pencipta. ... Singkatnya, menjadi orang berperilaku baik yang sesuai dengan gagasan tradisional tentang moralitas bukanlah mengejar kebenaran; itu bukan pengejaran untuk menjadi makhluk ciptaan yang sejati. Sebaliknya, ada banyak rahasia kelam dan tak terkatakan yang tersembunyi di balik pengejaran perilaku baik ini. Apa pun jenis perilaku baik yang dikejar manusia, tujuan di baliknya tidak lain adalah untuk memenangkan lebih banyak kasih sayang dan rasa hormat orang, untuk memperkokoh kedudukan mereka sendiri, dan untuk membuat orang menganggap mereka terhormat dan layak untuk dipercaya dan menerima amanat. Jika engkau berusaha menjadi orang yang berperilaku baik, bukankah ini artinya memiliki kualitas yang sama dengan mereka yang terkenal dan hebat? Jika engkau adalah orang yang hanya berperilaku baik, tetapi tidak mencintai firman Tuhan dan tidak menerima kebenaran, maka secara kualitas, engkau sama dengan mereka. Dan apa hasilnya? Yang telah kau tinggalkan adalah kebenaran; yang telah hilang darimu adalah kesempatanmu untuk diselamatkan. Ini perilaku yang paling bodoh—ini adalah pilihan dan pengejaran orang bodoh. Pernahkah engkau semua ingin menjadi seperti orang yang hebat, terkenal, termasyhur di atas panggung, yang telah lama kaukagumi? Orang yang manis dan bersahabat itu? Orang yang sopan, ramah, berpendidikan itu? Orang yang, di luarnya, terlihat ramah dan menyenangkan? Bukankah engkau selalu meneladani orang-orang seperti ini sebelumnya? (Ya.) Jika sekarang engkau masih meneladani orang-orang seperti ini, masih mengidolakan orang-orang seperti ini, Kuberitahukan kepadamu: engkau tidak jauh dari kematian, karena orang-orang yang kauidolakan adalah orang jahat yang berpura-pura baik. Tuhan tidak akan menyelamatkan orang jahat. Jika engkau mengidolakan orang jahat dan tidak menerima kebenaran, pada akhirnya engkau juga akan dihancurkan" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa Arti Mengejar Kebenaran (3)"). Aku dididik dan dipengaruhi oleh budaya tradisional sejak masih kecil, mengambil "Jangan pernah mengucapkan hal yang terlalu pribadi", "Tiada gunanya memenggal kepala orang yang sudah dieksekusi; bersikaplah toleran jika memungkinkan", "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain" dan falsafah Iblis lainnya sebagai standarku berperilaku dan menilai kemanusiaan orang. Setelah percaya kepada Tuhan, aku terus memikirkan harga diri orang lain dalam semua interaksiku dengan saudara-saudari, jarang langsung menunjukkan kesalahan dan kekurangan yang kulihat, selalu memberi ruang bagi orang lain agar mereka selalu merasa aku pengertian dan memiliki kesan yang baik tentang diriku. Aku tahu betul Xu Qing pemimpin palsu dan harus segera diberhentikan, tapi agar tak menyinggung perasaannya, untuk melindungi hubungan kami, aku bukan saja tidak mengkritiknya, tapi menyembunyikan kebenaran dan tak melaporkan masalahnya. Aku nyaris menjadi pelindung pemimpin palsu, yang merupakan pelanggaran. Kini aku mengerti, sepertinya aku penuh kasih dan baik di luarnya, tapi sebenarnya, aku ingin membangun citra positif di hati orang lain dan mendapatkan kekaguman mereka. Demi mencapai tujuanku yang hina, aku rela merugikan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Sebaik apa pun seseorang mematuhi gagasan, etika, dan moral manusia ini, itu bukan berarti mereka orang yang baik. Sebaliknya, di balik perbuatan baik ini ada motif tersembunyi. Hidup dengan pemikiran dan sudut pandang Iblis ini hanya bisa membuatku makin licin, licik, egois, dan jahat. Semua yang kulakukan melawan kebenaran dan menentang Tuhan. Kemudian, aku membaca dua bagian firman Tuhan yang sangat membantuku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Harus ada standar untuk memiliki kemanusiaan yang baik. Ini bukan masalah mengambil jalan yang biasa-biasa saja, bukan masalah berpegang pada prinsip-prinsip, berusaha keras untuk tidak menyinggung siapa pun, menyanjung semua orang ke mana pun engkau pergi, menjadi licin dan licik dengan siapa pun yang kaujumpai, dan membuat semua orang berbicara baik tentangmu. Ini bukanlah standarnya. Jadi, apa standarnya? Standarnya adalah orang memiliki prinsip dan memikul tanggung jawab dalam caranya memperlakukan Tuhan, kebenaran, pelaksanaan tugas dan berbagai jenis orang, peristiwa, dan segala hal. Ini jelas untuk dilihat semua orang; semua orang jelas tentang hal ini di dalam hati mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"). "Apa yang harus menjadi dasar perkataan yang orang ucapkan? Firman Tuhan. Jadi, apa tuntutan dan standar Tuhan dalam perkataan yang orang ucapkan? (Perkataan itu harus membangun orang lain.) Benar. Yang paling mendasar, engkau harus mengatakan yang sebenarnya, berbicara jujur, dan bermanfaat bagi orang lain. Paling tidak, perkataanmu haruslah mendidik kerohanian orang lain, dan tidak menipu, mengolok-olok, menyesatkan, menyindir, menghina, mempersulit, menyakiti, menyingkapkan kelemahan orang, atau mengejek orang. Inilah yang diungkapkan oleh manusia normal. Inilah kebajikan manusia. ... Apa artinya orang tidak boleh menyingkapkan kelemahan orang lain? Itu artinya tidak menggunjingkan orang lain. Jangan terus saja menggunakan kesalahan atau kekurangan mereka di masa lalu untuk menghakimi atau mengutuk mereka. Inilah yang setidaknya harus kaulakukan. Dari sisi proaktif, bagaimana mengungkapkan perkataan yang membangun? Perkataan itu terutama harus mendorong, mengarahkan, membimbing, menasihati, memahami, dan menghibur. Terkadang, juga sangat penting untuk menunjukkan dan mengkritik kekurangan, kelemahan, dan kesalahan orang lain secara langsung. Ini sangat bermanfaat bagi orang-orang. Ini adalah bantuan yang nyata bagi mereka, dan ini membangun mereka, bukan? Katakanlah, misalnya, engkau sangat keras kepala dan congkak. Engkau tidak pernah menyadari tentang hal ini, tetapi seseorang yang mengenalmu dengan baik bicara terus terang dan memberitahumu masalahnya. Engkau berkata dalam hatimu, 'Apakah aku ini keras kepala? Apakah aku ini congkak? Tak seorang pun berani memberitahuku, mereka malah memaklumiku. Bahwa orang itu bisa memberitahuku hal seperti itu menunjukkan bahwa itu memang benar. Aku harus meluangkan waktu untuk merenungkan hal ini.' Setelah itu, katakanlah kepada orang itu, 'Orang lain hanya mengatakan hal-hal baik kepadaku, mereka memuji-mujiku, tak pernah seorang pun berterus terang kepadaku, tak pernah seorang pun menunjukkan kekurangan dan masalah dalam diriku ini. Hanya engkaulah yang bisa memberitahukannya kepadaku, mengatakannya dengan terus terang. Ini bagus sekali, sangat membantuku.' Inilah artinya berterus terang, bukan? Sedikit demi sedikit, orang itu menyampaikan kepadamu apa yang ada dalam pikiran mereka, pemikiran mereka tentangmu, dan pengalaman mereka tentang gagasan, imajinasi, kenegatifan dan kelemahan mereka dalam hal ini, dan mampu melepaskan diri darinya lewat mencari kebenaran. Inilah percakapan yang berterus terang itu, inilah percakapan dari hati ke hati" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa Arti Mengejar Kebenaran (3)"). Dari firman Tuhan, aku mengerti dengan jelas, kemanusiaan yang sejati bukan berarti bersikap baik, penuh kasih, dan bernalar, dan bukan berarti selalu pengertian dan melindungi hubungan antarpribadi, mendapatkan persetujuan orang lain, tapi artinya bersikap tulus terhadap Tuhan dan orang lain, dan memperlakukan orang dengan ketulusan. Jika kau melihat pemimpin palsu, antikristus, atau pelaku kejahatan mengganggu segala sesuatu di gereja dan mampu menegakkan prinsip kebenaran untuk melindungi pekerjaan gereja, jika kau mampu menunjukkan masalah orang lain, bersekutu dan membantu mereka, mendidik kerohanian mereka dalam perkataan dan perbuatan—hanya itulah yang dimaksud benar-benar menjadi orang yang baik. Jika kau hanya memikirkan reputasi dan statusmu sendiri dalam tugas, jika kau melihat seseorang mengganggu pekerjaan gereja tapi tak menyingkapkan dan menghentikannya, mengabaikan kehendak Tuhan, kau bukanlah orang yang baik sebaik apa pun hubunganmu dengan orang lain, tapi kau orang yang egois, keji, hina. Sebelumnya, kupikir falsafah Iblis seperti "Jangan pernah mengucapkan hal yang terlalu pribadi" artinya bersikap pengertian dan toleran, bahwa ini hal yang baik. Kini aku tahu ini sama sekali berbeda dari firman Tuhan yang berkata "orang tidak boleh menyingkapkan kelemahan orang lain." Tuhan berkata itu artinya, janganlah mencari-cari kesalahan orang atau memanfaatkan kelemahan mereka untuk mengkritik dan menghukum mereka, tapi perlakukanlah mereka dengan baik. Itulah yang harus manusia normal miliki. Dan Iblis menanamkan pemikiran seperti "Jangan pernah mengucapkan hal yang terlalu pribadi" untuk membuat kita melindungi citra dan status kita sendiri, tidak menunjukkan masalah orang lain agar kita menjadi makin egois dan licik, dan tak memiliki kemanusiaan yang normal. Sebaik apa pun tampaknya seseorang, itu hanyalah kemunafikan dan tipu daya untuk memuaskan kepentingan pribadi mereka sendiri. Itu bukanlah arti menjadi orang yang benar-benar baik. Jika kita tak dikendalikan oleh kerusakan, tapi memberikan petunjuk dan bantuan kepada orang dengan mempersekutukan kebenaran agar mereka dapat memperoleh pengenalan dan pertobatan sejati, itulah representasi sejati dari memiliki kemanusiaan yang baik dan kasih.

Ada bagian lain yang kubaca yang memberiku jalan penerapan yang lebih jelas. Firman Tuhan katakan: "Setelah mempersekutukan berbagai ungkapan tentang perilaku baik dalam budaya tradisional, apakah engkau semua telah memperoleh pemahaman tentang semua itu? Bagaimana seharusnya engkau memperlakukan perilaku baik semacam ini? Beberapa orang mungkin berkata, 'Mulai hari ini, aku tidak akan menjadi orang yang berpendidikan, ramah, atau sopan. Aku tidak akan menjadi orang yang disebut "baik"; aku tidak akan menjadi orang yang menghormati yang lebih tua atau mengasihi yang lebih muda; aku tidak akan menjadi orang yang manis dan bersahabat. Tak satu pun dari perilaku itu merupakan penyingkapan alami kemanusiaan yang normal; itu adalah perilaku menipu yang palsu dan salah, dan itu tidaklah setara dengan menerapkan kebenaran. Akan menjadi orang seperti apakah aku? Aku akan menjadi orang yang jujur; aku akan memulainya dengan menjadi orang yang jujur. Dalam perkataanku, aku mungkin tidak berpendidikan, tidak mengerti aturan, kurang berpengetahuan, dan dipandang rendah oleh orang lain, tetapi aku akan berbicara terus terang, dengan tulus, dan tanpa kepalsuan. Sebagai pribadi dan dalam tindakanku, aku tidak akan menipu dan tidak akan berpura-pura. Setiap kali aku berbicara, itu akan berasal dari hatiku—aku akan mengatakan apa yang kupikirkan di dalam batinku. Jika aku memiliki kebencian terhadap seseorang, aku akan memeriksa diriku sendiri dan tidak melakukan sesuatu yang menyakiti mereka; aku hanya akan melakukan hal-hal yang membangun. Ketika aku berbicara, aku tidak akan memikirkan keuntungan pribadiku sendiri, aku juga tidak akan dibatasi oleh reputasi atau nama baikku. Selain itu, aku tidak akan memiliki niat untuk membuat orang menghormatiku. Aku hanya akan mementingkan apakah Tuhan berkenan atau tidak. Tidak menyakiti orang akan menjadi titik awalku. Apa yang kulakukan akan kulakukan sesuai dengan tuntutan Tuhan; aku tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, aku juga tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan kepentingan rumah Tuhan. Aku hanya akan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain, hanya menjadi orang yang jujur, dan orang yang membuat Tuhan berkenan.' Bukankah ini perubahan dalam diri seseorang? Jika orang benar-benar menerapkan perkataan ini, mereka akan benar-benar berubah. Masa depan dan nasib mereka akan berubah menjadi lebih baik. Mereka akan segera memulai perjalanan mengejar kebenaran, segera masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan segera menjadi orang yang memiliki harapan untuk diselamatkan. Ini hal yang baik, hal yang positif" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa Arti Mengejar Kebenaran (3)"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti, dengan menjadi orang yang jujur dan berkata jujur seperti yang Tuhan tuntut, bersikap terus terang dalam interaksi kita, mengambil firman Tuhan sebagai dasar kita dalam segala hal dan hidup dengan kebenaran sebagai standar, kita mampu secara berangsur menyingkirkan belenggu racun Iblis dan makin memiliki keserupaan dengan manusia. Aku berdoa kepada Tuhan untuk berhenti memikirkan bagaimana orang lain akan memandangku, dan berhenti melindungi hubungan antarpribadi. Aku hanya ingin menjadi orang jujur yang memuaskan Tuhan. Jadi, aku kembali memberi tahu pemimpin tingkat atas tentang masalah Xu Qing dan membuka diri tentang motifku yang salah dalam mengedit surat itu. Akhirnya aku merasa sedikit damai dan tenang setelah melakukan itu. Beberapa hari kemudian, pemimpin tingkat atas menyelidikinya dan meyakini bahwa Xu Qing adalah pemimpin palsu dan memberhentikannya sesuai dengan prinsip.

Beberapa waktu kemudian, aku harus menangani surat laporan lainnya. Si penuduh, Saudari Lin Min, melaporkan pemimpin gereja mereka, Saudari Zhang Yue, sebagai pemimpin palsu. Setelah menyelidikinya, aku melihat Zhang Yue sedang berada dalam keadaan buruk belakangan ini, memengaruhi keefektifannya dalam tugas, tapi biasanya dia mampu menyelesaikan pekerjaan nyata dan membantu orang lain menyelesaikan masalah. Dia bukan pemimpin palsu. Yang dilaporkan Lin Min benar, tapi dia agak congkak. Dia tak menangani dengan benar kekurangan dan kelemahan Zhang Yue dalam pekerjaan, dan tak sepenuhnya memahami keadaannya. Dia hanya secara membabi buta menganggap Zhang Yue sebagai pemimpin palsu. Ini memperbesar masalahnya dan tak sesuai dengan prinsip—kemungkinan akan merugikannya. Aku harus bersekutu dengan Lin Min dan menunjukkan masalahnya. Kupikir, kali ini aku harus menerapkan kebenaran dan menunjukkan masalahnya kepadanya. Namun, pada hari aku akan bertemu dengan Lin Min, aku masih memiliki beberapa kekhawatiran. Belum lama ini, Lin Min telah membantuku ketika aku menghadapi kesulitan, dan sebelumnya dia memiliki kesan yang sangat baik tentang diriku. Jika kuberitahukan kepadanya hasil tinjauan itu dan menunjukkan masalahnya, akankah dia salah paham dan berpikir aku tak adil, lalu memiliki kesan yang buruk tentang diriku? Kemudian aku sadar aku tak berada dalam keadaan yang benar, jadi aku segera berdoa kepada Tuhan di dalam hatiku, "Ya Tuhan, aku kembali ingin mengikuti falsafah Iblis dan melindungi hubunganku. Kumohon cerahkan, terangilah aku, agar mampu menyangkali dagingku. Bagaimanapun hasilnya, aku tak mau lagi memikirkan reputasiku sendiri. Aku ingin menerapkan kebenaran dan benar-benar membantu saudari ini." Aku merenungkan satu bagian firman Tuhan yang kubaca beberapa hari sebelumnya: "Ketika seseorang menghadapi situasi di mana dia memiliki niat dan rencananya sendiri, dan ketika watak rusak orang terlihat dengan jelas, inilah saatnya orang itu harus merenungkan dirinya sendiri dan mencari kebenaran, dan inilah juga saat terpenting bagi Tuhan untuk memeriksa orang tersebut. Dengan demikian, entah engkau mampu mencari kebenaran, menerima kebenaran, dan benar-benar bertobat atau tidak, itu menjadi saat yang paling menyingkap diri seseorang. ... Jika engkau hanya berencana untuk bertobat; engkau memiliki secercah niat untuk itu, dan keinginanmu lebih kuat daripada sebelumnya, tetapi engkau sendiri tak tahu sampai berapa lama barulah engkau akan benar-benar bertobat. Jika engkau belum mengambil langkah nyata atau tidak memiliki rencana nyata untuk bertobat, maka itu bukanlah pertobatan yang sejati. Engkau juga harus mengambil tindakan nyata. Setelah engkau mengambil tindakan nyata, pekerjaan Tuhan akan mengikuti" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa Arti Mengejar Kebenaran (2)"). Ya. Ketika menghadapi masalah ini, Tuhan sedang memeriksa hatiku untuk melihat apakah aku benar-benar bertobat, apakah aku akan memilih menerapkan kebenaran, atau melindungi harga diri dan kepentinganku. Kemudian, aku memperbaiki motifku dan bersekutu dengan Lin Min. Setelah itu, Lin Min tidak berprasangka terhadapku karena aku menunjukkan masalahnya, tapi dia merenungkan dan mengenal dirinya sendiri melalui firman Tuhan, dan berkata bahwa tanpa disingkapkan seperti itu, dia pasti tak menyadari kecongkakannya dan tak memperlakukan Zhang Yue dengan benar. Dia pasti mengira sedang menerapkan kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja. Lin Min juga membuka diri dan bertanya tentang bagaimana mengatasi masalah ini dan kami saling bersekutu. Aku merasa kami sangat dekat, tanpa penghalang sedikit pun. Aku sangat tersentuh pada saat itu dan benar-benar memahami bahwa hidup dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan dan kebenaran adalah satu-satunya hal yang benar-benar dapat bermanfaat dan membantu orang. Aku merasa tenang dan tenteram.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan