Akibat dari Melakukan Tugas Sekehendak Hati
Oleh Saudari Xing Xing, TiongkokPada Juni 2020, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Awalnya, saat punya masalah di tempat kerja, aku bisa...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada bulan Februari 2024, aku sedang melaksanakan tugas tulis-menulis di gereja. Perlahan-lahan, aku memahami beberapa prinsip dan tidak menemui banyak kesulitan dalam pekerjaanku. Aku merasa setiap hari cukup jemu dan agak membosankan. Aku teringat bagaimana, ketika pertama kali aku mulai melaksanakan pekerjaan tulis-menulis, akan selalu ada penyimpangan dalam pelaksanaan tugasku. Meskipun sulit untuk bertahan saat itu, aku menuai beberapa keuntungan melalui pencarian kebenaran. Aku berpikir, "Akhir-akhir ini, pekerjaan telah membuahkan beberapa hasil, dengan lebih sedikit penyimpangan dan masalah. Aku jarang menghadapi pemangkasan, dan tidak ada yang benar-benar mengharukan atau menyayat hati. Ke mana aku harus pergi untuk merenungkan diri dan belajar? Tanpa jalan masuk kehidupan, bukankah melaksanakan tugasku hanyalah tentang mengerahkan upaya dan bekerja keras? Apa yang akhirnya dapat kuperoleh dari ini?" Aku tidak dapat menahan rasa khawatir di hatiku.
Suatu hari, aku menonton beberapa video kesaksian berdasarkan pengalaman. Kebanyakan dari video tersebut ditulis oleh pemimpin dan pekerja, dan hal-hal yang telah mereka alami sangat beragam. Aku merasakan iri dalam hati, pikirku, "Menjadi seorang pemimpin itu lebih baik. Kau berinteraksi dengan lebih banyak orang, menghadapi lebih banyak situasi, dan ada pelajaran yang dapat diperoleh setiap hari, sehingga harapan untuk mendapat kebenaran dan memperoleh keselamatan jadi lebih besar." Kemudian aku teringat bahwa sebelumnya, ketika aku menjadi pengawas di gereja, aku berinteraksi dengan lebih banyak orang, dan telah membuat beberapa kemajuan dalam menilai orang dan memperlakukan mereka sesuai dengan prinsip. Tidak seperti sekarang, dalam tugas tulis-menulisku, berinteraksi hanya dengan beberapa orang di sekitarku setiap hari, dan tidak memiliki masalah besar untuk kuhadapi. Aku merasa ada terlalu sedikit kesempatan untuk belajar dan memperoleh kebenaran. Aku telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun. Jika, pada akhirnya, aku tidak memperoleh kebenaran, bukankah aku akan disingkapkan dan disingkirkan? Aku merasa putus asa tanpa alasan yang jelas, dan bahkan berpikir untuk mengubah tugas atau lingkunganku untuk memperoleh beberapa pengalaman, bahkan jika itu berarti memberitakan Injil atau menyirami orang-orang percaya baru. Namun aku tahu pikiran-pikiran seperti itu tidaklah realistis. Gereja telah membinaku dalam pekerjaan tulis-menulis untuk waktu yang lama, dan tugas-tugas tidak dialihkan begitu saja tanpa keadaan khusus. Saat itu, aku merasa putus asa dan kurang motivasi dalam tugasku.
Selama suatu pertemuan, aku membuka diri tentang keadaanku kepada seorang saudari yang bekerja sama denganku. Dia bersekutu denganku, katanya, "Jalan masuk kehidupan tidak membedakan antara hal-hal besar atau kecil. Tidak perlu mengalami kejadian yang menyayat hati atau mencela diri sendiri untuk merenungkan diri dan memetik pelajaran. Kuncinya adalah memahami penyingkapan tentang pikiran seseorang setiap hari, dan memperhatikan untuk memetik pelajaran dari berbagai hal yang kau temui." Aku kebetulan menonton video kesaksian berdasarkan pengalaman "Hal-Hal Kecil dalam Hidup Juga Merupakan Peluang Belajar". Keadaan tokoh itu sangat mirip denganku. Setelah menontonnya, aku menyadari bahwa stagnasi dalam jalan masuk kehidupanku bukan karena tugasku yang monoton, tetapi karena ada masalah dengan perspektifku terhadap berbagai hal. Dalam pencarianku, aku membaca sebuah bagian dari firman Tuhan: "Tugas apa pun yang kaulaksanakan melibatkan jalan masuk kehidupan. Entah tugasmu itu cukup teratur atau tidak menentu, membosankan atau mengasyikkan, engkau harus selalu mendapatkan jalan masuk kehidupan. Tugas yang beberapa orang laksanakan agak monoton; mereka melakukan hal yang sama setiap hari. Namun, ketika melaksanakan tugas-tugas itu, keadaan yang orang-orang ini singkapkan tidak semuanya serupa. Terkadang, ketika suasana hatinya sedang baik, orang sedikit lebih rajin dan melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Di lain waktu, entah karena pengaruh apa, watak rusak Iblis dalam diri mereka membangkitkan hal-hal jahat dalam diri mereka, menyebabkan mereka memiliki pandangan yang tidak benar dan berada dalam keadaan yang buruk dan suasana hati yang buruk; hal ini mengakibatkan mereka melaksanakan tugas mereka secara asal-asalan. Keadaan batin manusia selalu berubah-ubah; itu bisa berubah di mana pun dan kapan pun. Bagaimanapun keadaanmu berubah, selalu bertindak berdasarkan suasana hatimu adalah keliru. Katakanlah engkau melaksanakan tugasmu sedikit lebih baik saat suasana hatimu sedang baik, dan sedikit lebih buruk saat suasana hatimu sedang buruk—seperti inikah cara bertindak berdasarkan prinsip? Akankah ini memampukanmu untuk melaksanakan tugasmu sesuai standar yang dapat diterima? Apa pun suasana hati mereka, orang harus tahu cara berdoa di hadapan Tuhan dan mencari kebenaran; hanya dengan cara inilah mereka dapat menghindarkan dirinya dikekang dan dipengaruhi oleh suasana hati mereka. Ketika melaksanakan tugasmu, engkau harus selalu memeriksa dirimu sendiri untuk memahami apakah engkau melaksanakan tugas itu sesuai dengan prinsip, apakah pelaksanaan tugasmu sesuai standar, apakah engkau hanya melakukannya secara asal-asalan atau tidak, apakah engkau telah berusaha melalaikan tanggung jawabmu, dan apakah ada masalah dengan sikap dan cara berpikirmu. Setelah engkau merenungkan diri dan perkara-perkara ini menjadi jelas bagimu, engkau akan lebih mudah melaksanakan tugasmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Masuk Kehidupan Dimulai dengan Pelaksanaan Tugas"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa apa pun tugas yang dilaksanakan seseorang di rumah Tuhan, selama seseorang mengejar kebenaran, akan ada kemajuan dalam hidup. Saat merenungkan diri, aku berpikir melaksanakan pekerjaan tulis-menulis, dengan interaksi yang terbatas dan sedikit pengalaman, akan mengarah pada jalan masuk kehidupan yang lambat. Jadi aku hidup dalam rasa penolakan, enggan melaksanakan tugas ini. Baru sekarang aku menyadari betapa menyimpangnya perspektif ini. Jika kau tidak mengejar kebenaran, apa pun tugas yang kau laksanakan, kamu tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan, dan akhirnya, tidak akan memperoleh apa pun. Aku teringat pada Xiaomiao, seorang antikristus yang kukenal yang sebelumnya selalu melayani sebagai pemimpin. Namun, dia tidak mengambil jalan yang benar atau mengejar kebenaran, selalu mengejar ketenaran dan status. Pada akhirnya, dia telah mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, sama sekali menolak untuk bertobat, dan telah disingkapkan serta disingkirkan. Sebaliknya, beberapa saudara-saudari melaksanakan tugas yang tampaknya tidak penting, dan hanya sedikit berinteraksi dengan orang lain, tetapi setiap kali sesuatu terjadi, mereka berfokus pada pencarian kebenaran dan merenungkan diri mereka sendiri, serta memperoleh beberapa pemahaman berdasarkan pengalaman. Aku menyadari bahwa baik kau memiliki jalan masuk kehidupan dan memperoleh kebenaran atau tidak tidaklah bergantung pada tugas yang kau laksanakan, melainkan pada apakah kau mengejar dan menerapkan kebenaran. Meskipun pekerjaan tulis-menulisku terlihat agak monoton dan tidak melibatkan interaksi dengan banyak orang, tetap ada pelajaran yang dapat dipetik dari hal-hal yang biasa kutemui. Misalnya, ketika beban kerja meningkat dan ada lebih banyak artikel khotbah yang harus dievaluasi untuk dipilih, aku akan menjadi ceroboh dan bersikap asal-asalan, tidak bisa meneliti detailnya. Hal ini menyebabkan kesalahan, yang mengakibatkan pengerjaan ulang dan penundaan kemajuan. Saat mengevaluasi artikel khotbah untuk dipilih, aku juga akan memperlihatkan watak yang congkak, berpikir bahwa aku telah melaksanakan tugasku untuk waktu yang lama dan telah memperoleh beberapa pengalaman kerja, jadi aku tidak mencari prinsip-prinsip dan mengandalkan kemauanku sendiri. Alhasil, aku telah membuang beberapa artikel khotbah yang memenuhi syarat. Selain itu, ketika pekerjaan telah menunjukkan beberapa hasil, aku telah hidup dalam keadaan nyaman, berpuas diri dengan apa yang telah kuraih dan hanya menjalani hidup dengan santai. Dalam kehidupan, terkadang saudari yang bekerja sama denganku mengatakan sesuatu secara tidak sengaja yang menyinggung harga diriku, dan aku menjadi sangat sensitif. Aku bahkan akan curiga bahwa dia memandang rendah diriku, dan akhirnya disibukkan dengan harga diri dan statusku sendiri. Aku menyadari bahwa dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, aku akan menjumpai berbagai hal besar dan kecil. Selama aku tekun memperhatikan, mencari, dan merenungkannya, aku dapat memetik pelajaran dari segala hal. Aku menyadari bahwa kurangnya jalan masuk kehidupanku bukan disebabkan oleh tugas yang kulaksanakan, tetapi oleh kegagalanku dalam mengejar kebenaran dan fokusku hanya pada menyelesaikan sesuatu. Meskipun sibuk setiap hari, aku tidak memetik pelajaran apa pun.
Kemudian, aku membaca firman Tuhan ini: "Jika engkau benar-benar ingin mengejar kebenaran dan keselamatan, maka langkah pertamanya adalah mulailah dengan menyingkirkan watak rusakmu, berbagai pemikiran, gagasan, dan tindakanmu yang keliru. Terimalah lingkungan yang telah Tuhan atur bagimu dalam kehidupanmu sehari-hari, terimalah pemeriksaan, ujian, hajaran, dan penghakiman-Nya, berusahalah untuk secara berangsur melakukan penerapan berdasarkan prinsip kebenaran ketika sesuatu menimpamu, dan secara berangsur ubahlah firman Tuhan menjadi prinsip-prinsip dan standar yang berdasarkannya engkau berperilaku dan bertindak dalam kehidupanmu sehari-hari, dan menjadi hidupmu. Inilah yang seharusnya terwujud dalam diri orang yang mengejar kebenaran, dan inilah yang seharusnya terwujud dalam diri orang yang mengejar keselamatan. Kedengarannya mudah, langkah-langkahnya sederhana, dan tidak ada penjelasan yang panjang lebar, tetapi menerapkannya tidaklah semudah itu. Ini karena ada terlalu banyak hal-hal yang rusak dalam diri manusia: kepicikan, tipu muslihat, keegoisan, dan kehinaan mereka, watak rusak mereka, dan segala macam tipu daya. Selain itu, ada orang-orang yang memiliki pengetahuan, mereka telah mempelajari beberapa falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan taktik manipulatif di masyarakat, serta mereka memiliki beberapa kekurangan dan kelemahan dalam hal kemanusiaan mereka. Sebagai contoh, ada orang yang rakus dan malas, ada yang licik dan munafik dalam perkataannya, ada yang sifatnya sangat tercela, ada yang suka berdandan, ada yang angkuh, gegabah dan impulsif dalam tindakannya, dan masih banyak kekurangan lainnya. Ada banyak kekurangan dan masalah yang harus orang atasi dalam hal kemanusiaan mereka. Namun, jika engkau ingin memperoleh keselamatan, jika engkau ingin menerapkan dan mengalami firman Tuhan, serta memperoleh kebenaran dan hidup, engkau harus lebih banyak membaca firman Tuhan, memahami kebenaran, mampu melakukan penerapan dan tunduk pada firman-Nya, dan mulailah dengan menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Ini hanyalah beberapa kalimat sederhana, tetapi orang tidak tahu bagaimana menerapkan atau mengalaminya. Apa pun kualitas atau pendidikanmu, dan berapa pun usia atau seberapa pun lamanya engkau telah percaya kepada Tuhan, bagaimanapun juga, jika engkau berada di jalan yang benar yaitu jalan menerapkan kebenaran, jika engkau memiliki tujuan dan arah yang benar, dan jika apa yang kaukejar dan kerahkan semuanya adalah demi menerapkan kebenaran, yang pada akhirnya akan kauperoleh tentunya adalah kenyataan kebenaran dan firman Tuhan akan menjadi hidupmu. Tentukan terlebih dahulu tujuanmu, kemudian secara bertahap lakukan penerapan berdasarkan jalan ini, dan pada akhirnya engkau pasti akan memperoleh hasil. Apakah engkau semua memercayainya? (Ya.)" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (20)"). Ketika merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa untuk memperoleh keselamatan, kuncinya terletak pada apakah seseorang mengejar kebenaran dan apakah ada perubahan dalam watak hidupnya. Di sinilah inti persoalannya. Misalnya, aku terus bersungut-sungut karena tidak memiliki jalan masuk kehidupan dan khawatir tidak dapat memperoleh keselamatan. Aku bersikap pasif dan negatif dalam tugasku, dan bahkan mempertimbangkan untuk beralih ke tugas lain. Masalah yang kuhadapi ini merupakan kesempatan yang baik bagiku untuk mencari kebenaran dan merenungkan diriku sendiri. Namun, alih-alih mencari dan masuk, aku terus-menerus berangan-angan terlalu muluk, ingin mengalami hal-hal yang signifikan. Ini bukanlah perwujudan dari mengejar kebenaran! Bagaimana aku bisa mendapat kebenaran dan memperoleh keselamatan jika terus-menerus seperti ini? Aku hanya ingin mengalami hal-hal yang penting, dan mengabaikan hal-hal kecil yang terjadi sehari-hari. Kadang-kadang, ketika aku mengungkapkan keadaan yang salah atau pikiran atau ide yang tidak tepat muncul, kupikir itu bukan masalah besar selama tidak memengaruhi tugasku, dan tidak masalah apakah itu terselesaikan atau tidak. Hal ini menyebabkan banyak pelajaran yang seharusnya kupetik menjadi terlewatkan, yang juga merupakan penyimpangan dalam jalan masuk kehidupanku. Sebenarnya, selama kau memiliki tujuan dan tekun dalam mengejar kebenaran, kau dapat memetik pelajaran dari situasi apa pun. Misalnya, terkadang setelah makan dan minum firman Tuhan, kau memperoleh sedikit pemahaman tentang keadaan dan masalahmu sendiri dan menemukan jalan penerapan, yang mengarah pada beberapa keuntungan. Kadang-kadang, meskipun kau belum mengalami sesuatu secara pribadi, jika saudara-saudari di sekitarmu telah mengalaminya, maka dengan mendengarkan persekutuan mereka secara saksama, kau juga dapat memperoleh manfaat dan pelajaran yang sama. Lebih lagi, dengan memperhatikan dan memeriksa pikiran dan gagasanmu dalam melaksanakan tugasmu, mampu merenungkan diri sendiri, dan menerapkan sesuai dengan firman Tuhan, itu juga dapat menuntun pada pertumbuhan dalam hidup. Setelah menyadari hal ini, aku merasa bahwa aku telah terlalu mati rasa dan telah kehilangan banyak kesempatan untuk memperoleh kebenaran, bahkan secara keliru menghubungkan kurangnya jalan masuk kehidupanku dengan kemonotonan tugasku. Aku seperti orang yang sedang berpesta, menderita kelaparan—sungguh bodoh!
Belakangan, aku membaca sebuah bagian firman Tuhan yang sangat membantu untuk keadaanku, dan aku juga jadi tahu bagaimana cara menerapkan dan memasukinya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Hal-hal yang berkaitan dengan mengikuti jalan Tuhan tidak dibagi menjadi hal besar atau hal kecil, semua itu adalah perkara besar—bisakah engkau memahaminya? (Kami bisa memahaminya.) Dalam hal perkara sehari-hari, ada beberapa hal yang orang pandang sangat besar dan signifikan, dan ada hal lain yang dipandang sebagai hal yang remeh. Orang sering melihat hal-hal besar ini sebagai sangat penting, dan mereka menganggapnya telah dikirim oleh Tuhan. Akan tetapi, seiring dengan bergulirnya perkara besar ini, akibat kurang dewasanya tingkat pertumbuhan orang dan karena rendahnya kualitas mereka, orang sering kali gagal mencapai maksud Tuhan, tidak dapat memperoleh penyingkapan apa pun, dan tidak bisa memperoleh pengetahuan nyata apa pun yang bernilai. Sehubungan dengan perkara-perkara kecil, hal-hal ini diabaikan begitu saja oleh orang dan dibiarkan menghilang sedikit demi sedikit. Dengan demikian, orang telah kehilangan banyak kesempatan untuk diperiksa di hadapan Tuhan dan diuji oleh-Nya. Apa artinya jika engkau senantiasa mengabaikan orang-orang, peristiwa, objek, dan situasi yang Tuhan telah aturkan untukmu? Ini berarti bahwa setiap hari dan bahkan pada setiap momen, engkau terus-menerus menolak penyempurnaan dirimu oleh Tuhan, dan juga kepemimpinan-Nya. Kapan pun Tuhan mengatur suatu situasi untukmu, Dia diam-diam mengamati, memperhatikan hatimu, mencermati pikiran dan pertimbanganmu, mengawasi bagaimana engkau berpikir, dan menunggu untuk mengetahui bagaimana engkau akan bertindak. Jika engkau orang yang ceroboh—orang yang belum pernah menganggap serius jalan Tuhan, firman-Nya, atau kebenaran—maka engkau tidak akan menyadari atau memperhatikan apa yang ingin Tuhan selesaikan atau tuntutan yang Dia harapkan engkau penuhi saat Dia mengatur lingkungan tertentu untukmu. Engkau juga tidak akan mengetahui bagaimana orang, peristiwa, dan objek yang engkau hadapi berkaitan dengan kebenaran atau maksud Tuhan. Setelah engkau menghadapi keadaan serta ujian berulang-ulang seperti ini, dengan Tuhan tidak melihat pencapaian apa pun dalam dirimu, bagaimana Dia bisa melanjutkan? Setelah berulang kali menghadapi ujian, engkau belum juga menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya di dalam hatimu, maupun menganggap serius keadaan yang Tuhan atur untukmu, serta menganggapnya sebagai ujian atau tes dari Tuhan. Sebaliknya, engkau telah menolak kesempatan yang Tuhan karuniakan kepadamu, satu demi satu, membiarkannya lewat berkali-kali. Bukankah ini pemberontakan ekstrem yang ditunjukkan orang? (Benar.)" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Bagaimana Mengetahui Watak Tuhan dan Hasil yang Akan Dicapai Pekerjaan-Nya"). Firman Tuhan menunjukkan cara penerapan untuk jalan masuk kehidupan. Mengikuti jalan Tuhan tidak membedakan antara hal-hal besar atau kecil. Terlepas dari apakah hal-hal yang dihadapi besar atau kecil, semuanya melibatkan berbagai prinsip kebenaran dan memerlukan pencarian kebenaran untuk dapat masuk. Aku teringat kepada Petrus, yang telah menempuh jalan mengejar kebenaran dengan berfokus pada perenungan diri dan mencari maksud Tuhan dalam segala hal. Dia telah menerapkan dengan ketat dan masuk sesuai dengan firman Tuhan, dan pada akhirnya, dia telah memperoleh kebenaran dan disempurnakan oleh Tuhan. Sebaliknya, aku telah mengabaikan pekerjaanku yang semestinya dan telah berangan-angan terlalu muluk, selalu ingin belajar dari beberapa hal penting sambil mengabaikan apa yang kuanggap sebagai hal-hal yang tidak penting. Alhasil, aku telah kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan kebenaran. Saat memikirkan tentang diriku sendiri, aku bahkan tidak memperhatikan hal-hal kecil hampir sepanjang waktu. Jadi, pelajaran apa yang dapat kupetik dari hal-hal besar? Ke depannya, aku perlu belajar mengikuti jejak Petrus. Terlepas dari apakah masalah yang kuhadapi itu besar atau kecil, aku harus fokus memeriksa pikiran dan ide di balik tindakanku, dan niat buruk apa yang kumiliki, serta watak rusak apa yang kuperlihatkan. Aku perlu lebih fokus mencari kebenaran untuk mengatasi masalah ini. Selain itu, meskipun pekerjaanku telah membuahkan beberapa hasil, aku tidak bisa merasa puas dengan situasi saat ini. Aku perlu lebih banyak merenung dan merangkum penyimpangan dan kesenjangan dalam pekerjaan, masalah yang tidak kuperhatikan, dan berusaha melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik. Setelah menyadari hal ini, aku tidak lagi menolak pekerjaan tulis-menulis. Dalam melaksanakan tugas, aku juga mulai berfokus pada jalan masukku sendiri, tidak membiarkan hal-hal berlalu begitu saja dan menghindari menjadi "orang yang ceroboh". Setelah menerapkan dengan cara ini, aku memperoleh beberapa kemajuan.
Beberapa hari kemudian, pengawas menugaskan kami beberapa artikel khotbah sebagai bahan evaluasi untuk dipilih. Kami segera menyelesaikan evaluasi dan pemilihan, tetapi saudara-saudari memberikan saran yang berbeda mengenai hasil penilaian kami. Belakangan, aku menyadari bahwa penilaian kami memang meleset. Jadi kupikir, untuk ke depannya, sudah cukup dengan memperbaikinya, tetapi kemudian aku menyadari bahwa pendekatan ini tidak akan memadai. Setiap penyimpangan dalam tugasku perlu ditanggapi dengan serius. Aku perlu merenungkan mengapa penyimpangan itu terjadi dan di mana, dan apakah itu karena watak yang rusak atau kurangnya keahlian. Jika aku hanya mempertimbangkan masalah itu sebentar tanpa memperhatikan untuk merenungkan masalahku sendiri, pelajaran apa yang bisa kupetik? Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Jika engkau ingin memperoleh kebenaran, dari manakah engkau memulainya? Mulailah dengan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitarmu, dan belajarlah cara memetik pelajaran dan mencari kebenaran. Hanya dengan mencari kebenaran dan maksud Tuhan dalam diri orang-orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitarmu, barulah engkau akan mampu memperoleh kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Lalu aku merenung: Persoalan yang dibahas oleh saudara-saudari itu dapat terhindarkan jika kita lebih cermat dalam mengevaluasi, tetapi mengapa ada penyimpangan seperti itu? Saat merenungkannya, aku menyadari bahwa pola pikirku selama mengevaluasi artikel khotbah itu ada cacatnya. Aku merasa bahwa kualitas artikel khotbah yang ditulis oleh saudara-saudari itu sebelumnya memang kurang, jadi aku meremehkannya karena watakku yang congkak. Aku tidak meninjau artikel khotbah mereka dengan saksama, yang menyebabkan penyimpangan. Aku menyadari bahwa jika aku tidak memperbaiki watakku yang rusak, aku tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik.
Setelah mengalami ini, aku benar-benar menyadari bahwa untuk mengejar jalan masuk kehidupan, seseorang harus terlebih dahulu memiliki hati yang lapar dan haus akan kebenaran, dan memulai dengan masalah besar dan kecil yang muncul setiap hari. Seseorang hendaknya mengamati dalam setiap situasi tentang watak rusak apa yang telah mereka perlihatkan, secara aktif mencari dan merenungkan pikiran serta gagasan dalam diri mereka, dan kemudian mengikuti firman Tuhan dan prinsip kebenaran untuk diterapkan dan dimasuki. Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit dan berfokus untuk memetik pelajaran dalam segala hal, pengalaman hidup seseorang akan menjadi lebih kaya, dan mereka akan lebih dekat dengan tujuan keselamatan. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Xing Xing, TiongkokPada Juni 2020, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Awalnya, saat punya masalah di tempat kerja, aku bisa...
Pada bulan Oktober 2021, aku mulai melaksanakan tugasku sebagai pemimpin di Gereja Daybreak. Pada malam tanggal 10 Desember, aku menerima...
Oleh Saudara Li Xinmo, TiongkokDi suatu musim dingin beberapa tahun lalu, seorang pemimpin tinggi menyampaikan bahwa pemimpin dan pekerja...
Aku mulai melayani sebagai pemimpin bulan Juni tahun ini. Aku melanjutkan pengaturan kerja yang dibuat rumah Tuhan untuk membersihkan semua...