Pilihan yang Menyakitkan

19 Januari 2022

Oleh Saudari Chen Min, Spanyol

Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman pada tahun 1999 dan segera mulai melayani sebagai pemimpin. Aku ditangkap pertama kali pada bulan Desember 2000. Saat itu tengah hari, dan aku sedang di rumah memberi makan siang kedua anakku ketika lima petugas menyerbu ke dalam rumah dan mulai mengubrak-abrik isi rumahku, menggeledah tanpa ada surat perintah apa pun. Anak-anak mencengkeram pakaianku dengan ketakutan dan aku bisa merasakan tangan putraku gemetar. Dia baru berusia enam tahun. Ketika menemukan Alkitab dan catatan renungan yang kutulis, mereka memutuskan untuk menangkapku. Saat mereka menyeretku keluar, anak-anakku menangis dan berteriak, "Ibu! Jangan pergi!" Mereka menutup pintu tepat saat aku menengok ke belakang untuk melihat mereka untuk terakhir kalinya. Air mata tiba-tiba mulai mengalir di wajahku karena aku tidak tahu apakah aku bisa pulang dan bertemu mereka lagi. Mereka membawaku langsung ke ruang interogasi BKP (Biro Keamanan Publik) di mana mereka memborgolku ke sebuah kursi besi. Beberapa orang di sana menatapku dengan ganas. Aku ketakutan, dan segera mulai terus-menerus berdoa kepada Tuhan, berkata, "Ya Tuhan! Aku tidak tahu bagaimana polisi-polisi ini akan menyiksaku dan tingkat pertumbuhanku rendah. Tuhan, kumohon berikan aku iman sehingga aku mampu menjadi saksi bagi-Mu." Pada saat itu, firman Tuhan ini muncul di benakku. Tuhan berkata: "Inilah saatnya Aku akan mengujimu: akankah engkau memberikan kesetiaanmu kepada-Ku? Dapatkah engkau mengikuti-Ku sampai akhir dengan setia? Janganlah takut; dengan dukungan-Ku, siapa yang mampu menghalangi jalan ini?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). Firman Tuhan memberiku iman, dan berpikir tentang bagaimana Tuhan adalah penyokongku, ketakutanku berkurang. Sekejam apa pun polisi, itu berada di tangan Tuhan dan bagaimanapun mereka menyiksaku, aku bertekad untuk tidak menjadi seorang Yudas. Aku berjanji akan menjadi saksi bagi Tuhan!

Setelah itu, salah satu petugas memulai interogasi. Dia berkata, "Siapa yang membuatmu percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa? Siapa pemimpinmu? Di mana persembahan gereja disimpan?" Aku berkata aku tak tahu apa-apa. Dia mondar-mandir di depanku, menatapku dengan kejam, dan berkata, "Kau tak mau bicara, ya? Aku akan membuatmu buka mulut!" Sementara berbicara, dia menggulung majalah dan kupejamkan mataku, bersiap untuk dipukul. Saat itu, aku mendengar direktur Brigade Keamanan Nasional berkata, "Kami menemukan rumahmu hari ini karena kami sudah punya bukti tentang imanmu. Kami bisa membuatmu dihukum meski kau tidak buka mulut. Namun, jika kau memberi tahu kami apa yang kauketahui, kami akan memperbolehkanmu pulang." Dia juga berkata, "Anak-anakmu masih sangat kecil—akan buruk sekali jika tak ada ibu yang merawat mereka. Jika guru dan teman sekelas mereka mengetahui ibu mereka berada di penjara, mereka akan diejek dan dipandang rendah. Bukankah itu sangat membahayakan jiwa mereka?" Lalu dia bertanya kepadaku, "Sanggupkah kau menanggungnya? Kau takkan mengabaikan anak-anakmu karena agamamu, bukan?" Mendengarnya mengatakan hal itu segera terbayang ketakutan anak-anakku dan membuatku langsung tegang. Aku memikirkan semua yang telah terjadi hari itu dan bertanya-tanya trauma macam apa yang akan mereka alami. Jika aku dihukum, siapa yang akan merawat mereka? Terutama putraku, yang selalu rentan terhadap penyakit, apa yang akan dia lakukan tanpa seorang ibu yang merawatnya? Bagaimana mereka akan menghadapinya jika diejek dan dipandang rendah oleh guru dan teman sekelas? Air mataku mengalir tanpa henti saat memikirkan hal ini dan aku segera berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku khawatir dengan anak-anakku dan merasa tertekan. Kumohon lindungi hatiku agar aku bisa tenang, menjadi saksi dan tidak mengkhianati-Mu."

Kemudian aku teringat firman Tuhan ini. Tuhan berkata: "Mengapa engkau tidak memercayakannya ke dalam tangan-Ku? Apakah engkau tidak memiliki iman yang cukup kepada-Ku? Atau apakah engkau takut Aku akan membuat pengaturan yang tidak pantas bagimu? Mengapa engkau selalu mengkhawatirkan keluarga lahiriahmu? Engkau selalu merindukan orang-orang yang engkau kasihi! Apakah Aku memiliki posisi khusus di hatimu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 59"). Firman Tuhan langsung mencerahkan hatiku. Tuhan adalah Sang Pencipta, dan Dia mengatur nasib setiap orang. Tuhan bertanggung jawab atas apa pun yang terjadi dengan anak-anak itu di masa depan dan kekhawatiranku tidak ada gunanya. Aku harus beriman kepada Tuhan, memandang kepada Tuhan, dan menyerahkan mereka kepada-Nya. Dengan pemikiran ini, aku tidak lagi merasa begitu khawatir tentang mereka. Setelah itu aku berpikir bahwa imanku tidak melanggar hukum apa pun. Aku hanya membaca firman Tuhan, beribadah bersama, memberitakan Injil. Polisi telah menahanku secara ilegal dan telah menghancurkan kehidupan keluargaku yang normal. Bukankah menyalahkan imanku karena tidak merawat anak-anakku adalah kebalikannya? Ketika aku sadar akan hal itu, aku balik bertanya kepada mereka, "Apakah itu karena agamaku, atau karena kalian mengurungku di sini? Percaya kepada Tuhan tidak ilegal. Kami hanya membaca firman Tuhan dan berusaha menjadi orang yang baik. Jadi mengapa kau selalu menangkap orang percaya?" Mereka tertawa terbahak-bahak ketika aku mengatakan itu dan salah satu petugas berkata, "Pertanyaan yang naif. Jika semua orang percaya kepada Tuhan, siapa yang akan mendengarkan PKT? Lalu siapa yang akan dipimpin PKT? Itulah sebabnya kami melarangmu untuk percaya, dan orang percaya harus ditangkap!" Aku merasa geram mendengar dia menjelaskannya seperti ini. Itu mengingatkanku pada sesuatu yang Tuhan katakan: "Di tengah masyarakat yang gelap seperti ini, di mana Iblis begitu kejam dan tidak manusiawi, bagaimana mungkin raja Iblis, yang menghabisi orang-orang tanpa mengedipkan matanya, menoleransi keberadaan Tuhan yang penuh kasih, baik, dan juga kudus? Bagaimana mungkin ia akan menghargai dan menyambut kedatangan Tuhan dengan gembira? Para antek ini! Mereka membalas kebaikan dengan kebencian, mereka sudah lama menghina Tuhan, mereka menyiksa Tuhan, mereka luar biasa buasnya, mereka sama sekali tidak menghargai Tuhan, mereka merampas dan merampok, mereka sudah sama sekali kehilangan hati nurani, mereka sepenuhnya mengabaikan hati nuraninya, dan mereka menggoda orang tidak bersalah agar kehilangan akal sehatnya. Nenek moyang? Pemimpin yang dikasihi? Mereka semuanya menentang Tuhan! Tindakan ikut campur mereka membuat segala sesuatu di kolong langit ini menjadi gelap dan kacau! Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipu muslihat untuk menutupi dosa!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Melalui firman Tuhan, aku melihat ke dalam esensi PKT. Mereka sesat dan bertentangan dengan Surga. Tuhan jelas sekali menciptakan segala sesuatu, menciptakan manusia, dan Tuhan-lah yang memelihara dan menopang seluruh umat manusia. Menyembah Tuhan itu wajar dan benar, tetapi Partai Komunis melarang orang percaya dan mengikut Tuhan, dan mereka menyebarkan ateisme dan evolusi untuk menyesatkan orang. Mereka bahkan tanpa malu-malu berkata bahwa Tuhan itu tidak ada, dan bahwa kebahagiaan rakyat hanya berasal dari PKT. Mereka ingin rakyat sangat berterima kasih, mendengarkan dan mematuhi mereka. PKT sangat jahat dan tercela! Tuhan secara pribadi datang ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia, mengungkapkan jutaan firman. Jadi, yang paling mereka takuti adalah orang akan memahami kebenaran dan mengenali siapa sebenarnya PKT setelah membaca firman Tuhan, dan mereka tidak akan berada di bawah kendali mereka lagi, tetapi akan berbalik kepada Tuhan. Itu sebabnya mereka berusaha keras untuk menangkap orang Kristen, Dengan sia-sia berharap untuk melenyapkan pekerjaan Tuhan dan mengendalikan orang selamanya. Setelah secara pribadi mengalami penganiayaan mereka, aku melihat esensi jahat mereka yang membenci kebenaran sebagai musuh Tuhan dan mulai membenci kelompok iblis anti-Tuhan yang jahat ini. Aku bertekad mengikut Tuhan dengan teguh dan menjadi saksi sebanyak apa pun aku menderita.

Akhirnya mereka menuduhku melawan penegakan hukum dan mengganggu ketertiban umum, dan menahanku selama delapan belas hari. Selama waktu ini, mereka berusaha membuat orang mengenaliku sebagai pemimpin gereja dan menyuruh suamiku datang ke pusat penahanan untuk memintaku melepaskan imanku. Firman Tuhan membimbingku untuk melihat tipu daya Iblis yang sebenarnya, jadi aku tidak tertipu. Kemudian, suamiku membebaskanku dengan uang jaminan dengan membayar seseorang untuk menyelesaikannya. Pada hari pembebasanku, seorang polisi berkata, "Berdasarkan sikapmu saat ini, kau pasti akan terus percaya. Kami akan mengawasimu, dan kami akan membawamu kembali ke sini saat kami menemukanmu berkumpul atau memberitakan Injil!" Agar aku tidak ditangkap dan bisa menerapkan imanku serta melakukan tugasku secara normal, aku berpindah dari rumah ke rumah. Suamiku adalah seorang wakil walikota pada saat itu dan dia kehilangan kesempatan naik pangkat sejak aku ditangkap karena imanku. Kemudian, pada bulan April 2007, suatu malam dia pulang dan berkata ... dia berkata, "Beberapa kader akan segera dipromosikan di kota ini, dan kali ini aku tidak mau menyerah. Karena imanmu, aku belum lulus pemeriksaan latar belakang politik dalam beberapa kali terakhir kesempatanku. Aku telah memberi tahu pemimpinku bahwa kali ini aku mau ikut dalam persaingan, dan dia berkata akan merekomendasikanku asalkan kau melepaskan agamamu. Agar kita memiliki penghidupan yang baik, kau hanya perlu berhenti percaya, dan kita dapat memberi anak-anak kita rumah yang aman. Jika kau bersikeras mempertahankan imanmu, kita harus bercerai. Aku tak mau lagi terseret ke dalam masalah ini. Pikirkan baik-baik!" Kemudian dia pergi ke ruangan lainnya. Mendengarnya mengatakan semua ini sungguh menyakitkan bagiku saat itu. Selama ini dia selalu bersikap baik kepadaku, dan kami memiliki dua anak kecil yang elok dan cerdas. Dia punya pekerjaan, aku berbisnis, dan kehidupan kami benar-benar bahagia. Keluarga kami yang bahagia hancur berantakan karena penganiayaan pemerintah Tiongkok. Mengenai perceraian, aku tidak tahu bagaimana aku akan bertahan hidup atau apa yang harus kulakukan dengan anak-anak itu, atau seberapa besar masalah ini akan menyakiti mereka. Pemikiran itu membuatku merasa tidak nyaman. Aku benar-benar merasa bingung, tak berdaya, dan menderita. Aku merasa hatiku sedang terbelah dua. Aku bahkan tidak mampu menggambarkannya. Aku segera berdoa kepada Tuhan, berkata, "Tuhan, aku tak bisa meninggalkan-Mu, tetapi aku tak mampu melepaskan keluargaku, suamiku, anak-anakku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, apa yang harus kupilih." Aku terus-menerus berdoa, "Tuhan, apa yang harus kulakukan? Kumohon bimbing aku agar aku bisa memahami kehendak-Mu."

Kemudian, aku teringat bagian ini. Tuhan berkata: "Tidak ada hubungan antara suami yang percaya dan istri yang tidak percaya, dan tidak ada hubungan antara anak yang percaya dan orang tua yang tidak percaya; mereka adalah dua jenis orang yang sama sekali bertentangan. Sebelum masuk ke tempat perhentian, orang memiliki kerabat jasmaniah, tetapi begitu masuk ke tempat perhentian, orang tidak lagi memiliki kerabat jasmaniah untuk dibicarakan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Aku merenungkan firman Tuhan dan menyadari, orang beriman dan orang tidak beriman pada dasarnya adalah dua jenis orang yang berbeda. Pandangan mereka berbeda tentang kehidupan dan nilai-nilai. Aku berada di jalan iman yang benar, mengejar kebenaran, dan suamiku berada di jalan kenaikan pangkat dan menghasilkan uang. Untuk memperoleh kenaikan pangkat, dia mengabaikan tahun-tahun pernikahan dan perasaan anak-anak kami, malah memilih perceraian. Itu karena di dalam hatinya, status dan masa depannya telah sejak lama menjadi lebih penting baginya daripada diriku dan anak-anak. Meskipun dia berkata dia ingin memberi anak-anak rumah yang aman dan hidup yang bahagia, itu hanyalah khayalan. Dia bersikap baik kepadaku karena aku tidak mengganggu kepentingan pribadinya, tetapi sekarang, iman dan penangkapanku memengaruhi kariernya. Itu menghalangi kenaikan pangkatnya dan menghasilkan uang lebih banyak, jadi dia ingin bercerai. Rasanya sangat kejam ketika aku memikirkannya seperti itu. Dan aku menyadari bahwa tidak ada kasih sayang atau kasih sejati di antara manusia, hanya ada kecurangan dan eksploitasi. Sebenarnya, suamiku tahu betul bahwa Partai Komunis itu jahat dan diktator, tetapi dia terus memihak mereka, menyuruhku melepaskan imanku. Kali ini dia mendesakku dengan perceraian. Kami memiliki pandangan yang berbeda dan berada di jalan yang berbeda, dan kami tidak akan bahagia meskipun kami tetap bersama. Ketika menyadari hal ini, aku tahu apa yang harus kulakukan. Keesokan harinya, kami pergi ke Biro Urusan Sipil untuk mengurus dokumen perceraian kami, dan dalam perjalanan dia berkata, "Kau tahu, aku tidak mau bercerai tetapi tak ada pilihan lain. Jaga dirimu baik-baik dan kedua anakmu." Mendengarnya mengatakan hal ini membuatku tiba-tiba menangis. Aku memikirkan semua kesulitan, ejekan, dan diskriminasi yang harus kuhadapi setelah perceraian dan aku dicekam dengan kepedihan. Aku segera menaikkan doa, memohon kepada Tuhan untuk melindungi hatiku agar tidak menyimpang dari-Nya, untuk mampu menjadi saksi. Setelah itu, aku teringat beberapa firman-Nya. "Engkau harus menderita kesukaran demi kebenaran, engkau harus menyerahkan diri kepada kebenaran, engkau harus menanggung penghinaan demi kebenaran, dan untuk memperoleh lebih banyak kebenaran, engkau harus mengalami penderitaan yang lebih besar. Inilah yang harus engkau lakukan. Janganlah membuang kebenaran demi kehidupan keluarga yang damai, dan janganlah kehilangan martabat dan integritas hidupmu demi kesenangan sesaat. Engkau harus mengejar segala yang indah dan baik, dan engkau harus mengejar jalan dalam hidup yang lebih bermakna. Jika engkau menjalani kehidupan yang vulgar dan tidak mengejar tujuan apa pun, bukankah engkau menyia-nyiakan hidupmu? Apa yang dapat engkau peroleh dari kehidupan semacam itu? Engkau harus meninggalkan seluruh kenikmatan daging demi satu kebenaran, dan jangan membuang seluruh kebenaran demi sedikit kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak memiliki integritas atau martabat; keberadaan mereka tidak ada artinya!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Aku memahami dari firman Tuhan bahwa sebaik apa pun kehidupan yang seseorang jalani dalam daging, sebanyak apa pun orang lain yang iri dan mengagumi mereka, semua itu tidak ada artinya. Hanya mengejar kebenaran dan melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan yang dapat memperoleh perkenanan Tuhan, hanya inilah kehidupan yang berintegritas dan bermartabat, dan hanya inilah hidup yang bermakna dan berharga. Memikirkan hal ini benar-benar membebaskan dan aku menangani proses perceraian itu tanpa perasaan was-was. Berkat bimbingan firman Tuhan, aku terbebas dari belenggu kasih sayangku dan mampu membuat pilihan yang benar!

Pada bulan Mei 2011, saat dalam pertemuan, aku kembali ditangkap. Mereka adalah para petugas yang sama dari sepuluh tahun sebelumnya. Mereka menemukan KTP-ku dan memanggil namaku, lalu berkata, "Sepuluh tahun ini kami sudah sering ke rumahmu tanpa menemukanmu dan sekarang kami benar-benar beruntung. Kami tidak akan membiarkanmu lolos kali ini!" Saat berbicara, mereka memborgolku dan memasukkanku ke dalam mobil polisi. Di dalam mobil aku memikirkan tiga saudari yang telah ditangkap sebelumnya dan disiksa secara kejam oleh polisi selama sebulan penuh. Salah seorang dari mereka mengalami luka permanen pada lengan kirinya karena dia sudah terlalu lama digantung. Memikirkan hal itu membuat jantungku berdegup kencang. Aku takut akan dipukuli sampai mati atau cacat. Aku segera berseru kepada Tuhan dalam hatiku, Berkata, "Tuhan! Engkau mengizinkanku kembali ditangkap hari ini dan aku mau tunduk pada pengaturan-Mu, tetapi Tuhan, tingkat pertumbuhanku rendah dan dagingku lemah. Kumohon lindungi aku dan bimbing aku melewati pengalaman ini. Tuhan, aku mau menyerahkan nyawaku dan aku tidak akan pernah menjadi Yudas dan mengkhianati-Mu. Aku akan menjadi saksi bagi-Mu." Setelah berdoa, aku teringat firman Tuhan. Tuhan berkata: "Engkau tahu bahwa segala sesuatu di lingkungan sekitarmu berada di sana atas seizin-Ku, semuanya diatur oleh-Ku. Lihatlah dengan jelas dan puaskanlah hati-Ku di lingkungan yang telah Kuberikan kepadamu. Jangan takut, Tuhan Yang Mahakuasa atas alam semesta pasti akan menyertaimu; Dia berdiri di belakang engkau semua dan Dia adalah perisaimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 26"). Dari bagian ini, aku memahami bahwa hidup dan matiku sepenuhnya berada di tangan Tuhan, dan mereka tidak bisa mengambil nyawaku tanpa seizin Tuhan. Sekejam apa pun Iblis, dia tetap tunduk pada pengaturan Tuhan dan dia tidak pernah mampu melampaui otoritas Tuhan. Aku teringat Ayub yang menjalani ujiannya. Tuhan tidak membiarkan Iblis membahayakan hidup Ayub dan Iblis tidak bisa menentang apa yang Tuhan katakan. Ini memberiku kedamaian di hati dan memberiku iman untuk menghadapi apa yang ada di depan. Aku berjanji kepada Tuhan: "Sebanyak apa pun aku menderita atau apa pun yang terjadi, aku akan menjadi saksi dan mengikut-Mu selamanya!" Kemudian, kepala Brigade Keamanan Nasional itu mulai menginterogasiku. Dia berkata, "Ini adalah kasus besar dan penting bagi kota kita saat ini. Kau pernah ditangkap pada tahun 2001, dan seseorang melaporkan bahwa kau sedang mengabarkan Injil pada tahun 2009. Beberapa upaya penangkapanmu gagal. Kali ini, kami menangkap basah dirimu di sebuah pertemuan, jadi meskipun kau tidak buka mulut, kami tetap bisa menghukummu selama tujuh hingga sepuluh tahun. Setelah kau dihukum, anak-anakmu tidak akan diterima di perguruan tinggi dan mereka takkan pernah bisa menjadi pegawai negeri. Dan mereka akan dicaci maki oleh semua orang karena punya ibu sepertimu. Kau akan dipersalahkan karena merusak masa depan mereka. Mereka akan membencimu selama sisa hidup mereka!" Lalu dia berkata, "Meskipun kau tidak memikirkan dirimu sendiri, pikirkanlah masa depan anak-anakmu. Jika kau bekerja sama dengan kami dan memberi kami informasi mengenai siapa atasanmu dan menyerahkan uang gereja, kami akan membebaskanmu." Mendengarnya mengatakan hal itu membuatku merasa sangat muak. Partai Komunis akan menghalalkan segala cara untuk menganiaya orang Kristen, bahkan menghalangi anak-anak mereka masuk ke universitas. Mereka menggunakan taktik yang tercela untuk merampas pendidikan anak-anakku untuk memaksaku mengkhianati gereja dan Tuhan, dan kemudian berkata bahwa imankulah yang merusak prospek masa depan mereka. Itu sama sekali terbalik! Partai Komunis sangat jahat! Mereka akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan pekerjaan Tuhan dan menghalangi orang berbalik kepada Tuhan. Perkataan mereka adalah madu, perbuatan mereka adalah racun! Menyadari hal ini, aku tahu bahwa aku tidak boleh masuk ke dalam perangkap mereka, tetapi aku harus menjadi saksi bagi Tuhan. Mereka menginterogasiku hingga lewat pukul 2 pagi, dan melihatku tak mau buka mulut, mereka mengirimku ke pusat penahanan. Seorang petugas berkata, "Kali ini kau akan dihukum dan dipenjara!"

Di pusat penahanan, mereka mengurungku bersama para pembunuh, pedagang manusia, pelacur, dan penipu. Aku benar-benar sengsara, merasa sangat tertekan. Dan di sana gelap dan lembab dengan bau busuk sepanjang waktu. Di lingkungan itu, reumatik dan penyakit jantung reumatikku semakin parah, dan setiap sendi terasa sakit. Aku berjaga selama dua jam setiap malam, setelah berdiri beberapa saat, jantungku berdebar-debar dan dadaku terasa sesak. Itu mengerikan. Aku teringat tentang petugas yang mengatakan aku akan dihukum tujuh hingga sepuluh tahun dan aku mulai menghitung ada berapa hari dalam tujuh tahun, dan kemudian dalam sepuluh tahun. Itu akan menjadi ribuan hari dan malam. Bagaimana aku bisa melewatinya dalam jurang kegelapan ini? Apakah aku akan keluar hidup-hidup dari sini? Memikirkan hal ini, aku tak mampu menghentikan air mata yang mengalir di wajahku dan merasa kegelapan mengambil alih hatiku. Aku menyadari bahwa aku tidak dalam keadaan yang benar jadi aku segera berdoa, memohon kepada Tuhan untuk membantuku menenangkan diri di hadapan-Nya dan tidak menyimpang dari-Nya. Kemudian aku teringat bagian firman Tuhan ini: "Di dunia yang luas ini, siapakah yang secara pribadi telah Kuperiksa? Siapakah yang secara pribadi telah mendengar perkataan-perkataan Roh-Ku? Begitu banyak orang meraba-raba dan mencari dalam kegelapan; begitu banyak orang yang berdoa di tengah kesulitan; begitu banyak orang yang lapar dan kedinginan; memandang dengan penuh pengharapan; dan begitu banyak orang yang diikat oleh Iblis; tetapi begitu banyak orang yang tidak tahu ke mana harus berpaling, begitu banyak orang yang mengkhianati-Ku di tengah kebahagiaan mereka, begitu banyak orang yang tidak tahu berterima kasih, dan begitu banyak orang yang setia pada rencana Iblis yang curang. Siapakah di antaramu adalah Ayub? Siapakah di antaramu adalah Petrus? Mengapa Aku berulang-ulang menyebut Ayub? Dan mengapa Aku sering kali merujuk kepada Petrus? Pernahkah engkau semua mengetahui apa yang Kuharapkan darimu? Engkau seharusnya menghabiskan lebih banyak waktu untuk merenungkan hal-hal semacam ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 8"). Setelah merenungkan bagian ini, aku memahami bahwa Tuhan memperkenan orang-orang seperti Ayub dan Petrus karena mereka mampu menjadi saksi bagi Tuhan melalui kesulitan dan ujian. Contohnya Ayub—ketika dia mengalami ujian, harta dan anak-anaknya diambil darinya dan seluruh tubuhnya dipenuhi bisul, dia tetap mampu memuji nama Tuhan, mempermalukan Iblis. Dan Petrus disalibkan bagi Tuhan, taat sampai mati, menjadi saksi bagi Tuhan. Adapun aku, selama ini aku menikmati begitu banyak makanan dari firman Tuhan tetapi aku ingin melarikan diri segera setelah menghadapi sedikit penderitaan. Aku menyadari bahwa aku tidak memiliki iman atau ketaatan sejati dan tidak mau menyerahkan hidupku untuk menjadi saksi. Aku masih jauh dari apa yang Tuhan tuntut. Aku sangat memegang erat hidupku, bagaimana aku bisa menjadi kesaksian untuk Tuhan? Memikirkan hal ini, aku merasa sangat menyesal dan bersalah dan berdoa kepada Tuhan: "Tuhan! Aku siap menyerahkan hidup dan matiku di tangan-Mu dan aku akan tunduk pada pengaturan-Mu. Berapa tahun pun aku dihukum atau sebanyak apa pun aku menderita, Tuhan, aku ingin menjadi saksi bagi-Mu dan mempermalukan Iblis." Di luar dugaanku, setelah aku menyerahkan segalanya dan tidak lagi dibatasi oleh daging, pada hari ke-28 penahananku, aku dibebaskan. Belakangan kuketahui bahwa mantan suamiku, takut pemenjaraanku akan berdampak pada penerimaan anak-anak kami di universitas, menyuap seseorang untuk menjamin pembebasanku. Dalam hati aku mengucap syukur kepada Tuhan.

Mantan suamiku pergi ke pusat penahanan untuk menemuiku pada hari pembebasanku. Dia melihat bahwa setelah sebulan saja, bobot tubuhku berkurang banyak, aku terlihat sangat berbeda dan dia bertanya kepadaku, "Baru sebulan saja kau sudah menjadi sangat kurus, pasti kau akan mati jika ditahan beberapa tahun. Kali ini kau akan menyerah, bukan?" Ketika aku tidak menjawab, dia terus menekanku: "Ayolah, kau akan berhenti percaya, bukan?" Aku menyadari ini adalah peperangan dunia roh dan inilah saatnya bagiku untuk menjadi saksi bagi Tuhan. Kukatakan kepadanya dengan sangat tenang, "Aku harus tetap percaya! Memiliki iman itu benar dan wajar, dan aku akan percaya selama aku hidup." Mendengarku mengatakan hal ini, dengan marah dia memukul setir mobil, menghela napas dan menggelengkan kepalanya, lalu tiba-tiba berkata, "Aku kagum kepada Tuhanmu! PKT mencoba segalanya untuk memenangkan hati orang, tetapi mereka tak pernah bisa, sedangkan kalian orang percaya bersikeras untuk percaya tanpa keuntungan materi apa pun dan bahkan setelah beberapa kali ditangkap. Tuhanmu benar-benar luar biasa!" Mendengar dia mengatakan ini benar-benar membuatku terharu dan aku bersyukur kepada Tuhan karena telah membimbingku untuk menjadi saksi, untuk mempermalukan dan mengalahkan Iblis. Syukur kepada Tuhan!

Beberapa hari setelah pembebasanku, putraku pulang dari sekolah, dan aku telah memasakkan ayam jamur kesukaannya. Setelah makan, dia berbicara kepadaku dengan sangat serius. Dia berkata, "Bu, hari ini kau harus memilih. Jika kau mau mempertahankanku sebagai putramu, kau harus melepaskan imanmu. Jika kau tetap pada agamamu, aku akan pergi dari rumah dan kau tidak akan pernah melihatku lagi." Aku tercengang. Dia selalu begitu dekat denganku dan tidak pernah menentang imanku sebelumnya. Aku tidak tahu apa yang membuatnya mengatakan hal itu hari itu dan tiba-tiba dia terasa seperti orang asing bagiku. Untuk sesaat aku termangu. Sungguh terasa menyakitkan pada saat itu dan aku merasa bahwa jalan iman ini benar-benar penuh kesulitan dan pasang surut. Ada pilihan di setiap langkah. Pada saat itu aku merasa itu adalah keputusan yang terlalu sulit, jadi aku berdoa kepada Tuhan, berkata, "Ya Tuhan, aku tak bisa meninggalkan-Mu, tetapi aku tak mau kehilangan putraku. Tuhan, kumohon bimbing aku untuk memahami kehendak-Mu." Setelah berdoa, aku teringat bagian firman Tuhan. Tuhan berkata: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Firman Tuhan membantuku memahami dengan jelas bahwa aku sedang menghadapi peperangan rohani lainnya. Sepertinya putraku memintaku untuk memilih, tetapi di balik itu, Iblis sedang mencobai dan menyerangku. Aku juga merasa bahwa kali ini Tuhan sedang menunggu keputusanku. Tuhan ingin melihat apakah aku akan memilih putraku karena kasih sayang daging, atau memilih Dia. Aku tidak mau mengecewakan Tuhan dan aku tahu aku harus menjadi saksi untuk mempermalukan Iblis. Jadi, aku berkata kepada putraku, "Aku tidak bisa meninggalkan Tuhan. Memilih untuk meninggalkan Tuhan akan seperti kau memutuskan untuk meninggalkanku hari ini. Itu tidak masuk akal dan akan mengecewakan Tuhan. Aku akan selalu mengikut Tuhan. Itulah pilihanku!" Mendengarku mengatakan hal ini, dia pergi sambil menangis. Aku juga merasa bingung saat itu, tetapi aku tahu bahwa aku telah membuat pilihan yang benar.

Sekitar setengah jam kemudian, dia kembali dan berkata kepadaku, "Bu, aku salah. Seharusnya aku tidak memintamu untuk membuat pilihan itu. Ayah memberitahuku bahwa polisi menyuruhnya untuk mengawasimu dan memastikan kau melepaskan agamamu. Karena kau sudah ditangkap dua kali, jika itu terjadi lagi, kau tidak akan pernah keluar, dan kemudian aku tidak akan punya ibu lagi. Aku ingin menggunakan taktik itu untuk membuatmu melepaskan imanmu." Mendengar dia menjelaskan hal ini membuatku muak dengan setan-setan Partai Komunis anti-Tuhan itu. Selama bertahun-tahun beriman, aku telah ditahan secara ilegal dan dipenjarakan beberapa kali, menghancurkan keluargaku dan menyeret suami dan anak-anakku ke dalamnya. Semua ini adalah perbuatan PKT. Aku dengan tegas memutuskan untuk meninggalkan mereka dan mengikut Tuhan dengan tekad yang kuat!

Di sepanjang semua pencobaan ini, firman Tuhan membimbingku untuk melihat tipu daya Iblis yang sebenarnya, memperkuat imanku kepada Tuhan dan tekadku untuk mengikut-Nya. Aku bisa melihat kuasa dan otoritas firman-Nya dan memahami bahwa hikmat Tuhan diterapkan berdasarkan tipu daya Iblis. sejahat dan sekejam apa pun PKT, mereka tidak mampu menghalangi pekerjaan Tuhan. Tuhan mengizinkan penindasan mereka, memakai mereka untuk membentuk sekelompok pemenang. Aku menyadari betapa bijaksananya, betapa mahakuasanya Tuhan itu! Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Melepaskan Topeng

Oleh Saudari Ting Hua, Prancis Juni lalu, ketika baru saja mulai melakukan tugasku sebagai seorang pemimpin. Awalnya, karena aku fasih...