Mengapa Aku Takut Kalah?

27 Juli 2022

Oleh Saudari Rena, Filipina

Pada Juni 2019, aku menerima pekerjaan baru Tuhan, dan tak lama kemudian, aku mulai menyirami petobat baru. Beberapa petobat baru sangat berterima kasih kepadaku setelah aku membantu mereka, jadi aku sangat bangga dan merasa aku cocok untuk pekerjaan penyiraman. Belakangan, aku menerima seorang petobat baru, dan awalnya aku menyirami dia dan menyokongnya dengan rajin. Aku melihat dia cepat mengerti, kemajuannya sangat cepat, dan pemahaman pengalaman yang dia persekutukan di pertemuan itu bagus. Aku merasa dia akan cepat melampauiku, dan ketika itu terjadi, pemimpin pasti akan memintanya menyirami semua saudara-saudari, dan aku pasti tak lagi dibutuhkan. Begitu hal ini terpikirkan olehku, aku tak mau lagi menyirami dia dengan benar, jadi aku hanya membahas beberapa hal eksternal dengannya. Suatu kali, pemimpin menanyaiku tentang dirinya, berkata, "Kita membutuhkan lebih banyak penyiram saat ini, menurutmu apakah dia cocok untuk dibina?" Aku tak ingin dia dibina, karena kualitasnya begitu baik, dan aku takut kelak dia akan menjadi pemimpin gereja dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripadaku. Jadi, kukatakan kepada pemimpin, "Aku kurang memahaminya. Mungkin kau bisa menyelidiki hal ini lebih jauh lagi." Saat kudengar pemimpin telah membahas hal ini dengannya, aku merasa sangat iri dan takut. Aku juga sering berpikir, "Mungkin dia akan dibina dan dipromosikan, dan bahkan menggantikanku." Saat itu, gereja dipecah menjadi beberapa gereja, jadi kami berada di gereja berbeda. Beberapa bulan kemudian, aku mengetahui bahwa dia telah menjadi pemimpin gereja. Meskipun aku memberinya selamat dan berkata aku turut merasa bahagia, sebenarnya, aku merasa iri. Kupikir: "Mengapa dia cepat menjadi pemimpin, sedangkan aku masih seorang penyiram?" Aku merasa sangat kesal dan mulai bekerja keras menyirami petobat baru karena ingin membuktikan kepada pemimpinku bahwa aku pun layak menjadi pemimpin gereja.

Beberapa waktu kemudian, aku juga terpilih sebagai pemimpin gereja, tetapi aku tetap merasa iri saat kulihat orang lain lebih baik daripadaku. Suatu kali, aku berdiskusi tentang cara menyokong dan membantu para petobat baru dengan para pemimpin dan diaken lainnya, dan diaken penginjilan menyampaikan pemikirannya mengenai hal ini. Pemimpin tingkat atas dan juga para pemimpin kelompok menganggap ide-idenya bagus, jadi kami berusaha mendukungnya dan dan menyirami petobat baru sesuai saran darinya. Sarannya sangat efektif dan para petobat baru semuanya benar-benar mau datang ke pertemuan dan menerima tugas. Ini membuatku sedikit iri dan kupikir, "Diaken penginjilan lebih baik daripadaku. Aku harus meningkatkan diri dan belajar lebih banyak." Lalu, aku menanyainya berapa lama dia telah melaksanakan tugasnya, dan aku sangat terkejut mengetahui dia baru melaksanakannya selama enam bulan. Aku merasa sangat malu—aku telah dua tahun menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, dan akulah yang terlama menjadi orang percaya di kelompok, tetapi aku masih seperti pemula yang tidak punya ide. Setelah itu, aku selalu membandingkan diriku dengannya. Saat kulihat dia cakap dalam pekerjaannya, dia selalu memiliki cara-cara yang baik dan memiliki jalan untuk melaksanakan berbagai jenis pekerjaan gereja dan menuai hasil, aku makin iri terhadapnya. Kupikir, "Jika dia terus menuai hasil sedemikian bagus dalam pekerjaannya, dan selalu punya ide bagus selama mendiskusikan pekerjaan, pemimpin tingkat atas akan melihat bahwa dia cakap dan berkualitas baik, dan dia akan melatihnya menjadi pemimpin gereja. Bukankah itu artinya dia akan menggantikanku?" Suatu kali, dia tidak datang ke pertemuan karena sibuk dengan pekerjaan lain, dan setelahnya, dia menanyaiku apa yang telah kami pelajari di pertemuan. Aku benar-benar tak ingin memberi tahu dia, jadi kukatakan saja aku lupa. Beberapa waktu kemudian, kuperhatikan pemimpin tingkat atas sering bersekutu dengannya, tetapi jarang sekali bersekutu denganku, dan ini membuatku sangat marah. Kupikir, "Jika kau tidak bicara kepadaku, aku tak akan melaksanakan tugasku!" Saat itu, aku ingin beralih ke tugas yang bisa membuat orang lain menghormatiku. Kupikir jika aku dapat memberitakan Injil secara efektif, saudara-saudari mungkin akan menghormatiku, jadi aku mulai memberitakan Injil dan mengesampingkan pekerjaan menyirami petobat baru. Pemimpin tingkat atas mengingatkanku bahwa aku harus segera memahami dan menyelesaikan kesulitan para petobat baru, dan jawabku, "Baik, nanti aku akan bicara dengan mereka." Namun, aku hanya memedulikan pemberitaan Injil, dan aku sama sekali tidak menghubungi para petobat baru. Masalah mereka tidak terselesaikan tepat waktu, dan mereka tidak lagi menghadiri pertemuan seperti biasanya. Tak lama kemudian, pemimpin tingkat atas mengirimiku pesan, bertanya mengapa petobat baru tidak datang ke pertemuan dan apakah aku mengalami kesulitan, dan kuceritakan kepadanya tentang keadaanku. Dia menyampaikan persekutuannya kepadaku, "Kau adalah pemimpin gereja, dan kau bertanggung jawab atas semua pekerjaan gereja, terutama menyirami petobat baru. Pekerjaan ini sangat penting. Kau tak boleh bersikap acuh tak acuh atau asal-asalan dalam melakukannya." Aku menangis mendengar perkataannya. Aku merasa diperlakukan sangat tidak adil karena dia sama sekali tidak memperhatikan upayaku dalam memberitakan Injil.

Belakangan, aku mulai merenungkan sikapku terhadap tugasku. Selama ini, aku selalu khawatir petobat baru akan lebih baik daripadaku, dan aku tak ingin mereka melampauiku. Untuk mempertahankan statusku, aku tidak menyirami petobat baru dengan benar—terutama mereka yang berkualitas baik. Aku juga tidak mendorong mereka untuk melaksanakan tugas mereka. Aku sama sekali tidak memenuhi tanggung jawabku. Aku teringat firman Tuhan: "Ada orang-orang yang selalu takut orang lain lebih baik daripada mereka atau mengungguli mereka, takut orang lain akan dikenali sedangkan mereka diabaikan, dan ini membuat mereka menyerang dan mengucilkan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang berbakat? Bukankah itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang kejam! Orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, yang hanya memuaskan keinginan egois mereka sendiri, tanpa memikirkan orang lain atau tanpa memikirkan kepentingan rumah Tuhan memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). "Sekarang ini, engkau semua melaksanakan tugasmu penuh waktu. Engkau tidak dikekang atau diikat oleh keluarga, pernikahan, atau kekayaan. Engkau telah keluar dari hal-hal tersebut. Namun, gagasan, imajinasi, pengetahuan, dan niat pribadi serta keinginan yang memenuhi pikiranmu masih sepenuhnya sama. Jadi, dalam apa pun yang berkaitan dengan reputasi, status, atau kesempatan untuk menonjol—ketika engkau mendengar bahwa rumah Tuhan berencana untuk membina berbagai macam orang berbakat, misalnya—hati setiap orang pun melompat dalam pengharapan, masing-masing darimu selalu ingin dirimu sendiri dikenal dan menjadi pusat perhatian. Engkau semua ingin berjuang untuk mengejar status dan reputasi. Engkau merasa malu akan hal ini, tetapi engkau juga selalu merasa tidak enak jika tidak melakukannya. Engkau merasa iri, benci, dan mengeluh setiap kali melihat seseorang menonjol, dan menganggap hal ini tidak adil, 'Mengapa aku tidak bisa menjadi yang paling menonjol? Mengapa selalu orang lain yang menjadi pusat perhatian? Mengapa aku tak pernah mendapat giliran?' Dan setelah engkau merasakan kebencian itu, engkau berusaha menekannya, tetapi engkau tak mampu. Engkau berdoa kepada Tuhan dan merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi ketika engkau kembali menghadapi masalah semacam ini, engkau tetap tidak mampu mengatasinya. Bukankah ini adalah perwujudan tingkat pertumbuhan yang tidak dewasa? Ketika orang-orang terjerumus ke dalam keadaan seperti itu, bukankah mereka telah jatuh ke dalam perangkap Iblis? Ini adalah belenggu natur rusak Iblis yang mengikat manusia" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku dengan tepat. Aku benci saat orang lain lebih baik daripadaku atau melampauiku. Saat aku bertemu petobat baru yang memahami berbagai hal dengan baik dan berkualitas baik, aku takut mereka akan melampauiku dan menggantikanku, jadi aku tak ingin menyirami mereka dengan baik, aku juga tak ingin pemimpin membina mereka. Terutama saat aku bekerja dengan diaken penginjilan, dan kulihat pemberitaan Injil yang dilakukannya efektif, dia selalu bisa memberi saran yang baik, dan pemimpin tingkat atas selalu menemuinya untuk membahas pekerjaan, aku merasa iri dan diam-diam membandingkan diriku dengan dirinya, dan ingin pemimpin tingkat atas menilaiku berdasarkan pemberitaan Injil yang kulakukan. Aku hanya memikirkan statusku sendiri dan pendapat baik orang lain. Aku sama sekali tidak memenuhi tanggung jawabku sebagai pemimpin. Aku merasa sangat malu. Aku seharusnya menyirami petobat baru dengan benar agar dapat segera memiliki dasar di jalan yang benar, tetapi aku sama sekali tidak memikirkan maksud Tuhan. Aku hanya memikirkan reputasi dan statusku sendiri dan aku tidak rajin menyirami dan menyokong para petobat baru, sehingga mereka tidak menghadiri pertemuan seperti biasanya. Aku sedang berbuat jahat! Aku mulai merenungkan tujuan apa yang sedang kukejar dalam tugasku. Apakah aku melaksanakan tugasku untuk memuaskan Tuhan ataukah untuk kepentinganku sendiri? Jika aku selama ini memikirkan pekerjaan gereja dan berusaha memuaskan Tuhan, aku pasti ingin melatih lebih banyak orang untuk melaksanakan tugas. Namun, bukan itu yang kulakukan. Aku malah iri dan menindas orang-orang berbakat, berharap pemimpin tidak akan menyadari mereka. Aku sadar bahwa aku melaksanakan tugasku sepenuhnya demi kedudukan dan kepentinganku sendiri. Aku sangat egois!

Beberapa waktu kemudian, seorang saudari yang mengetahui keadaanku, mengirimiku satu bagian firman Tuhan: "Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengejar kebenaran. Mereka selalu hidup menurut daging, mendambakan kesenangan daging, selalu memuaskan keinginan egois mereka sendiri. Sekalipun mereka telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, mereka tidak akan pernah masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Inilah tanda orang yang mempermalukan Tuhan. Engkau berkata, 'Aku belum pernah melakukan apa pun yang menentang Tuhan. Bagaimana aku bisa mempermalukan Dia?' Semua gagasan dan pemikiranmu jahat. Niat, tujuan, dan motif di balik apa yang kaulakukan, dan akibat dari tindakanmu selalu memuaskan Iblis, menjadikan dirimu bahan tertawaannya, dan membiarkan dia mendapatkan sesuatu pada dirimu. Engkau sama sekali tidak memiliki kesaksian yang seharusnya dimiliki seorang Kristen. Engkau adalah dari Iblis. Engkau mempermalukan nama Tuhan dalam segala hal dan engkau tidak memiliki kesaksian yang tulus. Apakah Tuhan akan mengingat hal-hal yang telah kaulakukan? Pada akhirnya, kesimpulan apa yang akan Tuhan ambil tentang semua tindakan, perilaku, dan tugas yang telah kaulaksanakan? Bukankah pasti ada sesuatu, semacam pernyataan, mengenai semua yang telah kaulakukan itu? Dalam Alkitab, Tuhan Yesus berkata: 'Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan' (Matius 7:22-23). Mengapa Tuhan Yesus mengatakan ini? Mengapa begitu banyak dari antara mereka yang berkhotbah, mengusir setan, dan melakukan banyak mukjizat dalam nama Tuhan menjadi pelaku kejahatan? Itu karena mereka tidak menerima kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus, mereka tidak menaati perintah-perintah-Nya, dan mereka tidak mencintai kebenaran di dalam hati mereka. Mereka hanya ingin menukar pekerjaan yang telah mereka lakukan, kesukaran yang telah mereka tanggung, dan pengorbanan yang telah mereka berikan bagi Tuhan dengan berkat Kerajaan Surga. Dalam hal ini, mereka berusaha bertransaksi dengan Tuhan, dan mereka berusaha memanfaatkan Tuhan dan menipu Tuhan, jadi Tuhan Yesus merasa muak dengan mereka, membenci mereka, dan mengutuk mereka sebagai pelaku kejahatan. Pada zaman sekarang, orang menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, tetapi ada orang yang tetap mengejar reputasi dan status, serta selalu ingin menonjolkan diri, selalu ingin menjadi pemimpin dan pekerja untuk mendapatkan reputasi dan status. Meskipun mereka semua berkata bahwa mereka percaya kepada Tuhan dan mengikut Tuhan, dan mereka menyangkal diri serta mengorbankan diri untuk Tuhan, mereka melaksanakan tugas mereka untuk memperoleh ketenaran dan status, dan mereka selalu memiliki rencana sendiri. Mereka tidak tunduk atau setia kepada Tuhan, mereka melakukan kejahatan semaunya tanpa sama sekali merenungkan diri mereka sendiri, dan karena itu mereka menjadi pelaku kejahatan. Tuhan muak terhadap para pelaku kejahatan ini, dan Tuhan tidak menyelamatkan mereka" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Membaca bagian firman Tuhan ini sangat menggugah hatiku. Para pelaku kejahatan yang Tuhan bicarakan ini bukanlah orang-orang tidak percaya. Mereka adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang mengikuti Tuhan, mengorbankan diri mereka bagi Tuhan, yang memberitakan Injil dan bekerja di berbagai tempat, dan mengalami banyak kesukaran, tetapi mereka melaksanakan tugas mereka demi gengsi dan status mereka sendiri, agar dihormati orang, atau untuk memperoleh upah dan mahkota. Mereka tak mampu setia kepada Tuhan, dan mereka tidak menerapkan kebenaran dan tunduk pada-Nya, sehingga Tuhan Yesus berkata: "Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan" (Matius 7:23). Aku memikirkan bagaimana aku telah percaya kepada Tuhan selama dua tahun, meninggalkan studiku demi melaksanakan tugasku di gereja, dan menderita serta membayar harga, tetapi niatku tidak pernah untuk memuaskan Tuhan. Aku hanya ingin menjadi yang terbaik di gereja, dan membuat saudara-saudari, dan pemimpin menghormatiku. Itulah sebabnya aku bekerja begitu keras agar aku menonjol. Semua yang telah kulakukan adalah untuk memuaskan keinginanku sendiri, dan aku selama ini hidup berdasarkan watak rusak Iblis dalam diriku. Tak satu pun perbuatanku adalah perbuatan yang baik—semua itu adalah perbuatan yang jahat. Aku telah melasanakan tugasku dengan niat dan motivasi yang salah, yang hanya akan membuat Tuhan muak dan membenciku. Jika aku terus seperti ini, aku hanya akan layak dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Setelah menyadari hal ini, aku merasa takut. Aku mau bertobat, dan tidak lagi iri kepada saudara-saudariku, jadi aku berdoa memohon agar Tuhan membimbingku.

Suatu hari, kuberanikan diri untuk menceritakan kerusakanku kepada pemimpin. Alih-alih menegurku, dia menyampaikan persekutuan tentang pengalamannya sendiri untuk membantuku. Dia juga mengirimiku satu bagian firman Tuhan: "Sebagai pemimpin gereja, engkau bukan saja harus belajar menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, engkau juga harus belajar menemukan dan membina orang-orang berbakat, yang kepadanya engkau sama sekali tidak boleh merasa iri atau menekan. Menerapkan dengan cara ini bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Jika engkau dapat membina beberapa orang yang mengejar kebenaran untuk bekerja sama denganmu dan melaksanakan semua pekerjaan dengan baik, dan pada akhirnya, engkau semua memiliki kesaksian pengalaman, maka engkau adalah pemimpin atau pekerja yang memenuhi syarat. Jika engkau mampu menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, berarti engkau sedang berkomitmen pada kesetiaanmu. ... Jika engkau benar-benar mampu memikirkan maksud-maksud Tuhan, engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil. Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membiarkan mereka menjalani pelatihan dan melaksanakan suatu tugas, dengan demikian menambahkan seorang yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, bukankah itu akan mempermudah pekerjaanmu? Bukankah itu berarti engkau akan menunjukkan kesetiaan dalam tugasmu? Itu adalah sebuah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan nalar yang minimal harus dimiliki oleh orang yang melayani sebagai pemimpin. Mereka yang mampu menerapkan kebenaran mampu menerima pemeriksaan Tuhan dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu akan menjadi lurus. Jika engkau hanya pernah melakukan sesuatu supaya dilihat orang lain, dan selalu ingin mendapatkan pujian dan kekaguman orang lain, dan engkau tidak mau menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam itu tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu memikirkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, dan statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritasmu. Engkau harus memikirkan maksud-maksud Tuhan dan memulainya dengan merenungkan apakah ada ketidakmurnian dalam pelaksanaan tugasmu, apakah engkau selama ini setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan segenap kemampuanmu atau tidak, dan apakah engkau selama ini memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja dengan segenap hatimu atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Jika engkau sering memikirkannya dan memahaminya, akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika kualitasmu buruk, jika pengalamanmu dangkal, atau jika engkau tidak cakap dalam pekerjaanmu, berarti mungkin ada beberapa kesalahan atau kekurangan dalam pekerjaanmu, dan engkau mungkin tidak akan memperoleh hasil yang baik—tetapi engkau telah berusaha sebaik mungkin. Engkau tidak memuaskan kehendak atau keinginan egoismu sendiri. Sebaliknya, engkau terus-menerus memikirkan pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan. Meskipun engkau mungkin tidak memperoleh hasil yang baik dalam tugasmu, hatimu telah diluruskan; jika, di atas segalanya, engkau mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam tugasmu, engkau akan memenuhi standar dalam pelaksanaan tugasmu, dan pada saat yang sama, engkau akan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kesaksian" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan menyatakan prinsip penerapannya dengan sangat jelas. Sebagai pemimpin gereja, orang harus mengutamakan pekerjaan gereja. Ketika mereka memiliki sikap yang benar, akan lebih mudah bagi mereka untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik. Aku juga mengerti bahwa percaya kepada Tuhan berarti memikirkan maksud Tuhan dalam segala hal, menerima pengawasan Tuhan, dan tidak mementingkan pendapat orang lain tentang diri kita. Jika aku ingin memuaskan Tuhan dan menjadi pemimpin yang cakap, aku harus meninggalkan status, reputasi dan kepentinganku. Aku harus mencari petobat baru berbakat yang layak untuk dibina, dan membantu mereka untuk melaksanakan tugas mereka dan mempersiapkan perbuatan yang baik. Itulah satu-satunya cara melaksanakan tugasku. Tuhan bersikap adil terhadap semua orang. Dia tidak melihat kualitas atau status kita, Dia melihat apakah kita mampu mengejar dan menerapkan kebenaran. Jika aku melaksanakan tugasku sesuai tuntutan Tuhan dan prinsip kebenaran, dan selalu berpikir bagaimana melaksanakan tugasku dengan cara yang bermanfaat bagi pekerjaan gereja, maka sekalipun kualitasku sedikit buruk, Tuhan tetap akan mencerahkan dan membimbingku untuk dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Setelah memahami maksud Tuhan, aku berdoa kepada Tuhan untuk bertobat dan mengatakan kepada-Nya aku ingin memberontak terhadap dagingku, menerapkan kebenaran, dan melaksanakan tugasku untuk memuaskan Dia.

Setelah itu, makin banyak petobat baru mulai menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dan pemimpin memintaku untuk melatih lebih banyak staf penyiraman. Aku mulai lagi merasa khawatir bahwa petobat baru yang kubina akan menggantikanku, dan pemimpin tak akan lagi menghargaiku. Saat itulah aku sadar bahwa aku tak boleh terus memikirkan gengsi dan statusku, dan aku harus memikirkan pekerjaan gereja. Aku berdoa kepada Tuhan dan mengingat beberapa bagian firman-Nya: "Sebagai pemimpin gereja, engkau bukan saja harus belajar menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, engkau juga harus belajar menemukan dan membina orang-orang berbakat, yang kepadanya engkau sama sekali tidak boleh merasa iri atau menekan. Menerapkan dengan cara ini bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Jika engkau dapat membina beberapa orang yang mengejar kebenaran untuk bekerja sama denganmu dan melaksanakan semua pekerjaan dengan baik, dan pada akhirnya, engkau semua memiliki kesaksian pengalaman, maka engkau adalah pemimpin atau pekerja yang memenuhi syarat. Jika engkau mampu menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, berarti engkau sedang berkomitmen pada kesetiaanmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Sebagai pemimpin gereja, sudah menjadi tanggung jawabku untuk melatih petobat baru dalam melaksanakan tugas mereka, dan sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban setiap orang percaya untuk melaksanakan tugas. Aku harus membina lebih banyak petobat baru untuk menjadi penyiram. Ada makin banyak petobat baru yang menerima Tuhan Yang Mahakuasa, dan jika aku tidak melatih siapa pun untuk menyirami mereka, maka para petobat baru itu tidak akan segera disirami, jalan masuk kehidupan mereka akan terhambat, dan pekerjaan gereja akan dirugikan. Jadi, aku memilih empat petobat baru yang memahami berbagai hal dengan baik, melatih mereka untuk menjadi pemimpin kelompok, dan menyuruh mereka mengadakan pertemuan secara bergiliran. Aku juga selalu mengingatkan mereka dan membantu mereka menyirami petobat baru lainnya. Dengan bekerja sama seperti ini, petobat baru bukan saja disirami dengan segera, aku juga bisa memiliki lebih banyak waktu untuk berfokus pada pekerjaan gereja secara keseluruhan, dan keefektifan pekerjaan kami perlahan meningkat. Aku sangat senang melihat petobat baru berkembang sedikit demi sedikit dan mulai melaksanakan tugas mereka. Aku merasa tenang, dan aku sedikit lebih memahami firman Tuhan. Sebagaimana firman Tuhan katakan: "Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membiarkan mereka menjalani pelatihan dan melaksanakan suatu tugas, dengan demikian menambahkan seorang yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, bukankah itu akan mempermudah pekerjaanmu? Bukankah itu berarti engkau akan menunjukkan kesetiaan dalam tugasmu? Itu adalah sebuah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan nalar yang minimal harus dimiliki oleh orang yang melayani sebagai pemimpin" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Sepenuhnya karena firman Tuhan-lah aku memperoleh pemahaman ini, dan mampu menerapkannya serta memiliki jalan masuk dalam tugasku. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Iri Hati Membusukkan Tulang

Oleh Saudari Su Wan, TiongkokPada November 2020, aku terpilih sebagai pemimpin tim yang bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman. Pada...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh