Akibatnya Jika Menjadi Penyenang Orang

21 Januari 2022

Oleh Saudari Bai Hua, Tiongkok

Dahulu, aku adalah penyenang orang. Setiap kali kulihat salah seorang saudara atau saudari menyingkapkan kerusakan atau melakukan tugas mereka dengan asal-asalan, aku tidak berani menunjukkan hal itu kepada mereka, karena takut merusak reputasi mereka dan membuat mereka memiliki kesan buruk tentangku. Dalam berinteraksi dengan saudara-saudari aku menuruti falsafah Iblis "Berpikirlah sebelum berbicara lalu bicaralah dengan berhati-hati", dan ketika aku benar-benar menunjukkan hal itu kepada orang-orang untuk menolong mereka, aku hanya mengucapkan sepatah dua patah kata remeh yang meringankan keadaan sebenarnya. Terkadang, saat kudengar saudara-saudari mengatakan aku ramah, aku merasa sangat senang. Aku yakin mereka menyukaiku, dan karena itu, Tuhan juga pasti menyukaiku. Hanya setelah aku dipangkas, dan setelah aku gagal dan tersandung, barulah aku mampu memperoleh pemahaman tentang diriku sendiri, serta menyadari dengan jelas natur, bahaya, dan akibatnya jika menjadi penyenang orang.

Aku terpilih menjadi pemimpin gereja pada tahun 2018. Aku tahu bahwa salah satu tugas terpenting dalam melayani sebagai pemimpin adalah mempersekutukan kebenaran, memecahkan kesulitan orang dalam hal jalan masuk mereka ke dalam kehidupan, dan melindungi kehidupan bergereja. Namun, aku takut menyinggung siapa pun, jadi setiap kali ada masalah, aku selalu menggunakan taktik, berikanlah nasihat yang baik dan lembut, dalam menangani masalah tersebut. Selama waktu itu, kulihat diaken penyiraman, Saudara Liu Liang, bersikap asal-asalan, tidak terbeban dalam tugasnya dan ketika para orang percaya baru menghadapi masalah, dia tidak segera bersekutu dengan mereka untuk mencari pemecahannya, menyebabkan beberapa dari mereka menjadi negatif dan lemah. Aku menyadari betapa seriusnya masalah ini, dan bahwa aku seharusnya bersekutu dengannya serta menganalisis sikapnya yang asal-asalan dalam tugasnya. Jika dia terus seperti itu tanpa bertobat, Tuhan pasti akan muak. Namun, pada saat bertemu Liu Liang, aku mengurungkan niatku begitu saja. Kupikir, "Dia sangat mementingkan reputasinya, jadi jika kutunjukkan masalah ini kepadanya dan benar-benar menyakiti perasaannya, dia pasti tidak akan berpikir baik tentangku. Jika dia tidak mau menerimanya, dan mulai memusuhi atau menjauhiku, selain hal itu akan memalukan bagiku, akan sulit untuk akur dengannya setelah itu. Jika saudara-saudari berpikir bahwa aku mulai memarahi dan menegur orang-orang setelah sekarang aku menjadi pemimpin, apakah kesan mereka tentangku akan tetap baik? Lupakan saja, lebih baik aku tidak bersekutu dengannya atau menganalisis masalah dirinya." Jadi, aku hanya dengan lembut menasihatinya, mengecilkan masalah tersebut, "Kita harus melakukan tugas kita dengan sungguh-sungguh, kita harus terbeban ...." Akibatnya, Liu Liang tidak memahami esensi dari tindakannya yang asal-asalan dalam tugasnya dan terus menggunakan cara-caranya yang tidak bertanggung jawab seperti biasanya. Melihat hal ini membuatku gelisah. Sebagai pemimpin gereja, aku sedang melihat seorang saudara bersikap asal-asalan dalam tugasnya dan memengaruhi pekerjaan gereja, tetapi aku tidak menanganinya dengan mempersekutukan kebenaran. Bisakah aku dianggap melakukan pekerjaan nyata? Ini adalah pengabaian tugas yang serius. Makin kupikirkan, main aku merasa tidak nyaman, tetapi aku tetap tak mampu membuka mulutku untuk menyingkapkan dirinya. Aku khawatir jika aku menyingkapkan dan memangkas dirinya, dia akan menganggapku tidak punya belas kasihan, dan jika dia menjadi negatif, menyerah begitu saja dan berhenti melakukan tugasnya, saudara-saudari lain mungkin akan menganggapku tidak mampu bekerja. Itu tidak hanya akan merusak hubungan kami, tetapi juga akan merusak reputasiku. Kupikir, "Lupakan saja, bagaimanapun juga, aku sudah mengatakan sesuatu kepada Liu Liang, jadi aku akan membiarkan dia merenungkannya dari waktu ke waktu." Dengan demikian, aku tidak pernah menyingkapkan atau menganalisis masalah dirinya.

Beberapa waktu kemudian, aku melihat ada dua saudara lain yang bekerja bersamaku selalu bertengkar karena mereka memiliki gagasan berbeda tentang segala sesuatu. Tak seorang pun dari mereka mau mengalah dan diskusi mereka tidak pernah produktif. Terkadang setelah berhenti bertengkar, mereka berdua bersikap bermusuhan, dan itu berdampak pada pekerjaan gereja. Aku menyadari betapa seriusnya masalah ini dan kupikir aku harus segera menyingkapkan perwujudan, natur, dan akibatnya jika mereka bersikap congkak, merasa diri benar, dan keras kepala. Namun sekali lagi, aku mundur begitu melihat mereka. Kupikir, "Mereka berdua sudah bertahun-tahun menjadi pemimpin, jadi mereka seharusnya tahu tentang masalah ini tanpa aku perlu menyinggungnya. Lagi pula, mereka berdua sangat baik kepadaku, jadi jika aku mempersekutukan natur dan akibat serius dari masalah mereka, mereka mungkin berpikir aku hanya mencari-cari kesalahan mereka. Maka akan sulit bagiku untuk akur dengan mereka. Lupakanlah. Bagaimanapun juga, mereka sering membaca firman Tuhan, jadi mereka bisa merenungkannya seiring waktu." Jadi, aku hanya memberi mereka sedikit nasihat saat kulihat mereka kembali bertengkar, membujuk mereka untuk tenang tanpa sama sekali menyingkapkan mereka secara langsung.

Suatu hari, seorang saudari berkata kepadaku, "Kehidupan bergereja kita tidak berjalan baik. Jelas ada masalah dalam tugas beberapa saudara-saudari dan kalian tidak bersekutu untuk memecahkan masalah-masalah ini. Bukankah jika kalian tidak melakukan pekerjaan nyata, itu artinya kalian adalah pemimpin palsu?" Aku benar-benar sedih mendengar perkataannya. Aku jelas tahu bahwa ada masalah dengan beberapa saudara-saudari dan aku diam saja mengenai hal itu. Aku sama sekali tidak memenuhi tanggung jawabku sebagai pemimpin. Bukankah itu berarti aku adalah pemimpin palsu? Aku tahu bahwa jika aku terus gagal menerapkan kebenaran, Tuhan akan membenci dan menolakku serta menyingkirkanku. Prospek ini membuatku takut, dan aku berdoa: "Tuhan, aku telah melihat beberapa saudara-saudari hidup dalam watak rusak mereka, dan kehidupan bergereja kami serta berbagai aspek pekerjaan gereja telah sangat dirugikan, tetapi aku tak mampu menerapkan kebenaran untuk memperbaikinya. Tuhan, bimbinglah aku untuk mengenal diriku sendiri."

Setelah berdoa, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Menerapkan kebenaran bukanlah tentang mengucapkan kata-kata kosong atau meneriakkan slogan, melainkan tentang bagaimana orang, apa pun yang ditemuinya dalam hidupnya, selama itu ada kaitannya dengan prinsip tentang cara manusia berperilaku, sudut pandangnya terhadap segala sesuatu, atau pelaksanaan tugasnya, mereka dihadapkan pada pilihan, dan mereka harus mencari kebenaran, mencari dasar dan prinsip di dalam firman Tuhan, dan kemudian menemukan jalan penerapannya. Mereka yang mampu menerapkan dengan cara seperti ini adalah orang yang mengejar kebenaran. Mampu mengejar kebenaran dengan cara seperti ini sebesar apa pun kesulitan yang dihadapi, berarti sedang menempuh jalan Petrus, jalan mengejar kebenaran. Sebagai contoh: prinsip apa yang harus kaupatuhi dalam hal berinteraksi dengan orang lain? Mungkin sudut pandangmu yang semula adalah 'Keharmonisan adalah harta karun; kesabaran adalah kecerdikan', dan engkau harus selalu menjaga hubungan baik dengan semua orang, berusaha agar orang lain terhindar dari rasa malu, dan tidak menyinggung siapa pun, sehingga engkau dapat memelihara hubungan baik dengan orang lain. Karena dibatasi oleh sudut pandang ini, engkau tetap diam ketika menyaksikan orang lain melakukan hal buruk atau melanggar prinsip. Engkau lebih memilih pekerjaan gereja mengalami kerugian daripada menyinggung siapa pun. Engkau menjaga hubungan baik dengan semua orang, siapa pun mereka. Engkau hanya memikirkan perasaan manusia dan melindungi reputasi saat berbicara, dan engkau selalu mengucapkan perkataan yang terdengar manis untuk menyenangkan orang lain. Sekalipun engkau mendapati seseorang yang bermasalah, engkau memilih untuk menoleransi orang itu, dan hanya membicarakan tentang dirinya di belakangnya, tetapi di depan orang itu engkau berusaha untuk tidak berkonfrontasi dengannya dan menjaga hubungan di antaramu. Bagaimana menurutmu perilaku semacam itu? Bukankah itu adalah perilaku penyenang orang? Bukankah itu sikap yang sangat licik? Perilaku ini melanggar prinsip tentang cara manusia berperilaku. Bukankah berperilaku dengan cara seperti ini sangat hina? Mereka yang bertindak seperti ini bukanlah orang yang mulia, ini bukanlah cara berperilaku yang baik. Sekalipun engkau telah sangat banyak menderita, dan sekalipun engkau telah banyak membayar harga, jika engkau tidak berprinsip dalam perilakumu, itu berarti engkau telah gagal dalam hal ini, dan perilakumu tidak akan diakui, diingat, ataupun diterima di hadapan Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Orang Setidaknya Harus Memiliki Hati Nurani dan Nalar"). Membaca firman Tuhan yang menyingkapkan penyenang orang, membuatku resah. Aku tidak menyelesaikan masalah di gereja bukan karena aku tidak melihatnya dengan jelas, tetapi karena aku tidak ingin menyinggung siapa pun dan aku takut mereka menganggap buruk diriku. Aku sedang berusaha melindungi citra dan statusku sendiri. Tuhan membenci orang-orang sepertiku yang tidak bertindak berdasarkan prinsip atau menerapkan kebenaran, yang egois dan licik. Aku teringat bagaimana caraku berperilaku selama ini. Aku sudah melihat bahwa Liu Liang selalu asal-asalan dalam tugasnya dan menunda pekerjaan penyiraman kami, jadi aku seharusnya menyingkapkan dan menganalisis natur dari perilakunya. Namun, aku takut semua orang memandang buruk diriku, takut mereka mengatakan aku memarahi dan mencari-cari kesalahan orang karena sekarang aku adalah pemimpin, jadi aku tidak pernah menganalisis natur dari masalah Liu Liang demi melindungi citraku. Aku hanya sedikit menyinggung tentang masalah itu dengan nada ringan tanpa melakukan apa pun untuk membantu menyelesaikannya. Dan bahkan ketika kulihat ada dua saudara yang tak pernah bisa akur, dan dampak serius yang ditimbulkannya terhadap pekerjaan gereja kami, aku tidak pernah menyingkapkan atau menganalisis masalahnya untuk membantu mereka mengenal diri mereka sendiri. Akibatnya, pekerjaan gereja dirugikan. Aku hidup berdasarkan falsafah Iblis, seperti "Keharmonisan adalah harta karun; kesabaran adalah kecerdikan", "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain", dan "Seorang teman baru berarti satu jalan lagi". Karena ingin melindungi reputasi dan statusku dan dipandang sebagai orang baik oleh semua orang, sekalipun aku melihat segala sesuatunya dengan jelas, aku tidak sepenuhnya menyampaikan pemikiranku. Ini bukan saja merugikan saudara-saudari lainnya, tetapi juga menunda pekerjaan gereja. Aku sadar bahwa aku sama sekali tidak memiliki hati nurani dan nalar serta tidak memiliki sedikit pun kesetiaan kepada Tuhan. Bagaimana aku bisa dikatakan sebagai orang yang baik? Sekalipun di luarnya aku hidup rukun dengan semua orang dan semua orang berkata aku orang yang baik dan mereka terkesan akan aku, di hadapan Tuhan, aku tidak melaksanakan tugas apa pun. Di mata Tuhan, aku adalah orang yang tidak setia, tidak dapat dipercaya. Aku membuat Tuhan jijik. Menyadari hal ini, aku segera bertobat kepada Tuhan dan tahu aku tidak bisa terus seperti itu, dan aku harus mencari kebenaran untuk membereskan masalahku ini.

Setelah itu, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Apa akibat pengejaran mereka akan ketenaran, keuntungan, dan status? Pertama, ini memengaruhi bagaimana umat pilihan Tuhan makan dan minum firman Tuhan secara normal dan memahami kebenaran, ini menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan gereja? Itu mengakibatkan gangguan, kerusakan, dan kehancuran. Inilah akibatnya jika orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara ini, bukankah ini dapat didefinisikan bahwa mereka sedang menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan ketenaran, keuntungan, dan status, bukan berarti Dia sedang merampas hak orang untuk memilih; sebaliknya, itu karena ketika mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, orang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan bahkan dapat memengaruhi orang lain dalam makan dan minum firman Tuhan, memahami kebenaran, dan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Saat orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status mereka sendiri, mereka pasti tidak akan mengejar kebenaran dan mereka pasti tidak akan melaksanakan tugas mereka dengan setia. Mereka hanya akan berbicara dan bertindak demi ketenaran, keuntungan, dan status, dan semua pekerjaan yang mereka lakukan, tanpa terkecuali, adalah demi hal-hal tersebut. Berperilaku dan bertindak dengan cara seperti ini tentu saja berarti menempuh jalan antikristus; itu adalah pengacauan dan gangguan terhadap pekerjaan Tuhan, dan semua akibatnya menghalangi penyebarluasan injil Kerajaan dan pelaksanaan kehendak Tuhan di dalam gereja. Jadi, dapat dikatakan dengan pasti bahwa jalan yang ditempuh oleh mereka yang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status adalah jalan penentangan terhadap Tuhan. Ini adalah penentangan yang disengaja terhadap-Nya, perlawanan terhadap-Nya—ini artinya bekerja sama dengan Iblis dalam menentang Tuhan dan melawan Dia. Inilah natur dari pengejaran orang akan ketenaran, keuntungan, dan status. Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti ketenaran, keuntungan, dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran keluar bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek yang merugikan dan negatif" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). Aku mengerti dari firman Tuhan bahwa natur dan akibat jika menjadi penyenang orang, yang melindungi kepentingannya sendiri dan tidak menerapkan kebenaran adalah mengganggu dan merusak pekerjaan Tuhan dan menjadi antek Iblis. Jika aku tetap seperti itu tanpa bertobat, aku akan dibenci dan ditolak serta disingkirkan oleh Tuhan. Sebagai pemimpin gereja, tanggung jawabku adalah mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan saudara-saudari dalam jalan masuk mereka ke dalam kehidupan, dan memelihara kehidupan bergereja. Namun, saat kulihat masalah orang-orang, aku tidak menolong mereka untuk berubah, tidak menyingkapkan dan menganalisis esensi dari perilaku mereka, sebaliknya aku menjadi penyenang orang demi melindungi status dan reputasiku sendiri, bertindak sebagai antek Iblis, merugikan pekerjaan gereja, dan kehidupan saudara-saudari. Aku sangat dikendalikan oleh watakku yang rusak, terlalu pengecut untuk menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi keadilan. Aku adalah antek Iblis, lemah dan tidak kompeten, hidup dengan begitu tercela, begitu menyedihkan. Jika aku tidak mulai menerapkan kebenaran dan memberontak terhadap diriku, aku benar-benar tidak layak untuk hidup di hadapan Tuhan! Tanpa penghakiman dan penyingkapan firman-Nya, aku tidak akan pernah menyadari kerusakanku sendiri ataupun mengetahui bahaya dan akibatnya jika menjadi penyenang orang dan tidak menerapkan kebenaran. Aku mau memberontak terhadap diriku dan tidak lagi menjadi penyenang orang.

Kemudian, aku membaca beberapa bagian firman Tuhan yang memberiku beberapa jalan penerapan. Firman Tuhan katakan: "Dalam esensi-Nya, Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya; tindakan-tindakan-Nya, terlebih lagi, tidak mengandung kesalahan dan tidak dapat disangkal, inilah sebabnya Tuhan menyukai mereka yang sepenuhnya jujur kepada-Nya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). "Jika engkau memiliki motivasi dan sudut pandang penyenang orang, engkau tidak akan mampu menerapkan kebenaran dan mematuhi prinsip dalam segala hal, dan engkau akan selalu gagal dan jatuh. Jika engkau tidak sadar dan tidak pernah mencari kebenaran, berarti engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya, dan engkau tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup. Lalu, apa yang harus kaulakukan? Ketika menghadapi hal-hal semacam itu, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya, memohon keselamatan, dan memohon agar Tuhan memberimu lebih banyak iman dan kekuatan dan memampukanmu untuk mematuhi prinsip, melakukan apa yang harus kaulakukan, menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, tetap teguh pada pendirianmu, melindungi kepentingan rumah Tuhan, dan mencegah kerugian apa pun terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan. Jika engkau mampu memberontak terhadap kepentingan diri sendiri, kesombonganmu, dan pendirianmu tentang penyenang orang, dan jika engkau melakukan apa yang harus kaulakukan dengan hati yang jujur dan seutuhnya, engkau akan mengalahkan Iblis dan memperoleh aspek kebenaran ini. Jika engkau selalu bersikeras untuk hidup berdasarkan falsafah Iblis, melindungi hubunganmu dengan orang lain, tidak pernah menerapkan kebenaran, dan tidak berani mematuhi prinsip, lalu, akan mampukah engkau menerapkan kebenaran dalam hal-hal lain? Engkau tetap tidak akan memiliki iman atau kekuatan. Jika engkau tak pernah mampu mencari atau menerima kebenaran, apakah percaya kepada Tuhan seperti itu akan memungkinkanmu memperoleh kebenaran? (Tidak.) Dan jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, dapatkah engkau diselamatkan? Tidak. Jika engkau selalu hidup berdasarkan falsafah Iblis, sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, engkau tidak akan pernah dapat diselamatkan. Seharusnya engkau mengerti dengan jelas bahwa memperoleh kebenaran adalah syarat yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Jadi, bagaimana agar engkau dapat memperoleh kebenaran? Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, jika engkau mampu hidup berdasarkan kebenaran, dan kebenaran menjadi dasar hidupmu, maka engkau akan memperoleh kebenaran dan memiliki hidup, dan karena itu engkau akan menjadi salah satu dari mereka yang diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah membaca firman Tuhan ini, aku mengerti bahwa Tuhan menyukai orang yang jujur. Orang yang jujur tidak berfokus melindungi hubungan mereka dengan orang lain, dan tidak memedulikan pandangan orang lain terhadap mereka, tetapi Tuhan memiliki tempat di hati mereka. Mereka menjunjung tinggi prinsip dalam segala sesuatu, memiliki rasa keadilan, dan setia kepada Tuhan. Namun, mengingat kembali diriku, aku sadar bahwa aku terlalu memikirkan hubungan antarpribadiku, reputasi, dan statusku. Ketika terjadi hal-hal yang mengharuskan aku melindungi kepentingan gereja dan menerapkan kebenaran, aku selalu berpihak pada Iblis, tidak berani menjunjung tinggi prinsip kebenaran; aku selalu memberontak dan menentang Tuhan, menyakiti dan mengecewakan-Nya. Sebetulnya, mengatakan yang sebenarnya dan menunjukkan masalah seseorang tidak akan mempermalukan mereka. Melakukan hal itu sangat bermanfaat, entah itu tentang saudara atau saudari, atau tentang pekerjaan gereja. Jika aku melihat seseorang menyingkapkan kerusakan tetapi tidak memberitahukan apa natur dan akibatnya jika bertindak seperti itu, mereka tidak akan pernah menyadari betapa seriusnya masalah mereka, dan mereka tidak akan mampu berubah. Ini bukan saja menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, tetapi juga merugikan pekerjaan gereja, dan itu menjijikkan bagi Tuhan karena aku sedang hidup dalam watak yang rusak dan tidak melindungi pekerjaan gereja. Aku selalu disibukkan dengan reputasi dan statusku, selalu mementingkan pendapat orang lain tanpa mengutamakan Tuhan. Aku tidak memikirkan bagaimana bertindak sesuai dengan kebenaran. Aku selalu dikendalikan oleh watakku yang rusak—aku benar-benar bodoh. Aku tidak boleh terus membiarkan kerusakanku menang dan aku tidak mau menjadi orang lemah yang menjadi bahan tertawaan Iblis. Aku harus menjadi orang yang jujur yang memiliki rasa keadilan, yang menyenangkan Tuhan. Setelah memahami hal ini, aku bertekad untuk menerapkan kebenaran dan memberontak terhadap daging. Aku selalu menjunjung tinggi prinsip dan berdiri di pihak Tuhan dalam melindungi pekerjaan gereja, bagaimanapun pendapat orang lain tentang diriku. Keesokan harinya aku menemui kedua saudara itu dan tepat ketika aku bersiap-siap untuk menunjukkan masalah mereka, aku mulai merasa sedikit khawatir, kupikir, "Bagaimana jika mereka tidak bisa menerima diri mereka disingkapkan dan dipangkas lalu melampiaskan kekesalan mereka kepadaku? Bagaimana aku bisa memperlihatkan wajahku setelah itu?" Aku sadar bahwa aku sedang dikendalikan oleh watakku yang rusak, jadi aku berdoa, memohon agar Tuhan membantuku untuk menerapkan kebenaran. Kemudian aku teringat pada sesuatu yang Tuhan katakan: "Tidak mampu menjunjung tinggi kesaksian-Ku dan kepentingan-Ku adalah pengkhianatan. Mempersembahkan senyuman palsu padahal hatinya jauh dari-Ku adalah pengkhianatan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Masalah yang Sangat Serius: Pengkhianatan (1)"). Dari firman Tuhan, aku mengerti jika aku terus menjadi penyenang orang dan tidak menerapkan kebenaran atau melindungi kepentingan gereja, itu berarti aku sedang mengkhianati Tuhan. Aku tahu aku harus berhenti melindungi hubungan antarpribadi, dan apa pun yang mereka pikirkan tentang diriku setelah aku membicarakan masalah mereka, aku harus menghadap Tuhan dan menerapkan kebenaran. Jadi, aku pun menyingkapkan kecongkakan dan perilaku mereka yang tidak kooperatif, serta esensi dan akibat dari hal-hal ini. Aku juga menemukan beberapa firman Tuhan untuk kubacakan kepada mereka. Setelah mendengarnya, mereka mampu merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri dalam terang firman Tuhan dan mau bertobat dan berubah. Aku sangat senang melihat mereka mampu mengenal diri mereka sendiri, tetapi aku juga merasa agak bersalah. Jika saja aku mampu menerapkan kebenaran dan membantu mereka menyadari betapa seriusnya masalah mereka lebih awal, dan mereka bisa membalikkan keadaan dengan lebih cepat. Mereka tidak akan terus hidup dalam kerusakan, dirugikan dan dipermainkan oleh Iblis, dan terutama mereka tidak akan menghambat pekerjaan gereja. Dahulu, aku selalu takut jika aku menunjukkan kesalahan orang lain, mereka akan marah dan tidak menyukaiku. Padahal sebenarnya, semua itu hanyalah imajinasiku. Asalkan orang mampu menerima kebenaran, mereka tidak akan berprasangka buruk, tetapi akan mampu memetik pelajaran. Cara menerapkan seperti ini sangat bermanfaat bagi orang lain dan bagi diriku sendiri.

Setelah itu, aku makin percaya diri dalam menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Aku tidak lagi dikendalikan oleh pemikiran akan status dan reputasi. Ketika melihat masalah saudara-saudariku, aku mampu menyampaikan persekutuan dan segera membantu mereka, menyingkapkan dan menganalisis masalah mereka. Aku benar-benar merasakan kasih dan keselamatan Tuhan melalui pengalaman-pengalaman ini. Penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan-lah yang mengubah mentalitasku sebagai penyenang orang. Aku merasa bahwa menerapkan kebenaran sangatlah menenangkan dan memberikan ketenangan sejati, jauh lebih baik daripada jika aku selalu berusaha menyenangkan orang lain, takut menyinggung orang lain. Aku mampu hidup dengan sedikit keserupaan dengan manusia! Aku sadar bahwa hanya firman Tuhan-lah kebenaran itu, dan firman Tuhan mampu memberi kita arah dan jalan agar kita tahu apa yang harus kita lakukan dan mengenal siapa diri kita. Hidup sebagai orang yang jujur sesuai dengan firman Tuhan adalah satu-satunya cara untuk menjadi orang yang baik.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh