Kesangsianku dalam Menerapkan Kebenaran

16 Desember 2024

Pada bulan September 2021, aku bertanggung jawab atas salah satu pekerjaan gereja, dan Zhao Ting adalah pemimpin timnya. Ketika semua orang bersama-sama membahas pekerjaan, Zhao Ting selalu bersikeras pada sudut pandangnya sendiri dan tidak mau mendengarkan orang lain. Hal ini sering membuat kami menjumpai jalan buntu dan kemajuan pekerjaan terhenti. Aku ingin membicarakan hal ini dengannya, tetapi kata-kataku tertahan di tenggorokan ketika aku mengingat bagaimana Zhao Ting sering menyingkapkanku sebagai orang yang congkak, merasa diriku benar, dan bersikeras pada sudut pandangku sebelumnya. Walaupun aku tahu apa yang dikatakannya itu benar, dari lubuk hatiku, aku sungguh tidak menyukainya. Rasanya dia sedang menyingkapkan lukaku dengan melakukan ini dan aku ingin dia berhenti bicara. Jika aku menunjukkan masalah yang dimilikinya sekarang, bukankah dia akan merasakan sakit yang sama seperti yang kurasakan? Kupikir yang terbaik adalah tetap diam sehingga tidak ada dari kami yang merasa buruk. Lagi pula, aku tidak suka disingkapkan dan masalahku ditunjukkan oleh orang lain, dan aku belum berubah, tetapi masih meminta orang lain untuk berubah, bukankah itu akan menunjukkan aku sama sekali tidak bernalar? Jika dia membalikkan keadaan padaku dan berkata, "Kau bahkan tidak suka menerima saran dari orang lain, lantas apa yang membuatmu berhak mengkritikku?" aku tidak akan punya jawabannya. Selain itu, kami biasanya bergaul dengan sangat baik dan memiliki hubungan yang cukup bagus, serta berbicara dengan sopan satu sama lain. Bagaimana jika saat aku membicarakan masalahnya, dia tidak lagi memandangku dengan cara yang sama, dan tidak ingin bekerja sama denganku dalam pekerjaan? Karena memikirkan hal-hal tersebut, aku pun tidak menunjukkan masalah yang dimilikinya.

Tidak lama kemudian, seorang saudari bernama Wu Xin bergabung dengan tim kami. Setelah beberapa waktu, aku mendapati bahwa dia tidak membuat kemajuan apa pun. Dia selalu bersaing dengan orang lain, dan ketika dia tidak mampu menyaingi mereka, dia akan merajuk. Aku bersekutu tentang beberapa firman Tuhan yang terkait dengan masalah yang dimilikinya, dan aku menggunakan prinsip-prinsip untuk membimbing dan membantunya. Namun dia tidak merenungkan masalahnya dan berkata bahwa alasannya tidak mendapatkan hasil adalah karena kami tidak mempersekutukan prinsip-prinsip dengannya secara jelas. Melihatnya seperti ini, aku ingin bersekutu dan menganalisis esensinya yang mengejar reputasi dan status, serta konsekuensinya jika terus seperti itu. Namun kemudian aku teringat bagaimana dia menyebutkan tentang penyingkapan kerusakannya dalam sebuah pertemuan, katanya dia tidak suka menunjukkan masalah orang lain dan tidak suka orang lain yang selalu menunjukkan masalah yang dimilikinya. Kupikir, "Reputasi dan status juga penting bagiku, dan aku ingin perlahan mencari dan masuk ke dalam aspek ini sendiri. Aku tidak ingin orang lain menyingkapkan dan menunjukkan masalahku. Jika aku bicara terlalu kasar, itu akan membuatnya tidak senang. Sebaiknya aku mulai dengan bersekutu dan membantunya. Mungkin begitu dia memahami prinsip-prinsip dan memperoleh beberapa hasil, ketidakmampuannya untuk memuaskan keinginannya terhadap harga diri dan status tidak akan membuatnya terlalu negatif." Berpikir seperti ini, aku berhenti menunjukkan masalah yang dimilikinya. Kemudian aku mendapati bahwa Wu Xin memiliki kemanusiaan yang cukup buruk. Dia sering berbicara kepada orang lain dengan cara yang meremehkan dan sarkastis, membuat mereka merasa terkekang, dan kadang dia menyerang dan mengucilkan orang-orang yang berbeda pandangan. Ketika masalah muncul dalam pekerjaan, dia sama sekali tidak merenung dan mencoba mengelak dari tanggung jawab, dan dia tidak mendapatkan hasil apa pun dalam tugasnya. Sesuai dengan prinsip-prinsip, dia harus diberhentikan. Kupikir melakukan hal itu mungkin akan menyinggung perasaannya, jadi aku melaporkan situasinya kepada seorang pemimpin. Namun pemimpin terlalu sibuk untuk datang, sehingga dia memintaku untuk memberhentikan Wu Xin. Ketika bertemu dengannya, aku ingin menganalisis pengejarannya yang terus-menerus terhadap reputasi dan status, serangan dan pengucilannya terhadap pendapat yang berbeda, dan bagaimana dia berjalan di jalan antikristus sehingga dia bisa mengetahui esensi dan konsekuensi dari masalahnya, tetapi aku menelan kembali kata-kata yang hendak kukatakan. Aku memikirkan bagaimana dia menghargai reputasi dan status serta betapa rapuhnya dia. Jika aku menyingkapkan serta menganalisis masalahnya, dan dia tidak bisa menerimanya serta mengembangkan prasangka buruk kepadaku, lalu bagaimana? Kupikir sebaiknya aku diam saja. Jadi, aku hanya membahas tentang bagaimana dia tidak mendapatkan hasil, dan kemudian aku memberhentikannya, memberinya beberapa kata penghiburan, dan memintanya untuk merenungkan dirinya sendiri dengan benar. Ketika pemimpin mengetahui bahwa aku belum menganalisis perilaku Wu Xin, dia memangkasku, katanya, "Masalahnya begitu serius, tetapi kau tidak menyingkapkan atau menganalisis mereka! Kau terlalu menjadi penyenang orang!" Hal ini cukup sulit untuk diterima. Aku tahu bahwa aku belum melaksanakan tanggung jawabku, tetapi aku tidak merenungkan diri sendiri pada saat itu. Barulah pada insiden yang terjadi kemudian, aku akhirnya mulai merenungkan diriku sendiri.

Pada saat itu, Zhao Ting dan kelompoknya menyusun beberapa informasi tentang orang-orang yang akan diusir, tetapi ada banyak poin yang tidak jelas. Dalam keadaan normal, kesalahan tingkat rendah seperti ini tidak akan terjadi. Aku bertanya kepada yang lain, apa yang sedang terjadi, dan mereka mengatakan bahwa Zhao Ting bersikeras pada pendiriannya. Apa pun yang disarankan orang, dia menolaknya. Semua orang merasa terkekang dan harus melakukan apa yang dikatakannya saja. Aku merasa sangat bersalah ketika mendengar hal ini. Aku sudah lama mengetahui masalahnya ini, tetapi karena aku takut menyinggung perasaannya, aku tidak pernah menyingkapkannya, dan akibatnya, pekerjaan tertunda. Aku akhirnya mulai mencari kebenaran dan merenungkan diriku sendiri. Aku membaca sebuah bagian firman Tuhan: "Hati nurani dan nalar kedua-duanya seharusnya menjadi bagian dari kemanusiaan seseorang. Keduanya adalah hal yang paling mendasar dan paling penting. Orang macam apakah yang tidak memiliki hati nurani dan tidak memiliki nalar kemanusiaan yang normal? Secara umum, dia adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan, orang yang memiliki kemanusiaan yang sangat buruk. Secara lebih mendetail, apa perwujudan tidak adanya kemanusiaan yang diperlihatkan orang ini? Cobalah menganalisis ciri-ciri apa yang ditemukan dalam diri orang-orang semacam itu dan perwujudan spesifik apa yang mereka tunjukkan. (Mereka egois dan hina.) Orang-orang yang egois dan hina bersikap asal-asalan dalam tindakan mereka dan menjauh dari apa pun yang tidak berkaitan dengan mereka secara pribadi. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mereka juga tidak menunjukkan perhatian kepada maksud Tuhan. Mereka tidak terbeban untuk melaksanakan tugas mereka ataupun bersaksi bagi Tuhan, dan mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab. ... Ada orang-orang yang tidak mau bertanggung jawab dalam tugas apa pun yang sedang mereka laksanakan. Mereka juga tidak segera melaporkan masalah yang mereka temukan kepada atasan mereka. Ketika mereka melihat orang-orang mengacaukan dan mengganggu, mereka mengabaikannya. Ketika mereka melihat orang jahat melakukan kejahatan, mereka tidak berusaha menghentikannya. Mereka tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan atau memikirkan apa tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika melaksanakan tugasnya, orang-orang semacam ini tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun; mereka adalah para penyenang orang dan rakus akan kenyamanan; mereka berbicara dan bertindak hanya demi kesombongan, reputasi, status, dan kepentingan mereka sendiri, dan hanya mau mencurahkan waktu dan upaya mereka untuk hal-hal yang menguntungkan mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaan yang sebenarnya. Aku sudah melihat bahwa Zhao Ting memiliki watak congkak dan mengekang orang lain, yang sudah berdampak pada pekerjaan. Sebagai pengawas, seharusnya aku menunjukkan dan mengungkapkan masalahnya, tetapi aku khawatir dia tidak akan menerimanya dan kemudian berpikir buruk tentangku, maka setiap kali aku ingin menunjukkan masalahnya, rasanya ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokanku dan aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Aku menjadikan pekerjaan sebagai kedok, berpikir bahwa jika hubungan kami memburuk, dia tidak akan bekerja sama dengan pekerjaanku. Sementara aku terlihat sedang mempertimbangkan pekerjaan, aku sebenarnya hanya tidak ingin merusak hubungan kami yang bersahabat dan harmonis, dan aku ingin memberikan kesan yang baik kepada saudara-saudariku. Selain itu, aku menyadari dengan jelas bahwa masalah Wu Xin serius, tetapi aku takut jika aku menyingkapkan dan menunjukkan masalahnya, dia akan berpandangan buruk terhadapku, jadi aku tetap tidak mampu mengungkapkan masalahnya, dan akibatnya, dia tidak mengenali dirinya sendiri dan watak rusaknya tetap tidak berubah, dia mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja serta membuat orang lain merasa terkekang. Ketika melaksanakan tugasku, aku hanya mempertimbangkan kepentinganku sendiri serta posisiku di dalam hati orang lain. Aku melihat orang lain mengacaukan dan mengganggu pekerjaan dengan mengandalkan watak rusak dalam tugas-tugas mereka, dan aku mengabaikannya begitu saja, sama sekali tidak mempertimbangkan pekerjaan gereja. Aku sangat egois, tidak berhati nurani maupun bernalar!

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan yang lain: "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan memahami kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur tersebut? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa engkau memiliki perasaan yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam diri manusia. Jadi, apakah racun Iblis itu? Bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah dan logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi diri mereka sendiri. 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya'—ini adalah falsafah hidup manusia dan ini juga mewakili natur manusia" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). Dari pernyataan firman Tuhan, aku memahami alasan utamaku selalu menutup mata dan terlalu takut untuk menunjukkan masalah orang lain adalah karena aku mengandalkan falsafah Iblis seperti "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya," "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain," dan "Jika engkau memukul orang lain, jangan pukul wajah mereka; jika engkau mengkritik orang lain, jangan mengkritik kekurangan mereka." Aku selalu berpikir bahwa aku hanya boleh melakukan sesuatu jika aku akan memperoleh manfaat darinya, dan bahwa menunjukkan dan menyingkapkan masalah orang lain akan menyinggung mereka dan tidak bermanfaat bagiku, jadi aku tidak ingin melakukannya. Aku terlalu egois, tercela, licin, dan licik. Aku melihat bahwa Zhao Ting menjadi congkak, keras kepala, dan tidak mau mendengarkan orang lain, dan itu berdampak pada pekerjaan, tetapi aku lebih memilih melindungi hubunganku dengannya daripada menyingkapkan atau menganalisis masalahnya. Aku selalu takut akan menyinggungnya dan selalu mematuhinya untuk membuatnya senang. Aku takut menyinggung orang lain, tetapi tidak takut kepada Tuhan, dan tidak mempertimbangkan kepentingan gereja. Aku menjalani kehidupan yang hina dan tidak berharga, tanpa hati nurani atau nalar. Seseorang yang berhati nurani dan bernalar dapat bersekutu tentang kebenaran untuk membantu orang lain ketika mereka melihat orang tersebut dalam keadaan buruk, dan ketika mereka melihat seseorang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, mereka dapat berdiri untuk menyingkapkan dan menghentikannya. Sebagai seorang pengawas, aku semestinya memikul beban dan tanggung jawab yang lebih besar. Tidak soal jika saudara atau saudari bermasalah dengan keadaan atau pekerjaan mereka, aku harus bersekutu dan membantu mereka. Jika seseorang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, aku harus memangkas, menyingkapkan, dan menghentikanya tepat waktu. Inilah bagaimana seorang pengawas seharusnya melakukan pekerjaannya. Namun untuk melindungi kesan baik yang dimiliki orang lain terhadapku, aku bahkan tidak memenuhi tanggung jawab dasar. Aku tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dan aku sama sekali tidak mempertimbangkan jalan masuk kehidupan saudara-saudariku. Aku menyadari bahwa dengan menjadi penyenang orang, aku sebenarnya berhati busuk dan jahat. Melaksanakan tugasku dengan cara ini memuakkan dan menjijikkan bagi Tuhan. Jika aku terus seperti ini, pada akhirnya aku akan disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Menyadari hal-hal ini membuatku sangat sedih. Aku tidak ingin terus hidup seperti ini, maka aku berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, aku ingin menerapkan kebenaran, tetapi watakku rusak parah. Tolong beri aku pencerahan untuk mengenal diriku sendiri dan menemukan jalan penerapan."

Suatu hari, di saat teduhku, aku membaca firman Tuhan yang mengatakan: "Di gereja, berdirilah teguh dalam kesaksianmu kepada-Ku, tegakkan kebenaran; benar adalah benar dan salah adalah salah. Jangan mencampuradukkan hitam dan putih. Engkau harus berperang melawan Iblis dan harus sepenuhnya menaklukkannya sehingga Iblis tidak pernah bangkit lagi. Engkau harus mengorbankan segalanya untuk melindungi kesaksian-Ku. Ini menjadi tujuan dari tindakanmu—jangan lupakan ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Dalam segala hal, aku perlu menegakkan prinsip kebenaran dan melindungi kepentingan gereja. Zhao Ting telah mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja dengan mengandalkan wataknya yang rusak dalam tugas-tugasnya. Aku harus bersekutu dengannya dan menyingkapkan serta menganalisis dirinya, sehingga dia dapat mengetahui masalahnya. Jika dia masih tidak merenung atau bertobat, aku harus segera memindahkan atau memberhentikannya. Kemudian, aku menunjukkan masalah Zhao Ting kepadanya dan kubacakan beberapa firman Tuhan yang mengungkap watak congkak. Dengan membaca firman Tuhan, dia memperoleh sedikit pengetahuan tentang watak congkaknya dan kemudian membuat beberapa perbaikan dan perubahan. Ketika setiap orang mengemukakan sudut pandang yang berbeda-beda dalam diskusi, dia mampu mencari dan mendengarkannya, tidak lagi bersikeras pada pandangannya sendiri. Dengan tidak melindungi hubunganku dengan orang lain dan melakukan tugasku sesuai prinsip kebenaran, aku merasa tenang. Akhirnya aku memiliki sedikit keserupaan dengan manusia lewat cara hidup seperti ini.

Kemudian, aku bertanya-tanya: "Selain keegoisan, kekejaman dan keinginan untuk melindungi kepentinganku, apa lagi yang mengekangku sehingga aku selalu menjadi penyenang orang?" Suatu hari, dalam sebuah pertemuan, aku membaca firman Tuhan yang mengatakan: "Secara harfiah, arti pepatah 'Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya' adalah jika engkau tidak menyukai sesuatu, atau tidak suka melakukan sesuatu, maka engkau juga tidak boleh memaksa orang lain untuk melakukannya. Ini tampaknya cerdas dan masuk akal, tetapi jika engkau menggunakan falsafah Iblis ini untuk menangani setiap keadaan, engkau akan melakukan banyak kesalahan. Kemungkinan besar engkau akan menyakiti, menyesatkan, atau bahkan merugikan orang lain. Ini sama halnya dengan beberapa orang tua yang tidak suka belajar, tetapi suka menyuruh anak-anak mereka belajar, dan selalu berusaha bernalar dengan mereka, mendorong mereka untuk belajar dengan giat. Jika engkau ingin menerapkan tuntutan 'jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya', maka para orang tua ini tidak boleh menyuruh anak mereka belajar, karena mereka sendiri tidak menyukainya. Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengejar kebenaran; tetapi di dalam hatinya, mereka tahu bahwa percaya kepada Tuhan adalah jalan yang benar dalam hidup. Jika mereka melihat anak-anak mereka tidak percaya kepada Tuhan dan tidak menempuh jalan yang benar, mereka mendorong anak-anak mereka untuk percaya kepada Tuhan. Meskipun mereka sendiri tidak mengejar kebenaran, mereka tetap menginginkan anak-anak mereka mengejar kebenaran dan diberkati. Dalam situasi ini, jika mereka mematuhi pepatah 'Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya', maka para orang tua ini tidak boleh menyuruh anak mereka untuk percaya kepada Tuhan. Itu tentunya sesuai dengan falsafah Iblis ini, tetapi itu juga akan menghancurkan kesempatan anak-anak mereka untuk diselamatkan. Siapa yang menyebabkan akibat ini? Bukankah pepatah tradisional tentang perilaku moral jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya merugikan orang? ... Sebagai contoh, ada orang-orang yang tidak menyukai kebenaran; mereka mendambakan kenyamanan daging, dan mencari cara untuk bermalas-malasan saat melaksanakan tugas mereka. Mereka tidak mau menderita atau membayar harga. Mereka menganggap pepatah 'Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya' mendukung sikap mereka, dan berkata kepada orang-orang, 'Engkau semua seharusnya belajar cara bersenang-senang. Engkau tidak perlu melaksanakan tugasmu dengan benar atau mengalami kesukaran atau membayar harga. Jika engkau bisa bermalas-malasan, maka lakukanlah itu; jika engkau dapat bersikap asal-asalan, maka lakukanlah itu. Jangan mempersulit dirimu sendiri. Lihat, aku hidup dengan cara seperti ini—bagus bukan? Hidupku begitu nyaman! Engkau melelahkan dirimu sendiri dengan hidup seperti itu! Engkau harus belajar dariku.' Bukankah ini memenuhi tuntutan 'jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya'? Jika engkau bertindak dengan cara seperti ini, apakah engkau adalah orang yang memiliki hati nurani dan nalar? (Tidak.) Jika seseorang kehilangan hati nurani dan nalarnya, bukankah dia tidak memiliki kebajikan? Ini disebut tidak memiliki kebajikan. Mengapa kita menyebutnya demikian? Karena orang itu mendambakan kenyamanan, dia asal-asalan dalam tugasnya, dan menghasut serta memengaruhi orang lain untuk mengikutinya dalam bersikap asal-asalan dan mendambakan kenyamanan. Apa masalahnya dengan hal ini? Bersikap asal-asalan dan tidak bertanggung jawab dalam tugasmu adalah tindakan menipu dan sikap yang menentang terhadap Tuhan. Jika engkau terus bersikap asal-asalan dan tidak bertobat, engkau akan disingkapkan dan disingkirkan" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (10)"). "'Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya' adalah pepatah yang sangat bermasalah. Kelemahan dan kekurangan di dalam pepatah ini sangat jelas terlihat; bahkan tidak ada gunanya menganalisis dan memahaminya. Dengan sedikit pemeriksaan, kekeliruan dan ketidakwajarannya terlihat jelas. Namun, ada banyak di antaramu yang mudah diyakinkan dan dipengaruhi oleh pepatah ini dan menerimanya tanpa kearifan. Saat berinteraksi dengan orang lain, engkau sering menggunakan pepatah 'jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya' untuk menegur dirimu sendiri dan menasihati orang lain. Dengan melakukan hal ini, engkau menganggap karaktermu sangat luhur, dan menganggap perilakumu sangat bernalar. Namun tanpa kausadari, pepatah ini telah menyingkapkan prinsip yang mendasari tindakanmu dan pendirianmu terhadap masalah. Pada saat yang sama, engkau telah menyesatkan dan menjerumuskan orang lain agar mereka memperlakukan orang dan keadaan dengan pandangan dan sikap yang sama seperti dirimu. Engkau telah bertindak seperti orang yang tidak berpihak kepada siapa pun, dan sepenuhnya mengambil jalan tengah. Engkau berkata, 'Apa pun masalahnya, tidak perlu menganggapnya serius. Jangan menyulitkan diri sendiri atau orang lain. Jika engkau menyulitkan orang lain, engkau juga akan menyulitkan dirimu sendiri. Bersikap baik kepada orang lain artinya bersikap baik kepada dirimu sendiri. Jika engkau bersikap keras terhadap orang lain, artinya engkau juga bersikap keras kepada dirimu sendiri. Untuk apa menempatkan dirimu dalam posisi yang sulit? Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya adalah hal terbaik yang dapat kaulakukan untuk dirimu sendiri, dan merupakan hal yang paling penuh toleransi' Sikap ini jelas merupakan sikap yang tidak teliti dalam hal apa pun. Engkau tidak memiliki pendirian atau sudut pandang yang benar tentang masalah apa pun; engkau memiliki pandangan yang bingung tentang segala sesuatu. Engkau tidak teliti dan hanya berpura-pura tidak melihat apa pun. Ketika akhirnya engkau berdiri di hadapan Tuhan dan harus memberi pertanggungjawaban, itu akan menjadi kebingungan besar. Mengapa demikian? Karena engkau selalu berkata bahwa engkau tidak boleh memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya. Ini memberimu kenyamanan dan kenikmatan luar biasa, tetapi pada saat yang sama, ini akan menimbulkan masalah besar bagimu, sehingga membuatmu tidak dapat memiliki pandangan atau pendirian yang jelas dalam banyak hal. Tentu saja, itu juga membuatmu tak mampu memahami dengan jelas apa tuntutan dan standar Tuhan bagimu ketika engkau menghadapi situasi tertentu, atau hasil apa yang seharusnya kaucapai. Hal-hal ini terjadi karena engkau tidak teliti dalam apa pun; itu disebabkan oleh sikap dan pandanganmu yang bingung. Apakah tidak memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya merupakan sikap toleran yang seharusnya kaumiliki terhadap orang dan segala sesuatu? Tidak. Itu hanyalah sebuah teori yang tampak benar, luhur, dan baik di luarnya, tetapi sebenarnya merupakan hal yang sepenuhnya negatif. Terlebih lagi, itu jelas bukanlah prinsip kebenaran yang harus orang patuhi" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (10)"). Firman Tuhan menyingkapkan bahwa Iblis menggunakan pepatah "Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya" untuk merusak dan menyesatkan kita, untuk membuat kita berpikir bahwa kita tidak semestinya memaksakan hal-hal yang tidak ingin atau tidak bisa kita lakukan kepada orang lain, dan bahwa ini adalah perilaku yang masuk akal. Aku hidup dengan mengandalkan ide ini. Aku mengetahui dengan jelas bahwa sikap Zhao Ting yang congkak dan merasa diri benar berdampak pada pekerjaan, dan aku seharusnya menunjukkan dan menyingkapkan masalahnya, tetapi aku memikirkan betapa seringnya aku memperlihatkan watak congkakku dan betapa aku tidak suka selalu dikritik oleh orang lain, jadi kupikir bahwa memaksakan sesuatu yang tidak kusukai kepada orang lain adalah tak masuk akal, jadi aku terlalu takut untuk menunjukkan masalah Zhao Ting. Aku mengetahui dengan jelas bahwa Wu Xin hanya bekerja untuk reputasi dan status, dan kecongkakannya mengekang orang lain serta mengacaukan dan mengganggu pekerjaan. Dia perlu disingkapkan dan dipangkas, tetapi aku memikirkan betapa aku sangat menghargai reputasi serta statusku dan tidak bersedia jika masalahku ditunjukkan atau disingkapkan oleh orang lain, maka aku hidup dengan sudut pandang "Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya" dan oleh karena itu, aku tidak menyingkapkan dia. Kupikir disingkapkan dan dikritik itu menyakitkan dan memalukan, dan aku berharap orang lain tidak akan memangkas atau mengkritikku, jadi aku tidak ingin melakukan hal yang sama kepada orang lain. Sebenarnya, aku hanya membantu dan melindungi diri sendiri. Aku melindungi harga diri dan statusku serta tidak mau menerima kebenaran dan bahkan berkomplot serta berkompromi dengan orang lain. Aku memberontak serta menentang Tuhan, dan aku membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Pada esensinya, aku berharap tidak ada yang akan menerapkan kebenaran atau mengalami penghakiman dan hajaran Tuhan atau dipangkas. Aku sungguh tercela dan tidak bermoral! Kita telah dirusak oleh Iblis dan dipenuhi dengan watak-watak Iblis. Natur kita congkak, sombong, egois, licik, dan cenderung mencari reputasi dan status. Tanpa penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, tanpa dipangkas, dan tanpa kritik atau bantuan dari orang lain, kita tidak bisa untuk tidak mengacaukan pekerjaan gereja. Zhao Ting dan Wu Xin menyingkapkan watak rusak dan berada di jalan yang salah, dan jika tidak ada yang mengkritik atau menyingkapkan mereka, mereka akan mengganggu pekerjaan gereja. Jika pelanggaran mereka ringan, mereka akan diberhentikan, tetapi jika lebih serius, mereka akan dikeluarkan. Aku telah hidup dengan falsafah Iblis, melihat masalah tetapi tidak mengungkitnya. Hal ini diam-diam memungkinkan orang lain bertindak sesuai dengan watak Iblis mereka dan pada akhirnya akan menyakiti diriku sendiri serta orang lain. Melihat bahwa aku telah hidup dengan racun Iblis "Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya", bukan hanya aku tidak melaksanakan tugasku dengan baik, tetapi aku juga bertindak sebagai kaki tangan Iblis dan mengacaukan pekerjaan gereja. Aku menyadari hal-hal ini sulit untuk diterima, dan aku ingin mengaku dan bertobat kepada Tuhan.

Suatu hari, aku membaca sebuah bagian firman Tuhan yang mengatakan: "Tuhan tidak menuntut orang agar tidak memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya, sebaliknya Dia menuntut orang untuk mengerti dengan jelas tentang prinsip-prinsip yang harus mereka patuhi ketika menangani berbagai situasi. Jika itu benar dan sesuai dengan kebenaran dalam firman Tuhan, maka engkau harus berpegang teguh padanya. Dan engkau bukan saja harus berpegang teguh padanya, engkau juga harus menasihati, meyakinkan, dan mempersekutukannya kepada orang lain agar mereka mengerti apa sebenarnya yang merupakan maksud Tuhan, dan apa sebenarnya yang merupakan prinsip kebenaran. Ini adalah tanggung jawab dan kewajibanmu. Tuhan tidak memintamu untuk mengambil jalan tengah, dan Dia terlebih lagi tidak memintamu untuk memamerkan betapa murah hatinya dirimu. Engkau harus berpegang teguh pada hal-hal yang telah Tuhan peringatkan dan ajarkan kepadamu, dan berpegang teguh pada apa yang Tuhan katakan dalam firman-Nya: tuntutan, standar, dan prinsip kebenaran yang harus orang patuhi. Engkau bukan saja harus berpaut dan berpegang teguh pada semua itu untuk selamanya, tetapi engkau juga harus menerapkan prinsip-prinsip kebenaran ini dengan cara menjadi teladan, serta meyakinkan, mengawasi, membantu, dan membimbing orang lain untuk berpegang teguh, mematuhi, dan menerapkan prinsip kebenaran ini dengan cara yang sama seperti yang kaulakukan. Tuhan menuntutmu melakukan hal ini—inilah yang Dia percayakan kepadamu. Engkau tidak dapat hanya menuntut dirimu untuk menerapkannya sembari mengabaikan orang lain. Tuhan menuntut agar engkau mengambil pendirian yang benar terhadap masalah, berpegang teguh pada standar yang benar, dan mengetahui dengan tepat apa standar yang ada dalam firman Tuhan, dan agar engkau mengetahui dengan tepat apa yang merupakan prinsip kebenaran. Meskipun engkau tidak mampu mencapainya, meskipun engkau tidak mau, meskipun engkau tidak menyukainya, meskipun engkau memiliki gagasan tertentu, atau meskipun engkau menentangnya, engkau harus memperlakukannya sebagai tanggung jawabmu, sebagai kewajibanmu. Engkau harus mempersekutukan kepada orang-orang hal-hal positif yang berasal dari Tuhan, hal-hal yang benar dan tepat, dan menggunakannya untuk membantu, memengaruhi, dan membimbing orang lain, sehingga orang dapat memperoleh manfaat dan terdidik dalam kerohanian mereka, dan menempuh jalan yang benar dalam hidup mereka. Ini adalah tanggung jawabmu, dan engkau tidak boleh dengan keras kepala berpaut pada gagasan 'Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya' yang telah Iblis tanamkan ke dalam pikiranmu. Di mata Tuhan, pepatah itu hanyalah falsafah duniawi; itu adalah cara berpikir yang mengandung tipu muslihat Iblis; itu bukan jalan yang benar, juga bukan hal yang positif. Yang Tuhan tuntut darimu hanyalah agar engkau menjadi orang yang jujur yang memahami dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh kaulakukan. Dia tidak memintamu untuk menjadi penyenang orang atau orang yang tidak berpihak kepada siapa pun; Dia tidak memintamu untuk mengambil jalan tengah. Hal-hal yang berkaitan dengan prinsip kebenaran, engkau harus mengatakan apa yang perlu dikatakan, dan memahami apa yang perlu dipahami. Jika seseorang tidak memahami sesuatu tetapi engkau memahaminya, dan engkau mampu memberikan petunjuk dan membantunya, maka engkau harus memenuhi tanggung jawab dan kewajiban ini. Engkau tidak boleh hanya berpangku tangan dan menonton, dan terlebih lagi, engkau tidak boleh berpaut pada falsafah yang telah Iblis tanamkan ke dalam pikiranmu seperti jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Apa yang benar dan positif sesungguhnya adalah hal yang benar dan positif meskipun engkau tidak menyukainya, meskipun engkau tidak bersedia melakukannya, tidak mampu melakukan dan mencapainya, menentangnya, atau memiliki gagasan terhadapnya. Esensi kebenaran firman Tuhan tidak akan berubah hanya karena manusia memiliki watak yang rusak dan memiliki emosi, perasaan, keinginan, dan gagasan tertentu. Esensi kebenaran firman Tuhan tidak akan pernah berubah selamanya. Segera setelah engkau mengetahui, memahami, mengalami, dan memperoleh kebenaran firman Tuhan, adalah kewajibanmu untuk mempersekutukan kesaksian pengalamanmu kepada orang lain. Ini akan memungkinkan lebih banyak orang untuk mengerti maksud Tuhan, memahami dan memperoleh kebenaran, memahami tuntutan dan standar Tuhan, dan memahami prinsip-prinsip kebenaran. Dengan melakukannya, orang-orang ini akan memperoleh jalan penerapan ketika mereka menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari dan tidak akan menjadi kacau atau terbelenggu oleh berbagai gagasan dan pandangan Iblis. Pepatah tentang perilaku moral 'Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya' sebenarnya adalah rencana licik Iblis untuk mengendalikan pikiran orang. Jika engkau selalu berpaut pada pepatah ini, engkau adalah orang yang hidup berdasarkan falsafah Iblis; orang yang sepenuhnya hidup dalam watak Iblis. Jika engkau tidak mengikuti jalan Tuhan, artinya engkau tidak mencintai atau mengejar kebenaran. Apa pun yang terjadi, prinsip yang harus kauikuti dan hal terpenting yang harus kaulakukan adalah membantu orang sebanyak yang kaubisa. Engkau tidak boleh menerapkan perkataan Iblis, yaitu 'jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya', dan menjadi penyenang orang yang 'cerdas'. Apa arti membantu orang sebanyak yang kaubisa? Itu artinya memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu. Segera setelah engkau memahami bahwa sesuatu adalah bagian dari tanggung jawab dan kewajibanmu, engkau harus mempersekutukan firman Tuhan dan kebenaran. Inilah artinya memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (10)"). Dari firman Tuhan, aku jadi memahami bahwa Tuhan mengharuskan kita untuk menerapkan kebenaran dan menegakkan prinsip-prinsip dalam segala hal, dan bahwa ketika kita melaksanakan tugas bersama-sama, ketika kita melihat seseorang melanggar prinsip atau mengganggu pekerjaan gereja, kita seharusnya mengkritik dan menolongnya. Hanya ketika semua orang hidup berdasarkan firman Tuhan, barulah kita dapat bertumbuh dalam tugas kita. Jika menyangkut masalah prinsip, kita tidak boleh takut menyinggung orang lain atau memikirkan perasaan mereka. Kita harus bertindak sesuai prinsip kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja. Apakah diterima orang lain atau tidak, kita semua semestinya menerapkan kebenaran dan memenuhi tanggung jawab kita. Sebagai pengawas, tanggung jawabku adalah bersekutu dan menyelesaikan masalah tepat waktu saat aku melihatnya. Jika aku tidak menyelesaikan masalah yang kulihat, hanya menjadi penyenang orang, dan mengambil jalan tengah, aku tidak memenuhi tanggung jawabku serta menentang Tuhan. Selain itu, bukan berarti bahwa aku tidak bisa menunjukkan masalah orang lain hanya karena aku sendiri memperlihatkan kerusakanku. Ketika aku memperlihatkan kerusakan, aku perlu mencari kebenaran dan merenungkan diriku sendiri, itu urusan pribadiku. Namun, ketika aku melihat orang lain melanggar prinsip dan menyebabkan kerusakan pada pekerjaan gereja, aku harus bersekutu, menyingkapkan, dan menghentikan mereka. Ini melindungi pekerjaan gereja dan sudah menjadi tanggung jawabku. Aku tidak semestinya mencampuradukkan kedua hal ini. Aku sangat menghargai reputasi dan statusku, serta memiliki watak congkak, aku perlu merenung dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan hal-hal ini dan tidak mengakomodasi diri sendiri serta memanjakan orang lain. Dahulu aku hidup berdasarkan falsafah Iblis, "Jangan memaksa orang lain melakukan apa yang kau sendiri tak ingin melakukannya", berpikir bahwa aku tidak seharusnya meminta orang lain melakukan hal yang tidak kusukai atau tidak bisa kulakukan sendiri. Akibatnya, kesempatan untuk menerapkan kebenaran pergi begitu saja. Aku akhirnya menyadari bahwa pandanganku dahulu sangat konyol dan absurd.

Belakangan, ketika aku melihat orang lain melanggar prinsip-prinsip dan itu berdampak pada pekerjaan gereja, aku menyingkapkan, menganalisis, dan mempersekutukan masalah-masalah mereka bersama mereka, dan meskipun aku masih khawatir mereka akan berpandangan buruk terhadapku, aku tidak lagi terlalu berhati-hati atau berpikir berlebihan seperti sebelumnya; aku hanya memikirkan bagaimana aku bisa membantu mereka dan melindungi pekerjaan gereja. Dengan menerapkan hal ini, aku melihat saudara-saudari membuat kemajuan dalam tugas mereka dan aku dipenuhi sukacita. Ketika menyelesaikan masalah orang lain, aku bisa lebih banyak merenungkan diriku sendiri, dan tanpa disadari aku menemukan beberapa watak rusak yang sebelumnya tidak kuketahui, yang membuatku semakin termotivasi untuk mengejar kebenaran dan menyelesaikan masalahku. Menerapkan cara ini membuatku merasa lebih dekat dengan Tuhan; ketika aku meninggalkan daging dan lebih banyak menerapkan kebenaran, itu membuatku merasa damai dan tenang hidup seperti ini.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait