Pilihan-Pilihan di Lingkungan yang Berbahaya

16 Maret 2025

Pada malam tanggal 15 April 2022, jam 10 malam lebih sedikit, aku menerima surat dari pemimpin yang mengatakan bahwa empat saudara-saudari dari gereja di kampung halamanku telah ditangkap. Ketika melihat nama-nama yang akrab ini, hatiku terasa sangat berat. Salah satu saudari pernah melaksanakan tugasnya bersamaku, dan kami berdua telah diperiksa oleh polisi melalui telepon. Apakah penangkapannya akan melibatkanku juga? Aku merasa sedikit takut. Kemudian, aku mendengar lima saudara-saudari lagi telah ditangkap, dua di antaranya adalah pemimpin gereja. Pada siang hari tanggal 21, aku menerima surat lagi dari pemimpin yang mengatakan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan gereja kampung halamanku dan bertanya apakah aku bisa kembali ke sana untuk memahami situasinya, memeriksa apakah buku-buku firman Tuhan yang disimpan berada dalam bahaya, dan melihat apakah buku-buku tersebut dapat dipindahkan. Setelah membaca surat itu, aku merasa sangat cemas. Jika buku-buku firman Tuhan itu disita oleh polisi, kerugiannya akan sangat besar. Namun, aku telah meninggalkan gereja lokal itu sepuluh tahun yang lalu dan tidak mengetahui di mana buku-buku itu disimpan. Tiba-tiba, aku teringat akan ibuku yang selalu berada di gereja dan mungkin mengetahui situasinya. Namun kemudian, sebuah pikiran egois muncul di hatiku: "Jika kubilang ibuku bisa menemukan rumah di mana buku-buku itu disimpan, pemimpin pasti akan mengatur agar aku pulang. Partai Komunis sekarang ini sedang bertindak sangat keras; jika aku pulang pada saat ini, bukankah itu sama seperti masuk ke dalam sasaran tembak? Jika aku ditangkap dan dipenjara, apakah aku bisa menahan siksaan? Hanya membayangkan adegan penyiksaan saudara-saudari oleh polisi setelah penangkapan mereka sudah menakutkanku. Lebih baik aku tetap tinggal di sini; memilih pulang terlalu berbahaya!" Saat memikirkan hal ini, aku tidak segera memberi jawaban kepada pemimpin bahwa aku setuju untuk pulang. Namun kemudian, aku memikirkan betapa selama bertahun-tahun aku telah menikmati banyak kasih karunia Tuhan dan persediaan kebenaran tanpa berbuat banyak untuk Tuhan. Terutama sekarang, usahaku dalam melaksanakan tugas belum membuahkan banyak hasil, dan aku sering hidup dengan watak rusakku. Aku telah berutang terlalu banyak pada Tuhan. Sekarang, dengan banyaknya saudara-saudari dari gereja kampung halamanku yang ditangkap dan kehilangan kontak, aku tidak bisa hanya berpangku tangan dan menonton, aku juga tidak bisa membiarkan buku-buku firman Tuhan disita oleh naga merah yang sangat besar. Pada saat ini, satu baris dari sebuah lagu pujian terlintas di benakku: "Waktunya telah tiba untuk menunjukkan kesetiaan kita kepada Tuhan; kita akan menderita karena bersaksi tentang Dia." Tuhan berharap bahwa di masa-masa bahaya dan penderitaan, aku bisa mengutamakan kepentingan keluarga Tuhan. Namun, aku takut ditangkap jika pulang, dan yang kupikirkan hanyalah kepentinganku sendiri. Aku sama sekali tidak memiliki kesetiaan pada Tuhan, aku terlalu egois! Ketika gereja menghadapi penganiayaan dan penderitaan, aku justru berusaha menyelamatkan diri sendiri. Aku benar-benar tak punya hati nurani! Ketika pekerjaan gereja membutuhkanku, jika aku tidak maju sekarang, aku pasti akan merasa bersalah dan sangat menyesalinya nanti. Aku tidak bisa menjadi seorang pengecut lagi; aku harus berusaha semaksimal mungkin melindungi buku-buku firman Tuhan itu. Setelah menyadari hal ini, aku segera menulis surat balasan kepada pemimpin, memberitahunya bahwa aku bisa pulang dan mencari ibuku untuk memahami situasinya.

Kemudian, pemimpin datang menemuiku dan bersekutu denganku secara rinci tentang bagaimana cara bekerja sama begitu aku kembali ke kampung halamanku. Dia berulang kali mendesakku untuk tidak langsung menghubungi saudara-saudari gereja atau ibuku setelah aku pulang, karena belum pasti apakah mereka dalam pengawasan polisi atau tidak. Beliau juga memberi tahu kepadaku untuk terlebih dahulu mencari tahu apakah ibuku aman sebelum menemuinya untuk membahas buku-buku firman Tuhan tersebut. Saat itu, aku merasa cemas dan juga takut. Aku takut ditangkap polisi, dan aku merasa cemas karena aku belum pernah menghadapi situasi yang demikian sebelumnya dan tidak tahu apakah aku bisa menanganinya dengan baik. Setelah pemimpin pergi, aku bergegas membaca firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Engkau tidak perlu takut akan ini dan itu; sebanyak apa pun kesulitan dan bahaya yang mungkin engkau hadapi, engkau mampu tetap tenang di hadapan-Ku; tidak terhalang oleh rintangan apa pun sehingga kehendak-Ku dapat terlaksana. Ini adalah tugasmu .... Engkau harus menanggung semuanya; engkau harus siap untuk melepaskan segala yang engkau miliki untuk-Ku dan melakukan segala yang kaubisa untuk mengikuti-Ku, dan siap sedia untuk mengorbankan segalanya. Inilah saatnya Aku akan mengujimu: akankah engkau memberikan kesetiaanmu kepada-Ku? Dapatkah engkau mengikuti-Ku sampai akhir dengan setia? Janganlah takut; dengan dukungan-Ku, siapa yang mampu menghalangi jalan ini? Ingatlah ini! Jangan lupa! Semua yang terjadi adalah oleh kehendak baik-Ku dan semuanya berada dalam pengamatan-Ku. Dapatkah engkau mengikuti firman-Ku dalam segala yang kaukatakan dan lakukan? Ketika ujian api menimpamu, akankah engkau berlutut dan berseru? Ataukah engkau akan gemetar ketakutan, tidak mampu bergerak maju?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). Saat aku membaca firman Tuhan ini, yang berkata: "Inilah saatnya Aku akan mengujimu: akankah engkau memberikan kesetiaanmu kepada-Ku?" "Ketika ujian api menimpamu, akankah engkau berlutut dan berseru? Ataukah engkau akan gemetar ketakutan, tidak mampu bergerak maju?" rasanya seperti Tuhan dengan jelas memberi tahu kepadaku bahwa keadaan saat ini dibuat oleh-Nya, bahwa itu adalah sebuah ujian bagiku. Aku merasa Tuhan sedang memeriksa hatiku untuk melihat apakah aku akan mendahulukan kepentinganku sendiri dan menjadi takut serta mundur selama masa penganiayaan dan penderitaan, atau apakah aku akan mendahulukan kepentingan rumah Tuhan dan memindahkan buku-buku firman Tuhan tersebut dengan aman. Aku juga merasa bahwa Tuhan berharap aku bisa melaksanakan tugas dengan baik. Aku tidak ingin mengecewakan maksud Tuhan, juga tidak ingin menjadi seorang pengecut yang hanya berusaha untuk bertahan hidup, jadi aku segera berlutut dan berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, tingkat pertumbuhanku terlalu kecil; aku belum pernah mengalami keadaan yang demikian sebelumnya, dan aku sangat cemas, takut bahwa aku tidak akan melaksanakan tugas ini dengan baik. Tuhan, tolong bimbing aku dan bantu aku menenangkan hatiku." Setelah berdoa, aku merasa jauh lebih tenang.

Saat aku sampai di kampung halamanku, waktu sudah lewat jam 8 malam. Aku merasa gelisah ketika menyusuri jalan, tidak mengetahui bagaimana keadaan saudara-saudari, apakah buku-buku firman Tuhan dalam keadaan aman, dan apakah ada bahaya yang akan menimpaku. Aku terus menerus memohon dalam hati kepada Tuhan untuk membantuku menjaga hatiku tetap tenang. Ketika aku sampai di depan pintu rumah adikku, aku menjadi ragu, mengetahui bahwa adikku menentang imanku kepada Tuhan. Saat ayahku meninggal karena sakit, aku tidak pulang, dan adikku sendiri berkata kepadaku, "Mulai sekarang, kau bukan saudariku lagi." Aku tidak tahu apakah dia akan membantuku. Hatiku kembali menjadi tegang, dan aku berdiri di koridor selama beberapa menit, tidak berani masuk. Aku berdoa dalam hati, dan perlahan-lahan aku merasa lebih tenang dan mendapatkan keberanian untuk mengetuk pintu. Di luar dugaanku, adikku tidak menunjukkan sikap memusuhi. Aku juga mengetahui darinya bahwa ibuku aman untuk saat ini. Pada hari saudara-saudari ditangkap, dia kebetulan sedang pindah ke tempat baru, dan sekarang tak ada orang di gereja yang tahu di mana dia tinggal. Aku segera pergi menemui ibuku. Aku berpikir, "Ibuku telah tinggal di rumah sebelumnya selama tujuh tahun, dan setiap saudara-saudari di gereja tahu tempat tinggalnya. Polisi akan sangat mudah menemukannya, jadi untunglah dia pindah—kalau tidak, aku tidak akan bisa menghubunginya. Bukankah itu adalah pengaturan dan penataan Tuhan bahwa ibuku pindah lebih dahulu?" Pada saat ini, aku merasa tingkat pertumbuhanku terlalu kecil, dan aku sama sekali tidak beriman kepada Tuhan. Awalnya, aku tidak berani pulang karena aku takut akan ditangkap dan tidak akan menemukan rumah tempat buku-buku itu disimpan. Sekarang aku melihat bahwa Tuhan telah mengatur semuanya. Imanku bertambah setelah melihat kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan. Ibuku berkata bahwa dia mengetahui empat rumah tempat buku-buku firman Tuhan disimpan dua tahun yang lalu, tetapi dia tidak tahu apakah sekarang ada perubahan. Seorang saudari bernama Li Han bertanggung jawab atas hal ini, dan lebih akurat mendapatkan informasi dari dia. Selain itu, dengan diperkenalkan oleh Li Han, para penyimpan buku itu akan memercayai kami. Aku berpikir, "Rumah Li Han adalah sebuah toko, dan hampir semua orang yang ditangkap mengetahuinya. Jika dia dalam pengawasan polisi, bukankah aku dan ibuku juga akan ditangkap?" Para polisi itu adalah setan-setan yang menyakiti orang. Beberapa saudara dan saudari yang ditangkap disiram dengan air mendidih, beberapa lainnya ditelanjangi dan seluruh tubuh mereka disetrum dengan tongkat listrik, dan yang lainnya diborgol lalu digantung terbalik. Hanya membayangkan adegan-adegan kejam ini sudah membuatku gemetar. Aku berpikir, "Jika aku ditangkap, bukankah aku juga harus menanggung siksaan seperti ini? Jika mereka menembak mati diriku dengan cepat, aku tidak keberatan, karena aku akan mati tanpa banyak menderita. Mungkin aku akan menjadi seorang martir, dan jiwaku akan diselamatkan. Namun, para setan ini licik dan kejam. Mereka memaksa saudara-saudari yang ditangkap untuk menyangkal Tuhan dan mengkhianati para pemimpin gereja serta menyelewengkan dana gereja. Jika saudara-saudari menolak untuk bicara, mereka akan mengalami berbagai siksaan, dan jika mereka tetap tidak bicara, mereka dipenjara dan disiksa oleh sesama narapidana. Polisi menggunakan segala macam cara yang kejam, yang benar-benar menjadikannya seperti neraka di bumi, tempat di mana orang mengalami siksaan tanpa ujung dan menderita siksaan yang sangat menyakitkan! Aku tidak banyak menderita selama hidupku, dan bahkan sakit kepala atau demam sudah cukup membuatku tidak nyaman. Bagaimana aku bisa menanggung siksaan yang begitu tidak manusiawi? Ibuku juga sudah tua, dan jika dia ditangkap, kalaupun dia tidak mati, dia akan sangat menderita." Setelah memikirkan hal ini, aku berkata kepada ibuku, "Jika Li Han sedang diawasi oleh polisi, mungkin kita juga akan ditangkap. Aku rasa kita sebaiknya tidak menghubungi Li Han." Setelah mendengar ini, ibuku tidak melanjutkan pembicaraan lebih jauh.

Hari sudah larut malam saat kami selesai membahas hal ini, dan sambil berbaring di tempat tidur, aku tidak bisa tidur, berpikir, "Ibuku tidak tahu dengan pasti di mana buku-buku itu disimpan, dan jika kami buru-buru pergi ke sana, apakah keluarga yang menyimpannya akan begitu saja menyerahkan buku-buku itu kepada kami? Akan lebih dapat diandalkan dengan menghubungi Li Han." Aku menyadari bahwa keenggananku untuk menghubungi Li Han adalah karena aku takut terlibat dan masih melindungi kepentinganku sendiri, jadi aku segera mencari firman Tuhan untuk membereskan keadaanku. Aku membaca bagian dari firman Tuhan ini: "Para antikristus sangat egois dan hina. Mereka tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, dan terlebih lagi, mereka tidak setia kepada Tuhan; ketika mereka menghadapi masalah, mereka hanya melindungi dan menjaga keselamatan mereka sendiri. Bagi mereka, tidak ada yang lebih penting selain keselamatan mereka sendiri. Selama mereka masih bisa hidup dan tidak tertangkap, mereka tidak peduli seberapa besar kerugian yang ditimbulkan pada pekerjaan gereja. Orang-orang ini sangat egois, mereka sama sekali tidak memikirkan saudara-saudari ataupun pekerjaan gereja, mereka hanya memikirkan keselamatan mereka sendiri. Mereka adalah para antikristus. Jadi, jika hal-hal semacam itu menimpa orang-orang yang setia kepada Tuhan dan yang memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, bagaimana mereka menangani hal-hal tersebut? Apa bedanya tindakan mereka dengan tindakan para antikristus? (Ketika hal-hal semacam itu menimpa mereka yang setia kepada Tuhan, mereka akan memikirkan cara apa pun untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan, untuk melindungi persembahan milik Tuhan dari kerugian, dan mereka akan membuat pengaturan yang diperlukan untuk para pemimpin, pekerja, dan saudara-saudari, untuk meminimalkan kerugian. Sedangkan para antikristus, mereka akan terlebih dahulu memastikan bahwa mereka terlindungi. Mereka tidak memedulikan pekerjaan gereja ataupun keamanan umat pilihan Tuhan, dan ketika gereja menghadapi penangkapan, itu menyebabkan pekerjaan gereja mengalami kerugian.) Para antikristus mengabaikan pekerjaan rumah Tuhan dan persembahan milik Tuhan, dan mereka tidak mengatur bagi orang-orang untuk menangani buntut peristiwa yang terjadi. Ini sama saja dengan mengizinkan si naga merah yang sangat besar merampas persembahan milik Tuhan dan umat pilihan-Nya. Bukankah ini adalah pengkhianatan terselubung terhadap persembahan milik Tuhan dan umat pilihan-Nya? Ketika orang-orang yang setia kepada Tuhan tahu dengan jelas bahwa suatu keadaan menjadi berbahaya, mereka tetap berani mengambil risiko dengan bertindak untuk menangani buntut peristiwa yang terjadi, dan mereka meminimalkan kerugian rumah Tuhan sebelum mereka sendiri mengungsi. Mereka tidak mengutamakan keselamatan mereka sendiri. Katakan kepada-Ku, di negeri si naga merah yang sangat besar yang jahat ini, siapa yang bisa memastikan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan dan melakukan tugasnya sama sekali tidak akan menghadapi bahaya? Tugas apa pun yang orang laksanakan, itu selalu mengandung risiko—tetapi pelaksanaan tugas diamanatkan oleh Tuhan, dan sementara mengikuti Tuhan, orang harus mengambil risiko dalam melakukan tugasnya. Orang harus berhikmat, dan perlu mengambil tindakan untuk memastikan keselamatan dirinya, tetapi orang tidak boleh mengutamakan keselamatan pribadinya. Mereka harus memikirkan maksud Tuhan, mengutamakan pekerjaan rumah-Nya dan mengutamakan penyebaran Injil. Melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepada mereka adalah hal yang terpenting dan yang harus diutamakan. Para antikristus menjadikan keselamatan pribadi mereka sebagai prioritas utama; mereka percaya bahwa hal lain tidak ada kaitannya dengan mereka. Mereka tidak peduli jika sesuatu terjadi pada orang lain, siapa pun itu. Asalkan tidak ada hal buruk yang terjadi pada para antikristus itu sendiri, mereka merasa tenang. Mereka sama sekali tidak memiliki kesetiaan, dan ini ditentukan oleh esensi natur dari para antikristus tersebut" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Dua)). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa sangat tertekan dan kesal, berpikir bahwa firman Tuhan sedang menghakimiku. Watak yang kusingkapkan adalah sama seperti wataknya antikristus. Para antikristus, ketika menghadapi bahaya dan penderitaan berat, hanya memikirkan keselamatan mereka sendiri dan bagaimana melindungi diri mereka sendiri, tanpa menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan serta mengabaikan kepentingan keluarga Tuhan dan keselamatan saudara-saudari. Mereka sangat egois dan tercela. Sekarang, dengan gereja menghadapi penangkapan, melindungi buku-buku firman Tuhan adalah tugas terpenting di masa yang berbahaya ini, dan itu merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siapa pun yang memiliki hati nurani dan kemanusiaan. Di masa-masa kritis ini, aku hanya memikirkan tentang menyelamatkan diri sendiri, tanpa mempertimbangkan bagaimana cara memindahkan buku-buku itu dengan aman dan selamat. Di manakah kesetiaanku kepada Tuhan? Jika aku bertindak gegabah, jika aku tidak menemukan rumah-rumah penyimpan itu, atau jika mereka tidak menyerahkan buku-buku itu kepada kami, maka pemindahan buku-buku itu akan tertunda. Jika buku-buku ini disita oleh polisi karena tidak segera dipindahkan, akulah yang harus bertanggung jawab! Firman Tuhan adalah penopang kehidupan manusia. Untuk memahami kebenaran, mengenal diri sendiri, membuang watak yang rusak, dan mencapai keselamatan, orang tidak bisa melakukannya tanpa firman Tuhan. Firman Tuhan bahkan lebih penting daripada hidup manusia. Saudara-saudari mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengirimkan firman Tuhan kepada gereja agar lebih banyak orang dapat membacanya, memahami kebenaran, dan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Mereka yang dengan tulus percaya kepada Tuhan pasti akan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi buku-buku firman Tuhan, tetapi pada saat yang genting ini, aku hanya berpikir untuk melindungi diriku sendiri. Makin aku memikirkannya, makin aku merasa bahwa aku tidak memiliki rasa kemanusiaan sama sekali. Aku juga berpikir tentang Petrus, yang menanggung banyak penderitaan dan bahkan dipenjarakan saat bekerja dan menggembalakan gereja untuk Tuhan. Selama penganiayaan terakhir terhadap orang-orang Kristen oleh kaisar Romawi, Petrus telah melarikan diri dari kota. Ketika Tuhan Yesus menyingkapkan diri-Nya kepada Petrus, dia mengerti bahwa ini berarti Tuhan Yesus ingin dia disalibkan, jadi dia tunduk dan kembali ke Roma, di mana dia akhirnya disalibkan secara terbalik, yang menjadi sebuah kesaksian tentang kasih tertinggi kepada Tuhan. Meskipun aku tidak bisa dibandingkan dengan Petrus, gereja telah memercayakan tugas ini kepadaku, dan itu adalah tanggung jawab serta tugasku. Aku harus setia kepada Tuhan dengan mengutamakan kepentingan rumah Tuhan, bekerja sama dengan apa pun yang kubisa, dan mengerahkan upaya terbaikku. Setelah menyadari ini, aku berdoa kepada Tuhan dalam pertobatan.

Pagi-pagi keesokan harinya, aku menghubungi seorang saudari untuk mengontak Li Han, dan mengatur pertemuan dengannya. Ketika Li Han melihat kami, dia berkata dengan cemas, "Salah satu dari orang-orang yang ditangkap telah menjadi seorang Yudas. Sekarang seorang saudari dari sebuah keluarga penyimpan buku telah ditangkap, dan keluarga lainnya juga dalam bahaya. Kami berharap kalian bisa datang segera dan memindahkan buku-buku itu." Mendengar kata-kata Li Han, aku menyadari betapa seriusnya situasi ini dan menjadi makin cemas. Aku segera pergi bersama Li Han untuk mengidentifikasi rumah-rumah penyimpan lainnya. Kami sangat hati-hati dalam perjalanan, terus saja mengamati lingkungan sekitar kami, dan aku terus berdoa dalam hati. Setelah mengidentifikasi keluarga-keluarga tersebut, aku mengatur agar sebuah mobil datang untuk memindahkan buku-buku itu. Tanpa kuduga, begitu kami memasuki jalan raya, kami lihat pemeriksaan polisi sangat ketat. Setiap mobil diperiksa selama beberapa menit sebelum bisa lewat, dan terdapat beberapa petugas polisi lalu lintas yang menjaga ketertiban di sekitarnya. Ketika melihat situasi ini, aku kembali menjadi cemas. Jika kami tertangkap, kami tidak akan bisa memindahkan buku-buku itu. Aku terus berdoa kepada Tuhan dalam hati. Aku teringat akan firman Tuhan yang berkata: "Setiap dan segala hal, baik hidup atau mati, akan bergeser, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Dengan cara inilah Tuhan berdaulat atas segala sesuatu" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Sesungguhnya, baik semua yang hidup maupun yang tidak hidup, keduanya berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan pikiran serta ide-ide mereka yang tidak percaya Tuhan juga ada di bawah kendali-Nya. Apakah hari ini kami bisa lewat dengan lancar atau tidak, itu pun ada di tangan Tuhan, dan aku perlu memiliki iman. Saat itu, mobil kami dihentikan untuk diperiksa. Di luar dugaanku, petugas yang memeriksa itu mengenal saudara yang mengemudikan mobil dan membiarkan kami lewat tanpa pemeriksaan. Aku melihat perlindungan Tuhan.

Setelahnya, aku merenungkan diriku sendiri, berpikir, "Mengapa aku begitu takut ditangkap? Jika aku tidak menyelesaikan masalah ini, tidak ada yang tahu kapan aku akan jatuh." Aku melihat sebuah bagian dari firman Tuhan: "Engkau harus menderita kesukaran demi kebenaran, engkau harus mengorbankan dirimu untuk kebenaran, engkau harus menanggung penghinaan demi kebenaran, dan untuk memperoleh lebih banyak kebenaran, engkau harus mengalami penderitaan yang lebih besar. Inilah yang harus engkau lakukan. Janganlah membuang kebenaran demi kenikmatan kehidupan keluarga yang harmonis, dan janganlah kehilangan martabat dan integritas seumur hidupmu demi kesenangan sesaat. Engkau harus mengejar segala yang indah dan baik, dan engkau harus mengejar jalan dalam hidup yang lebih bermakna. Jika engkau menjalani kehidupan yang vulgar dan tidak mengejar tujuan apa pun, bukankah engkau menyia-nyiakan hidupmu? Apa yang dapat engkau peroleh dari kehidupan semacam itu? Engkau harus meninggalkan seluruh kenikmatan daging demi satu kebenaran, dan jangan membuang seluruh kebenaran demi sedikit kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak memiliki integritas atau martabat; keberadaan mereka tidak ada artinya!" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa menderita demi kebenaran adalah hal yang paling berharga. Hanya dengan melalui kesengsaraan seseorang bisa mendapatkan kebenaran. Saudara-saudari yang menanggung siksaan, sebagai contohnya. Mereka mengalami siksaan dan perlakuan kejam yang tidak manusiawi, tetapi mereka mengembangkan sebuah pemahaman yang sejati dan kebencian terhadap wajah buruk serta esensi jahat Partai Komunis, dan hati mereka menjadi lebih teguh dalam mengikuti Tuhan. Beberapa saudara dan saudari, saat berada di ambang kematian, berseru kepada Tuhan dan menyaksikan perlindungan-Nya yang hebat, mendapatkan pemahaman nyata tentang kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan serta membangun iman yang sejati. Meskipun mereka menderita dengan hebat, mereka memberikan kesaksian yang mengalahkan Iblis. Semua hal ini tidak bisa didapatkan dalam sebuah lingkungan yang nyaman; penderitaan mereka sangat berarti! Aku belum memahami kebenaran atau mengetahui nilai serta pentingnya penderitaan, selalu takut akan penderitaan daging dan menghindari lingkungan yang telah Tuhan tentukan bagiku. Bukankah ini kebutaan dan ketidaktahuanku? Aku juga teringat akan bagian ini dari firman Tuhan: "Sebagai anggota umat manusia dan orang Kristen yang taat, adalah tanggung jawab dan kewajiban kita semua untuk mempersembahkan pikiran dan tubuh kita untuk memenuhi amanat Tuhan, sebab seluruh keberadaan kita berasal dari Tuhan, dan kita ada berkat kedaulatan Tuhan. Apabila pikiran dan tubuh kita tidak didedikasikan untuk amanat Tuhan dan pekerjaan yang benar bagi umat manusia, maka jiwa kita akan merasa malu di hadapan orang-orang yang telah menjadi martir demi amanat Tuhan, dan lebih malu lagi di hadapan Tuhan, yang telah menyediakan segalanya untuk kita" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"). Hidupku diberikan oleh Tuhan. Tuhanlah yang membawaku ke hadapan-Nya dan memberiku kesempatan untuk mengejar kebenaran serta menerima keselamatan. Sebagai seorang yang memiliki hati nurani dan nalar, aku seharusnya hidup untuk Tuhan. Tanggung jawabku hari ini adalah memindahkan buku-buku firman Tuhan. Aku harus memenuhi tugasku, meskipun aku benar-benar ditangkap dan menderita secara fisik. Aku teringat akan orang-orang kudus di sepanjang sejarah yang dianiaya dan dibunuh karena kesaksian mereka tentang Tuhan: Petrus yang disalib terbalik demi Tuhan, Stefanus yang dilempari batu sampai mati, beberapa yang dibunuh dengan pedang, digergaji menjadi dua, atau direbus dalam minyak, dan yang lainnya anggota badannya terputus ditarik oleh lima ekor kuda. Mereka semua mengabdikan diri mereka untuk alasan yang adil bagi kemanusiaan, yang dikenang oleh Tuhan dan merupakan perbuatan yang mulia. Jika aku ditangkap dan dipenjara karena memindahkan buku-buku Tuhan hari ini, itu juga merupakan penderitaan demi kebenaran. Setelah menyadari hal ini, aku bertekad untuk memberontak terhadap dagingku dan bersedia mengerahkan upaya semaksimal mungkin dalam tugas ini.

Kemudian, aku mengetahui bahwa salah satu dari mereka yang ditangkap telah menjadi seorang Yudas dan sedang mengarahkan polisi untuk menangkap saudara-saudari. Jumlah orang yang ditangkap telah meningkat menjadi sembilan belas, dan polisi memiliki daftar serta menggunakan foto untuk meminta si Yudas mengidentifikasi orang-orang. Saudara-saudari ini perlu segera bersembunyi. Ketika mendengar berita seperti itu, aku berpikir, "Situasinya telah menjadi begitu parah, bahkan lebih buruk dari yang kubayangkan. Jika aku pergi memindahkan buku-buku itu sekarang, kemungkinan besar aku akan tertangkap. Bisakah aku menanggung siksaan polisi?" Aku tahu bahwa aku kembali gentar dan takut, jadi aku segera berlutut dan berdoa, "Tuhan, mendengar tentang situasi gereja telah membuatku takut lagi. Aku takut ditangkap dan menderita secara fisik. Tuhan, tolong bimbing dan pimpin aku untuk tidak hidup menurut watak rusakku yang egois dan tercela dan untuk menyelesaikan tugas ini." Pada saat itu, aku teringat akan firman Tuhan ini: "Dalam perjalanan menuju Yerusalem, Yesus merasakan kesakitan, seolah-olah pisau sedang dipelintir di jantung-Nya, namun Dia tidak memiliki niat sedikit pun untuk mengingkari perkataan-Nya; selalu ada kekuatan dahsyat yang mendorong-Nya menuju ke tempat Dia akan disalibkan. Akhirnya, Dia dipaku di kayu salib dan menjadi keserupaan dengan daging yang berdosa, menyelesaikan pekerjaan penebusan umat manusia. Dia melampaui belenggu kematian dan alam maut. Di hadapan-Nya, kematian, neraka, dan alam maut kehilangan kuasa mereka, dan ditaklukkan oleh-Nya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Bagaimana Melayani dalam Keselarasan dengan Maksud-Maksud Tuhan"). Ketika Tuhan Yesus memikul salib ke Golgota, Dia dipukuli dengan kejam, tubuh-Nya memar, dan wajah-Nya berlumuran darah, sangat menderita. Namun, Dia tidak menunjukkan tanda penyesalan. Dia rela menanggung penderitaan ini dan disalibkan untuk menebus seluruh manusia. Pada akhirnya, Dia mengalahkan Iblis dan menyelesaikan pekerjaan penebusan semua manusia. Tuhan Yesus, yang sepenuhnya menyadari penderitaan besar yang dituntut oleh penyaliban, tidak mundur. Bahkan jika itu berarti menanggung penderitaan-Nya sendiri, Dia tetap akan menyelamatkan manusia dari dosa. Saat memikirkan hal ini, aku merasa sangat terinspirasi. Kemudian, merenungkan diriku sendiri, aku menyadari bahwa aku terus saja mundur saat menghadapi bahaya dan kesengsaraan, dan perilakuku sangat hina serta tercela! Situasi yang kuhadapi hari ini juga adalah sebuah ujian, yang menentukan apakah di saat-saat genting ini aku akan memilih untuk setia kepada Tuhan atau kepada diriku sendiri. Aku tidak bisa lagi egois dan hanya memikirkan dagingku sendiri; aku perlu mengikuti teladan Tuhan Yesus, meskipun itu berarti ditangkap, dipenjarakan, atau disiksa sampai mati, aku harus memindahkan buku-buku firman Tuhan itu. Sekalipun hanya sekali, memuaskan hati Tuhan sangatlah berharga. Ketika aku memikirkan hal ini, aku merasakan gelombang kekuatan di sekujur tubuhku, dan aku bersemangat untuk bekerja sama. Aku tahu semua ini diberikan oleh Tuhan, dan aku sangat bersyukur.

Setelah itu, kami memindahkan buku-buku dari tiga rumah dengan aman. Saat kami sedang memindahkan buku-buku dari rumah keempat, hari sudah lewat tengah malam. Ada dua ekor anjing di rumah tetangga yang tak henti-hentinya menggonggong terhadap suara apa pun. Aku sangat gugup hingga jantungku berdebar kencang, khawatir bahwa tetangga mungkin mengetahui kami dan memanggil polisi. Aku terus saja berseru kepada Tuhan dalam hatiku. Betapa leganya ketika hingga kami selesai menaikkan muatan ke mobil, para tetangga tidak keluar. Ketika melihat perlindungan Tuhan, aku mengucap syukur dengan sungguh-sungguh kepada-Nya. Oleh karena itu, kami berhasil dan dengan aman memindahkan buku-buku dari empat rumah penyimpan tanpa kejadian apa pun. Dalam perjalanan pulang, kami berbagi pengalaman kami, dan sukacita yang kami rasakan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Dari pengalaman ini, aku mendapatkan beberapa pemahaman tentang kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan. Mulai dari ibuku yang pindah rumah pada hari saudara-saudari ditangkap, hingga adikku yang membantuku memahami situasi dan kelancaran perjalanan kami melewati pos-pos pemeriksaan—semua ini berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Pemindahan buku yang aman kali ini sepenuhnya berkat bimbingan Tuhan. Tanpa pencerahan dari firman Tuhan dan kekuatan yang Tuhan berikan, aku tidak akan mampu memberontak terhadap dagingku dan akan kekurangan iman untuk bekerja sama. Ini semua adalah hasil firman Tuhan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kesadaran Setelah Ditangani

Oleh Saudari Liang Xin, Spanyol Pada akhir 2020, aku bertanggung jawab menyiram petobat baru di gereja. Awalnya jumlah mereka tak banyak,...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh