Bertumbuh Melalui Kegagalan dan Kemunduran

14 Desember 2022

Oleh Saudari Sheila, Filipina

Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman pada Desember 2020. Aku dipilih menjadi pemimpin gereja beberapa bulan kemudian. Di gereja ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan masalah yang harus diselesaikan. Aku mengabdikan diriku dalam pekerjaan ini dengan penuh semangat. Setelah beberapa waktu, aku menjadi makin terbiasa dengan pekerjaan gereja, tetapi aku masih tetap menemui banyak masalah. Banyak petobat baru yang tidak menghadiri pertemuan secara teratur. Ada yang terpengaruh oleh kabar bohong di Internet, ada yang tidak memahami dengan jelas kebenaran tentang visi dan memiliki gagasan agamawi yang belum dibereskan, dan ada yang tak bisa menghadiri pertemuan secara teratur karena mereka terlalu sibuk bekerja. Menghadapi masalah-masalah ini, aku bekerja keras mempersekutukan maksud Tuhan kepada mereka dan membantu meluruskan kesulitan mereka, tetapi masalah mereka tetap tak terselesaikan. Aku merasa sangat sedih. Aku terus-menerus bertanya pada diriku sendiri mengapa semua kerja kerasku belum membuahkan hasil. Mengapa Tuhan tidak memberkati gereja kami? Saudara-saudari memiliki banyak sekali masalah dan persekutuan yang kusampaikan kepada mereka satu per satu gagal. Mungkinkah aku tidak cocok menjadi pemimpin? Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri: akulah penyebab semua ini. Jika aku menerima tanggung jawab dan mengundurkan diri, orang lain bisa melayani sebagai pemimpin dan pekerjaan pasti akan lebih berhasil. Aku mulai merasa negatif dan menjadi pasif dalam tugasku, hanya menunggu diberhentikan. Aku bahkan berpikir bahwa Tuhan mengatur kesulitan-kesulitan ini untuk menyingkapkanku, membuatku gagal, dan Dia mungkin sudah meninggalkanku. Pikiran itu membuatku takut. Apakah Tuhan benar-benar sudah meninggalkanku? Aku berdoa dan mencari, tetapi aku tetap tidak mengerti maksud Tuhan. Pemikiran bahwa Tuhan sudah meninggalkanku terus timbul dari waktu ke waktu. Aku merasa negatif, sangat lelah, dan lemah sepanjang waktu. Aku sangat takut, dan merasa aku tidak lagi memiliki pekerjaan Roh Kudus.

Pada waktu itu, gereja kekurangan beberapa pemimpin tim, jadi pengawas merekomendasikan beberapa petobat baru kepadaku. Aku langsung menunjuk mereka begitu saja tanpa banyak pertimbangan. Awalnya, mereka semua berkata mereka ingin menerima tugas, tetapi saat mereka resmi mulai, satu orang berkata dia harus bekerja dan sibuk, jadi dia tidak bisa, dan yang lain berkata akan terlambat datang ke pertemuan karena urusan keluarga, jadi dia juga tidak bisa melakukan tugas itu. Aku akhirnya memutuskan bahwa untuk saat ini, mereka tidak cocok untuk dibina sebagai pemimpin tim dan yang bisa kulakukan hanyalah memilih orang lain untuk menjadi pemimpin tim. Aku bekerja keras menyelesaikan kesulitan yang kuhadapi dalam pekerjaanku ini, tetapi selama beberapa waktu tidak mendapatkan hasil apa pun. Pada saat itu, aku benar-benar tak mampu menanggung semua kegagalan ini. Aku merasa negatif, aku bahkan takut menghadapi setiap hari baru. Aku tak mau lagi melaksanakan pekerjaan gereja karena aku sudah melakukan banyak hal, tetapi tidak mencapai apa pun. Aku mengira aku mengalami situasi ini karena Tuhan ingin menyingkapkan bahwa aku tidak kompeten, tetapi aku tak mau membiarkan diriku tenggelam dalam keadaan seperti itu. Aku tak ingin disingkapkan dan disingkirkan karena tidak memperoleh hasil dalam tugasku.

Suatu hari dalam saat teduhku, aku membaca satu bagian dalam "Bab 65, Prinsip-Prinsip Mengambil Tanggung Jawab dan Mengundurkan Diri" dalam 170 Prinsip untuk Melakukan Kebenaran: "Pemimpin atau pekerja palsu yang tidak menerima kebenaran, atau melakukan pekerjaan nyata, dan yang, untuk beberapa waktu, telah kehilangan pekerjaan Roh Kudus, harus mengambil tanggung jawab dan mengundurkan diri." Membaca ini membuatku makin merasa negatif. Apa yang harus kulakukan? Aku belum menyelesaikan masalah apa pun di gereja, jadi aku adalah pemimpin palsu. Haruskah aku bertanggung jawab dan mengundurkan diri, membiarkan seseorang yang cakap untuk memimpin? Aku sudah bekerja di gereja selama tiga bulan, tetapi masih belum menyelesaikan masalah yang ada di gereja. Terlebih dari itu, dalam situasi seperti itu, aku masih tidak mengerti maksud Tuhan dan belum membuat kemajuan. Aku bahkan salah paham terhadap Tuhan. Aku khawatir orang lain akan menganggapku terlalu negatif, dan aku takut mereka menegurku karena berpikir akan mengundurkan diri.

Suatu hari dalam sebuah pertemuan, aku membaca firman Tuhan ini: "Engkau orang biasa. Engkau harus mengalami banyak kegagalan, banyak periode kebingungan, banyak penilaian yang salah, dan banyak penyimpangan. Hal ini dapat sepenuhnya menyingkapkan watakmu yang rusak, kelemahan dan kekuranganmu, ketidaktahuan dan kebodohanmu, memampukanmu memeriksa kembali dirimu dan mengenal dirimu sendiri, serta memiliki pengetahuan tentang kemahakuasaan Tuhan, hikmat sepenuhnya, dan watak-Nya. Engkau akan mendapatkan hal-hal positif dari-Nya, dan mulai memahami kebenaran dan memasuki kenyataannya. Akan ada banyak hal di tengah pengalamanmu yang tidak berjalan seperti yang engkau inginkan, dan terhadap hal itu engkau akan merasa tidak berdaya. Dengan mengalami semua ini, engkau harus mencari dan menunggu; engkau harus memperoleh jawaban dari Tuhan untuk setiap masalah, dan memahami dari firman-Nya esensi mendasar dari setiap masalah dan esensi dari setiap jenis orang. Beginilah caranya orang yang biasa dan normal berperilaku" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan"). Tuhan sungguh bijaksana. Aku memperoleh pemahaman baru tentang cara Tuhan bekerja. Aku mengerti bahwa semua orang pasti mengalami beberapa kegagalan dan kemunduran dalam tugas mereka, dan maksud Tuhan adalah aku harus mencari kebenaran saat mengalami semua ini untuk menyelesaikan masalah watakku yang rusak. Aku telah menghadapi beberapa kesulitan dalam tugasku dan mengalami beberapa kegagalan, tetapi aku tidak mencari kebenaran ataupun maksud Tuhan. Aku malah selalu berpikir akan mengundurkan diri karena merasa tidak ada hasil dalam tugasku ataupun melakukan yang seharusnya pemimpin lakukan. Aku bahkan tidak berani menceritakan situasiku yang sebenarnya kepada orang lain. Aku sangat bodoh. Aku tidak mengerti maksud Tuhan, tidak mengerti mengapa Tuhan membiarkan hal seperti itu terjadi pada diriku. Aku mengerti dari firman Tuhan bahwa aku hanyalah manusia biasa, jadi normal bagiku untuk menemui beberapa masalah dan kegagalan dalam tugasku. Maksud Tuhan ada di dalamnya. Jadi, aku membuka diri kepada saudara-saudari tentang keadaanku belakangan ini dan meminta bantuan mereka. Kukatakan juga bahwa aku berpikir untuk bertanggung jawab dan mengundurkan diri. Mereka tidak memandangku rendah, mereka justru membantu dan menguatkanku, mempersekutukan firman Tuhan kepadaku. Aku sangat terharu.

Mereka membacakanku beberapa firman Tuhan Yang Mahakuasa. Tuhan berfirman: "Selama mengalami pekerjaan Tuhan, berapa kali pun engkau telah gagal, jatuh, dipangkas, atau disingkapkan, semua ini bukan hal yang buruk. Dengan cara apa pun engkau telah dipangkas, atau entah itu oleh para pemimpin, pekerja, saudara atau saudarimu, semua ini adalah hal yang baik. Engkau harus ingat ini: sebanyak apa pun engkau menderita, engkau sebenarnya mendapat manfaat. Siapa pun yang memiliki pengalaman dapat membuktikannya. Apa pun yang terjadi, entah dipangkas, atau disingkapkan, itu selalu merupakan hal yang baik. Itu bukan hukuman. Itu adalah keselamatan Tuhan dan kesempatan terbaik bagimu untuk mengenal dirimu sendiri. Ini bisa membawa perubahan pada pengalaman hidupmu. Tanpa disingkapkan dan dipangkas, engkau tidak akan memiliki kesempatan, syarat, maupun konteks yang memampukanmu untuk mencapai pemahaman tentang kenyataan kerusakanmu. Jika engkau benar-benar memahami kebenaran, dan mampu menggali hal-hal rusak yang tersembunyi di lubuk hatimu, jika engkau dapat membedakannya dengan jelas, maka ini bagus, ini telah menyelesaikan masalah utama jalan masuk kehidupan, dan sangat bermanfaat bagi perubahan dalam watakmu. Menjadi mampu untuk sungguh-sungguh mengenal dirimu sendiri adalah kesempatan terbaik bagimu untuk memperbaiki jalanmu dan menjadi manusia yang baru; inilah kesempatan terbaik bagimu untuk memperoleh kehidupan baru. Begitu engkau benar-benar mengenal dirimu sendiri, engkau akan dapat melihat bahwa saat kebenaran menjadi hidup seseorang, itu sungguh sebuah hal yang berharga, dan engkau akan menjadi haus akan kebenaran, menerapkan kebenaran, dan masuk ke dalam kenyataan. Ini adalah hal yang luar biasa! Jika engkau dapat meraih kesempatan ini dan dengan sungguh-sungguh merenungkan dirimu sendiri serta mendapatkan pengetahuan yang benar tentang dirimu sendiri setiap kali engkau gagal atau jatuh, maka di tengah-tengah sikap negatif dan kelemahan, engkau akan mampu bangkit kembali. Setelah melewati ambang batas ini, engkau akan mampu mengambil langkah maju yang besar dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). "Keselamatan Tuhan bagi umat manusia adalah keselamatan bagi mereka yang mencintai kebenaran, keselamatan bagi bagian dari diri mereka yang memiliki kemauan dan ketetapan hati, dan bagian dari diri mereka yang mendambakan kebenaran dan keadilan di dalam hati mereka. Ketetapan hati manusia adalah bagian dari diri mereka di dalam hatinya yang mendambakan keadilan, kebaikan, dan kebenaran, dan memiliki hati nurani. Tuhan menyelamatkan bagian ini dari manusia, dan melaluinya, Dia mengubah watak rusak mereka, sehingga mereka bisa memahami dan memperoleh kebenaran, sehingga kerusakan mereka bisa ditahirkan, dan watak hidup mereka bisa diubahkan. Jika engkau tidak memiliki hal-hal ini dalam dirimu, engkau tidak bisa diselamatkan. ... Mengapa dikatakan bahwa Petrus adalah buah? Karena ada hal-hal berharga dalam dirinya. Hal-hal yang layak untuk disempurnakan. Dia mencari kebenaran dalam segala sesuatu, memiliki tekad, dan teguh dalam kemauannya; dia memiliki nalar, rela mengalami kesukaran, dan mencintai kebenaran di dalam hatinya, dia tidak melepaskan apa yang terjadi, dan dia mampu memetik pelajaran dari segala hal. Semua ini adalah kelebihannya. Jika engkau tidak memiliki kelebihan ini, itu berarti masalah. Tidak akan mudah bagimu untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan. Jika engkau tidak tahu cara mengalami firman Tuhan atau tidak memiliki pengalaman, engkau tidak akan mampu menyelesaikan kesulitan orang lain. Karena engkau tidak mampu menerapkan dan mengalami firman Tuhan, engkau tidak tahu apa yang harus kaulakukan ketika sesuatu terjadi padamu, engkau menjadi sedih dan menangis tersedu-sedu ketika engkau menghadapi masalah, dan engkau menjadi negatif dan lari ketika engkau mengalami beberapa kemunduran kecil, dan engkau tidak mampu bereaksi dengan cara yang benar. Karena semua ini, tidak mungkin bagimu untuk memperoleh jalan masuk kehidupan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah membacakannya, seorang saudari menyampaikan persekutuannya: "Apa pun kemunduran atau kegagalan yang kita hadapi, kita harus berdoa dan mencari maksud Tuhan, tidak menyerah dalam mencari kebenaran dan dalam tugas kita. Menyerah dalam tugas kita bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah. Hanya melalui kesulitan dan kemunduran yang kita hadapi dalam tugas kita, kerusakan dan kekurangan kita dapat tersingkap, dan kita dapat sungguh-sungguh mengenal diri kita sendiri. Tanpa pengalaman itu, kita tak mungkin mampu melihat kerusakan dan kekurangan kita. Lalu bagaimana kita bisa berubah? Jadi, mengalami kegagalan atau tersandung bukanlah hal yang buruk. Justru pada saat itulah kita harus mencari kebenaran dan memetik pelajaran—kita tak boleh salah paham terhadap Tuhan. Jika kita mengundurkan diri, menyerah saat menemui kesulitan, bagaimana kita bisa mengalami pekerjaan Tuhan dan mengejar keselamatan? Kesaksian apa yang akan kita miliki? Tuhan tidak menuntut banyak dari kita. Jika kita memiliki tekad saat kita mengalami masalah dan kesulitan, berdoa dengan sungguh-sungguh dan mencari kebenaran, Tuhan akan membimbing dan menolong kita." Aku sangat dicerahkan setelah membaca firman Tuhan dan kemudian mendengar persekutuan saudari ini. Aku sadar bahwa mengalami kegagalan dan kemunduran adalah kasih Tuhan, dan itu kesempatan baik bagiku untuk mencari kebenaran dan memetik pelajaran. Aku teringat Petrus yang mengalami banyak ujian, pemurnian, kemunduran, dan kegagalan sepanjang hidupnya. Terkadang dia mengalami kelemahan daging, tetapi dia tak pernah kehilangan imannya kepada Tuhan. Dia terus mengejar kebenaran, mencari maksud Tuhan, dan menutupi apa pun kekurangannya. Pada akhirnya, dia memahami kebenaran dan mengenal Tuhan, serta menjadi tunduk sepenuhnya kepada Tuhan dan mengasihi-Nya. Aku harus menjadi kuat dan teguh seperti Petrus, berdoa kepada Tuhan dan mencari maksud-Nya saat menghadapi kemunduran dan kegagalan, merenungkan apa yang kurang dalam diriku, bukan malah salah paham terhadap Tuhan dan menyalahkan-Nya.

Suatu kali dalam saat teduhku, aku membaca firman Tuhan yang membantuku lebih memahami maksud Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Orang harus belajar untuk mengindahkan firman Tuhan dan memahami hati-Nya. Mereka tidak boleh salah memahami Tuhan. Sebenarnya, dalam banyak hal, kekhawatiran orang berasal dari kepentingan mereka sendiri. Secara umum, kekhawatiran itu adalah ketakutan bahwa mereka tidak memiliki kesudahan yang baik. Mereka selalu berpikir dalam hati, 'Bagaimana jika Tuhan menyingkapkanku, menyingkirkanku, dan menolakku?' Ini adalah kesalahanmu dalam memahami Tuhan; ini hanyalah pemikiranmu. Engkau harus mencari tahu apa maksud Tuhan. Tuhan menyingkapkan manusia bukanlah untuk menyingkirkan mereka. Orang-orang disingkapkan untuk menyingkapkan kekurangan, kekeliruan, dan esensi dari natur mereka, untuk membuat mereka mengenal diri mereka sendiri, dan mampu sungguh-sungguh bertobat; dengan demikian, menyingkapkan orang adalah untuk membantu mereka agar bertumbuh dalam hidup mereka. Tanpa pemahaman yang murni, orang cenderung salah memahami Tuhan dan menjadi negatif dan lemah. Mereka bahkan mungkin menyerah karena putus asa. Sebenarnya, disingkapkan oleh Tuhan bukan berarti orang itu akan disingkirkan. Itu adalah untuk membantumu menyadari kerusakanmu sendiri, dan membuatmu bertobat. Sering kali, karena orang-orang memberontak, dan tidak mencari kebenaran untuk menemukan penyelesaian ketika kerusakan mereka yang banyak tersingkap, Tuhan harus melakukan pendisiplinan. Dan terkadang, Dia menyingkapkan orang, memperlihatkan keburukan dan keadaan mereka yang menyedihkan, memungkinkan mereka untuk mengenal diri mereka sendiri, yang membantu hidup mereka bertumbuh. Menyingkapkan orang memiliki dua arti yang berbeda: bagi orang jahat, disingkapkan berarti mereka disingkirkan. Bagi orang yang mampu menerima kebenaran, disingkapkan adalah pengingat dan peringatan; itu membuat mereka harus merenungkan diri mereka sendiri untuk melihat keadaan mereka yang sebenarnya, dan tidak lagi suka memberontak dan sembrono, karena terus seperti ini akan berbahaya. Menyingkapkan orang dengan cara ini adalah untuk mengingatkan mereka, agar ketika mereka melaksanakan tugasnya, mereka tidak bingung dan ceroboh, tidak meremehkan tugas, tidak puas hanya dengan sedikit efektif, berpikir bahwa mereka telah melakukan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima—padahal sebenarnya, diukur menurut apa yang Tuhan tuntut, mereka jauh dari standar, tetapi mereka tetap berpuas diri, dan berpikir pekerjaan mereka baik. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan akan mendisiplinkan, memperingatkan, dan mengingatkan manusia. Terkadang, Tuhan menyingkapkan keburukan mereka, yang secara terang-terangan berfungsi sebagai pengingat. Pada saat-saat seperti itu engkau harus merenungkan dirimu, yaitu bahwa melaksanakan tugasmu seperti ini tidaklah memadai, ada pemberontakan yang terlibat di dalamnya, itu mengandung terlalu banyak hal-hal negatif, itu sepenuhnya asal-asalan, dan jika engkau tidak bertobat, engkau akan dihukum. Ketika Tuhan mendisiplinkan dan menyingkapkanmu, ini bukan berarti engkau akan disingkirkan. Masalah ini harus diperlakukan dengan benar. Sekalipun engkau disingkirkan, engkau harus menerimanya dan tunduk akan hal itu, dan segera merenungkan dirimu dan bertobat" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menerapkan Kebenaran dan Tunduk Kepada Tuhan Orang Bisa Mencapai Perubahan Watak"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa tujuan Dia menyingkap orang bukanlah untuk menyingkirkan mereka, melainkan membuat mereka menyadari kerusakan dan kekurangan mereka, sehingga mereka dapat mengejar kebenaran untuk menyelesaikan masalah mereka dan berkembang lebih cepat dalam hidup ini. Aku pun merenungkan diriku. Saat aku menghadapi kesulitan atau masalah apa pun, aku tidak tekun memikirkan atau mencari maksud Tuhan. Aku juga tidak merenungkan diriku untuk mengetahui masalahku yang sebenarnya. Aku justru mengira Tuhan memakai situasi ini untuk menyingkap dan menyingkirkanku, bahwa aku bukan pemimpin yang sesuai, bahwa aku harus bertanggung jawab dan mengundurkan diri. Aku salah paham terhadap Tuhan. Lalu aku sadar bahwa tidak terselesaikannya begitu banyak masalah dan kesulitan dalam pekerjaanku adalah karena aku tidak melaksanakan tugasku dengan sepenuh hati. Aku selalu merasa ada begitu banyak hal yang harus diselesaikan dan aku tak punya arah atau tujuan apa pun ketika bekerja. Aku hanya melakukan apa yang terpikirkan tanpa mengusahakan hasil apa pun. Beberapa petobat baru disesatkan oleh kabar bohong dan aku tidak mencari aspek kebenaran mana yang perlu kupersekutukan untuk meluruskan gagasan mereka sehingga mereka mampu mengenali yang sebenarnya tentang kabar bohong itu dan tetap teguh menempuh jalan yang benar. Ketika membina orang, aku tidak mencari prinsip-prinsip yang relevan ataupun berusaha mengerti situasi nyata mereka dengan jelas, aku justru melakukan hal itu secara membabi buta. Akibatnya, aku juga tidak mencapai apa pun dalam aspek tersebut. Dalam menyirami para petobat baru, aku tidak memikirkan terlebih dahulu aspek kebenaran mana yang perlu kupersekutukan untuk menyelesaikan masalah mereka, jadi aku juga tidak mendapatkan hasil nyata dalam hal itu. Walaupun di luarnya aku tampak bekerja keras, aku tidak memperhatikan dan tidak merangkum masalah dalam pekerjaan tepat pada waktunya, yang artinya tidak ada yang tercapai. Selain itu, aku bukan saja gagal merenungkan dan mengenal diriku sendiri, aku juga gagal mencari kebenaran mana yang harus kumasuki. Sebaliknya, aku mengira Tuhan sengaja menyingkapkanku, membuatku terlihat buruk. Aku selalu menggerutu, dan tak mau menghadapi kegagalan dan kemunduran, melainkan hanya ingin kemudahan, ingin semuanya selalu berjalan dengan lancar. Aku salah paham terhadap Tuhan dan menyalahkan-Nya ketika menghadapi kesulitan sesedikit apa pun. Bagaimana mungkin aku bisa mengalami pekerjaan Tuhan dan melaksanakan tugasku dengan baik? Aku sungguh tak bernalar. Makhluk ciptaan tidak seharusnya berperilaku seperti itu. Menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal dan berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, Engkau mengatur situasi ini untuk melatihku, memampukanku untuk bertumbuh dalam hidup ini, tetapi aku tidak mengerti maksud-Mu—Aku salah paham terhadap-Mu. Aku sangat memberontak. Kumohon cerahkan, bimbinglah, dan bantulah aku untuk memahami watakku yang rusak."

Setelah itu, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang Mahakuasa yang membantuku mengenal diriku sendiri. Tuhan berfirman: "Aku sangat menghargai orang-orang yang tidak menaruh curiga terhadap orang lain, dan Aku juga sangat menyukai mereka yang siap menerima kebenaran; terhadap kedua jenis manusia ini Aku menunjukkan perhatian yang besar, karena di mata-Ku mereka adalah orang-orang yang jujur. Jika engkau adalah orang yang curang, engkau akan selalu waspada dan curiga terhadap semua orang dan segala hal, dan dengan demikian imanmu kepada-Ku akan dibangun di atas dasar kecurigaan. Aku tidak pernah bisa membenarkan iman seperti ini. Tanpa memiliki iman yang sejati, engkau bahkan lebih tidak memiliki kasih sejati. Dan jika engkau cenderung meragukan Tuhan dan berspekulasi tentang diri-Nya sesuka hatimu, maka tak diragukan lagi, engkau adalah orang yang paling curang di antara manusia. Engkau memikirkan apakah Tuhan dapat menjadi seperti manusia atau tidak: penuh dosa yang tak terampuni, berpikiran picik, tak memiliki kejujuran dan nalar, kurang memiliki rasa keadilan, penuh dengan taktik yang kejam, pengkhianat dan licik, serta senang dengan kejahatan dan kegelapan, dan sebagainya. Bukankah alasan manusia memiliki pemikiran seperti itu karena mereka sama sekali tidak memiliki pengenalan akan Tuhan? Iman seperti ini adalah sama dengan dosa! Bahkan ada beberapa orang yang meyakini bahwa orang-orang yang menyenangkan-Ku tidak lain adalah para penyanjung dan penjilat, dan bahwa mereka yang tidak memiliki kemampuan seperti ini tidak akan diterima di rumah Tuhan dan akan kehilangan tempat mereka di sana. Apakah hanya ini pengenalan yang telah kauperoleh selama bertahun-tahun? Apakah ini yang telah kauperoleh? Dan pengenalanmu tentang diri-Ku tidak berhenti pada kesalahpahaman ini; yang bahkan lebih buruk lagi adalah penghujatanmu terhadap Roh Tuhan dan fitnah terhadap surga. Inilah sebabnya Kukatakan bahwa iman seperti imanmu hanya akan menyebabkan engkau semua menyimpang lebih jauh dari-Ku dan semakin menentang-Ku" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Tuhan yang di Bumi"). Menghadapi penyingkapan firman Tuhan, aku sungguh malu akan diriku. Aku mencurigai Tuhan dan salah paham terhadap-Nya ketika menemui kegagalan dan kemunduran, menganggap Dia berhati dingin dan tak berperasaan, seperti manusia. Aku mengira ketika Tuhan mau memakai seseorang, Dia akan membiarkan orang itu menikmati anugerah-Nya, tetapi jika tidak, Dia akan menyingkirkan, mencampakkan dan mengabaikan mereka. Aku meragukan dan mencurigai Tuhan berdasarkan pemikiran semacam ini. Aku sangat licik! Aku belum lama menjadi orang percaya, kebenaran yang kupahami masih terbatas, dan aku punya banyak kekurangan, tetapi gereja tetap membinaku sebagai pemimpin, memberiku kesempatan untuk berlatih agar aku dapat sesegera mungkin memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Ketika aku tidak cukup perhatian dalam tugasku. Menyebabkan kurangnya pencapaian, gereja tetap tidak memberhentikanku. Orang lain tetap membantu dan menguatkanku. Mereka mempersekutukan firman Tuhan kepadaku, membimbingku untuk memahami maksud Tuhan dan mengenali kerusakan dan kekuranganku. Namun, aku bersikap waspada terhadap Tuhan, curiga terhadap-Nya. Bagaimana imanku itu dapat dianggap iman yang sejati kepada Tuhan? Aku telah sangat dirusak oleh Iblis, selalu mengikuti perkataan setan si Iblis, seperti "Jangan percaya siapa pun karena bahkan bayanganmu pun akan meninggalkanmu di kegelapan" dan "Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirimu". Aku selalu bersikap waspada terhadap siapa pun, bahkan terhadap Tuhan. Ini menunjukkan bahwa watak yang licik dan suka berbohongku sangat parah, dan dari situlah kecurigaan dan kesalahpahamanku terhadap Tuhan berasal. Ketika menghadapi kesulitan, aku meragukan Tuhan dan salah paham terhadap-Nya, tetapi Tuhan tetap mencerahkan dan membimbingku untuk memahami kebenaran, membantuku melihat masalahku sendiri. Aku bisa merasakan kasih Tuhan dan betapa nyata keselamatan-Nya bagiku. Aku berdoa kepada Tuhan, siap untuk bertobat dan tak mau lagi hidup menurut watakku yang licik, mencurigai Tuhan, dan salah paham terhadap-Nya.

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Meskipun engkau sekarang dapat melaksanakan tugasmu dengan rela, dan engkau mungkin meninggalkan segala sesuatu serta mengorbankan dirimu dengan rela, jika engkau masih memiliki kesalahpahaman, spekulasi, keraguan, atau keluhan tentang Tuhan, atau bahkan pemberontakan dan penentangan terhadap-Nya, atau jika engkau menggunakan berbagai metode dan cara untuk melawan Dia dan menolak kedaulatan-Nya atas dirimu—jika engkau tidak menyelesaikan hal-hal ini—maka kebenaran hampir tak mungkin menguasai dirimu, dan hidupmu akan sangat melelahkan. Orang sering bergulat dan tersiksa dalam keadaan-keadaan negatif semacam ini, seolah mereka tenggelam di dalam rawa, dan mereka selalu disibukkan dengan ide tentang benar dan salah. Bagaimana mereka bisa menemukan dan memahami kebenaran? Untuk mencari kebenaran, orang harus tunduk terlebih dahulu. Kemudian, setelah pengalaman selama jangka waktu tertentu, mereka akan mampu memperoleh sedikit pencerahan, dan pada saat itulah akan mudah bagi mereka untuk memahami kebenaran. Jika orang selalu berusaha mencari tahu apa yang benar dan salah serta terjebak dalam apa yang benar dan salah, mereka tidak mungkin menemukan atau memahami kebenaran. Dan apa akibatnya jika orang tak pernah bisa memahami kebenaran? Tidak memahami kebenaran menimbulkan gagasan dan kesalahpahaman tentang Tuhan; ketika orang memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan, mereka cenderung mengeluh tentang-Nya. Ketika meledak, keluhan-keluhan ini menjadi perlawanan; perlawanan terhadap Tuhan adalah penentangan terhadap-Nya dan merupakan pelanggaran serius. Jika orang melakukan banyak pelanggaran, mereka telah melakukan banyak kejahatan dan harus dihukum. Ini adalah hal yang terjadi akibat tidak pernah mampu memahami kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Bisa Meluruskan Gagasan dan Kesalahpahaman Mereka tentang Tuhan"). Membaca ini membuatku sangat takut. Jika aku terus hidup dalam kenegatifan, tidak mencari kebenaran, tidak membuka diri kepada saudara-saudari, aku akan tetap hidup menurut watak yang licik dan suka berbohongku, salah paham terhadap Tuhan. Dengan demikian, aku akan mudah menyalahkan Tuhan dan menentang-Nya, dan ini adalah pelanggaran. Bahkan, aku mungkin akan berbuat jahat dan melawan Tuhan. Ini tentunya sangat berbahaya! Selama masa aku salah paham terhadap Tuhan dan meragukan-Nya, bisa dibilang keadaanku yang negatif itulah yang mengendalikanku. Aku selalu khawatir akan disingkapkan dan disingkirkan. Aku merasa tidak bebas—rasanya sangat melelahkan. Dalam tugasku, aku hanya mengerahkan diriku untuk menyelesaikan tugas-tugasku. Begitu masalah baru muncul, aku langsung salah paham terhadap Tuhan dan ingin mengundurkan diri. Firman Tuhan-lah yang membimbingku untuk membuka diri kepada orang lain dan mencari kebenaran serta mengenali watakku yang rusak. Jika tidak, aku pasti akan terus salah paham terhadap Tuhan dan memutuskan untuk menyerah dalam tugasku. Akibatnya akan sangat menakutkan.

Lalu, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan saat menemui masalah dalam pekerjaan gereja. Tuhan berfirman: "Mengenai masalah yang muncul di gereja, jangan menyimpan keraguan yang membebani. Dalam pembangunan gereja, kesalahan tidak mungkin dihindari, tetapi jangan panik jika engkau menghadapi masalah; tenanglah dan kendalikan diri. Bukankah Aku sudah memberitahukannya kepadamu? Seringlah datang ke hadapan-Ku dan berdoa, dan Aku akan menunjukkan maksud-Ku dengan jelas kepadamu" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa menemui berbagai kesulitan tidak terhindarkan saat menyelesaikan pekerjaan gereja. Itu hal yang normal dan Tuhan mengizinkan itu terjadi. Ketika kita menghadapi kesulitan, asalkan kita sungguh-sungguh berdoa dan mengandalkan Tuhan, Dia akan membimbing kita untuk maju. Beberapa petobat baru yang baru saja menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman tidak sepenuhnya mengerti kebenaran tentang visi dan masih bisa disesatkan oleh kabar bohong. Aku harus lebih mengandalkan Tuhan dan menggunakan firman-Nya untuk menyingkapkan tipu muslihat Iblis dan membantu orang percaya baru untuk membangun landasan di jalan yang benar. Setelah memahami maksud Tuhan, lalu kembali melaksanakan pekerjaan gereja, aku merangkum kesalahan dan masalah yang ada dalam pekerjaan kami sebelumnya. Dalam menanggapi masalah yang dihadapi orang percaya baru, aku memperlengkapi diriku dengan kebenaran yang relevan, dan kemudian membantu mereka menyelesaikannya lewat persekutuan. Dalam hal membina orang, aku terlebih dahulu mencari prinsip-prinsip yang relevan dan berdoa dengan segenap hatiku. Di pertemuan, aku berfokus mengamati siapa yang sesuai dengan prinsip untuk dibina. Memilih orang dengan cara ini ternyata lebih tepat.

Terkadang, aku masih mengalami kesulitan dan kegagalan dalam tugasku, tetapi sekarang aku melihat masalah ini dari sudut pandang yang berbeda. Kutanyakan pada diriku sendiri: Pelajaran apa yang Tuhan mau kudapatkan dari situasi ini? Aku dengan sungguh-sungguh berdoa, membaca firman Tuhan, dan mencari jalan penerapannya. Aku juga belajar untuk meminta pertolongan dari saudara-saudari lainnya. Jika orang lain menunjukkan masalah dalam pekerjaanku, aku mampu melihat kesalahan dan kekuranganku sendiri. Aku tak lagi mengira bahwa Tuhan sedang berusaha membuatku terlihat buruk. Sebaliknya, aku merasa ini adalah kesempatan yang baik untuk merenungkan diriku, mengenal diriku sendiri, dan bertumbuh dalam hidup ini. Seorang saudari pernah berkata kepadaku, "Kulihat kau menjadi lebih sabar ketika menyirami para petobat baru, dan ketika kau menemui masalah, kau makin baik dalam mencari maksud Tuhan dibandingkan sebelumnya." Aku sangat terharu mendengarnya. Walaupun hanya sebuah perubahan kecil dari pihakku, aku benar-benar mengalami bahwa kasih dan keselamatan Tuhan bagi manusia sungguh nyata. Tuhan selalu membimbingku dan aku makin bertekad untuk melaksanakan tugasku dan memuaskan Dia.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh