Apa yang Menghalangiku Menerapkan Kebenaran

02 Januari 2023

Oleh Saudari Si Ai, Italia

Aku bermitra dengan beberapa orang di gereja untuk melakukan pekerjaan desain grafis. Suatu hari, pemimpin memberitahuku bahwa dua saudari telah mengemukakan masalah pada Saudara Zhang, mereka bilang dia bekerja dengan caranya sendiri dan memperlambat irama pekerjaan. Pemimpin bertanya apa aku menemukan masalah ini saat bekerja dengannya. Aku ingat saat bekerja dengan Saudara Zhang, aku bisa lihat dia bersikukuh pada pendapatnya sendiri. Saat semua orang telah berdiskusi dan memutuskan sesuatu sesuai prinsip, dia selalu punya pendapat berbeda, tapi tak pernah bisa menjelaskan idenya dengan jelas. Semua orang perlu berpikir bersama dengannya dan itu membuang waktu. Ada juga masalah yang relatif kecil dengan gambar yang bisa diperbaiki nanti, dan tak perlu didiskusikan, tapi dia bersikeras menyelesaikan itu sebelum melanjutkan. Dia akan menunda sampai semua orang sepakat, yang membuat kemajuan relatif lambat. Jadi, aku memberi tahu pemimpin tentang masalah yang kulihat. Pemimpin menegurku saat tahu aku sudah lama menyadari masalah ini, dia bilang, "Kau tahu Saudara Zhang bekerja dengan caranya sendiri dan memperlambat pekerjaan, kenapa kau tak memperingatkan, justru menuruti dan membiarkan dia? Bukankah ini menunda pekerjaan?" Kata-kata pemimpin membuatku merasa bersalah.

Aku ingat saat mendiskusikan konsep gambar dengan Saudara Zhang, kulihat dia mengukuhi pendapat sendiri dan itu membuatku khawatir. Aku ingin menunjukkan masalahnya, tapi ingat bahwa aku sendiri congkak. Pemimpin juga telah menanganiku, menyuruhku meninggalkan diriku dan bekerja sama dengan orang lain, karena aku congkak, merasa benar sendiri, mengukuhi pendapat sendiri, dan berdebat dengan rekan sekerjaku, menunda pekerjaan. Jika aku menunjukkan masalah Saudara Zhang di depan semua orang, atau menantang pendapatnya, orang akan berpikir aku masih terlalu congkak dan tak punya nalar, tak bisa dengan tenang menerima saran orang atau bekerja sama dengan orang lain. Jadi, berapa lama pun pekerjaan tertunda, aku dengan sabar mendengarkan perkataan Saudara Zhang. Kadang, saat meninjau saran Saudara Zhang berdasarkan prinsip, kami merasa itu tak bisa dilakukan. Kami lalu menunjukkan di mana masalahnya, tapi dia tak mau terima, bersikeras pada pandangannya. Jika tak melakukan yang dia sarankan, dia marah dan tak mau bicara, membuat keadaan sangat canggung dan menghambat pekerjaan. Awalnya aku ingin memberi tahu pemimpin. Namun, aku khawatir karena pemimpin baru menanganiku karena kecongkakanku, jika aku melaporkan masalah orang lain, pemimpin mungkin berpikir aku fokus pada masalah orang lain dan mencari-cari kesalahan, bahwa tak ada yang berubah setelah menanganiku. Jika begitu, sampai kapan aku bisa melakukan tugasku? Karena inilah aku tak melaporkan atau menunjukkan masalah Saudara Zhang. Akibatnya, karena tak bisa sepakat, serta selalu bernegosiasi dan berdiskusi tanpa henti, kami menghabiskan satu hari untuk sesuatu yang bisa diselesaikan dalam setengah hari, memperlambat irama kerja. Memikirkan semua ini membuatku merasa bersalah dan menyalahkan diri. Aku bukannya tak melihat masalah Saudara Zhang, tapi menahan diri dan tak pernah menunjukkan itu kepadanya. Pada titik ini, aku teringat sebuah kutipan firman Tuhan. "Begitu kebenaran telah menjadi kehidupan di dalam dirimu, saat engkau mengamati ada orang yang menghujat Tuhan, yang tidak takut akan Tuhan, yang ceroboh, dan asal-asalan saat melakukan tugas mereka, atau yang menyela dan mengganggu pekerjaan gereja, engkau akan menanggapinya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan akan mampu mengidentifikasi serta mengungkapkannya bila perlu. Jika kebenaran belum menjadi hidupmu, dan engkau masih hidup dalam watak jahatmu, maka ketika engkau menemukan orang-orang jahat dan setan-setan yang menyebabkan gangguan dan kekacauan pada pekerjaan gereja, engkau akan berpura-pura tidak melihatnya dan menolak untuk mendengarnya; engkau akan mengabaikan mereka, tanpa teguran dari hati nuranimu. Engkau bahkan akan menganggap siapa pun yang menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan gereja tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu. Sebanyak apa pun pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan dirugikan, engkau tidak peduli, tidak menengahi, ataupun merasa bersalah—hal mana membuatmu menjadi seseorang yang tidak berhati nurani atau tidak berakal, orang tidak percaya, pelaku pelayanan. Engkau makan apa yang adalah milik Tuhan, minum apa yang adalah milik Tuhan, dan menikmati semua yang berasal dari Tuhan, tetapi merasa bahwa kerugian apa pun terhadap kepentingan rumah Tuhan tidak ada kaitannya denganmu—hal mana membuatmu menjadi pengkhianat yang tidak tahu berterima kasih. Jika engkau tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan, apakah engkau masih bisa disebut manusia? Ini adalah setan yang telah menyusup ke dalam gereja. Engkau berpura-pura percaya kepada Tuhan, berpura-pura menjadi umat pilihan, dan engkau mau mendompleng di rumah Tuhan. Engkau tidak menjalani kehidupan manusia, dan jelas adalah salah satu dari orang tidak percaya. Jika engkau adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, maka meskipun engkau belum memperoleh kebenaran dan hidup, setidaknya engkau akan berdiri di pihak Tuhan dalam berbicara dan bertindak; setidaknya, engkau tidak akan berpangku tangan ketika engkau melihat kepentingan rumah Tuhan dirugikan. Jika engkau merasakan dorongan untuk berpura-pura tidak tahu, engkau akan merasa bersalah dan tidak nyaman, serta akan berkata dalam hatimu, 'Aku tidak boleh diam dan tidak melakukan apa pun, aku harus mengambil sikap dan mengatakan sesuatu, aku harus bertanggung jawab, aku harus menghentikan ini, aku harus menyingkapkan perilaku jahat ini, aku harus menghentikannya sehingga kepentingan rumah Tuhan tidak dirugikan, dan kehidupan bergereja tidak terganggu.' Jika kebenaran telah menjadi hidupmu, engkau tidak hanya akan memiliki keberanian dan tekad ini, juga tidak hanya akan mampu memahami masalah ini sepenuhnya, tetapi engkau juga akan melaksanakan tanggung jawab yang harus kautanggung untuk pekerjaan Tuhan dan untuk kepentingan rumah-Nya, dan dengan demikian tugasmu akan terpenuhi" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Mereka yang Benar-Benar Tunduk kepada Tuhan Memiliki Hati yang Takut akan Dia"). Dari firman Tuhan, aku tahu orang yang berhati nurani dan benar-benar percaya kepada Tuhan itu sehati dengan Tuhan dan memihak Dia dalam segala hal. Jika melihat seseorang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, mereka menyingkap dan menghentikannya. Mereka melindungi pekerjaan gereja. Namun, aku? Aku jelas-jelas melihat Saudara Zhang mengukuhi pendapatnya dan tak menerima pendapat orang lain. Dia terus memperlambat irama kerja, tapi agar orang-orang tak berkata aku congkak dan mencari masalah, aku bukan saja tak menghentikan dan menyelesaikannya, atau menawarkan petunjuk dan bantuan, aku hanya diam, menutup mata, hanya ingin melindungi kepentinganku, bukannya efektivitas pekerjaan kami. Akibatnya pekerjaan tertunda. Dari luar, aku sibuk melakukan tugasku setiap hari. Namun, pada kenyataannya, aku tak benar-benar memikul beban dalam tugas, dan tak setia kepada Tuhan sama sekali. Bencana makin besar, banyak orang mulai mencari dan menyelidiki jalan yang benar. Jika kita bisa mempercepat langkah dan membuat lebih banyak foto penginjilan, kita bisa memberi kontribusi kecil kita untuk pekerjaan penginjilan. Namun, aku tak mengindahkan kehendak Tuhan. Aku begitu lama membiarkan irama kerja tertunda, dan tak segera menghentikan atau menyelesaikannya. Aku benar-benar tak punya hati nurani dan kemanusiaan, seperti "pengkhianat yang tidak tahu berterima kasih" yang disingkap dalam firman Tuhan. Aku menggunakan gereja untuk mencari makan, dan tak berguna di masa kritis. Saat menyadari ini, aku dipenuhi penyesalan, dan berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku mengabaikan pekerjaan gereja untuk melindungi diri sendiri. Aku bersedia bertobat kepada-Mu, dan tolong tuntun aku agar punya kesadaran diri."

Kemudian, aku mulai merenungkan alasanku sangat sulit menerapkan kebenaran, dan apa yang menghentikanku. Aku makan dan minum dua kutipan firman Tuhan yang berlaku untuk keadaanku. "Beberapa orang mengikuti kehendak mereka sendiri saat mereka bertindak. Mereka melanggar prinsip, dan setelah dipangkas dan ditangani, mereka hanya mengakui bahwa mereka congkak, dan bahwa mereka melakukan kesalahan hanya karena mereka tidak memiliki kebenaran. Namun, di dalam hatinya, mereka tetap mengeluh, 'Tidak ada orang lain yang berani mengambil risiko, hanya aku—dan pada akhirnya, ketika ada masalah, mereka menganggap akulah yang harus bertanggung jawab. Bukankah ini adalah kebodohanku? Aku tidak akan melakukan hal yang sama lain kali, tidak akan lagi mengambil risiko seperti itu. Paku yang menonjollah yang akan dipalu!' Bagaimana menurutmu sikap seperti ini? Apakah ini sikap yang bertobat? (Tidak.) Sikap apakah itu? Bukankah mereka telah menjadi licin dan curang? Di dalam hatinya mereka berpikir, 'Kali ini aku beruntung hal itu tidak menjadi bencana. Ini pelajaran bagiku agar tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Aku harus lebih berhati-hati di masa depan.' Mereka tidak mencari kebenaran, menggunakan kepicikan dan rencana licik mereka untuk mengatasi dan menangani masalah tersebut. Dapatkah mereka memperoleh kebenaran dengan cara ini? Mereka tidak dapat, karena mereka belum bertobat" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Bisa Meluruskan Gagasan dan Kesalahpahaman Mereka tentang Tuhan"). "Watak apakah ketika orang tidak bertanggung jawab terhadap tugas mereka, melakukannya dengan ceroboh dan asal-asalan, bertindak seperti orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya, dan tidak membela kepentingan rumah Tuhan? Ini adalah kelicikan, ini adalah watak Iblis. Hal yang paling mencolok dalam falsafah hidup manusia adalah kelicikan. Orang berpikir bahwa jika mereka tidak licik, mereka akan cenderung menyinggung orang lain dan tidak dapat melindungi diri mereka sendiri; mereka berpikir mereka harus cukup licik untuk tidak menyakiti atau menyinggung siapa pun, dan dengan demikian membuat diri mereka aman, melindungi mata pencaharian mereka, dan memiliki pengaruh di antara orang banyak. Semua orang tidak percaya hidup berdasarkan falsafah Iblis. Mereka semua adalah orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya dan tidak menyinggung siapa pun. Engkau telah datang ke rumah Tuhan, membaca firman Tuhan, dan mendengarkan khotbah dari rumah Tuhan. Jadi, mengapa engkau selalu menjadi orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya? Orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya hanya melindungi kepentingan mereka sendiri, dan bukan kepentingan gereja. Ketika mereka melihat ada orang yang melakukan kejahatan dan merugikan kepentingan gereja, mereka mengabaikannya. Mereka suka menjadi orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya, dan tidak menyinggung siapa pun. Ini artinya tidak bertanggung jawab, dan orang semacam itu terlalu licik dan tak dapat dipercaya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan membebani hatiku, dan akhirnya aku tahu alasanku tak bisa menerapkan kebenaran atau menjunjung prinsip, adalah karena naturku terlalu licik. Sejak pemimpin menangani kecongkakanku, aku tak pernah benar-benar merenungkan diri atau mencari jalan untuk memperbaiki watak congkakku. Aku justru bersiasat serta memakai toleransi dan rasa hormat yang dangkal untuk melindungi diriku, membuat orang lain berpikir aku pendiam dan watak congkakku telah berubah. Agar pemimpin tak menanganiku lagi, atau bahkan memecatku. Aku sadar hidup berpedoman gagasan dan pandangan jahat seperti, "Paku yang paling menonjol akan dipalu," "Diam itu emas, perkataan adalah perak, dan dia yang banyak bicara banyak melakukan kesalahan," dan "Mencari hanya untuk menghindari kesalahan, bukan prestasi," telah membuatku sangat egois, rendah, licik dan curang. Aku jelas-jelas melihat masalah Saudara Zhang telah memengaruhi pekerjaan kami. Aku seharusnya menyingkap dan menghentikan itu. Namun, aku justru menjadi penggembira untuk meredakan konflik. Saat menghadapi masalah atau perselisihan, aku bicara sesedikit mungkin. Aku tak pernah berargumen dan tak menjunjung prinsip sama sekali. Aku melindungi kepentinganku, tapi membiarkan pekerjaan gereja dirugikan. Aku sangat palsu dan curang. Aku benar-benar menyulut kemuakan dan kebencian Tuhan. Apalagi saat membaca bahwa Tuhan berfirman, "Mereka tidak mencari kebenaran, menggunakan kepicikan dan rencana licik mereka untuk mengatasi dan menangani masalah tersebut. Dapatkah mereka memperoleh kebenaran dengan cara ini? Mereka tidak dapat, karena mereka belum bertobat." Aku merasa makin menyesal. Sebelumnya, aku melakukan tugasku dengan watak congkak. Selalu menjunjung pandanganku sendiri dan tak mendengarkan saran orang lain. Ini bukan hanya membatasi orang lain, tapi juga memengaruhi pekerjaan gereja. Pemimpin menanganiku agar aku bisa merenungkan adiri dan sadar diri, sehingga bisa segera mengubah jalanku dan melakukan tugas dengan baik. Namun, aku tak bertobat. Justru membentengi diri dari Tuhan dan orang lain. Bukan saja tak melakukan tugasku dengan baik, aku bahkan tak peduli pekerjaan gereja terganggu. Aku bisa lihat bahwa aku bukan orang yang menerima kebenaran. Jika ini berlanjut, watak rusakku akan memburuk, lalu akhirnya aku akan disingkap dan disingkirkan! Aku takut saat memikirkan ini dan segera berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku tak lagi mau melindungi kepentinganku sendiri dengan falsafah duniawi ini. Aku bersedia mencari kebenaran dan memperbaiki watak rusakku. Tolong bantu aku menemukan jalan penerapan."

Setelah itu, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. "Jika engkau ingin menghindari perdebatan, apakah berkompromi adalah satu-satunya cara? Dalam situasi apa engkau bisa berkompromi? Jika ada kaitannya dengan hal-hal kecil, seperti kepentingan dirimu sendiri atau reputasimu, maka tidak perlu memperdebatkannya. Engkau dapat memilih untuk menoleransinya atau berkompromi. Namun, untuk hal-hal yang dapat memengaruhi pekerjaan gereja dan merugikan kepentingan rumah Tuhan, engkau harus berpegang pada prinsip. Jika engkau tidak mematuhi prinsip ini, artinya engkau tidak setia kepada Tuhan. Jika engkau memilih untuk berkompromi dan meninggalkan prinsip demi menjaga reputasimu atau mempertahankan hubungan antarpribadimu, bukankah ini egois dan hina? Bukankah itu tandanya engkau tidak bertanggung jawab dan tidak setia dalam tugasmu? (Ya.) Jadi, jika suatu waktu selama tugasmu, semua orang berselisih paham, bagaimana engkau harus melakukan penerapan? Apakah memperdebatkan hal itu dengan sekuat tenaga akan menyelesaikan masalah? (Tidak.) Lalu, bagaimana engkau harus menyelesaikan masalah tersebut? Dalam situasi ini, orang yang memahami kebenaran harus maju untuk menyelesaikan masalah, dengan terlebih dahulu mengemukakan masalahnya dan membiarkan kedua belah pihak mengutarakan pendapat mereka. Kemudian, semua orang harus mencari kebenaran bersama-sama, dan setelah berdoa kepada Tuhan, firman Tuhan dan kebenaran yang relevan harus dikemukakan untuk dipersekutukan. Setelah mereka mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran dan memperoleh kejelasan, kedua belah pihak akan mampu tunduk. ... Jika seseorang terlibat dalam konflik dan perdebatan dengan orang lain untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan dan efektivitas pekerjaan gereja, dan sikapnya sedikit tidak tunduk, apakah menurutmu itu adalah masalah? (Bukan.) Karena niatnya benar; tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan. Ini adalah orang yang berdiri di pihak Tuhan dan berpegang teguh pada prinsip, orang yang diperkenan Tuhan. Memiliki sikap keras dan tegas dalam menjaga kepentingan rumah Tuhan merupakan tanda berpendirian teguh dan berpegang teguh pada prinsip, dan Tuhan memperkenan hal itu. Orang mungkin merasa ada masalah dengan sikap ini, tetapi itu bukan masalah besar; ini tidak ada kaitannya dengan penyingkapan watak yang rusak. Ingatlah, berpegang pada prinsip adalah yang terpenting" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya di dalam Menerapkan Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti. Kapan pun itu, kemampuan untuk meninggalkan keuntungan pribadi, menjunjung prinsip kebenaran, dan melindungi pekerjaan gereja adalah hal yang paling penting. Meski kau kadang terlibat konflik dengan orang lain karena hal ini, atau bicara sedikit keras, tak satu pun dari itu adalah masalah besar. Yang dilihat Tuhan adalah sikap kita terhadap kebenaran. Dia melihat apa kita bisa menjunjung prinsip kebenaran dan apa kita menerapkan kebenaran. Sebelumnya, aku selalu berpikir jika menjunjung prinsip menyebabkan konflik, aku pasti menunjukkan watak congkak dan tak bekerja sama harmonis dengan orang lain. Jadi, agar orang lain tak menyebutku congkak, aku mempertaruhkan segalanya, dan tak berjuang menjunjung prinsip. Kini aku akhirnya mengerti cara terbaik untuk menghindari pertengkaran dan konflik adalah menerapkan sesuai prinsip, tiap orang mengutarakan pandangan, lalu mencari kebenaran bersama-sama. Jika setelah mencari, kau yakin tindakanmu sejalan dengan prinsip kebenaran, maka junjunglah itu. Ini tindakan tepat. Jika pandanganmu salah, tapi kau bersikeras mengukuhinya, lalu membuat orang mendengarkanmu dan menerimanya, ini manifestasi kecongkakan dan pembenaran diri. Pada titik ini, kau harus belajar meninggalkan diri dan bekerja harmonis dengan orang lain. Setelah itu, saat bermitra dengan Saudara Zhang, aku mencoba menerapkan firman Tuhan.

Suatu hari, aku sedang memilih gambar serta mendiskusikan ide dengan Saudari Liu dan Saudara Zhang. Saudara Zhang menyatakan sebuah gagasan. Kami merasa pesan yang disampaikan keseluruhan desainnya tak sesuai dengan tema, tapi kami tak yakin. Awalnya, aku ingin mengikutinya dan berkompromi. Kupikir, "Mari kita coba idemu dan lihat, agar semua orang tak menyebutku congkak, merasa benar sendiri, dan mengukuhi pendapat sendiri." Namun, aku ingat beberapa prinsip dan persyaratan untuk desain, lalu merasa konsep Saudara Zhang benar-benar bermasalah. Jika kami membuat desain sesuai dengan konsepnya, lalu harus membuat ulang, bukankah itu membuang-buang waktu dan menunda pekerjaan kami? Pada titik ini, aku sadar harus menjunjung prinsip, jadi kujelaskan kepada Saudara Zhang masalah dengan konsepnya, dan mengingatkannya untuk mengikuti konsep aslinya, bukannya mengukuhi pandangannya sendiri. Saudari Liu setuju, dan Saudara Zhang tak bicara lagi. Namun, situasi seperti ini terjadi beberapa kali sepanjang hari. Setiap kali berbeda pendapat, Saudara Zhang selalu berkukuh, menghambat pekerjaan kami. Juga, karena kami tak mengubah sesuai sarannya, dia marah lagi dan sedikit bicara. Aku sadar jika ini berlanjut pasti akan menunda pekerjaan kami, jadi kuberi tahu pemimpin apa yang terjadi. Pemimpin berencana mendatangi Saudara Zhang bersama kami untuk menyingkap masalahnya, bersekutu tentang kebenaran, dan membantu dia. Aku tahu ini kesempatanku menerapkan kebenaran, jadi kubaca dua kutipan firman Tuhan sebelum bicara dengan Saudara Zhang. "Semua pekerjaan gereja berhubungan langsung dengan pekerjaan penyebarluasan Injil Kerajaan Tuhan. Secara khusus, pekerjaan mengabarkan Injil dan setiap jenis pekerjaan yang melibatkan pengetahuan profesional memiliki hubungan yang penting dan tak terpisahkan dengan pekerjaan penyebarluasan Injil. Oleh karena itu, apa yang berkaitan dengan pekerjaan penyebarluasan Injil berkaitan dengan kepentingan Tuhan dan kepentingan rumah Tuhan. Jika orang mampu memahami pekerjaan penyebarluasan Injil dengan benar, mereka seharusnya memperlakukan tugas yang mereka laksanakan dan tugas orang lain dengan benar. Dan bagaimana cara memperlakukannya dengan benar? Ini berarti berusaha sekuat tenaga untuk melakukan seperti yang Tuhan minta. Setidaknya, perilaku dan tindakan mereka tidak boleh dengan sengaja merusak atau mengganggu. Mereka tidak boleh dengan sengaja melakukan hal-hal tersebut. Jika mereka tahu bahwa mereka sedang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, tetapi tetap bersikeras melakukannya tidak peduli siapa pun yang meminta mereka agar tidak melakukannya, ini berarti mereka sedang melakukan kejahatan dan mencari kematian mereka sendiri; itu adalah setan yang sedang memunculkan dirinya. Kiranya saudara-saudari melihat hal ini dengan segera, lalu mengeluarkan orang yang jahat itu dari gereja. Jika pelaku kejahatan itu bingung untuk sesaat dan tidak dengan sengaja melakukan kejahatan, lalu bagaimana masalah ini harus ditangani? Bukankah seharusnya kita mengajar dan membantu mereka? Jika mereka diajar tetapi tetap tidak mendengarkan, lalu apa yang harus dilakukan? Saudara-saudari harus bersikap tegas dan menegur mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). "Engkau semua harus berfokus pada kebenaran—hanya dengan cara demikianlah engkau dapat masuk ke dalam hidup, dan hanya setelah engkau masuk ke dalam hidup, barulah engkau dapat membekali orang lain dan memimpin mereka. Jika ditemukan bahwa tindakan orang lain bertentangan dengan kebenaran, kita harus dengan penuh kasih membantu mereka mengejar kebenaran. Jika orang lain mampu menerapkan kebenaran, dan ada prinsip dalam cara mereka melakukan segala sesuatu, kita harus berusaha belajar dan meneladani mereka. Inilah yang dimaksud dengan saling mengasihi" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Orang yang Melaksanakan Tugas dengan Segenap Hati, Pikiran, dan Jiwalah Orang yang Mengasihi Tuhan"). Firman Tuhan jelas. Saat melihat masalah orang lain, kita harus segera bersekutu, menyingkap dan menegur mereka jika diperlukan. Ini semua untuk melindungi pekerjaan gereja, juga membantu mereka melihat masalahnya, cepat memperbaikinya, dan melakukan tugas mereka dengan baik. Saudara Zhang memang punya bakat menggambar, tapi watak rusaknya menyebabkan dia tak sengaja melakukan hal-hal yang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan kami. Jika dia bisa sadar diri, mencari kebenaran, mengubah watak rusaknya, bekerja sama dengan semua orang secara harmonis, dan memanfaatkan bakatnya, ini akan menguntungkan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupannya sendiri. Jadi, aku mencari kutipan firman Tuhan yang membahas masalah Saudara Zhang, memasukkan pengalamanku sendiri, dan bersekutu dengan Saudara Zhang. Setelah mendengarkan, Saudara Zhang sadar tentang watak rusaknya, bahkan mengatakan terkadang dia sadar salah, tapi tak bisa meninggalkan dirinya. Setelah aku menunjukkan itu, dia akhirnya merasa tak enak, bersedia mencari kebenaran dan mengandalkan Tuhan untuk mengubah watak rusaknya. Saat mendengar ini, aku senang untuk Saudara Zhang. Namun, aku juga menyesal telah hidup berpedoman falsafah duniawi dan tak memberi tahu dia lebih awal. Aku benar-benar menyakiti dia dan merugikan pekerjaan gereja.

Setelah peristiwa itu, saat aku melakukan tugas, jika kulihat seseorang melakukan sesuatu yang tak sesuai dengan prinsip kebenaran dan menunda pekerjaan, aku secara sadar menerapkan kebenaran dan menunjukkan masalah yang kulihat untuk memenuhi tanggung jawabku. Menerapkan ini membuatku merasa damai dan lega. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait