Alasan di Balik Kesibukanku
Aku adalah pemimpin tim penyiraman di gereja. Kupikir siapa pun yang ingin menjadi pemimpin tim yang memenuhi syarat dan kompeten harus mengerjakan semuanya sendiri, dan aku mengharapkan itu dari diriku. Begitu aku melihat bahwa ada sesuatu yang perlu dilakukan di tim kami, sekecil atau sebesar apa pun, aku akan berinisiatif untuk mengerjakannya sendiri, termasuk urusan-urusan umum. Aku bahkan mengambil alih pekerjaan yang dapat dilakukan oleh saudara-saudariku, dengan murah hati berkata, "Biar aku saja, kau tidak perlu mengerjakannya." Setiap kali ini terjadi, ada rasa bangga yang sulit kujelaskan, serta perasaan bahwa aku benar-benar seorang pemimpin tim yang peduli dan bertanggung jawab. Seiring waktu, saudara-saudariku mulai datang kepadaku setiap kali mereka memiliki masalah apa pun. Pengawasku juga memujiku karena aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk melaksanakan tugas serta mampu menanggung kesukaran dan membayar harga. Mendengar hal itu sangatlah menyenangkan, karena membuatku merasa seperti pemimpin tim yang benar-benar kompeten.
Selanjutnya, makin banyak orang percaya baru yang menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman, dan ada jauh lebih banyak orang baru yang harus kusirami daripada sebelumnya. Selain berkumpul dengan orang-orang percaya baru setiap hari, aku juga melatih mereka, mengajari mereka cara menjadi tuan rumah pertemuan, menyebarkan Injil, dan lain-lain. Jadwalku sudah sangat padat, tetapi di samping itu, saudara-saudari di timku menginginkan persetujuanku bahkan untuk mengatur pertemuan bagi orang-orang percaya baru. Dengan begitu banyak hal yang harus dikerjakan, aku sering terpaku pada hal-hal sepele ini, yang mengacaukan jadwalku dan membuatku terlalu sibuk bahkan untuk bersaat teduh. Meski setiap hari aku sangat sibuk dan tidak pernah menganggur, aku tidak banyak menindaklanjuti tugas-tugas prioritas. Hal ini sering membuatku merasa cemas, tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Suatu kali, saudari yang menjadi rekanku bertanya, "Kau selalu mengatakan bahwa kau sibuk, tetapi apa yang sebenarnya kau kerjakan setiap hari?" Menghadapi pertanyaan saudariku itu, aku merasa sangat terluka karena dia tidak berempati kepadaku. Kemudian, ketika saudara-saudari menjumpai masalah dalam menyirami orang percaya baru dan datang kepadaku untuk membicarakannya, aku menggerutu dalam hati, "Ini adalah prinsip dasar yang harus dikuasai oleh penyiram. Kenapa kalian datang kepadaku untuk menyelesaikan masalah sederhana seperti itu—tidak bisakah kalian belajar menyelesaikannya sendiri? Apa kalian tidak mau berusaha?" Aku tidak ingin terus mengurus masalah-masalah itu lagi, dan aku merasa bahwa saudara-saudariku seharusnya menangani semua itu secara mandiri. Namun kemudian aku berpikir, "Aku adalah pemimpin tim. Jika aku tidak menangani masalah-masalah ini dan malah membiarkan saudara-saudari menyelesaikannya sendiri, bukankah itu akan mengurangi nilaiku sebagai pemimpin tim? Mungkinkah seseorang berkata bahwa aku tidak memenuhi tanggung jawabku dan melalaikan tugasku? Jika pemimpin tahu, mungkinkah dia mengatakan bahwa aku tidak kompeten? Tidak masalah—jika itu adalah sesuatu yang bisa kukerjakan sendiri, biar kukerjakan saja." Jadi, aku hampir selalu mengerjakan sendiri semua pekerjaan tim, mulai dari tugas-tugas besar seperti mengatur pertemuan, dan menyelesaikan masalah orang percaya baru, hingga tugas-tugas kecil seperti membantu saudara-saudari menyampaikan pesan, dan mencari orang untuk menangani urusan umum. Aku bergegas mengerjakan semua ini, meskipun sebenarnya aku tidak ingin melakukannya, agar tidak ada yang akan meragukan diriku sebagai pemimpin tim. Aku tak bisa mulai menggambarkan betapa lelahnya aku kadang-kadang, mengerjakan begitu banyak hal yang berbeda sekaligus. Yang bisa kulakukan hanyalah menghibur diri dengan berpikir, "Bagaimanapun juga, aku adalah pemimpin tim. Pemimpin tim harus bersedia untuk bekerja keras." Dan begitulah, aku terus menangani sendiri semua urusan, baik besar maupun kecil, hidup dalam keadaan sibuk yang tiada henti. Meskipun kesibukanku yang luar biasa setiap hari membuat beberapa saudara-saudari mengagumi dan menerimaku, tidak ada kedamaian atau sukacita di hatiku. Aku selalu merasa bahwa aku membuat tugasku berantakan, dan aku tidak punya waktu untuk mengerjakan banyak tugas penting karena aku kewalahan dengan urusan-urusan sepele.
Suatu kali, aku menyampaikan kesulitanku kepada pemimpin, dan setelah dia bersekutu denganku, barulah aku mendapat beberapa prinsip penerapan. Dia bertanya kepadaku, "Tidakkah kau mengambil terlalu banyak pekerjaan? Kalau kau tidak membiarkan saudara-saudari melakukan pekerjaan mereka sendiri dan malah memikul semuanya sendirian, kau pasti akan sibuk. Kau bisa membiarkan mereka berlatih melaksanakan beberapa tugas yang tidak terlalu penting. Kalaupun mereka tidak melaksanakannya dengan baik, itu tidak akan berdampak besar pada pekerjaan gereja. Jika ada pekerjaan yang benar-benar tidak bisa dikerjakan orang lain, barulah kau harus mengerjakannya sendiri. Namun, jika orang lain dapat mengerjakannya, dan kau tidak membiarkan mereka mencoba atau memberi mereka kesempatan untuk berlatih, dan malah mengerjakan semuanya sendiri, bukankah itu berarti kau meremehkan mereka dan hanya ingin pamer? Itu adalah perwujudan kerusakan." Persekutuannya mengenai keadaanku sangatlah tepat. Dahulu, kupikir mengerjakan lebih banyak hal menunjukkan bahwa aku menanggung beban, tetapi aku tidak pernah merenungkan apakah tindakanku didasarkan pada prinsip, atau apakah tindakanku telah tercemar. Ketika aku memikirkannya, motivasi tersembunyi yang kumiliki untuk menangani semuanya dalam tugasku adalah untuk pamer, bukan untuk menanggung beban. Dalam beberapa kasus, bukan karena orang lain tidak mampu atau tidak punya waktu untuk melaksanakan tugas, melainkan karena aku berpikir bahwa makin banyak hal yang kulakukan, makin aku diterima semua orang, dan mengatakan bahwa aku adalah pemimpin tim yang kompeten, bertanggung jawab, dan menanggung beban dalam tugasnya. Aku menganggap melaksanakan tugasku sebagai cara agar dikagumi orang lain. Aku terus "sibuk" dan "menanggung beban" demi menunjukkan nilaiku sebagai pemimpin tim dan mendapatkan tempat di hati orang lain. Karena aku memiliki niat yang keliru dalam tugasku dan selalu ingin melindungi statusku, banyak pekerjaan tim yang bertumpu di pundakku, dan saudara-saudariku tidak memiliki kesempatan untuk berlatih. Dan karena kemampuanku untuk melakukan sesuatu ada batasnya, beberapa tugas penting akhirnya tertunda, sehingga merugikan pekerjaan gereja dan kehidupan saudara-saudariku.
Kemudian, setelah membaca firman Tuhan, aku mendapatkan pemahaman tentang masalahku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Beberapa orang bersaksi tentang dirinya sendiri dengan menggunakan bahasa dan mengucapkan kata-kata yang membanggakan dirinya, sedangkan yang lain menggunakan perilaku. Apa saja perwujudan seseorang yang menggunakan perilaku untuk bersaksi tentang dirinya sendiri? Di luarnya, mereka memperlihatkan perilaku yang sejalan dengan gagasan orang-orang, menarik perhatian, dipandang orang sebagai perilaku yang cukup mulia dan sesuai dengan standar moral. Perilaku ini membuat orang percaya bahwa mereka terhormat, memiliki integritas, benar-benar mengasihi Tuhan, sangat saleh, sungguh-sungguh memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan merupakan orang yang mengejar kebenaran. Mereka sering kali menunjukkan perilaku baik secara lahiriah untuk menyesatkan orang lain—bukankah ini juga berbau meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri sendiri? Biasanya orang-orang meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri mereka sendiri melalui kata-kata, menggunakan ucapan yang jelas untuk mengungkapkan betapa diri mereka berbeda dari kebanyakan orang, bagaimana mereka mempunyai pendapat yang lebih bijaksana daripada orang lain agar mereka dikagumi dan dihormati. Namun, ada beberapa metode yang tidak melibatkan ucapan langsung di mana seseorang menggunakan penerapan lahiriah untuk bersaksi bahwa mereka lebih baik daripada yang lain. Penerapan semacam ini telah dipikirkan dengan matang, memiliki motif serta maksud tertentu, dan sangat terarah. Semua itu telah dibungkus dan diolah sehingga apa yang dilihat orang adalah sejumlah perilaku dan penerapan yang sejalan dengan gagasan manusia, mulia, saleh, sesuai dengan kepatutan orang kudus, bahkan mengasihi Tuhan, takut akan Tuhan, dan sejalan dengan kebenaran. Hal ini mencapai tujuan yang sama, yaitu meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri mereka sendiri, membuat orang lain menganggap mereka hebat, dan memujanya. Pernahkah engkau semua menemukan atau melihat hal seperti itu? Apakah engkau semua memiliki perwujudan seperti ini? Apakah semua hal dan topik yang Aku bahas ini terpisah dari kehidupan nyata? Sebenarnya tidak. ... Ada yang minum kopi untuk meningkatkan energi mereka di malam hari sebagai persiapan untuk begadang mengerjakan tugasnya. Saudara-saudari mengkhawatirkan kesehatannya, lalu memasakkan mereka sup ayam. Saat menghabiskan sup, orang-orang ini berkata, 'Syukur kepada tuhan! Aku telah menikmati kasih karunia tuhan. Aku tidak pantas menerima ini. Karena aku sudah menghabiskan sup ayam ini, aku harus lebih efisien dalam melaksanakan tugasku!' Pada kenyataannya, mereka tetap melaksanakan tugas dengan cara yang sama seperti yang biasa dilakukan tanpa meningkatkan efisiensi sama sekali. Bukankah mereka berpura-pura? Mereka memang berpura-pura, perilaku semacam ini juga merupakan cara terselubung untuk meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri mereka sendiri; hasil yang dicapai adalah membuat orang-orang menyetujui mereka, menganggapnya hebat, dan menjadi pengikut setia mereka. Jika orang-orang memiliki mentalitas semacam ini, bukankah mereka telah melupakan Tuhan? Mereka tidak lagi memiliki Tuhan di dalam hatinya, lalu siapakah yang mereka pikirkan siang dan malam? Yang dipikirkannya adalah 'pemimpin mereka yang baik', 'orang yang mereka kasihi'. Di luarnya, beberapa antikristus sangat mengasihi sebagian besar orang. Mereka menggunakan teknik tertentu dalam berbicara agar orang-orang menganggap mereka penuh kasih dan bersedia untuk lebih dekat dengannya. Mereka tersenyum hangat kepada siapa saja yang mendekati dan berinteraksi dengan mereka, serta berbicara dengan nada yang sangat lembut. Sekalipun mereka melihat beberapa saudara-saudari tidak berprinsip dalam tindakannya dan merugikan kepentingan gereja, mereka sama sekali tidak memangkasnya, hanya menasihatinya, menghibur, dan membujuk mereka saat melaksanakan tugasnya—mereka terus-menerus membujuk semua orang hingga membawanya ke hadapan mereka. Orang-orang secara bertahap digerakkan oleh antikristus ini; semua sangat menyetujui hatinya yang penuh kasih dan menyebut mereka sebagai orang yang mengasihi Tuhan. Pada akhirnya, semua orang memuja dan mencari persekutuan mereka dalam segala hal, menceritakan semua pikiran dan perasaan terdalam mereka kepada antikristus ini, sampai-sampai mereka tidak lagi berdoa kepada Tuhan atau mencari kebenaran dalam firman-Nya. Bukankah orang-orang ini telah disesatkan oleh antikristus? Ini adalah cara lain yang digunakan oleh antikristus untuk menyesatkan orang. Saat engkau semua terlibat dalam perilaku dan penerapan ini, atau menyimpan niat ini, sadarkah engkau semua bahwa ada masalah di dalamnya? Saat engkau menyadarinya, mampukah engkau mengubah arah tindakanmu? Jika engkau mampu merenungkan dirimu, merasakan penyesalan yang sesungguhnya saat menyadari dan memeriksa bahwa perilaku, penerapan, atau niatmu bermasalah, ini membuktikan bahwa engkau telah mengubah arahmu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Empat: Mereka Meninggikan dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri"). Dari penyingkapan firman Tuhan, aku menyadari bahwa orang secara lahiriah menggunakan berbagai perilaku "baik" yang sesuai dengan gagasan manusia untuk mendapatkan kekaguman dan penghargaan dari orang lain, tetapi pada dasarnya, perilaku ini hanyalah cara terselubung untuk meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri mereka sendiri, yang sangat munafik dan dapat dengan mudah menyesatkan orang. Saat aku memikirkannya, aku menyadari bahwa aku jenis orang seperti itu. Secara lahiriah, aku tampak sibuk melaksanakan tugasku setiap hari, menanggung kesukaran, membayar harga, dan menangani semuanya sendiri—aku tampak seperti pemimpin tim yang memenuhi syarat dan kompeten. Namun di balik semua itu, aku sedang memendam niat rahasia dan tercela, yaitu untuk mendapatkan kekaguman dari orang-orang. Aku berpikir tentang bagaimana saudara-saudariku datang kepadaku untuk menanyakan berbagai hal, besar maupun kecil, dalam pelaksanaan tugas mereka, dan bagaimana mereka mengandalkanku untuk menyelesaikan semuanya. Faktanya, mereka dapat mendiskusikan dan menyelesaikan beberapa masalah tersebut tanpa keterlibatanku. Namun pemikiran bahwa semua orang memercayai dan mengagumiku mendorongku untuk menyampingkan prioritas kerja kami dan mengerjakan semuanya sendiri, sekalipun aku tidak punya waktu, hanya demi melindungi harga diri dan statusku. Terkadang, jika aku melewatkan waktu makan demi menjadi tuan rumah pertemuan bagi orang percaya baru, saudari-saudariku mendesakku untuk makan. Aku sebenarnya diam-diam merasa senang membayangkan mereka melihatku begitu sibuk dengan tugasku hingga bahkan tidak sempat makan. Aku berpikir bahwa mereka pasti mengagumiku dan mengira bahwa aku benar-benar mampu menanggung kesukaran dan membayar harga, dan bahwa aku adalah pemimpin tim yang kompeten. Karena "sibuk", aku juga menikmati berbagai "hak istimewa" dan mendapatkan simpati dari orang lain, yang kugunakan untuk menutupi beberapa penyimpangan dan kekuranganku. Misalnya, jika aku tidak menulis artikel kesaksian pengalaman hidup, aku membenarkannya dengan berkata pada diriku sendiri bahwa aku terlalu sibuk. Ketika beberapa tugas tim yang menjadi tanggung jawabku tidak selesai tepat waktu, aku memberi kelonggaran pada diriku sendiri dan berkata bahwa itu karena aku terlalu sibuk. Dan ketika muncul penyimpangan serta kesalahan dalam tugasku, dan aku tidak mendapatkan hasil yang baik dalam menyirami orang percaya baru, aku memberi saudara-saudariku alasan yang sama agar mereka memaklumiku. Seperti itulah, aku terus sibuk sepanjang hari, menunjukkan kepada orang-orang bahwa aku adalah pemimpin tim yang baik dengan jadwal yang padat. Tidak hanya dihargai oleh pengawasku, aku juga dikagumi dan diandalkan oleh beberapa saudara-saudari. Namun, pada saat yang sama, aku juga menutupi penyimpangan dan kesalahan dalam pekerjaanku. Niatku sungguh tercela! Aku merenungkan mengapa saudara-saudari suka datang kepadaku setiap kali menghadapi masalah dan mengandalkanku untuk mengerjakan semuanya—terutama karena aku berusaha menangani semuanya sendiri. Saudara-saudariku mengagumiku, aku memiliki tempat di hati mereka, dan kapan pun mereka menjumpai masalah, mereka tidak berdoa dan mengandalkan Tuhan, atau mencari prinsip-prinsip kebenaran, mereka malah datang untuk bertanya kepadaku. Dengan terus sibuk seperti itu, sebenarnya aku hanya bertindak sekehendak hatiku sendiri, diam-diam pamer, mengambil hati orang-orang, dan menjauhkan mereka dari Tuhan.
Saat itu, aku teringat pada sebuah bagian dari firman Tuhan yang pernah kubaca: "Sebagian orang terlihat cukup antusias dengan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Mereka selalu peduli dan terlibat dalam urusan gereja, dan mereka selalu bergerak maju. Namun, secara tak terduga, mereka mengecewakan semua orang setelah menjadi pemimpin. Mereka tidak fokus dalam menyelesaikan masalah-masalah nyata umat pilihan Tuhan, tetapi justru berusaha sekuat tenaga untuk bertindak demi reputasi dan statusnya sendiri. Mereka suka memamerkan diri untuk membuat orang lain menghormatinya dan selalu berbicara tentang bagaimana mereka telah berkorban serta menderita untuk Tuhan, tetapi mereka tidak berusaha mengejar kebenaran dan jalan masuk kehidupan mereka. Ini adalah sesuatu yang tidak diduga oleh semua orang. Meskipun mereka menyibukkan dirinya dengan pekerjaan, memamerkan diri di setiap kesempatan, mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin, memperoleh penghormatan dan pemujaan dari beberapa orang, menyesatkan hati orang, dan memperkuat status mereka, pada akhirnya, apa yang akan terjadi? Terlepas dari apakah orang-orang ini menggunakan sedikit kebaikan untuk menyuap orang lain, atau memamerkan karunia dan kemampuannya, atau menggunakan berbagai cara untuk menyesatkan orang dan dengan demikian memenangkan pendapat baik mereka, apa pun metode yang mereka gunakan untuk memenangkan hati orang dan menempati posisi di hati orang-orang, apa yang telah hilang dari mereka? Mereka telah kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran saat melaksanakan tugas sebagai pemimpin. Pada saat yang sama, karena berbagai perwujudan mereka, mereka juga telah mengumpulkan perbuatan jahat yang akan berakibat pada kesudahan akhir mereka. Entah mereka menggunakan sedikit kebaikan untuk menyogok atau memikat orang, atau memamerkan diri mereka, atau menggunakan kedok untuk menyesatkan orang, dan sebanyak apa pun manfaat dan kepuasan yang tampaknya orang peroleh secara lahiriah dari melakukan hal ini, jika dilihat dari hal ini, apakah ini adalah jalan yang benar? Apakah ini adalah jalan untuk mengejar kebenaran? Apakah ini adalah jalan untuk memperoleh keselamatan? Jelas bukan. Secerdas apa pun metode dan tipu daya ini, mereka tidak dapat menipu Tuhan, mereka semua pada akhirnya akan dikutuk dan dibenci oleh Tuhan karena tersembunyi di balik perilaku semacam itu terdapat ambisi manusia serta sikap dan esensi penentangan terhadap Tuhan. Di dalam hati-Nya, Tuhan sama sekali tidak akan pernah mengakui orang-orang ini sebagai orang yang melaksanakan tugas mereka, dan sebaliknya akan mendefinisikan mereka sebagai pelaku kejahatan. Putusan apa yang Tuhan berikan ketika menangani pelaku kejahatan? 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan.' Ketika Tuhan berkata, 'Pergilah daripada-Ku,' ke manakah Dia ingin orang-orang semacam itu pergi? Dia menyerahkan mereka kepada Iblis, ke tempat-tempat yang dihuni oleh gerombolan Iblis. Apa konsekuensi akhir bagi mereka? Mereka akan disiksa sampai mati oleh roh-roh jahat, yang artinya mereka dimangsa oleh Iblis. Tuhan tidak menginginkan orang-orang ini, yang berarti Dia tidak akan menyelamatkan mereka, mereka bukan domba Tuhan, apalagi pengikut-Nya, jadi mereka bukan termasuk orang-orang yang akan Dia selamatkan. Seperti inilah orang-orang ini didefinisikan Tuhan. Jadi, apa sebenarnya natur dari upaya memenangkan hati orang? Naturnya adalah menempuh jalan antikristus; ini adalah perilaku dan esensi yang antikristus miliki. Yang jauh lebih parah adalah esensi bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan umat pilihan-Nya; orang-orang semacam itu adalah musuh Tuhan. Dengan cara inilah antikristus didefinisikan dan digolongkan dan ini sepenuhnya akurat" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Satu: Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang"). Firman Tuhan menyingkapkan masalahku dengan tepat. Sejak menjadi pemimpin tim, aku telah berusaha menangani semuanya sendiri. Dari luar, aku terlihat seperti pemimpin tim yang pengertian dan penuh perhatian, yang aktif membantu saudara-saudariku dalam hal apa pun yang perlu dilakukan, tetapi niat dan tujuanku yang sebenarnya adalah melakukan hal-hal yang mendukung reputasi dan statusku sendiri, untuk mengambil hati orang-orang, dan mendapatkan kekaguman dari mereka. Itu semacam penipuan dan tipu daya! Aku persis seperti para pejabat naga merah yang sangat besar, yang menipu rakyat biasa dengan melakukan sedikit pekerjaan hanya agar mereka terlihat baik dengan kedok "melayani rakyat", sehingga orang-orang memuliakan dan memuji mereka. Aku persis seperti itu—dari luar, aku terlihat sibuk melaksanakan tugasku, tetapi diam-diam aku ingin orang-orang berpikir bahwa aku bekerja keras, dan aku ingin mereka mengagumi serta memujaku. Karena aku menangani semuanya sendiri, orang lain tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk berlatih dalam tugas mereka. Meskipun demikian, mereka tetap mengagumiku, sampai-sampai setiap kali mereka menjumpai masalah, mereka tidak mencari Tuhan, tetapi justru mengandalkanku untuk menyelesaikannya. Tidak ada tempat bagi Tuhan di hati mereka. Aku sama sekali tidak melaksanakan tugasku dengan benar! Jelas, aku sedang melakukan kejahatan dan menempuh jalan antikristus! Aku berdoa kepada Tuhan dan meminta-Nya memimpinku dalam mencari prinsip-prinsip kebenaran untuk mengatasi masalahku dan tidak lagi bertindak berdasarkan watakku yang rusak.
Kemudian, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Dalam melaksanakan tugasmu, engkau tidak diharuskan untuk menanggung semuanya sendiri, juga tidak diharuskan untuk bekerja mati-matian, atau menjadi 'satu-satunya bunga yang mekar' atau seorang yang mandiri; sebaliknya, engkau diharuskan untuk belajar caranya bekerja sama dengan orang lain secara harmonis, dan melakukan semua yang bisa kaulakukan, memenuhi tanggung jawabmu, mengerahkan segenap kekuatanmu. Itulah artinya melaksanakan tugas. Melaksanakan tugasmu berarti menggunakan secara maksimal kekuatan dan terang yang kau miliki untuk mencapai hasil. Itu sudah cukup. Jangan selalu berusaha untuk pamer, selalu mengatakan hal-hal yang terdengar muluk, melakukan berbagai hal sendiri. Engkau harus belajar bagaimana bekerja dengan orang lain, dan engkau harus lebih berfokus mendengarkan saran orang lain dan menemukan kelebihan mereka. Dengan cara ini, bekerja sama secara harmonis menjadi mudah. Jika engkau selalu berusaha untuk pamer dan menjadi penentu keputusan, itu artinya engkau tidak bekerja sama secara harmonis. Apa yang sedang kaulakukan? Engkau sedang menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain. Menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain berarti memainkan peran Iblis; itu bukan pelaksanaan tugas. Jika engkau selalu melakukan hal-hal yang menimbulkan kekacauan dan melemahkan orang lain, sebanyak apa pun upayamu atau kepedulianmu, Tuhan tidak akan mengingatnya. Engkau mungkin hanya memiliki sedikit kelebihan, tetapi jika kau mampu bekerja dengan orang lain, dan dapat menerima saran yang sesuai, dan jika engkau memiliki motivasi yang benar, dan mampu melindungi pekerjaan rumah Tuhan, engkau adalah orang yang tepat. Terkadang, dengan satu kalimat, engkau dapat memecahkan masalah dan bermanfaat bagi semua orang; terkadang, setelah engkau mempersekutukan satu pernyataan kebenaran, setiap orang memiliki jalan penerapan, dan mampu bekerja sama secara harmonis, dan semua berupaya keras menuju tujuan bersama, dan berbagi pandangan dan pendapat yang sama, sehingga pekerjaan menjadi sangat efektif. Walaupun mungkin tak seorang pun ingat bahwa engkau memainkan peran ini, dan engkau mungkin tidak merasa seolah-olah telah berusaha keras, Tuhan akan melihat bahwa engkau adalah orang yang menerapkan kebenaran, orang yang bertindak sesuai dengan prinsip. Tuhan akan mengingat bahwa engkau telah melakukannya. Inilah yang disebut melaksanakan tugasmu dengan setia" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Dari firman Tuhan, aku melihat masalahku dengan jelas dan menemukan beberapa jalan penerapan. Jika aku ingin melaksanakan tugasku dengan baik, aku harus belajar bekerja sama secara harmonis dengan orang lain, serta fokus untuk memungkinkan mereka memanfaatkan kelebihan mereka. Kemampuan orang untuk melakukan sesuatu sendirian pasti ada batasnya—tidak seorang pun mampu melakukan semua pekerjaan sendirian. Kita hanya dapat mencapai hasil yang baik dalam tugas kita ketika kita semua sehati dan sepikir, serta ketika kita memanfaatkan seluruh kelebihan kita masing-masing. Hanya ketika orang memiliki niat yang benar, yaitu untuk menjaga pekerjaan gereja, barulah mereka bisa melaksanakan tugas mereka sesuai dengan maksud Tuhan. Itu jauh lebih efektif daripada satu orang menangani semua pekerjaan. Di masa lalu, aku tidak hanya kelelahan karena sibuk mondar-mandir dan berusaha menjadi satu-satunya bintang yang bersinar, tetapi aku juga membuat tugasku berantakan. Kelebihan saudara-saudariku tidak dimanfaatkan, dan banyak pekerjaan penting yang tertunda. Dengan membandingkan penyingkapan firman Tuhan dengan perilakuku sendiri, aku akhirnya memahami mengapa Tuhan berkata bahwa selalu pamer dalam tugas dan tidak bekerja sama secara harmonis dengan orang lain akan mengacaukan pekerjaan gereja.
Setelah itu, aku secara sadar menerapkan firman Tuhan. Aku membagi pekerjaan dengan cara yang logis: Aku terutama bertanggung jawab untuk menindaklanjuti tugas-tugas utama, dan aku memberikan tugas-tugas lainnya kepada saudara-saudari yang sesuai berdasarkan bidang keahlian mereka. Ketika ada yang menghadapi masalah yang tidak dapat mereka selesaikan, kami semua bersama-sama mencari prinsip. Setelah saudara-saudari memahami prinsip-prinsip, mereka akan dengan sendirinya memiliki arah dan jalan untuk melaksanakan tugas mereka. Sekarang, setelah aku menerapkan firman Tuhan selama beberapa waktu, aku mendapati bahwa saudara-saudariku menanggung lebih banyak beban dalam tugas mereka daripada sebelumnya. Mereka mampu mengambil inisiatif dan mencari prinsip-prinsip untuk menyelesaikan beberapa masalah, dan mereka dapat menyelesaikan beberapa tugas secara mandiri dengan mengandalkan Tuhan. Terkadang, ketika aku menjumpai kesulitan dalam tugas yang menjadi tanggung jawabku, aku juga meminta bantuan dari saudara-saudariku, dan aku mendapat banyak manfaat darinya. Tim kami telah memperoleh hasil yang makin baik dalam pekerjaan kami dengan bekerja sama seperti ini. Saudara-saudari dapat berlatih dalam berbagai tingkatan dan mereka telah membuat beberapa kemajuan. Aku merasa jauh lebih santai dan damai. Perlahan, aku mulai punya waktu untuk merenungkan masalah-masalah dalam pekerjaanku sendiri, dan aku mulai menulis artikel kesaksian pengalaman dengan normal lagi. Aku tidak terlihat sesibuk dahulu, tetapi aku merasa lebih mudah untuk mengidentifikasi penyimpangan dan masalah dalam pekerjaan, dan aku dapat melaksanakan tugasku dengan lebih efisien.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.