Firman Tuhan Memberiku Iman di Masa Sulit

31 Januari 2022

Oleh Saudari Zheng Lan, Tiongkok

Saat itu, beberapa saudari divonis "pendidikan ulang dengan kerja paksa" bersamaku. Kami harus bekerja lembur setiap hari, setidaknya 13 jam sehari. Jika penjaga tidak puas, mereka memakai tongkat listrik untuk menyetrum, atau meninju dan menendang. Setiap hari kami selalu sangat gelisah, harus ikut kelas cuci otak, dan menulis laporan ideologi. Siksaan jangka panjang itu menyengsarakan, dan aku sangat merindukan pasokan firman Tuhan. Selama periode itu, kami hanya bisa mengandalkan penggalan firman Tuhan dan lagu pujian yang kami ingat untuk saling mendukung dan membantu. Aku ingat wakil kepala penjaga memberitahuku jika aku bekerja keras, hukumanku akan dikurangi satu bulan. Sejujurnya, aku tidak ingin berada di kamp itu satu hari pun. Jadi, aku bekerja mati-matian. Aku jarang minum karena takut buang air kecil akan membuang waktu. Aku melakukan pekerjaan kasar yang mengharuskan memegang pinset setiap hari, dan seiring waktu, ibu jari ini mulai terasa sangat sakit, tetapi aku hanya bisa minum obat penghilang rasa sakit. Namun, sekeras apa pun aku bekerja, namaku tidak pernah muncul di daftar pengurangan. Lalu, tanganku menderita tenosinovitis, mencuci pakaian sendiri pun tak bisa. Lalu, karena kondisi kehidupan di kamp kerja paksa sangat buruk, aku menderita radang usus dan rematik. Meski begitu, aku masih harus bekerja. Jika bekerja lebih sedikit, aku akan dimarahi, dan hukumanku tidak akan dikurangi. Aku sangat menderita di sana. Kemudian, para saudariku tahu bahwa aku sakit dan menemukan cara untuk membantu dan mendukungku. Aku ingat, saat tidak ada yang melihat, Saudari Li membisikkan kutipan firman Tuhan untukku. "Segalanya, mulai dari lingkungan di sekitar kita, hingga orang-orang, perkara-perkara, dan berbagai hal, semuanya ada seturut izin dari takhta-Nya. Jangan sekali-kali membiarkan keluhan apa pun timbul dalam hatimu, atau Tuhan tidak akan mencurahkan kasih karunia-Nya kepadamu. Ketika penyakit menimpa, itu adalah kasih Tuhan, dan pasti ada maksud baik-Nya di baliknya. Sekalipun tubuhmu bisa saja mengalami sedikit penderitaan, jangan dengarkan gagasan si Iblis" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 6"). Firman Tuhan seperti penyadaran. Benar, Tuhan mengizinkanku jatuh sakit. Hidup dalam kesengsaraan dan depresi karena penyakitku bukanlah ketaatan kepada Tuhan. Aku merenungkan betapa kerasnya aku bekerja selama periode ini, dan keinginanku hanya meninggalkan lingkungan ini, tetapi aku ditangkap dan dikurung dengan izin Tuhan, jadi aku harus mengalaminya. Tuhan yang memutuskan kapan aku keluar, tetapi aku selalu punya rencana dan persyaratan, yang memungkinkanku digunakan dan dipermainkan Iblis. Naga merah yang sangat besar selalu memakai kebohongan semacam ini untuk menipu dan menyakiti orang. Bagaimana bisa aku memercayai kebohongannya? Setelah menyadari ini, aku tidak lagi mencoba bertindak dengan caraku, kulepaskan rencana dan persyaratanku, lalu pasrah kepada Tuhan untuk memutuskan kapan aku keluar.

Karena pada saat itu kami hanya bisa mengingat sedikit sekali firman Tuhan, dan setelah sekian lama di lingkungan yang menyakitkan dan menyedihkan tanpa persediaan firman Tuhan, aku merasa sangat sengsara dan lemah. Aku sering memikirkan, sebelum ditangkap, aku bisa membaca firman Tuhan kapan saja, memahami kebenaran dari firman Tuhan, menemukan cara menerapkannya, menemukan terang dan kebebasan di hatiku. Namun, di penjara itu, aku tidak hanya terputus dari firman Tuhan, tetapi juga menghadapi segala macam siksaan, dan tidak tahu bagaimana bertahan tiga tahun di penjara. Saat itu, semua saudariku dalam keadaan serupa. Aku ingat suatu malam, tepat setelah menyelesaikan pekerjaan, seorang saudari berbisik memberitahuku, "Berada di sini terlalu sulit, aku tidak tahu cara mengalaminya. Betapa menyenangkan jika bisa membaca firman Tuhan! Aku sangat menyesal tidak membaca lebih banyak firman Tuhan sebelumnya. Seandainya aku menghafal satu paragraf lagi." Aku juga merasa begitu dan mulai berpikir sangat menyenangkan jika bisa membaca firman Tuhan lagi. Saat itu, kondisi kesehatan beberapa saudariku buruk. Seseorang menderita tekanan darah tinggi dan sulit berjalan, satu orang punya penyakit jantung serius, dan Saudari Zhao, yang menderita diabetes parah, masih harus bekerja setiap hari. Saat itu, aku terutama berharap semua orang bisa punya firman Tuhan, karena hanya itu yang bisa memberi kita keyakinan dan kekuatan, menuntun kita melewati kesulitan. Suatu malam, saat berdoa di tempat tidur, aku tiba-tiba teringat ada dua saudari yang bekerja di ruang kunjungan. Mereka sering berhubungan dengan orang luar dan kemungkinan besar punya firman Tuhan. Namun, aku tidak tahu cara menghubungi mereka. Tak disangka, tak lama kemudian, Tuhan membukakan jalan untukku.

Suatu hari, kepala penjaga datang untuk berbicara denganku, menanyakan apa aku ingin menjadi "pengurus". Pengurus melayani penjaga. Hal-hal seperti mencuci pakaian, memasak, membersihkan kamar, dan pekerjaan kotor lain dilakukan oleh pengurus. Pada awalnya, aku tidak ingin melakukannya, karena itu lebih melelahkan daripada tugas bengkel kerjaku. Apalagi jika melayani penjaga, kau akan dimarahi jika tak bekerja dengan baik. Suatu saat, salah satu saudariku melihat suasana hatiku buruk dan membicarakannya denganku. Dia berkata, "Niat baik Tuhan ada dalam segala hal, jadi kau harus mencari kehendak Tuhan." Saat mendengarnya mengatakan itu, aku berpikir, "Benar. Kenapa hanya mempertimbangkan perasaanku dan tidak mencari kehendak Tuhan? Sebagai pengurus, aku bisa pergi dan bekerja di luar, itu akan memungkinkanku bertemu saudari di ruang kunjungan. Bukankah ini jalan yang Tuhan buka untukku? Sebagai pengurus, aku juga bisa bebas keluar-masuk. Aku bisa memberi perlindungan untuk para saudariku saat bersekutu di sel dan menangani para penjaga jika ada masalah muncul. Bukankah ini hal bagus?" Juga, di antara lebih dari 200 tahanan di unitku, hanya empat yang bisa dipilih sebagai pengurus. Ini kesempatan langka dan pengaturan Tuhan yang luar biasa.

Namun, bahkan sebelum berkontak dengan dua saudari di ruang kunjungan, salah satu dari kami menerima firman Tuhan. Suatu malam, saat baru saja berbaring, seorang saudari muda berlutut dan berbisik ke telingaku bahwa saudara-saudari di luar mengirim surat untuk kami, yang dia taruh di bengkel kerja. Malam itu, aku sangat senang sampai tidak bisa tidur. Esok paginya, saat tiba di bengkel kerja, saudari itu diam-diam mengeluarkan suratnya. Kertasnya kira-kira selebar ini. Saat melihat kalimat pertamanya: "Saudara-saudari di penjara...," air mata segera mengalir di wajahku. Kata-kata ini sangat menyentuhku. Aku membaca sambil menyeka air mataku. Ada banyak kutipan firman Tuhan dalam surat itu, tetapi ada dua yang membuatku terkesan. Firman Tuhan berkata, "Iman dan kasih yang terbesar dituntut dari kita dalam tahap pekerjaan ini. Kita mungkin tersandung akibat kecerobohan yang paling kecil, karena tahap pekerjaan ini berbeda dari semua pekerjaan sebelumnya: yang sedang Tuhan sempurnakan adalah iman manusia, yang tidak dapat dilihat dan diraba. Yang Tuhan lakukan adalah mengubah firman menjadi iman, menjadi kasih, dan menjadi hidup. Orang-orang harus mencapai titik di mana mereka telah menanggung ratusan pemurnian dan memiliki iman yang lebih besar dari iman Ayub. Mereka harus menanggung penderitaan luar biasa dan segala macam siksaan tanpa pernah meninggalkan Tuhan. Ketika mereka taat sampai mati, dan memiliki iman yang besar kepada Tuhan, maka tahap pekerjaan Tuhan ini selesai" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Jalan ... (8)"). "Selama akhir zaman ini engkau semua harus menjadi saksi bagi Tuhan. Seberapa besarnya pun penderitaanmu, engkau harus menjalaninya sampai akhir, dan bahkan sampai helaan napasmu yang terakhir, engkau tetap harus setia kepada Tuhan, dan berada dalam pengaturan Tuhan; hanya inilah yang disebut benar-benar mengasihi Tuhan, dan hanya inilah kesaksian yang kuat dan bergema" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"). Aku sangat terharu dan terinspirasi saat itu. Aku merasa Tuhan benar-benar mengamati isi hati kita, sepenuhnya memahami keadaan dan situasi kita, lalu memakai saudara-saudari ini untuk memberi kami siraman dan pasokan firman-Nya. Ini kasih Tuhan. Aku merenungkan firman Tuhan dan mengerti, meninggalkan keluarga dan karier untuk memberitakan Injil dan menggenapi tugas, semenderita apa pun, adalah kesaksian. Disiksa dan tidak mengkhianati Tuhan juga kesaksian. Masih memiliki iman dan mengikuti Tuhan setelah siksaan jangka panjang adalah kesaksian yang lebih kuat. Aku punya kesempatan bersaksi tentang Tuhan di hadapan Iblis adalah pemuliaan Tuhan dan persekusi karena kebenaran. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku menangis dan berdoa kepada Tuhan. Aku berkata, "Tuhan! Aku akan membalas kasih-Mu untukku. Meskipun tiga tahun ini akan sangat lama, bagaimanapun polisi menyiksaku atau aku menderita, aku akan teguh, bersaksi untuk-Mu, dan mempermalukan Iblis." Mereka juga sangat terinspirasi setelah membaca firman Tuhan. Aku ingat Saudari Liu selalu khawatir tekanan darahnya terlalu tinggi. Dia takut tanpa perawatan memadai, dia akan mati di kamp kerja paksa, jadi dia ingin keluar secepat mungkin. Setelah membaca firman Tuhan, dia sadar imannya kepada Tuhan tidak tulus dan tidak punya kesaksian. Dia juga berkata, "Kulihat imanku terlalu kecil, dan merasa berutang banyak kepada Tuhan. Meski mati di sini, aku masih ingin berdiri teguh dan bersaksi bagi Tuhan." Lalu, Saudari Gao khawatir kerabat dan teman-temannya akan mengejek dan mendiskriminasi dia karena dipenjara, dan akan menggosipkan dia. Setelah membaca firman Tuhan, dia mengerti, dipenjara karena percaya kepada Tuhan itu persekusi karena kebenaran, bukan hal memalukan, menderita karena berdiri teguh dan bersaksi bagi Tuhan itu berharga dan bermakna.

Setelah itu kami mendiskusikannya dan memutuskan harus menyampaikan firman Tuhan ini kepada saudari kami yang lain, agar bisa dipasok oleh firman-Nya juga. Aturan kamp sangat ketat. Kami tidak diizinkan bicara atau memberi apa pun kepada tahanan dari unit lain. Bahkan tidak bisa melakukan kontak mata. Meski sesekali bertemu mereka, kami tidak diizinkan untuk terlalu dekat. Jadi, jika ingin meneruskan catatan itu kepada 100-an saudari di tujuh unit lain, itu sangat berbahaya. Selain itu, para penjaga membalik tempat tidur dan menggeledah tubuh kami setiap minggu. Mereka mencari di setiap sudut. Jika ada detail terlewat dan itu ditemukan, penyelidikannya akan berujung kepadaku. Salah satu penjaga bahkan memperingatkanku, "Jika kau berani menyebarkan firman Tuhan Yang Mahakuasa, aku akan mengurungmu tiga tahun lagi dan mengirimmu ke penjara wanita." Aku ingat ada orang percaya yang tertangkap sedang menyebarkan Kitab Suci. Para penjaga menyeret borgolnya. Mereka menyeretnya sangat lama di aspal, sepotong besar pakaian di punggungnya robek, dan kulitnya lecet berdarah-darah. Orang lain dihukum dengan diperintahkan duduk di lantai beton tanpa bergerak selama lebih dari sepuluh hari. Saat itu, aku berpikir, "Ini bukan lelucon. Jika mereka tahu, yang kualami akan lebih buruk." Makin memikirkannya, makin sulit rasanya, dan aku sedikit takut. Namun, aku ingat firman Tuhan, "Iman itu seperti jembatan dari satu gelondong kayu: mereka yang dengan tercela mempertahankan hidup akan mengalami kesulitan menyeberanginya, tetapi mereka yang siap untuk mengorbankan diri dapat menyeberanginya dengan pasti, tanpa rasa khawatir. Jika manusia memiliki pikiran yang kerdil dan penakut, itu karena mereka telah dibodohi oleh Iblis, yang takut bahwa kita akan menyeberangi jembatan iman untuk masuk ke dalam Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 6"). Firman Tuhan sangat membesarkan hati. Bukankah penjaga juga ada di tangan Tuhan? Aku ketahuan atau tidak, ada di tangan Tuhan. Aku yakin tidak ada yang mustahil jika kita mengandalkan Tuhan. Aku punya semua ketakutan ini karena diganggu Iblis. Karena takut dihukum dan disiksa, Iblis memanfaatkan kelemahanku untuk mengganggu dan menghalangiku. Jika menyerah karena takut disiksa, bukankah aku teperdaya Iblis? Sementara itu, para saudariku berada di lingkungan menyakitkan itu, dan mereka butuh pasokan firman Tuhan, jadi tugasku adalah menyampaikan firman Tuhan kepada mereka. Dalam pekerjaan biasa kami, sulit untuk berhubungan dengan saudari kami di unit lain. Kami hanya bertemu mereka saat makan bersama di kafetaria besar. Jadi, kami berencana meneruskan catatan itu pada waktu makan. Ruang makan penuh dengan kamera keamanan, dan kami tidak diizinkan bicara atau berjalan-jalan selama makan. Kami harus selesai dalam lima menit. Jadi, sangat sulit menyampaikan firman Tuhan. Namun, saat menyampaikan firman Tuhan, aku benar-benar menyaksikan perbuatan ajaib Tuhan. Hari itu, aku berencana memberikan catatan itu kepada para saudari Unit 4 dan 7. Saat mencuci piring, aku melihat Saudari Min dari Unit 4. Tanpa diduga, dia juga mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku. Aku memakai mataku untuk memberi isyarat agar dia datang dan mencuci piring. Aku khawatir dia tidak akan mengerti maksudku, tetapi syukurlah dia langsung mengerti. Kami berdua berjalan ke penyimpanan alat makan bersamaan, dan aku cepat-cepat mengeluarkan secarik catatan dan memasukkan itu ke sakunya. Hanya butuh beberapa detik. Saat itu, aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan.

Sungguh kebetulan seorang saudari yang kukenal dari Unit 7 duduk di barisanku, tak sampai satu meter dari tempat dudukku. Aturan di kamp kerja paksa adalah harus menunggu pengawas dari tiap unit memerintahkan kami berdiri sebelum pergi. Saat itu, aku sangat khawatir jika dua unit kami tidak berdiri bersamaan, aku tidak akan bisa mendekatinya. Jadi, aku terus berdoa kepada Tuhan dalam hati. Tidak lama, pengawas dari dua unit kami memerintahkan kami berdiri pada waktu hampir bersamaan. Setelah berdiri, aku dengan cepat mendorong catatan ke tangan saudariku. Itu terjadi dalam sekejap mata, dan para penjaga tidak menyadarinya sama sekali. Syukur kepada Tuhan! Dengan bantuan saudariku, semua saudari kami di unit lain menerima firman Tuhan. Aku sungguh tidak menduga bisa begitu mulus menyampaikan firman Tuhan. Aku benar-benar melihat tidak ada yang sulit bagi Tuhan. Melalui proses menyampaikan firman Tuhan ini, iman para saudariku kepada Tuhan bertambah.

Kurang dari setengah bulan setelah menyampaikan firman Tuhan, kamp kerja paksa menuntut semua orang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa menulis surat penolakan. Kami diminta berjanji akan berhenti percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Beberapa hari sebelumnya, para saudari baru membaca firman Tuhan, jadi mereka punya iman untuk berdiri teguh dan bersaksi bagi Tuhan. Kami saling memberi isyarat dan penyemangat agar tidak pernah menyerah pada Iblis. Namun, seminggu kemudian, aku mendengar tentang para saudari di unit lain yang tidak menulis surat penolakan. Ada yang disiksa, dipaksa meringkuk di kandang kecil, dan beberapa ditambah masa hukumannya. Selama masa itu, suasana di kamp lebih menyesakkan. Selalu ada rasa takut, seolah-olah bencana yang akan datang bisa menyerang kapan saja. Itu karena kami tidak tahu kapan lingkungan ini akan berakhir atau metode apa yang akan digunakan penjaga untuk menyiksa kami selanjutnya. Jadi, pada saat itu, semua orang sangat menderita dan tertekan. Kami hanya bisa terus berdoa kepada Tuhan dan meminta-Nya membukakan jalan bagi kami. Saat itu, semua saudari berpandangan: Bagaimanapun, kami tidak boleh menulis surat penolakan, kami harus teguh dan bersaksi bagi Tuhan. Kami menemui jalan buntu dengan penjaga kami sekitar setengah bulan, lalu melihat metode mereka tidak berhasil, dia berkompromi. Agar bisa melaksanakan perintah, dia mengizinkan kami menuliskan apa saja, apa pun itu. Kami semua tahu Tuhan telah membukakan kami jalan dan sangat bersyukur kepada Tuhan.

Kali pertama, kami menerima terlalu sedikit firman Tuhan, sehingga seiring waktu, hati kami kembali haus akan firman Tuhan. Terutama di lingkungan menyedihkan dan muram itu, tempat begitu banyak hal bisa terjadi, kami makin membutuhkan pasokan firman Tuhan. Aku ingat, seorang saudari mendatangiku berlinang air mata dan berkata ayahnya ingin dia menjalani hukumannya di luar penjara, tetapi polisi bilang orang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa tidak memenuhi syarat. Dia bilang usianya baru 23 dan harus tinggal di kamp kerja paksa lebih dari seribu hari, dia tidak tahu bagaimana akan melewatinya. Dia hanya ingin pergi. Setelah mendengar perkataannya, aku juga sedih untuknya, jadi aku membacakan kutipan firman Tuhan untuknya. Firman Tuhan berkata, "Mungkin engkau semua ingat kata-kata ini: 'Sebab penderitaan ringan kami, yang hanya sementara, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang lebih besar dan kekal.' Engkau semua pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya, tetapi tak satu pun darimu yang memahami arti sebenarnya dari kata-kata tersebut. Hari ini, engkau sadar sepenuhnya akan makna penting sejatinya. Kata-kata ini akan dipenuhi oleh Tuhan pada akhir zaman, dan akan dipenuhi dalam diri orang-orang yang telah dianiaya secara brutal oleh si naga merah yang sangat besar di negeri tempatnya berbaring melingkar. Si naga merah yang sangat besar itu menganiaya Tuhan dan ia adalah musuh Tuhan, dan karenanya, di negeri ini, mereka yang percaya kepada Tuhan dipaksa menanggung penghinaan dan penindasan, dan sebagai hasilnya, perkataan-perkataan ini terpenuhi dalam diri engkau semua, sekelompok orang ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Pekerjaan Tuhan Sesederhana yang Manusia Bayangkan?"). Setelah mendengar firman Tuhan, dia mengerti arti dari penderitaan, menemukan iman, dan tidak lagi memikirkan cara melarikan diri dari lingkungan ini. Di lain waktu, pada hari kunjungan, aku melihat keluarga orang lain mengunjungi penjara, dan aku sangat merindukan keluargaku. Aku memikirkan orang tuaku yang lanjut usia, dan aku tidak tahu keadaan mereka. Selama periode itu, aku sering mengingat kenanganku tentang rumah, dan seiring waktu, itu membuatku merasa negatif. Saat saudari satu sel melihatku dalam keadaan negatif, dia membisikkan kutipan firman Tuhan ke telingaku. "Nasib manusia dikendalikan oleh tangan Tuhan. Engkau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri: meskipun manusia selalu terburu-buru dan menyibukkan diri mewakili dirinya sendiri, dia tetap tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Jika engkau dapat mengetahui prospekmu sendiri, jika engkau mampu mengendalikan nasibmu sendiri, apakah engkau akan tetap menjadi makhluk ciptaan? Singkatnya, terlepas dari bagaimana Tuhan bekerja, semua pekerjaan-Nya adalah demi manusia. Misalnya, perhatikanlah langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Tuhan untuk melayani manusia: bulan, matahari, dan bintang-bintang yang Dia ciptakan untuk manusia, hewan dan tumbuhan, musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin, dan sebagainya—semuanya diciptakan demi keberadaan manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). Aku merenungkan firman Tuhan, lalu mengerti nasib semua orang ada di tangan Tuhan, jadi keadaan keluargaku tergantung pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Jika aku menyerahkan keluargaku kepada Tuhan, apa yang harus kukhawatirkan? Aku tidak seharusnya cemas karena ini. Firman Tuhan membuatku berhenti merasa negatif dan memberiku kekuatan. Aku juga menyadari kita tidak bisa hidup tanpa bimbingan firman Tuhan. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, bertanya cara mendapatkan firman Tuhan lagi dan bimbingan-Nya. Setelahnya, aku teringat dua saudari di ruang kunjungan itu. Jika bisa menghubungi mereka, aku mungkin bisa mendapat lebih banyak firman Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan tentang ini dan meminta Dia memberi kami kesempatan yang tepat.

Suatu pagi, kepala penjaga memanggilku, "Ikut denganku, kami ingin kau membersihkan ruang kunjungan." Saat mendengar akan pergi ke ruang kunjungan, hatiku menjadi cerah. Ini kesempatanku. Ini satu-satunya waktu selama tiga tahun, aku pergi ke ruang kunjungan, jadi saat itu aku yakin ini kesempatan yang Tuhan atur untukku. Begitu sampai di ruang kunjungan, kepala penjaga mengobrol dengan penjaga lain. Aku bergegas ke dapur belakang. Aku melihat dua saudari sedang sibuk memasak, jadi buru-buru bertanya apa ada sesuatu untuk dimakan. Mereka segera mengerti maksudku dan menjawab, "Ya, ada." Lalu, salah satu dari mereka mengambil bola kertas dari kantong kain dan memberikannya kepadaku. Aku sadar, akhirnya memiliki firman Tuhan yang telah lama ditunggu, dan aku tidak bisa menggambarkan suasana hatiku. Namun, juga sedikit khawatir, karena bola kertas bertulisan tangan itu lebih besar dari telur angsa besar. Aku memasukkannya ke celana dalamku, tetapi tonjolannya terlalu jelas. Kucoba masukkan ke saku celana, tetapi tidak muat dan jatuh. Melihat tidak ada tempat untuk menyembunyikannya di tubuhku, aku panik. Aku mendongak dan melihat kamera keamanan di sekeliling, aku merasa diliputi kecemasan. Jika aku ketahuan, semuanya akan berakhir. Konsekuensinya mengerikan. Namun, aku juga berpikir jika melewatkan kesempatan ini, aku mungkin tidak akan punya kesempatan lagi untuk menerima firman Tuhan. Kami sangat membutuhkan firman Tuhan, dan aku tidak kuasa mengembalikannya. Saat itu, aku sangat gugup sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, sebaris firman Tuhan muncul di benakku dengan sangat jelas, "Jangan takut, Tuhan Yang Mahakuasa atas alam semesta pasti akan menyertaimu; Dia berdiri di belakang engkau semua dan Dia adalah perisaimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 26"). Benar. Tuhan punya kedaulatan atas segala sesuatu, jadi aku ketahuan atau tidak, ada di tangan-Nya. Dengan Tuhan sebagai pelindung, kenapa takut? Setelah menyadari ini, aku merasa jauh lebih tenang. Aku teringat saudara-saudari yang mengangkut buku-buku firman Tuhan. Bahkan di bawah pengawasan ketat naga merah yang sangat besar, mereka bisa mengedarkan begitu banyak buku firman Tuhan kepada saudara-saudari. Bukankah mereka juga mengandalkan Tuhan untuk mengalami lingkungan? Kupikir, "Jika mengandalkan Tuhan, Dia akan membuka jalan bagiku juga." Setelah memikirkan itu, aku tidak ragu lagi dan memutuskan untuk membawa firman Tuhan. Jadi, kumasukkan bola kertas firman Tuhan itu ke celana dalamku lagi, menarik baju dari dadaku dengan tangan, dan agak menekuk pinggang, setelah itu tonjolannya tidak begitu jelas. Aku berpikir, "Aku harus bawa firman Tuhan ke bengkel kerja lebih dulu, lalu kembali untuk bersih-bersih." Aku ingat pintu ke bengkel kerja dijaga oleh Kepala Seksi Zhang. Dia sering memintaku membantu-bantu, jadi hubunganku baik dengannya. Saat itu, aku dengan jelas menyadari ini jalan yang Tuhan buka untukku. Jadi, aku langsung pergi ke kantor Kepala Seksi Zhang dan memberi tahu dia dengan suara pelan, "Kepala Zhang, aku datang bulan. Aku ingin kembali ke atas sebentar." Saat mendengar aku ingin kembali ke atas sendirian, wajahnya langsung kencang. Dia bilang, "Tidak, minta penjaga yang membawamu ke sini membawamu kembali. Di mana penjagamu?" Dia melihat sekeliling mencari penjaga kami. Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, jadi aku gugup. Jika penjaga datang untuk membawaku kembali, semuanya selesai. Penjaga kami sangat ketat dengan para tahanan. Jika tahu aku ingin kembali, dia bukan hanya akan menolak, tapi memeriksa apa aku benar-benar datang bulan. Jika menemukan firman Tuhan padaku, dia akan memukuliku sampai hampir mati. Saat itu, rasanya jantungku loncat. Aku tidak bisa berhenti menangis dan berdoa kepada Tuhan. Tepat pada saat itu, aku tiba-tiba ingat membuat tas kain untuk Kepala Seksi Zhang beberapa hari lalu. Aku segera bertanya kepadanya, "Kepala Zhang, apa kau menyukai tas kain yang kubuat untukmu? Jangan ragu bertanya jika butuh hal lain." Begitu mendengarku mengatakan ini, dia lebih rileks. Aku sadar Tuhan sedang membuka jalan bagiku. Aku berkata kepadanya, "Kepala Zhang, jangan khawatir, aku akan kembali kurang dari satu menit." Dia tidak menjawab, jadi aku segera berlari ke atas. Dalam perjalanan, aku tiba-tiba teringat harus melewati pintu besi untuk mencapai bengkel kerja. Menurut peraturan, pintu ini biasanya harus dikunci, tetapi saat itu, aku tidak punya energi mental untuk memikirkan itu, juga tidak merasa terlalu takut, karena selama proses ini, aku dengan jelas melihat Tuhan menyertai dan membimbingku di setiap langkah. Saat sampai di pintu besi itu, aku terkejut mendapati itu tidak terkunci, dan di sisi satunya, tidak ada penjaga di koridor. Aku bersyukur kepada Tuhan berulang kali dalam hati. Aku bergegas ke bengkel kerja dan memberikan firman Tuhan kepada saudariku, rasanya seperti meletakkan batu besar yang kugendong. Aku teringat perkataan Tuhan Yahweh kepada Yosua, "Jadilah kuat dan penuh keberanian; jangan takut maupun tawar hati, karena TUHANmu, besertamu ke mana pun engkau pergi" (Yosua 1:9). Benar, Tuhan adalah Pencipta, semuanya ada di tangan Tuhan, semua manusia, benda, dan makhluk melayani pekerjaan Tuhan. Pengalaman ini memungkinkanku melihat perbuatan ajaib Tuhan, dan benar-benar melihat otoritas Tuhan ada di atas segalanya. Jika diingat, aku melihat bagaimana Tuhan dengan cerdik mengatur semuanya di setiap langkah. Misalnya, sangat sulit bagi tahanan untuk berhubungan dengan Kepala Seksi Zhang. Di antara lebih dari seribu tahanan, dia hanya meminta aku untuk membantunya. Ini sesuatu yang Tuhan siapkan untukku. Kepala penjaga yang mengawasi kami bekerja setiap saat tidak mengawasiku kali ini, bahkan pintu besi yang biasanya terkunci, tidak dikunci kali ini. Segala sesuatu tentang itu tidak biasa. Seperti yang dikatakan Alkitab, "Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini" (Amsal 21:1). Firman ini benar! Aku hanya bisa memuji kuasa Tuhan. Syukur kepada Tuhan! Tiga bab baru firman Tuhan, "Engkau Semua Harus Memikirkan Perbuatanmu," "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia," "Keluhan Yang Mahakuasa," dan ratusan lagu pujian. Dalam lingkungan seperti itu, rohani kami haus, jadi melihat firman Tuhan mana pun terasa luar biasa, tetapi membaca kutipan ini sangat menyenangkan: "Segala sesuatu di dunia ini berubah dengan cepat seiring pemikiran Yang Mahakuasa dan di bawah pengawasan-Nya. Hal-hal yang belum pernah didengar umat manusia dapat tiba-tiba terjadi, sedangkan hal-hal yang sudah lama dimiliki umat manusia dapat menghilang tanpa disadari. Tak seorang pun mampu menyelami keberadaan Yang Mahakuasa, dan terlebih lagi, tak seorang pun dapat merasakan transendensi dan kehebatan kekuatan hidup Yang Mahakuasa. Dia transenden karena Dia mampu memahami apa yang tidak dapat dipahami manusia. Dia besar karena Dialah sosok yang ditinggalkan oleh umat manusia tetapi menyelamatkan umat manusia. Dia memahami arti kehidupan dan kematian, dan lebih dari itu, Dia tahu hukum-hukum keberadaan yang harus diikuti oleh manusia yang diciptakan. Dialah dasar dari keberadaan manusia, dan Dialah Sang Penebus yang membangkitkan kembali umat manusia. Dia membebani hati yang bahagia dengan dukacita dan mengangkat hati yang bersedih dengan kebahagiaan, semua ini demi pekerjaan-Nya, dan demi rencana-Nya. ... Yang Mahakuasa berbelas kasihan kepada orang-orang yang sudah sangat menderita ini; pada saat yang sama, Dia muak dengan orang-orang yang tidak memiliki kesadaran ini, karena Dia harus menunggu terlalu lama untuk mendapatkan jawaban dari umat manusia. Dia ingin mencari, mencari hati dan rohmu, untuk membawakanmu air dan makanan, serta membangunkanmu, agar engkau tidak akan haus dan lapar lagi. Ketika engkau letih dan ketika engkau mulai merasakan adanya ketandusan yang suram di dunia ini, jangan kebingungan, jangan menangis. Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Penjaga, akan menyambut kedatanganmu setiap saat. Dia berjaga di sisimu, menantikanmu untuk berbalik. Dia menantikan hari ketika engkau tiba-tiba memperoleh kembali ingatanmu: ketika engkau menyadari bahwa engkau berasal dari Tuhan, bahwa, entah kapan, engkau kehilangan arah, entah kapan, engkau kehilangan kesadaran di jalan, dan entah kapan, engkau mendapatkan seorang 'bapa'; selanjutnya, ketika engkau menyadari bahwa Yang Mahakuasa selama ini selalu mengamati, menantikan di sana sangat lama untuk kedatanganmu kembali. Dia telah mengamati dengan kerinduan yang memilukan, menunggu respons tanpa jawaban. Penjagaan dan penantian-Nya begitu tak ternilai, dan semua itu adalah demi hati manusia dan roh manusia. Mungkin penjagaan dan penantian ini tidak berbatas waktu, dan mungkin semua itu sudah berakhir. Namun, engkau harus tahu persis di mana hati dan rohmu berada saat ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keluhan Yang Mahakuasa"). Setelah membaca firman Tuhan, beberapa saudari kami menangis. Kami merasakan kasih dan belas kasihan Tuhan bagi umat manusia dalam firman Tuhan. Hanya Tuhan yang benar-benar peduli serta mengkhawatirkan masa depan dan takdir kita. Siapa lagi yang punya kasih begitu besar? Saat itu, aku mencari kesempatan memberikannya kepada saudari yang sakit parah. Keadaannya sangat buruk, tetapi dia memahami kehendak Tuhan dari firman Tuhan, dan sadar tidak ada kesaksian saat dia mengeluh atas penderitaannya sendiri, yang menyakiti hati Tuhan. Dia menyesali tindakannya dan ingin mencari kehendak Tuhan dalam penyakitnya, juga bersaksi untuk menghibur hati Tuhan. Aku juga sangat tersentuh saat itu, terutama saat membaca firman Tuhan ini: "Dari saat engkau lahir dengan menangis ke dalam dunia ini, engkau mulai melakukan tugasmu. Oleh karena rencana Tuhan dan oleh karena penentuan-Nya dari semula, engkau melakukan peranmu dan memulai perjalanan hidupmu. Apa pun latar belakangmu, dan apa pun perjalanan yang ada di hadapanmu, tak seorang pun dapat lolos dari pengaturan dan rencana Surga, dan tak seorang pun dapat mengendalikan nasibnya sendiri, sebab hanya Dia yang mengatur segala sesuatu yang mampu melakukan pekerjaan tersebut. Sejak hari manusia diciptakan, Tuhan telah bekerja sedemikian rupa, mengelola alam semesta, mengarahkan irama perubahan untuk segala sesuatu dan jalur pergerakannya. Sebagaimana halnya segala sesuatu, manusia secara diam-diam dan tanpa sadar dipelihara oleh kemanisan dan hujan serta embun dari Tuhan; seperti segala sesuatu, manusia tanpa sadar hidup di bawah pengaturan tangan Tuhan. Hati dan roh manusia berada di tangan Tuhan, segala sesuatu dalam kehidupannya berada dalam pengamatan mata Tuhan. Entah engkau memercayainya atau tidak, setiap dan segala hal, apakah hidup atau mati, akan berganti, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Begitulah cara Tuhan memimpin segala sesuatu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku tidak bisa menghentikan air mataku. Aku teringat keluargaku yang lebih suka anak lelaki, dan aku tumbuh dalam kesepian dan diskriminasi. Aku lalu menjalani dua pernikahan yang gagal dan mencoba bunuh diri beberapa kali. Kupikir, "Dari umat manusia yang tak terhitung jumlahnya, Tuhan memilihku untuk datang ke rumah-Nya. Kini aku mengerti bahwa aku selamat karena Dia melindungiku. Dia punya amanat untukku, aku punya misi dalam hidup dan peran untuk dimainkan. Aku meninggalkan keluargaku untuk memberitakan Injil, ditangkap dan dipenjarakan di kamp kerja paksa, lalu menjadi pengurus, semua atas izin Tuhan. Aku punya kesempatan menyebarkan firman Tuhan di sini, serta bisa membantu dan mendukung para saudari. Tuhan memberiku beban ini, dan ini adalah misiku." Saat teringat semua ini, hatiku terasa hangat. Aku merasa beruntung bisa mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, melakukan tugas makhluk ciptaan, mengalami pekerjaan Tuhan, dan melihat perbuatan ajaib Tuhan. Aku benar-benar diberkati! Aku tahu Tuhan menyertaiku, ada di sisiku. Tuhan adalah Penguasa nasibku, jadi apa lagi yang bisa kuminta? Saat memikirkan semua ini, aku merasa berada di kamp kerja paksa tidak terlalu sulit, dan tidak merasa sendirian.

Kami saling bersekutu tentang kehendak Tuhan, dan kami diilhami kasih Tuhan. Kami merasakan rasa syukur yang mendalam, dan tekad kami untuk bersaksi bagi Tuhan tumbuh. Setelah itu, kami dengan cepat menyalin firman Tuhan. Aku memakai tugas lorongku untuk menjadi penjaga bagi saudariku, agar mereka bisa menyalin firman Tuhan tanpa khawatir, dan beberapa menulis sampai tengah malam. Tahanan lain yang bertugas denganku tidak memedulikan apa pun. Dia pura-pura tidak melihat apa-apa. Jadi, dalam waktu tiga hari, kami menyalin firman Tuhan tanpa insiden, lalu dengan sangat cepat mengirimkannya ke belasan saudari lain. Selama masa itu, saat para saudari berbagi dan bersekutu tentang firman Tuhan, kami saling menyemangati dan menemukan lebih banyak iman untuk bersaksi bagi Tuhan di lingkungan sulit ini.

Aku memikirkan setiap momen proses penyebaran firman Tuhan di kamp itu, dan tahu aku tidak akan pernah melupakannya. Melalui pengalaman nyata ini, aku secara langsung melihat dan mengalami perbuatan ajaib Tuhan, benar-benar menyaksikan otoritas, kemahakuasaan, dan kebijaksanaan Tuhan, dan yakin firman Tuhanlah yang memberi manusia kekuatan dalam hidup. Setiap kali teringat semua ini, aku sangat tersentuh dan terinspirasi, juga bersyukur dan memuji Tuhan dari lubuk hatiku!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Pekerjaan Tuhan Begitu Bijaksana

Shiji Kota Ma’anshan, Provinsi Anhui Selama saya bekerja sebagai pemimpin di gereja, pimpinan saya sering berbagi contoh tentang kegagalan...