Perenungan tentang Mendambakan Status

03 April 2023

Oleh Saudara Jianchi, Korea

Pada 2019, aku terpilih menjadi pemimpin gereja. Saat itu, aku lebih banyak mengawasi produksi video. Dengan belajar dari beberapa pemimpin tim, aku perlahan menguasai prinsip produksi dan mengembangkan perspektifku sendiri. Selama diskusi, semua orang menyetujui beberapa poin yang kuangkat. Seiring video yang kami buat makin baik, saudara-saudari dari gereja lain belajar dari kami. Aku sangat merasakan pencapaian itu. Kupikir: "Selain dapat menangani pekerjaan gereja, aku juga bisa mengidentifikasi masalah dalam produksi video. Jika orang-orang di gereja kebingungan, mereka sering meminta nasihatku. Singkatnya, kupikir aku pemimpin yang cakap."Lalu, saudara yang berpartner denganku tak dapat menangani pekerjaan dan dipindahtugaskan, dan Saudari Lisa jadi rekan baruku. Aku mulai membuat perhitungan: Persekutuan Lisa lebih mencerahkan daripada aku, tapi aku lebih lama bertugas dalam produksi video dan lebih berpengalaman. Dia tak seterampil aku. Ucapan dan tindakannya juga sedikit santai. Singkatnya, aku masih punya kelebihan, dan aku yang utamanya membimbing jalan dalam pekerjaan kami. Namun, Lisa perlahan jadi lebih mengenali pekerjaan gereja. Dia jadi lebih efektif dalam bersekutu dan mengatasi masalah. Saudara-saudari mulai mendatanginya untuk bertanya, dan aku tak lagi menjadi yang paling menonjol di gereja. Saat kulihat Lisa rajin dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya dan mempersekutukan firman Tuhan yang lebih nyata daripada aku, secara tak sadar aku mulai merasa terancam. Terutama saat kulihat pemimpin tim sering menyetujui idenya, aku makin cemburu. Jika keadaannya terus begitu, lama-lama dia menjadi pusat perhatian, dan aku jadi makin tak berarti. Kupikir, tak bisa begitu. Aku harus mencari cara untuk mengunggulinya. Lalu, saat kami membahas pekerjaan dengan pemimpin tim, kupastikan aku yang paling dulu menyampaikan ideku.

Suatu ketika, saat kami membahas masalah pada video, aku memberi saran, tapi orang lain tak menganggapnya sebagai masalah prinsip. Jadi, mereka menolak ideku dan mengubah topik. Aku merasa dipermalukan. Aku punya ide bagus, tapi mengapa tak bisa menyampaikan poinku? Aku gagal di momen paling krusial. Kutunjukkan bahwa aku tak selevel Lisa dengan mengakali diriku. Saat Lisa bersekutu, aku merasa seperti benar-benar kehilangan muka, dan bahkan aku jadi makin cemburu. Suatu ketika, seusai diskusi, pemimpin tim diam-diam berbicara kepadaku: "Akhir-akhir ini, kau tampak resah. Kau buru-buru berpendapat sebelum memahami apa yang dibahas. Itu mengganggu proses berpikir kami. Lalu, kami harus menjelaskan kembali semuanya kepadamu, dan itu menghambat kemajuan pekerjaan. Kau harus merenungkan ini." Aku sangat kecewa mendengar ucapannya. Dahulu, hampir semua ideku diterima dalam diskusi dengan pemimpin tim. Namun, sejak ada Lisa, statusku di tengah orang lain perlahan makin turun. Tak ada yang memedulikan ucapanku, dan bahkan aku mengganggu pekerjaan gereja. Mau kutaruh di mana mukaku? Selain tak merenung, aku menyalahkan Lisa sepenuhnya. Selama berhari-hari, aku merajuk dan merasa makin tertekan, dan aku makin tak efektif dalam pekerjaanku. Suatu ketika, pemimpin atas memberi tahu sebagian pekerjaan yang dulu kuawasi akan dipindahtugaskan kepada Lisa. Aku tidak senang dengan itu, tapi aku hanya diam. Kupikir: "Setelah pemindahtugasan ini, Lisa pasti akan mengawasi ebagian besar pekerjaan gereja Dan aku akan jadi asisten. Akankah orang lain mengira pekerjaan dipindahtugaskan karena aku tak dapat menanganinya? Dahulu aku memimpin dan menjadi bagian dari semua pekerjaan gereja, tapi kini Lisa menjadi pusat perhatian. Selama dia ada di sini, aku akan terus dipandang sebelah mata." Makin kupikirkan, makin aku merasa sedih, tak mampu menerima kenyataan baru ini. Kualitas dan kemampuan kerja Lisa tak sebaik aku. Aku juga telah lama mengawasi pekerjaan video dan berpengalaman, kenapa dia lebih unggul dariku? Aku tak bisa tertekan seperti itu. Apa pun yang terjadi, harus kurebut kembali status dan reputasiku! Sejak saat itu, aku terus berharap bahwa pekerjaan Lisa kacau agar aku bisa menduduki posisiku lagi. Suatu waktu, Lisa tak menghubungiku saat dia membahas pekerjaan dengan pemimpin tim, dan pekerjaan dimulai tanpa sepengetahuanku. Kuambil kesempatan untuk melancarkan serangan pasif-agresif atas tindakannya yang semena-mena, melampiaskan semua frustrasiku yang tertahan. Kubilang, aku hanya boneka dan tak lagi punya hak suara dalam pekerjaan pemimpin tim. Saat aku bicara, muka Lisa memerah. Meski menggunakan kesempatan untuk melampiaskan frustrasiku, aku masih merasa gelap dan tertekan dalam hati. Lalu, pemimpin kami meluncurkan proyek, tapi karena suatu alasan, kemajuannya tak seberapa. Sebenarnya, aku punya cukup waktu untuk membantu proyek itu, tapi kupikir: "Lisa adalah pengawas utama di proyek ini, jadi meski itu dilakukan dengan baik, aku takkan mendapat pujian. Mungkin sebaiknya Lisa saja yang melakukan. Bahkan, bagusnya lagi jika dia gagal—dengan begitu, orang-orang takkan menghormatinya." Selama itu, aku terus berkompetisi demi reputasi dan keuntungan pribadi. Aku tak berkorban apa pun dalam pekerjaan gereja dan hanya asal-asalan. Aku juga tak dapat mengatasi masalah dalam pekerjaan, dan masalah makin menumpuk dalam pekerjaanku. Menghadapi ini, aku tak merenungkan diri dan justru jadi makin jengkel. Aku sering terpaku pada kesalahan orang lain dan memarahi mereka, mengganggu pekerjaan. Saat pemimpin atas tahu, dia bersekutu denganku dan menyingkapkan masalahku. Namun, di dalam hati, aku tak terima: "Bukan hanya aku yang bertanggung jawab atas pekerjaan yang tak membuahkan hasil. Kenapa hanya aku yang dijadikan sasaran?" Saat itu, aku tak punya kesadaran diri, dan menyalahkan Lisa sepenuhnya. Aku juga menyalahkan pemimpin tim yang tak bertindak sesuai prinsip. Setelah aku tak menerima banyak persekutuan pemimpin dan tak bekerja nyata, dia memberhentikanku. Setelah diberhentikan, aku merasa sedih, kecewa, dan hampa di dalam hati. Jadi, aku berdoa, memohon Tuhan membimbingku untuk belajar dari situasi ini.

Lalu, kubaca dua kutipan firman Tuhan yang memberiku pemahaman diri. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Antikristus belum tentu ingin menempati kedudukan tertinggi di mana pun mereka berada. Setiap kali mereka pergi ke suatu tempat, ada watak dan mentalitas tertentu dalam diri mereka yang memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu. Apakah mentalitas ini? Mentalitas ini adalah 'Aku harus bersaing! Bersaing! Bersaing!' Mengapa kata 'bersaing' ini diucapkan tiga kali, bukan sekali? (Persaingan telah menjadi hidup mereka, mereka hidup berdasarkan persaingan.) Bersaing adalah watak mereka. Mereka dilahirkan dengan watak yang sangat congkak dan yang sulit dikendalikan. Mereka menganggap diri mereka paling hebat dan mereka sangat sombong. Tak seorang pun mampu mengurangi watak mereka yang sangat congkak ini; mereka sendiri pun tak mampu mengendalikannya. Jadi, hidup mereka adalah tentang berjuang dan bersaing. Untuk apa mereka berjuang dan bersaing? Tentu saja, mereka bersaing untuk gengsi, status, rasa hormat, dan kepentingan mereka sendiri. Apa pun metode yang mereka gunakan, asalkan semua orang tunduk kepada mereka, dan selama mereka memperoleh manfaat dan status untuk diri mereka sendiri, mereka telah mencapai tujuan mereka. Keinginan mereka untuk bersaing bukanlah kesenangan sementara; ini adalah sejenis watak yang berasal dari natur Iblis. Ini seperti watak si naga merah yang sangat besar yang berjuang melawan Surga, berjuang melawan bumi, dan berjuang melawan manusia. Jadi, ketika antikristus berjuang dan bersaing dengan orang lain di gereja, apa yang mereka inginkan? Tanpa keraguan, mereka bersaing untuk mendapatkan gengsi dan status. Namun, jika mereka mendapatkan status, apa gunanya status itu bagi mereka? Apa untungnya bagi mereka jika orang lain mendengarkan, mengagumi, dan memuja mereka? Antikristus sendiri bahkan tidak dapat menjelaskan hal ini. Sebenarnya, mereka suka menikmati gengsi dan status, membuat semua orang tersenyum kepada mereka, dan disambut dengan sanjungan dan pemujaan. Jadi, setiap kali antikristus pergi ke gereja, mereka melakukan satu hal: berjuang dan bersaing dengan orang lain. Meskipun mereka mendapatkan kekuasaan dan status, mereka belum puas. Untuk melindungi status dan mengamankan kekuasaan mereka, mereka terus berjuang dan bersaing dengan orang lain. Mereka akan melakukan ini sampai mereka mati. Jadi, falsafah antikristus adalah, 'Selama kau masih hidup, jangan berhenti berjuang.' Jika orang jahat seperti ini ada di dalam gereja, akankah itu mengganggu saudara-saudari? Sebagai contoh, jika semua orang dengan tenang makan dan minum firman Tuhan dan mempersekutukan kebenaran, suasananya akan tenang dan menyenangkan. Pada saat seperti ini, antikristus akan mengamuk. Dia akan menjadi iri kepada orang-orang yang mempersekutukan kebenaran dan membenci mereka. Dia akan mulai menyerang dan mengkritik mereka. Bukankah ini akan mengganggu suasana yang tenang itu? Dia adalah orang jahat yang telah datang untuk mengganggu dan membuat orang lain jijik. Seperti itulah antikristus. Terkadang, antikristus tidak berusaha menghancurkan atau mengalahkan orang-orang yang mereka saingi dan tindas; asalkan mereka mendapatkan gengsi, status, kebanggaan, dan rasa hormat, dan membuat orang mengagumi mereka, mereka telah mencapai tujuan mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). "Semakin engkau berjuang, hatimu akan menjadi makin gelap, dan engkau akan merasa makin iri dan benci, dan keinginanmu untuk mendapatkan hal-hal ini akan bertumbuh semakin kuat. Semakin kuat keinginanmu untuk mendapatkannya, semakin engkau tak mampu mendapatkannya, dan ketika ini terjadi, kebencianmu akan bertambah. Ketika kebencianmu bertambah, hatimu akan menjadi makin gelap. Semakin gelap hatimu, semakin buruk engkau akan melaksanakan tugasmu, dan semakin buruk engkau melaksanakan tugasmu, semakin tak berguna dirimu bagi rumah Tuhan. Ini adalah lingkaran setan yang saling terkait. Jika engkau tak pernah melaksanakan tugasmu dengan baik, lambat laun, engkau akan diusir" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Saat memikirkan firman Tuhan, kulihat bahwa persainganku demi reputasi dan keuntungan sama seperti watak antikristus yang disingkapkan Tuhan. Sejak kutahu bahwa Lisa mendapat hasil yang lebih baik daripada aku dan dia dihormati saudara-saudari, diam-diam aku terdorong untuk membuktikan dia tak sebaik aku, dan takkan mengungguliku. Yang dapat kupikirkan hanyalah bagaimana aku membalikkan keadaan. Saat membahas pekerjaan, aku akan menyela untuk menyampaikan pandanganku, hanya ingin membuatku berbeda dan lebih menonjol dari Lisa, tanpa sedikit pun berpikir apakah ini akan memengaruhi pekerjaan kami. Saat pemimpin atas memindahtugaskan sebagian pekerjaanku kepada Lisa, aku jadi makin cemburu, berpikir bahwa dia menjadi pusat perhatian. Lalu, mulai timbul niat jahatku—aku mulai mencari kesempatan untuk memanfaatkan penyimpangan dan kekeliruan Lisa dan melampiaskan frustrasi dalam hatiku untuk mencapai tujuanku, meski aku menyebabkan dia dalam posisi berbahaya. Saat proyek tertentu tak mendapat kemajuan, aku tak mau repot-repot membantu meski punya waktu dan tahu letak masalahnya karena kutahu Lisa mengawasi. Bahkan, aku berharap agar dia gagal dan jadi malu. Kutahu aku sangat mendambakan reputasi dan status, tak bersikap baik, serta tak melindungi pekerjaan gereja sama sekali. Aku bersaing demi reputasi dan keuntungan, selalu mencoba mengungguli orang lain, dan tak memikirkan tugasku sama sekali. Pekerjaan yang kuawasi jadi terhenti dan aku terpuruk dalam kegelapan. "Persaingan" ini telah membuatku terperangkap dalam lingkaran setan. Seperti firman Tuhan, "Jika engkau tak pernah melaksanakan tugasmu dengan baik, lambat laun, engkau akan diusir." aku mengacaukan pekerjaan gereja dan bahkan tak mau berpikir untuk merenungkan diri. Jika aku terus begitu, aku takkan tahu perilaku mengganggu apa yang mungkin kulakukan. Yang terparah, mungkin aku akan disingkirkan. Syukurlah, aku diberhentikan sebelum terlalu parah melakukan kejahatan. Tuhan memberiku kesempatan untuk merenungkan diri dan mengenali diri, dan mengatasi keinginanku akan reputasi dan status. Aku sadar inilah penyelamatan Tuhan dan cara Dia melindungiku. Aku bersyukur kepada Tuhan dan keadaanku jauh membaik. Aku membuat resolusi pribadi untuk bertugas secara nyata dan berhenti bersaing demi reputasi dan keuntungan.

Lalu, aku tak begitu menonjolkan diri dalam bertugas. Bahkan saat aku ditugasi pekerjaan umum dan harus melakukan tugas biasa dan aneh, aku mau tunduk, memahami karena Tuhan memberiku kesempatan ini untuk bertobat, aku harus bertugas secara nyata. Tak lama kemudian, proyek video baru diluncurkan dan ternyata, semua orang memilihku untuk membuatnya. Kuhargai kesempatan itu serta tekun melakukan riset dan mencari prinsip yang relevan. Lalu, video itu mulai dibuat, dan aku sangat bangga pada diriku saat melihat itu keluar. Keinginanku akan reputasi dan status kembali membara. Kupikir: "Aku memang telah diberhentikan sebagai pemimpin, tapi orang berbakat selalu punya waktu yang tepat. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk bermain dengan kekuatanku dan membuktikan bakatku." Aku berpikir: "Lisa mungkin lebih cakap dalam mempersekutukan kebenaran dan mengatasi masalah, tapi aku lebih unggul dalam keterampilan profesional. Selama kumanfaatkan waktu dan membuat video dengan baik, semua akan tahu kemajuanku. Mungkin aku akan dipilih sebagai pemimpin lagi dan mengungguli Lisa." Suatu hari, kudengar kemajuan pekerjaan berjalan lambat, dan orang-orang telah dipangkas oleh pemimpin karena video melanggar prinsip. Mendengar kabar buruk ini, aku merasa senang. "Kau tahu, pekerjaan produksi video tak membaik sejak aku diberhentikan. Itu lebih parah daripada sebelumnya. Dulu, aku bisa menemukan masalah dan memberi ide, jadi bagus jika mereka tak membuat kemajuan. Mereka bisa tahu bahwa itu bukan hanya aku yang tak bekerja dengan baik, melainkan juga Lisa." Belakangan, kudengar Lisa dalam keadaan buruk—persekutuannya di pertemuan tak mencerahkan, dan orang lain dirundung masalah dan menjadi negatif. Kupikir: "Jika kondisinya terus begini, masalah serius bisa muncul dalam pekerjaan video dan Lisa bisa diberhentikan. Mungkin selanjutnya aku akan dipilih sebagai pemimpin dan bisa terus mengawasi pekerjaan ini." Jadi, aku terus mengerjakan video sambil mengawasi situasi Lisa. Saat kudengar Lisa telah belajar dari penanganan dan pemangkasan, keadaannya membaik, saudara-saudari memahami prinsip tertentu melalui kegagalan dan kemunduran serta mendapat hasil yang lebih baik, aku sedikit kecewa dan tertekan. Terutama saat di pertemuan, Lisa bersekutu tentang apa yang dia dapat dan alami melalui semua ini, dan diterima semua orang, aku makin tak senang. Pikiranku diliputi kecemburuan dan kebencian. Aku merasa seperti tak punya harapan untuk kembali unggul. Lalu, aku tak bisa termotivasi dan melamun saat membuat video. Beberapa hari kemudian, video itu jadi. Namun, tak kusangka, pemimpinku melihat masalah besar dalam video saat dia meninjaunya. Dia menugasi orang lain untuk mengedit dan tak memberiku tugas lagi. Aku sungguh benar-benar lengah. Tanpa produksi video, satu-satunya yang bisa kupamerkan telah direnggut. Sementara semua saudara-saudari sibuk bertugas, aku tak melakukan apa pun, dan tampak tak berdaya. Rasanya sangat menyedihkan—aku kesepian, tertekan, sedih dan dirundung derita. Aku berdoa sambil menangis: "Ya Tuhan, aku tahu aku menghadapi situasi ini melalui keadilan-Mu. Setelah diberhentikan, aku tak sungguh merenungkan diri dan mengenali diri, tapi justru mencari cara untuk kembali unggul dan menonjolkan diri. Aku jahat, congkak dan membuat-Mu jijik. Kini aku tak dapat melakukan tugas apa pun dan menjadi pendompleng di gereja. Ya Tuhan, aku tak mau lagi bersaing demi reputasi dan keuntungan. Mohon cerahkan dan izinkan aku mengenali diriku yang sejati agar aku membenci dan menyangkal diriku serta berhenti mengulangi cara lamaku."

Lalu, kutemukan kutipan firman Tuhan lagi: "Antikristus menganggap status dan reputasi mereka sendiri lebih penting daripada apa pun. Orang-orang ini bukan saja licik, curang, dan jahat, tetapi juga sangat ganas. Apa yang mereka lakukan ketika mereka mendeteksi bahwa status mereka sedang berada dalam bahaya, atau ketika mereka tidak lagi memiliki tempat di hati orang-orang, ketika mereka tidak lagi memiliki dukungan dan kasih sayang dari orang-orang ini, ketika orang-orang tidak lagi memuja dan menghormati mereka, dan mereka kehilangan reputasi mereka? Mereka tiba-tiba berubah. Begitu status mereka hilang, mereka tak mau lagi melaksanakan tugas, semua yang mereka lakukan ceroboh dan asal-asalan, dan mereka tidak berminat melakukan apa pun. Namun, ini bukan perwujudan yang terburuk. Apa perwujudan terburuknya? Begitu orang-orang ini kehilangan status mereka, dan tak seorang pun menghormati mereka, dan tak seorang pun tertipu oleh mereka, muncullah kebencian, kecemburuan dan balas dendam. Mereka bukan saja tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, tetapi juga tidak memiliki sedikit pun ketaatan. Lebih dari itu, di dalam hatinya, mereka cenderung membenci rumah Tuhan, gereja dan para pemimpin dan pekerja; mereka berharap pekerjaan gereja mengalami masalah atau terhenti; mereka ingin menertawakan gereja dan saudara-saudari. Mereka juga membenci siapa pun yang mengejar kebenaran dan takut akan Tuhan. Mereka menyerang dan mencemooh siapa pun yang setia pada tugas mereka dan rela membayar harga. Inilah watak antikristus—dan bukankah itu kejam? Mereka jelas orang-orang yang jahat; antikristus pada dasarnya adalah orang yang jahat. Bahkan ketika pertemuan diadakan secara daring, jika mereka melihat sinyalnya bagus, mereka diam-diam menyumpahi dan berkata dalam hati: 'Kuharap sinyalnya hilang! Kuharap sinyalnya hilang! Akan lebih baik jika tak seorang pun dapat mendengar khotbah!' Siapakah orang-orang ini? (Setan.) Mereka adalah setan! Mereka sama sekali bukan keluarga rumah Tuhan" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Dua)). Tuhan menyingkapkan betapa jahatnya natur antikristus. Begitu mereka kehilangan status dan dukungan orang lain, mereka akan asal-asalan dalam bertugas serta menjadi pembenci, cemburu, dan dendam, mengharapkan masalah akan muncul dalam pekerjaan gereja sehingga mereka bisa mentertawakan rumah Tuhan dan orang lain dengan penuh kedengkian. Kutahu perilakuku sendiri seperti apa yang disingkapkan Tuhan. Setelah diberhentikan dan kehilangan status, aku jadi cemburu dan dendam. Saat kudengar bahwa masalah muncul dalam pekerjaan yang diawasi Lisa dan dia ditangani, aku diam-diam bergembira, dan tak sabar menunggu masalah serius muncul yang membuat Lisa diberhentikan agar aku dapat menggantikannya. Saat kudengar keadaan Lisa membaik, orang lain mendapat pelajaran, dan pekerjaan gereja mencapai hasil yang diinginkan, aku jadi tertekan. Aku bertindak seperti antikristus. Hanya antikristus dan Iblis jahat yang membenci Tuhan dan kebenaran, mengharapkan pekerjaan gereja akan terhenti, semua orang menjadi negatif dan tak diselamatkan Tuhan, dan akhirnya masuk neraka bersama mereka. Meski menjadi anggota gereja yang menerima limpahan bekal firman Tuhan, aku mengejar reputasi dan status, bukannya kebenaran, mengacaukan pekerjaan gereja dan tak bertobat. Karena hasratku akan status tak terpuaskan, kuharapkan masalah akan muncul dalam pekerjaan gereja agar Lisa tak terlihat lebih baik dariku. Itu pikiran jahat dan tercela. Umat di rumah Tuhan harus sehati dengan Tuhan. Melihat makin banyak orang mengejar kebenaran, bertugas dengan baik dan mengindahkan kehendak Tuhan, mereka senang. Saat pekerjaan gereja terhambat, mereka ambil sikap untuk pertahankan pekerjaan. Tapi bagiku, aku tahu masalah muncul dalam produksi video dan orang lain menjadi pasif, tapi aku tak membantu mereka mengatasi masalahnya dan bahkan mentertawakan mereka dengan penuh kedengkian. Saat keadaan mereka membaik dan produksi video mulai maju, sebenarnya aku merasa tak senang. Pikiranku sungguh jahat. Aku tak melindungi pekerjaan gereja sama sekali dan tak layak menempati rumah Tuhan. Aku sungguh tak tahu malu saat berpikir aku harus jadi pemimpin!

Selanjutnya, aku membaca kutipan firman Tuhan lain yang membantuku memahami watak jahatku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Janganlah ada orang yang menganggap diri mereka sempurna, istimewa, mulia, atau berbeda dari orang lain; semua ini disebabkan oleh kebodohan dan watak congkak manusia. Selalu menganggap dirimu istimewa—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah bisa menerima kekuranganmu, dan tidak pernah mampu menghadapi kesalahan dan kegagalanmu—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain lebih tinggi atau lebih baik daripadamu—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain menjadi lebih unggul atau lebih baik daripadamu—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik daripadamu, dan, ketika engkau mendapati bahwa orang lain lebih baik daripadamu, lalu engkau menjadi negatif, tidak ingin berbicara, merasa tertekan dan sedih, serta menjadi kesal—semua ini disebabkan oleh watak yang congkak. Watak yang congkak dapat membuatmu melindungi reputasimu, tak dapat menerima koreksi orang lain, tak mampu menghadapi kekuranganmu, serta tak mampu menerima kegagalan dan kesalahanmu sendiri. Selain itu, ketika seseorang lebih baik daripadamu, hal itu dapat menyebabkan kebencian dan kecemburuan muncul di dalam hatimu, dan engkau dapat merasa terkekang, sampai-sampai engkau tak ingin melaksanakan tugasmu dan bersikap asal-asalan dalam melaksanakannya. Watak yang congkak dapat menyebabkan perilaku dan perbuatan ini muncul dalam dirimu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Aku merenungkan diri berdasarkan firman Tuhan: Aku selalu bersaing dengan Lisa karena aku tak punya pemahaman sejati tentang watak congkakku, dan tak benar-benar tahu tentang diriku. Selama ini, aku yakin bahwa aku kompeten dan punya banyak pengalaman. Aku membanggakannya dan merasa lebih baik dari Lisa dalam bidang ini. Kupikir kualifikasi ini cukup untuk membuatku bekerja dengan baik, jadi saat hasil tugas Lisa lebih baik daripada aku dan pemimpin atas memindahtugaskan sebagian tugasku kepadanya, aku kesal, berpikir dia tak lebih baik dariku. Aku bahkan ingin lebih unggul lagi setelah diberhentikan. Saat mengingatnya, aku tahu aku hanya sedikit lebih mengenali pekerjaan dan berpengalaman, serta dapat memberi saran pada produksi video, tapi itu tak berarti bahwa aku layak untuk jadi pemimpin. Tugas inti pemimpin adalah membimbing orang lain makan dan minum firman Tuhan dan memasuki kenyataan kebenaran, dan mengatasi semua masalah yang muncul dalam gereja untuk memastikan alur pekerjaan gereja berjalan normal. Namun, sebagai pemimpin, aku tak mengatasi masalah nyata. Saat pemimpin tim tak sependapat, sering berdebat dan sebagain yang mau mengalah, Aku tidak tahu cara mempersekutukan kebenaran untuk mengatasi masalah dan mengembalikan keharmonisan. Selain itu, saat beberapa saudara-saudari menjadi pasif dan butuh persekutuan tentang firman Tuhan untuk memberi mereka dukungan, pengalamanku kurang, persekutuanku dangkal, dan aku tak mengatasi masalah mereka. Aku tak memenuhi semua aspek pekerjaan gereja. Lisa mungkin punya beberapa kekurangan dalam keterampilan kerjanya, tapi dia bisa mengatasi semua jenis kesulitan yang muncul dalam pekerjaan gereja. Pemimpin atas memindahtugaskan sebagian pekerjaan kepadanya demi gereja, tapi aku terlalu congkak dan tak punya pemahaman yang baik tentang kemampuanku. Aku jelas tak sebanding dengan Lisa, tapi aku masih berpikir untuk tidak mengalah, selalu bersaing. Aku sungguh congkak sampai tak masuk akal! Lalu, aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, karena mengejar status adalah watak Iblis, itu adalah jalan yang salah, itu lahir dari perusakan Iblis, itu adalah sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan, dan itu adalah hal yang Tuhan hakimi dan tahirkan. Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, tetapi engkau tetap dengan penuh semangat bersaing untuk mendapatkan status, engkau tak henti-hentinya menghargai dan melindunginya, selalu berusaha mengambilnya untuk dirimu sendiri. Dan pada dasarnya, bukankah semua ini bertentangan dengan Tuhan? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup, dan pada akhirnya menjadikan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang layak, makhluk ciptaan Tuhan yang kecil dan tak berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak dipuji oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, hal mana merupakan jalan buntu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Setelah membacanya, aku takut dengan tindakanku, terutama setelah membaca bagian yang berbunyi: "Jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, hal mana merupakan jalan buntu." Melalui firman Tuhan, kutahu watak benar Tuhan tak dapat dilanggar. Gereja memberiku kesempatan untuk melakukan tugas ini, agar aku belajar mengejar kebenaran dalam tugasku dan akhirnya menjadi makhluk ciptaan yang layak. Namun, aku terus bersaing demi status. Bukankah aku sengaja menentang tuntutan Tuhan? Ini yang paling dibenci Tuhan. Meski telah lama menjalankan tugas ini di gereja, saat diminta membuat video, aku tak bisa melakukannya dengan baik. Saat video kami mendapat hasil yang baik selama aku memimpin, itu semua karena bimbingan Roh Kudus dan usaha tim kami, bukan kontribusiku. Namun, kugunakan pencapaian ini seperti mahkota di kepalaku. dan tak mau orang lain mengungguliku, tanpa henti bersaing demi status dan mengacaukan pekerjaan gereja. Semua yang kulakukan jahat, menentang Tuhan, dan membuat-Nya jijik. Lalu, kuingat saudari yang menjadi rekanku setahun lalu. Dia sangat menginginkan status dan reputasi, dan berpegang teguh pada otoritasnya. Dia menekan dan mengamuk kepada siapa pun yang mengancam posisinya, dia bahkan dengan santainya menyabotase pekerjaan gereja untuk melindungi statusnya. Akhirnya, dia disingkap sebagai antikristus atas semua perbuatan jahatnya dan diberhentikan. Sedangkan diriku, aku jelas tak bekerja nyata, tapi masih ingin bersaing, yang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Jika tak bertobat dan terus begitu, aku bisa disingkirkan oleh Tuhan. Menyadari ini, aku berdoa: "Ya Tuhan, gereja memberiku kesempatan berlatih untuk menjadi pemimpin. Aku tak melakukan tugasku dan tak menempuh jalan yang benar, tapi justru bersaing demi nama dan keuntungan. Semua pikiran dan tindakanku jahat. Jika aku dihukum, itu sangat pantas. Ya Tuhan, aku tak mau hidup tercela lagi. Aku siap bertobat dan membuka lembaran baru!"

Beberapa hari kemudian, pemimpin mengirimiku pesan yang memberitahukan aku telah ditugasi untuk terlibat dalam video lagu pujian dan dia memintaku belajar lagu pujian terlebih dahulu. Aku sangat senang saat membaca pesan itu. Dari lubuk hatiku, aku bersyukur karena Tuhan memberiku kesempatan lagi. Lagu pujian yang kupelajari berjudul "Iba Tuhan pada Manusia." Kubaca firman Tuhan ini: "Walau kota Niniwe dipenuhi dengan orang-orang yang rusak, jahat, dan kejam sama seperti orang-orang Sodom, pertobatan mereka menyebabkan Tuhan mengubah hati-Nya dan memutuskan untuk tidak menghancurkan mereka. Karena cara mereka memperlakukan firman dan instruksi Tuhan menunjukkan sikap yang sangat berbeda dengan sikap penduduk Sodom, dan karena ketundukan yang jujur mereka kepada Tuhan dan pertobatan yang jujur mereka dari dosa-dosa mereka, serta perilaku mereka yang benar dan sepenuh hati dalam segala hal, Tuhan sekali lagi mengungkapkan rasa iba-Nya yang sepenuh hati dan menganugerahkannya kepada mereka. Apa yang Tuhan anugerahkan kepada umat manusia dan rasa iba-Nya kepada umat manusia tidak mungkin ditiru oleh siapa pun, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk memiliki belas kasih Tuhan, toleransi-Nya, atau perasaan-Nya yang tulus terhadap umat manusia" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"). Melalui firman Tuhan, aku tahu maksud Dia untuk menyelamatkan manusia. Tuhan menjadi murka dan menghancurkan orang Niniwe karena kerusakan dan kejahatan mereka, tapi saat orang Niniwe tulus bertobat, Tuhan meredakan murka-Nya dan tak menghancurkan mereka. Melalui ini, aku sadar bahwa Tuhan menghargai pertobatan tulus manusia. Meski aku mengacaukan pekerjaan gereja dan melakukan pelanggaran, Tuhan tak menyingkirkanku. Dia menggunakan pemberhentian, penanganan, dan pemangkasanku untuk membuatku merenung. Ini semua penyelamatan Tuhan. Aku tak bisa terus hidup dalam penyesalan dan sikap pasif. Aku harus bertobat, mengejar kebenaran, dan mengatasi watak rusakku agar tak melakukan tindakan yang lebih jahat dan menentang Tuhan.

Suatu ketika, pada saat teduhku, aku membaca kutipan firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Melepaskan reputasi dan status tidaklah mudah—itu tergantung pada apakah orang mengejar kebenaran atau tidak. Hanya dengan memahami kebenaran, barulah orang mampu mengenal dirinya sendiri, mengerti dengan jelas betapa hampanya mengejar reputasi, keuntungan dan status itu, dan barulah mereka mampu mengenali kebenaran tentang kerusakan manusia. Hanya setelah orang benar-benar mengenal dirinya sendiri, barulah mereka mampu meninggalkan status dan reputasi. Tidaklah mudah melepaskan diri dari watak yang rusak. Jika engkau telah menyadari bahwa engkau tidak memiliki kebenaran, penuh dengan kekurangan, dan memperlihatkan terlalu banyak kerusakan, tetapi engkau tidak berupaya mengejar kebenaran, dan engkau menyamarkan dirimu dan bersikap munafik, membuat orang percaya bahwa engkau mampu melakukan apa pun, ini akan menempatkanmu dalam bahaya─dan cepat atau lambat, akan tiba waktunya engkau akan menghadapi rintangan dan jatuh. Engkau harus mengakui bahwa engkau tidak memiliki kebenaran, dan cukup berani untuk menghadapi kenyataan. Engkau memiliki kelemahan, memperlihatkan kerusakan, dan dipenuhi dengan segala macam kekurangan. Ini normal, karena engkau adalah manusia biasa, engkau bukan manusia super atau mahakuasa, dan engkau harus mengakuinya. ... Ketika engkau selalu memiliki dorongan dan keinginan untuk bersaing mengejar status, engkau harus menyadari hal buruk apa yang akan ditimbulkan oleh keadaan seperti ini jika itu dibiarkan tidak diselesaikan. Jadi, segeralah mencari kebenaran, singkirkan keinginanmu untuk bersaing mengejar status sebelum keinginan itu bertumbuh dan menjadi matang, dan gantilah keinginan itu dengan menerapkan kebenaran. Ketika engkau menerapkan kebenaran, keinginanmu untuk bersaing mengejar status akan berkurang, dan engkau tidak akan mengganggu pekerjaan gereja. Dengan cara seperti ini, tindakanmu akan diingat dan dipuji oleh Tuhan" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Melalui firman Tuhan, aku tahu bahwa untuk sungguh mengesampingkan reputasi dan status, kau harus mengenali dirimu dulu, mampu secara aktif mengakui kesalahanmu, dan mengizinkan orang lain melihat situasimu yang sebenarnya. Saat keinginan untuk bersaing kembali muncul, kau harus secara sadar berdoa, menyangkal dirimu dan bekerja sama dengan orang lain. Hanya dengan begitu, kau dapat bertugas dengan baik. Aku tak fokus pada perenungan dan pengenalan diri. Aku jadi sangat cemburu dan tak memberi tahu keadaanku secara aktif, dan tak mengejar kebenaran untuk mendapatkan solusi. Akibatnya, pengejaranku atas nama dan keuntungan mengacaukan pekerjaan gereja. Selanjutnya, aku harus bertindak sesuai firman Tuhan. Lalu, aku secara sadar membuka diri tentang keadaanku dalam bertugas, dan berusaha aktif untuk belajar dari mereka yang menjadi rekanku. Setelah beberapa waktu, kulihat semua saudara-saudari memiliki kelebihan tertentu yang tak kumiliki. Aku merasa kian malu dengan kecongkakan dan ketidaktahuanku. Kuingat aku telah bersaing dan mengejar reputasi, merugikan pekerjaan gereja, dan bahkan makin menyesal. Aku berdoa dalam hati: "Ya Tuhan, dengan disingkapkan dan disingkirkan, aku sedikit tersadar. Dahulu, aku bersaing demi reputasi dan keuntungan tanpa memikirkan kepentingan gereja. Tak hanya mengacaukan pekerjaan gereja, aku juga merugikan saudara-saudariku. Aku tak layak disebut manusia! Mulai sekarang, aku rela menerapkan sesuai firman-Mu, belajar dari kelebihan orang lain, dan secara harmonis menjadi rekan mereka dalam tugasku."

Lalu, beberapa masalah muncul dalam proyek video baru. Pemimpin atas menugasiku dan Lisa untuk mengatasinya bersama. Kali ini, aku tak bersaing dengan Lisa dalam kerja sama kami. Aku aktif berdiskusi dan meminta saran dia saat ada masalah, hanya melanjutkan pekerjaan setelah kami sepakat. Kadang, saat ide Lisa lebih jelas dan berwawasan dari ideku, tanpa sadar aku mencoba membuktikan diri. Namun, aku segera sadar bahwa aku bersaing lagi, lalu berdoa dan menyangkal diriku, menerima saran Lisa, serta tekun merenungkan dan mencarinya. Aku sadar ide Lisa sungguh lebih baik dari ideku dan aku bisa menerimanya sepenuh hati. Aku merasa sungguh damai dan tenang dengan menerapkan begini. Firman Tuhan mengajarkanku cara berpartner dengan baik dan menjalankan keserupaan dengan manusia.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Tuhan Itu Teramat Benar

Oleh Saudara Zhang Lin, JepangPada bulan September 2012, aku bertanggung jawab atas pekerjaan gereja saat bertemu dengan pemimpinku, Yan...