Pilihan di Tengah Krisis

21 Januari 2022

Oleh Saudara Zhang Jin, Tiongkok

Beberapa waktu lalu, aku menerima surat dari Saudara Zhao. Pemimpin gereja mereka, serta seorang saudara dan seorang saudari, ditangkap oleh polisi saat mengabarkan Injil. Tempat di mana buku-buku itu disembunyikan berada dalam bahaya. Polisi bisa menggeledah tempat itu dan menyitanya setiap saat. Dia dan beberapa diaken lainnya sering berhubungan dengan orang-orang yang ditangkap, dan semuanya berada di dalam pengawasan, jadi mereka tidak bisa memindahkan buku-buku tersebut. Saat itulah dia menghubungiku untuk menanyakan apakah aku bisa membantu memindahkan buku-buku firman Tuhan ke tempat lain. Setelah membaca surat itu, aku mengalami konflik batin. Untuk menangkap orang Kristen, PKT menerapkan "sistem tanggung jawab lima rumah tangga" di setiap desa, dan melakukan pengawasan untuk mengetahui rumah siapa yang telah dikunjungi orang asing. Ketika orang-orang yang percaya kepada Tuhan ditemukan, mereka segera dilaporkan. Saudara-saudari dari gereja itu baru saja ditangkap, dan mata PKT ada di mana-mana. Memindahkan buku-buku firman Tuhan pada saat seperti ini terlalu berbahaya. Jika ada orang jahat yang melaporkan kami, atau jika kami ditemukan oleh polisi, polisi akan menyita kendaraan dan orang-orang di dalamnya. Jika mereka melihat buku firman Tuhan sebanyak itu, mereka pasti akan menyiksaku selama interogasi. Jika aku tidak mati, aku pasti akan terluka parah. Jika aku tak tahan dengan siksaan dan menjadi Yudas, aku akan dikutuk dan dihukum, dan tamatlah riwayatku, bukan? Namun, jika kami tidak memindahkan buku-buku tersebut tepat waktu, dan polisi menemukan dan menyitanya, maka saudara-saudari takkan bisa membaca firman Tuhan. Aku tak bisa hanya berdiam diri dan melihat polisi menyita buku-buku firman Tuhan. Aku bergumul dengan apa yang harus dilakukan, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku merasa segan dan takut. Aku khawatir akan ditangkap, jadi aku tidak punya keberanian untuk bekerja sama. Kumohon berikan aku iman dan kekuatan."

Setelah berdoa, aku melihat bagian firman Tuhan. "Orang-orang yang setia kepada Tuhan tahu dengan jelas bahwa akan ada risiko, dan bersedia menanggung risiko tersebut untuk menangani buntut peristiwa yang terjadi dan meminimalkan kerugian rumah Tuhan sebelum mereka sendiri mengungsi. Mereka tidak mengutamakan keselamatan diri mereka sendiri. Bagaimana menurutmu: mungkinkah orang bahkan tidak peduli sedikit pun terhadap keselamatan diri mereka sendiri? Siapa yang tidak tahu akan bahaya lingkungan mereka? Namun, engkau harus mengambil risiko untuk melakukan tugasmu. Ini adalah tanggung jawabmu. Engkau tidak boleh mengutamakan keselamatan pribadimu sendiri. Pekerjaan rumah Tuhan dan apa yang Tuhan percayakan kepadamu adalah yang terpenting, dan itu menjadi prioritas di atas segalanya" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa malu. Ketika orang yang setia kepada Tuhan melihat kepentingan rumah Tuhan dirugikan, mereka berdiri dan melaksanakan tanggung jawab mereka, bahkan ketika mereka tahu itu berbahaya. Namun aku? Aku memahami dengan jelas krisis yang ada. Aku tahu bahwa jika aku tidak segera memindahkan buku-buku firman Tuhan itu, semuanya dapat ditemukan dan disita oleh polisi setiap saat. Pada saat kritis seperti itu, aku khawatir apakah aku akan ditangkap. Aku sama sekali tidak peduli dengan kepentingan rumah Tuhan, dan aku tidak berpikir tentang bagaimana menggunakan semua kekuatanku untuk memenuhi tanggung jawab dan tugasku. Ini sama sekali bukan kesetiaan! Aku sangat egois. Ketika menyadari hal ini, aku merasa sangat bersalah. Kupikir, segila apa pun si naga merah yang sangat besar, bukankah dia juga berada di tangan Tuhan? Dia telah menghalangi dan mengganggu pekerjaan Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi meskipun demikian, bukankah pekerjaan Tuhan telah meluas ke banyak negara di luar negeri? Aku segan dan takut karena aku tidak memiliki pengetahuan tentang kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan. Imanku kepada Tuhan terlalu kecil. Tuhan memakai keadaan ini untuk membantuku memetik pelajaran dan memperoleh kebenaran, untuk memberiku pengetahuan tentang kemahakuasaan dan hikmat Tuhan, dan aku harus mengalami hal ini dengan mengandalkan Tuhan. Setelah menyadari hal ini, aku berhenti merasa segan, dan siap untuk memindahkan buku-buku firman Tuhan itu secepat mungkin.

Pagi-pagi sekali keesokan harinya, aku pergi ke gereja Saudara Zhao. Hal pertama yang kulakukan adalah mencari seorang saudari dan memintanya untuk membawaku ke rumah tempat buku-buku itu disimpan, tetapi di pintu masuk, dia diam-diam memberitahuku, suaminya sedang mengawasinya di rumah dan tidak mengizinkannya keluar karena suaminya takut dia akan ditangkap. Mendengar hal itu membuatku sangat khawatir. Dia tidak bisa mengantarku, aku tidak mengenal orang lainnya di sana, dan situasinya kritis. Apa yang akan terjadi jika polisi menyita buku-buku itu? Aku tidak bisa memikirkan cara lain, jadi yang bisa kulakukan hanyalah pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, aku tak bisa berhenti bertanya-tanya siapa yang bisa kuajak untuk membawaku ke sana. Dan meskipun aku berhasil menemukan seseorang, jika aku kembali ke desa itu, mungkin aku akan menarik perhatian orang. Akankah aku dilaporkan? Makin aku memikirkannya, makin aku merasa takut. Sepertinya ada bahaya di sekitarku. Setibanya di rumah, aku berdoa kepada Tuhan untuk mencari jawaban, dan aku melihat bagian firman Tuhan ini, "Engkau tidak perlu takut akan ini dan itu; sebanyak apa pun kesulitan dan bahaya yang mungkin engkau hadapi, engkau mampu tetap tenang di hadapan-Ku; tidak terhalang oleh rintangan apa pun sehingga kehendak-Ku dapat terlaksana. Ini adalah tugasmu; ... Engkau harus menanggung semuanya; engkau harus siap untuk melepaskan segala yang engkau miliki untuk-Ku dan melakukan segala yang kaubisa untuk mengikuti-Ku, dan siap sedia untuk mengorbankan segalanya. Inilah saatnya Aku akan mengujimu: akankah engkau memberikan kesetiaanmu kepada-Ku? Dapatkah engkau mengikuti-Ku sampai akhir dengan setia? Janganlah takut; dengan dukungan-Ku, siapa yang mampu menghalangi jalan ini? Ingatlah ini! Jangan lupa! Semua yang terjadi adalah oleh maksud baik-Ku dan semuanya berada dalam pengamatan-Ku. Dapatkah engkau mengikuti firman-Ku dalam segala yang kaukatakan dan lakukan? Ketika ujian api menimpamu, akankah engkau berlutut dan berseru? Ataukah engkau akan gemetar ketakutan, tidak mampu bergerak maju?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). "Ketika Aku secara resmi memulai pekerjaan-Ku, semua manusia bergerak saat Aku bergerak, sehingga orang-orang di seluruh semesta berjalan bersama-Ku, ada 'perayaan' di seluruh semesta, dan manusia diberi semangat oleh-Ku. Sebagai hasilnya, si naga merah yang sangat besar itu sendiri menjadi kebingungan dan marah karena Aku dan ia melayani pekerjaan-Ku, dan walaupun sebenarnya tidak mau, ia tidak bisa melakukan apa yang dikehendakinya, sehingga tidak punya pilihan selain tunduk pada kendali-Ku. Dalam seluruh rencana-Ku, si naga merah yang sangat besar adalah kontras-Ku, musuh-Ku, dan juga hamba-Ku; karena itulah Aku tidak pernah mengendurkan 'tuntutan'-Ku terhadapnya. Karena itulah, tahap terakhir dari pekerjaan inkarnasi-Ku diselesaikan di dalam rumahnya. Dengan cara ini, si naga merah yang sangat besar lebih mampu melayani Aku dengan sebaik-baiknya, dan melaluinya Aku akan menaklukkannya dan melengkapi rencana-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 29"). Firman Tuhan memberiku iman. Tuhan itu mahakuasa. Dia mengendalikan segalanya dan menggerakkan setiap tindakan. Pekerjaan Tuhan pada akhir zaman terjadi di negara si naga merah yang sangat besar sehingga penganiayaan si naga merah yang sangat besar dapat dipakai untuk menyempurnakan umat pilihan Tuhan. Sejahat dan segila apa pun si naga merah yang sangat besar, dia tetap tunduk pada pengaturan kedaulatan Tuhan. Dia tidak dapat menyentuh sehelai rambut pun di kepala kita tanpa seizin Tuhan. Aku menganggap bahwa sejak berkuasa, PKT telah menindas dan menganiaya orang-orang Kristen dengan kejam, dan telah menggunakan berbagai cara tercela dan jahat dalam upaya yang sia-sia untuk melenyapkan gereja Tuhan, tetapi konspirasi mereka tidak pernah berhasil. Sebaliknya, perilaku mereka telah memberikan pelayanan bagi Tuhan. Mereka telah memberikan pemahaman kepada umat pilihan Tuhan tentang esensi jahat dari membenci kebenaran dan menentang Tuhan dan pengetahuan tentang otoritas Tuhan. Pada saat yang sama, Tuhan memakai si naga merah yang sangat besar untuk menggolongkan orang menurut jenisnya. Orang yang dapat makan dan minum firman Tuhan dengan normal dan dengan setia melaksanakan tugasnya di tengah penganiayaan dan bencana, yang tidak menyerah pada Iblis bahkan setelah ditangkap dan disiksa memiliki kesaksian para pemenang. Namun, orang-orang yang sangat segan dan takut sehingga tidak berani melakukan tugas mereka justru adalah sekam, lalang, dan orang-orang tidak percaya yang disingkapkan oleh pekerjaan Tuhan, dan pada akhirnya, mereka semua disingkirkan. Saat itu aku memahami bahwa Tuhan memakai keadaan ini untuk mengujiku. Jika aku terlalu segan dan takut untuk melaksanakan tugasku, bukankah itu berarti aku disingkapkan oleh Tuhan? Ketika menyadari hal ini, aku tahu aku tidak bisa mundur lagi dari tugasku. Aku harus memindahkan buku-buku firman Tuhan itu secepat mungkin.

Jadi, aku segera membahas cara memindahkan buku-buku tersebut dengan saudara-saudariku dan mengetahui bahwa ada dua saudari lain yang mengetahui rumah tempat buku-buku itu disimpan, jadi aku segera pergi untuk menjemput dan mengajak mereka ke rumah tempat buku-buku tersebut. Di perjalanan, setiap sarafku terasa tegang, dan aku terus berdoa kepada Tuhan. Ketika kami tiba di pintu masuk desa itu, aku melihat semacam upacara peletakan batu pertama sedang berlangsung. Banyak orang berkumpul untuk bergabung dalam keseruan itu. Aku menyadari ini adalah Tuhan yang membuka jalan bagi kami. Dalam hati, aku bersyukur kepada Tuhan, dan kemudian, dengan penduduk desa yang teralihkan, kami diam-diam memasuki desa dari pinggir jalan dan berhasil memindahkan buku-buku firman Tuhan itu. Tepat setelah menyimpan buku-buku itu, kami menerima berita bahwa kami dilaporkan setelah kami pergi. Polisi segera mengejar, tetapi pada saat itu kami sudah jauh. Aku bersyukur kepada Tuhan, karena aku melihat bahwa semuanya berada di tangan Tuhan, hingga setiap menit, bahkan setiap detik. Tuhan menggerakkan orang, peristiwa, dan hal-hal untuk membuka jalan bagi kami, Tanpa itu, kami takkan pernah bisa memindahkan buku-buku itu.

Tak lama setelah itu, lima saudara-saudari dari sebuah gereja ditangkap dalam sebuah pertemuan. Penangkapan itu terjadi tiba-tiba, jadi kami tidak tahu berapa banyak saudara-saudari di daerah itu yang sedang dipantau. Kami harus segera memberi tahu saudara-saudari yang telah berhubungan dengan mereka yang ditangkap, agar mereka bisa bersembunyi. Buku-buku firman Tuhan juga harus dipindahkan secepat mungkin. Aku sudah tak asing lagi dengan gereja di daerah itu, jadi akulah yang paling cocok untuk membantu para pemimpin gereja dalam menangani segala sesuatu. Namun, aku juga merasa segan karena takut ditangkap dan disiksa, jadi aku memberi tahu istriku tentang kekhawatiranku, dan dia membacakanku satu bagian firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Dari segala sesuatu yang ada di alam semesta, tidak ada satu pun yang mengenainya Aku tidak mengambil keputusan yang terakhir. Apakah ada sesuatu, yang tidak berada di tangan-Ku? Apa pun yang Kufirmankan terjadi, dan siapakah di antara manusia yang dapat mengubah pikiran-Ku? Mungkinkah perjanjian yang Kubuat di bumi? Tidak ada yang dapat menghalangi rencana-Ku untuk maju; Aku selamanya hadir dalam pekerjaan-Ku juga dalam rencana pengelolaan-Ku. Siapakah di antara manusia yang bisa turut campur? Bukankah Aku yang telah secara pribadi membuat pengaturan ini?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 1"). Membaca firman Tuhan memberiku iman. Aku memahami bahwa segala hal dan segala sesuatu berada di tangan Tuhan. Setiap hari, semua yang terjadi padaku dan entah aku ditangkap atau tidak juga berada di tangan Tuhan. Tanpa seizin Tuhan, segila apa pun penganiayaan si naga merah yang sangat besar, aku takkan pernah ditangkap. Sekalipun aku ditangkap, itu akan menjadi waktuku untuk menjadi saksi bagi Tuhan. Ketika menyadari hal ini, aku berdoa kepada Tuhan, dan mau mengandalkan Tuhan dan bekerja sama.

Keesokan harinya, aku menyamar sebagai pedagang gandum dan pergi ke desa itu untuk mengetahui situasinya. Setelah tiba, aku harus menghindari kamera dan tempat-tempat ramai, jadi aku mengambil jalan memutar yang jauh, dan setelah perjalanan yang sulit, aku tiba di rumah pemimpin gereja itu, hanya untuk mendapati bahwa mereka tidak berada di sana. Aku merasa khawatir dan frustrasi, lalu menunggu sampai matahari terbenam, tetapi aku tidak melihat mereka. Jadi, aku terpaksa bermalam di rumah kerabat terdekat yang juga seorang percaya. Malam itu, aku memikirkan bagaimana sepanjang hari, aku telah mengambil risiko dan melakukan perjalanan sejauh ini, tetapi belum menyelesaikan apa pun, dan aku merasa tidak nyaman. Aku harus pergi lagi keesokan harinya. Apa yang akan terjadi padaku jika aku dilaporkan dan ditangkap? Aku tahu aku tak boleh mundur dari tugasku seperti dahulu. Aku harus memikirkan cara untuk memindahkan buku-buku itu, tetapi aku juga merasa segan dan takut, dan aku merasa tugas ini terlalu berbahaya. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Aku merasa segan dan takut. Kumohon berikan aku iman. Betapapun bahayanya, aku ingin mengandalkan-Mu dan menyelesaikan situasi ini sesegera mungkin, agar kepentingan rumah Tuhan tidak dirugikan." Setelah berdoa, aku teringat satu bagian firman Tuhan, "Si naga merah yang sangat besar itu menganiaya Tuhan dan ia adalah musuh Tuhan, dan karenanya, di negeri ini, mereka yang percaya kepada Tuhan dipaksa menanggung penghinaan dan penindasan, dan sebagai hasilnya, perkataan-perkataan ini terpenuhi dalam diri engkau semua, sekelompok orang ini. Karena dimulai di sebuah negeri yang melawan Tuhan, semua pekerjaan Tuhan menghadapi rintangan-rintangan yang luar biasa, dan memenuhi sekian banyak firman-Nya membutuhkan waktu; akibatnya, orang-orang dimurnikan sebagai hasil dari firman Tuhan, yang juga adalah bagian dari penderitaan. Teramat sulit bagi Tuhan untuk menjalankan pekerjaan-Nya di negeri si naga merah yang sangat besar—tetapi lewat kesulitan inilah Tuhan mengerjakan satu tahap pekerjaan-Nya, membuat hikmat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang menakjubkan menjadi nyata, dan menggunakan kesempatan ini untuk menyempurnakan kelompok orang ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Pekerjaan Tuhan Sesederhana yang Manusia Bayangkan?"). Dahulu, aku tidak memahami makna dari bagian firman Tuhan ini, tetapi ketika diterapkan pada keadaan itu, aku melihat betapa praktisnya firman Tuhan. Si naga merah yang sangat besar membenci kebenaran dan sangat menentang Tuhan. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan di negara si naga merah yang sangat besar, kami pasti akan mengalami penangkapan dan penganiayaan, tetapi Tuhan memakai penganiayaan si naga merah yang sangat besar untuk menyempurnakan sekelompok pemenang. Inilah hikmat dari pekerjaan Tuhan. Dahulu, aku merasa memiliki iman kepada Tuhan, tetapi dalam situasi berbahaya di mana aku menghadapi risiko penangkapan, rasa segan, kurangnya iman, dan keegoisanku tersingkap. Aku takut tidak mampu menanggung siksaan jika ditangkap, menjadi Yudas, dan berakhir dengan buruk. Aku merenungkan semua perilakuku, tentang bagaimana aku memikirkan kepentingan dan keamananku sendiri tetapi sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja. Tidak ada kesetiaan kepada Tuhan atau kesaksian di dalamnya. Aku berada dalam keadaan ini karena Tuhan mengizinkannya. Tuhan sedang memakainya untuk menyempurnakan imanku, dan memberiku keberanian dan hikmat agar aku dapat memiliki pengalaman nyata tentang pekerjaan Tuhan dan melihat perbuatan Tuhan. Fakta bahwa aku dilahirkan di Tiongkok dan cukup beruntung untuk mengalami pekerjaan Tuhan pada akhir zaman adalah peninggian dan kasih Tuhan bagiku. Jika aku tidak menderita dan membayar harga untuk memperoleh kebenaran, jika aku gagal memenuhi tugas ini, takkan ada makna atau nilai dalam hidupku. Ketika menyadari hal itu, mau tak mau aku merenungkan: mengapa aku selalu memikirkan kepentingan diriku sendiri dalam keadaan yang berbahaya? Apa penyebab utamanya?

Kemudian, aku membaca dalam firman Tuhan: "Semua manusia yang rusak hidup untuk diri mereka sendiri. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri—inilah ringkasan dari natur manusia. Orang percaya kepada Tuhan demi diri mereka sendiri; mereka meninggalkan segala sesuatu, mengorbankan diri mereka bagi Dia, dan setia kepada Dia, tetapi mereka tetap melakukan semua hal ini demi diri mereka sendiri. Singkatnya, semua itu dilakukan dengan tujuan mendapatkan berkat bagi diri mereka sendiri. Di masyarakat, segala sesuatu dilakukan demi keuntungan pribadi; percaya kepada Tuhan semata-mata dilakukan untuk mendapatkan berkat. Demi mendapatkan berkat, orang meninggalkan segalanya dan mampu menanggung banyak penderitaan: semua ini merupakan bukti empiris dari natur manusia yang rusak. Namun, orang yang telah mengalami perubahan dalam wataknya berbeda; mereka percaya bahwa bagaimana hidup dengan bermakna, bagaimana melakukan tugasnya agar layak disebut manusia, bagaimana menyembah Tuhan, serta bagaimana memuaskan dan tunduk kepada Tuhan—semua ini—adalah landasan dari apa arti menjadi manusia dan merupakan suatu kewajiban yang telah ditetapkan oleh Surga dan diakui oleh bumi. Jika tidak, mereka tidak akan layak disebut manusia; hidup mereka akan menjadi hampa dan tidak ada artinya. Mereka merasa bahwa manusia harus hidup untuk memuaskan Tuhan, untuk melakukan tugas mereka dengan baik, dan untuk menjalani kehidupan yang bermakna sehingga jika sudah tiba waktunya untuk mereka mati sekalipun, mereka akan merasa puas dan tidak akan memiliki penyesalan sedikitpun, dan bahwa hidup yang telah mereka jalani tidaklah sia-sia" ("Perbedaan antara Perubahan Lahiriah dan Perubahan Watak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa aku memikirkan kepentingan diriku sendiri dan melindungi diri dalam segala sesuatu dan ingin menghindari dan bersembunyi dari tugasku dalam keadaan yang berbahaya, karena aku hidup menurut falsafah iblis seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" dan "Biarkan hal-hal berlalu jika tidak memengaruhi seseorang secara pribadi." Falsafah ini telah menjadi naturku dan mengendalikan pikiran dan perilakuku. Falsafah ini membuatku sangat egois dan hina. Aku sama sekali tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan. Aku tahu betul pentingnya buku-buku firman Tuhan itu, dan bahwa aku harus mempertaruhkan segalanya untuk melindunginya, tetapi aku masih memikirkan kepentingan diriku sendiri, dan pada saat kritis seperti itu, aku tidak mampu melaksanakan tugasku dengan setia. Aku teringat bagaimana Tuhan, untuk menyelamatkan umat manusia, yang telah dirusak sedemikian dalamnya, mengambil risiko besar datang ke Tiongkok untuk bekerja, di mana Dia diburu oleh PKT dan mengalami kutukan serta penolakan dari dunia keagamaan. Tuhan tak pernah sekali pun memikirkan keselamatan diri-Nya sendiri, dan terus-menerus mengungkapkan kebenaran untuk membekali kita. Meskipun kita memberontak dan rusak, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, dan telah memakai firman-Nya untuk mencerahkan dan membimbing kita. Ketika menyadari hal ini, aku menyadari betapa berutangnya aku kepada Tuhan dan membenci betapa egois dan hinanya diriku. Aku telah menikmati begitu banyak kasih karunia Tuhan dan pembekalan firman-Nya, tetapi aku berusaha melindungi diriku sendiri di setiap kesempatan, dan tak pernah sekali pun memikirkan bagaimana melindungi kepentingan rumah Tuhan. Aku sama sekali tidak memiliki kemanusiaan. Aku benar-benar tidak layak untuk hidup di hadapan Tuhan! Aku berlutut dan berdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Aku telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis, aku sangat egois dan hina, dan aku tidak memiliki kemanusiaan. Aku tidak mau hidup seperti ini lagi, aku ingin meninggalkan dagingku, memenuhi tugasku dengan kemampuan terbaikku, dan menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan."

Kemudian, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan Dikutip dari "'Bab 11' Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta." "Siapakah dari seluruh umat manusia yang tidak diperhatikan di mata Yang Mahakuasa? Siapakah yang tidak hidup menurut apa yang telah ditentukan dari semula oleh Yang Mahakuasa? Apakah kehidupan dan kematian manusia terjadi karena pilihannya sendiri? Apakah manusia mengendalikan nasibnya sendiri? Banyak orang menginginkan kematian, tetapi kematian menjauh dari mereka; banyak orang ingin menjadi orang yang kuat dalam kehidupan dan takut akan kematian, tetapi tanpa sepengetahuan mereka, hari kematian mereka semakin mendekat, menjerumuskan mereka ke dalam jurang maut" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). "Ketika manusia siap mengorbankan nyawa mereka, semuanya menjadi tidak penting, dan tidak ada orang yang bisa mengalahkannya. Apakah yang lebih penting daripada nyawa? Karenanya, Iblis menjadi tidak mampu bertindak lebih jauh dalam manusia, tidak ada yang bisa dilakukannya dengan manusia. Walaupun, dalam definisi 'daging' dikatakan bahwa daging dirusak oleh Iblis, jika manusia benar-benar memberikan diri mereka dan tidak dikendalikan oleh Iblis, tidak ada orang yang bisa mengalahkannya" ("Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penafsiran Rahasia 'Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta', Bab 36"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa hidup dan mati manusia berada di tangan Tuhan. Sama seperti ketika kekejaman Iblis menyerang Ayub, tanpa seizin Tuhan, Iblis tidak berani mengambil nyawa Ayub. Dalam menangani masalah ini, entah aku akan ditangkap atau tidak terserah pada Tuhan. Jika Tuhan mengizinkan polisi untuk menangkapku, sebanyak apa pun siksaan yang harus kutanggung, meskipun aku dipukuli sampai mati, aku harus berdiri teguh dan menjadi saksi bagi Tuhan. Menjadi martir bagi-Nya pasti sangat bermakna dan bernilai. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan, "Sebab barangsiapa yang akan menyelamatkan hidupnya akan kehilangan hidupnya tetapi barangsiapa kehilangan hidupnya demi Aku, dia akan menyelamatkan hidupnya" (Lukas 9:24). Aku juga teringat dengan orang-orang kudus di masa lampau. Ketika mereka diancam akan dibunuh, mereka tidak memikirkan kepentingan atau rencana mereka sendiri untuk hidup mereka. Sebaliknya, mereka menghasilkan kesaksian yang berkumandang bagi Tuhan, seperti Daniel, yang dibuang ke gua singa, atau Yakobus, yang dipenggal, atau Petrus, yang disalibkan terbalik. Aku harus meniru iman, kesetiaan, dan ketaatan mereka kepada Tuhan. Aku tidak boleh lagi takut pada pengaruh gelap Iblis atau menjalani kehidupan yang egois, hina, dan tak bermartabat. Aku harus mempertaruhkan segalanya untuk melakukan tugasku.

Keesokan harinya, tiba-tiba terpikir olehku bahwa Saudari Wang, yang tinggal di dekat sana, mungkin saja mengetahui rumah tempat buku-buku itu disimpan, jadi aku pergi ke rumahnya. Dalam keterkejutan, dia berkata, "Kemarin, orang-orang dari kantor polisi dan kader desa datang untuk menyelidiki orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Jika saja kau bertemu pemimpin gereja dan memindahkan buku-buku itu kemarin, kau pasti sudah langsung ditangkap." Ketika mendengar Saudari Wang mengatakan hal itu, aku tak bisa berhenti bersyukur kepada Tuhan di dalam hatiku. Setelah mengetahui situasi setempat, aku memindahkan buku-buku itu ke tempat yang aman, dan akhirnya aku bisa berhenti khawatir. Meskipun sedikit menderita karena berada dalam keadaan sangat cemas di sepanjang seluruh proses itu, aku melihat efek nyata dari kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Segila apa pun si naga merah yang sangat besar, dia berada di tangan Tuhan, di mana dia melayani Tuhan. Dia adalah alat yang dipakai untuk menyempurnakan umat pilihan Tuhan dan membantu mereka bertumbuh dalam hidup, dan tanpa seizin Tuhan, dia tidak dapat berbuat apa pun terhadap kita.

Setelah pengalamanku, imanku kepada Tuhan bertambah. Aku juga mendapatkan sedikit pemahaman tentang kerusakanku sendiri. Aku tidak lagi menghindar ketika dihadapkan dengan pengaruh gelap Iblis, dan aku mampu memenuhi tugasku dan melindungi kepentingan rumah Tuhan. Berkat bimbingan Tuhan aku telah bertumbuh dan mendapat manfaat dengan cara ini. Aku tidak pernah bisa mendapatkan hal-hal ini dalam keadaan yang nyaman. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait