Mengapa Aku Tidak Dapat Menerapkan Kebenaran?
Ketika aku menjadi pemimpin, beberapa saudari-saudari melaporkan bahwa Yang Li, pemimpin di gereja yang menjadi tanggung jawabku, tidak melakukan pekerjaan nyata. Melalui penyelidikan yang sungguh-sungguh, aku mendapati bahwa Yang Li menghabiskan waktunya sehari-hari untuk melakukan pekerjaan urusan umum, sehingga dia tidak punya waktu untuk melakukan pekerjaannya sebagai pemimpin gereja sama sekali. Setiap kali menghadiri pertemuan kelompok, dia selalu berkata bahwa dia sibuk, dan setelah selesai mengatur hal-hal seperlunya, dia selalu bergegas pergi dengan terburu-buru. Dia hampir tidak pernah bersekutu dengan saudara-saudarinya dalam pertemuan, dan juga tidak pernah benar-benar memahami atau menyelesaikan masalah serta kesulitan yang mereka hadapi dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Beberapa diaken juga melaporkan bahwa Yang Li bertemu dengan mereka hanya sekali setiap beberapa bulan. Masalah dan kesulitan saudara-saudarinya tidak diatasi tepat waktu, mereka telah menjadi negatif serta pasif dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan jalan masuk kehidupan mereka menjadi terhambat. Terlebih lagi, beberapa saudara-saudari tidak punya rasa tanggung jawab dan terus-menerus melaksanakan tugas mereka tanpa arah. Yang Li pun tidak bersekutu dengan mereka, tidak membantu, atau memberhentikan mereka di waktu yang tepat. Seseorang yang jahat mengacaukan dan mengganggu kehidupan bergereja, tapi Yang Li tidak mengeluarkannya dari gereja di waktu yang semestinya. Karena Yang Li tidak melakukan pekerjaan nyata, kehidupan bergereja pun menjadi terganggu, dan berbagai tugas gagal membuahkan hasil, membuat banyak hal menjadi lumpuh. Ketika aku bersekutu dengan Yang Li dan menyingkapkan masalah-masalahnya, dia bukan hanya tidak mau menerima apa yang kukatakan; dia bahkan balik membantah, berusaha membenarkan dirinya, dan untuk pekerjaan gereja yang kurang membawa hasil, dia berusaha melempar kesalahan kepada saudari yang bekerja sama dengannya. Berdasarkan sikap Yang Li, dan setelah melihat bahwa dia jelas-jelas tak mau menerima kebenaran atau bertobat, aku menganggapnya sebagai pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata, yang harus segera diberhentikan. Namun, aku ragu. Beberapa saudara-saudari tidak mengenali diri Yang Li yang sebenarnya, dan merasa bahwa dia punya kualitas serta karunia tertentu. Mereka berkata bahwa dia cepat dalam berpikir dan pandai bersekutu di pertemuan. Mereka berkata bahwa dia bekerja berjam-jam setiap hari untuk melaksanakan tugasnya, dan dia benar-benar punya rasa tanggung jawab. Mereka memujanya, dan membelanya. Karena semua orang tampak sangat mengaguminya, aku berpikir, jika aku kemudian memberhentikannya begitu aku datang, tidakkah mereka akan menganggapku congkak? Akankah mereka berpikir bahwa aku tak mau memberinya kesempatan untuk bertobat? Atau, mungkin mereka akan berpikir bahwa aku hanya ingin membuat perubahan yang berani untuk menegaskan otoritas baruku atas semua orang dan membangun martabatku? Aku berpikir, "Mungkin sebaiknya saudara-saudari menulis evaluasi mereka sendiri terhadap Yang Li terlebih dahulu. Kemudian aku bisa menilai apakah aku akan memberhentikannya atau tidak." Namun, saudara-saudari tidak mengenal diri Yang Li yang sebenarnya, dan evaluasi mereka tidak dapat menjadi acuan. Saat itu penganiayaan yang dilakukan oleh PKT sangatlah dahsyat sehingga mustahil untuk mengadakan pertemuan dengan saudara-saudari untuk bersekutu dan mengenal diri Yang Li yang sebenarnya. Jika aku menunggu sampai aku dapat bersekutu dengan mereka sebelum kemudian memberhentikannya, pekerjaan gereja akan tertunda entah sampai kapan. Aku berpikir, "Akan lebih baik jika aku memberhentikannya terlebih dahulu, baru kemudian aku bersekutu dan memahami perilakunya yang sebenarnya bersama saudara-saudari." Namun, aku masih khawatir, bertanya-tanya, "Jika saudara-saudari tidak diberi kesempatan untuk menulis evaluasi sebelum dia diberhentikan, mungkinkah mereka bisa menerima keputusan itu? Ada pilihan lain: Aku bisa menulis surat kepada pemimpin untuk melaporkan situasi Yang Li. Jika pemimpin menyetujuinya, aku akan memberhentikan dia. Dengan demikian, andaikan keputusan itu gagal diterima dengan baik oleh saudara-saudari, aku tidak harus menjadi satu-satunya yang bertanggung jawab atasnya. Semua akan tahu bahwa bukan hanya aku yang memutuskan hal ini, sehingga mereka tidak akan mengatakan hal-hal negatif tentangku." Pemikiran ini terus berkecamuk di kepalaku, dan akhirnya aku memutuskan untuk menulis kepada pimpinan keesokan harinya.
Keesokan paginya, aku menceritakan situasi Yang Li ini kepada saudari yang bekerja sama denganku. Dia juga percaya bahwa Yang Li adalah pemimpin palsu yang harus diberhentikan secepatnya. Dia menganjurkan untuk memberhentikan Yang Li sambil menulis surat untuk menginformasikan kepada pemimpin. Kupikir ini juga merupakan tindakan yang tepat; tetapi, ketika aku hendak melaksanakannya, aku kembali ragu dan berpikir, "Ini semua hanya berdasarkan apa yang telah kulihat dari perilaku Yang Li. Tanpa evaluasi dari saudara-saudari, akankah semuanya benar-benar setuju untuk memberhentikannya? Ketika saatnya tiba, akankah mereka memprotes untuk membela Yang Li? Apakah mereka akan mengatakan bahwa aku congkak, atau bahwa aku tidak dapat memperlakukan orang dengan adil? Jika saudara-saudari tidak yakin dengan keputusanku dan melaporkanku karenanya, aku akan benar-benar kehilangan muka." Makin aku memikirkannya, makin aku menjadi bingung. Melihat raut wajahku yang gelisah, saudariku pun bertanya kepadaku, "Apakah kau khawatir tentang saudara-saudari yang lain? Khawatir jika kau memberhentikan Yang Li tanpa evaluasi dari mereka, mereka tidak akan menerimanya? Kita memberhentikan pemimpin palsu berdasarkan prinsip, demi melindungi pekerjaan gereja. Mengapa kau begitu mengkhawatirkan hal ini?" Setelah mendengar apa yang dikatakannya, aku mulai merenung: "Benar. Rumah Tuhan jelas-jelas mengharuskan kita untuk memberhentikan pemimpin dan pekerja yang mengacau dan yang tidak melakukan pekerjaan nyata, agar pekerjaan gereja tidak tertunda. Aku sudah melihat bahwa Yang Li adalah pemimpin palsu, tetapi aku tetap ingin mendapatkan persetujuan dari saudara-saudari sebelum memberhentikannya. Mengapa demikian?" Aku menyadari bahwa keadaan ini tidak benar. Jadi, bersama saudariku, aku mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Kami melihat dua bagian dari firman Tuhan yang mengatakan: "Sebagai para pemimpin dan pekerja, engkau semua mampu mengabaikan masalah yang muncul dalam pelaksanaan tugas, dan engkau bahkan mencari berbagai pembenaran dan alasan untuk menghindari tanggung jawab. Ada beberapa masalah yang mampu kauselesaikan, tetapi tidak kauselesaikan, dan masalah yang tidak mampu kauselesaikan, engkau juga tidak melaporkannya kepada atasanmu, seolah-olah masalah-masalah itu tak ada kaitannya dengan dirimu. Bukankah ini adalah pengabaian terhadap tugasmu? Apakah memperlakukan pekerjaan gereja dengan cara demikian adalah hal yang bijak atau hal yang bodoh untuk dilakukan? (Bodoh.) Bukankah pemimpin dan pekerja semacam itu adalah orang yang licik? Bukankah mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab? Ketika mereka mengabaikan masalah di depan mereka, bukankah ini menunjukkan bahwa mereka tidak berperasaan dan curang? Orang yang curang adalah orang yang paling bodoh. Engkau harus menjadi orang yang jujur, engkau harus memiliki rasa tanggung jawab ketika menghadapi masalah, dan engkau harus mencoba cara yang mungkin untuk mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Engkau sama sekali tidak boleh menjadi orang yang curang. Jika engkau mementingkan diri sendiri dengan melalaikan tanggung jawab dan tidak mau terlibat ketika masalah muncul, engkau bahkan akan dikutuk karena perilaku ini di antara orang-orang tidak percaya, apalagi di dalam rumah Tuhan! Ini dibenci dan dikutuk olehTuhan dan umat pilihan Tuhan membenci dan menolak perilaku semacam itu. Tuhan mengasihi orang yang jujur, tetapi membenci orang yang curang dan licik. Jika engkau adalah orang yang licik dan berusaha melakukan tipu muslihat, bukankah Tuhan akan membencimu? Akankah rumah Tuhan membiarkanmu lolos begitu saja? Cepat atau lambat, engkau akan dimintai pertanggungjawaban. Tuhan menyukai orang yang jujur dan tidak menyukai orang yang curang. Semua orang harus memahami hal ini dengan jelas, dan berhentilah menjadi bingung dan melakukan hal-hal bodoh. Ketidaktahuan sesaat dapat dimaafkan, tetapi sama sekali menolak untuk menerima kebenaran berarti bersikap keras kepala. Orang yang jujur dapat memikul tanggung jawab. Mereka tidak memikirkan keuntungan dan kerugian mereka sendiri, mereka hanya melindungi pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan. Mereka memiliki hati yang baik dan jujur seperti mangkuk berisi air jernih yang dapat orang lihat dasarnya dalam sekilas pandang. Juga ada transparansi dalam tindakan mereka. Orang yang curang selalu melakukan tipu muslihat, selalu menyamarkan segala sesuatu, menyembunyikan, dan mengemas diri mereka dengan begitu rapat sehingga tak seorang pun mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Manusia tidak dapat mengetahui yang sebenarnya mengenai pemikiran di dalam hati mereka, tetapi Tuhan dapat memeriksa hal-hal terdalam di dalam hati mereka. Jika Tuhan melihat bahwa mereka bukanlah orang yang jujur, dan bahwa mereka licik, tidak pernah menerima kebenaran, selalu melakukan kecurangan terhadap Tuhan, dan tidak pernah menyerahkan hati mereka kepada-Nya, maka Tuhan tidak akan menyukai mereka, Dia akan membenci dan meninggalkan mereka" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (8)"). "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran? Apakah engkau cukup berani untuk melawan semua perbuatan Iblis? Apakah engkau mampu menyingkirkan perasaanmu dan menyingkapkan Iblis demi kebenaran-Ku? Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku dipenuhi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang mengikuti kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Firman Tuhan menyingkapkan niatku yang tercela dengan jelas. Saat itu, aku menyadari bahwa diriku adalah orang yang culas. Aku sudah dengan jelas memastikan bahwa Yang Li adalah seorang pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata dan bahwa saudara-saudari tidak mengenal diri Yang Li yang sebenarnya, bahkan mereka memuja dan membelanya. Namun, alih-alih segera memberhentikannya, sesuai dengan prinsip, aku justru bertindak licik demi melindungi muka dan statusku. Aku tahu betul bahwa saudara-saudari tidak mengenal diri Yang Li yang sebenarnya, dan meminta mereka menulis evaluasi tidak benar-benar ada manfaatnya, tetapi aku tetap mau membuang-buang waktu melewati proses ini karena takut bahwa aku akan disebut congkak setelah memberhentikan Yang Li, dan bahwa ini akan memengaruhi status serta citraku. Aku menutupi niatku yang tercela dengan dalih ingin mendapatkan persetujuan saudara-saudari dan aku bahkan ingin meminta pendapat pemimpin sebelum memberhentikannya; dengan demikian, sekalipun saudara-saudari keberatan atas penghentiannya, aku bisa mengatakan bahwa pemimpin telah menyetujuinya, sehingga aku tidak perlu memikul tanggung jawab itu sendirian. Aku memikirkan segala cara untuk melindungi diriku sendiri, berbuat licik, dan menggunakan tipu daya untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku benar-benar licik! Itu adalah tanggung jawabku, dan tuntutan dari rumah Tuhan, untuk segera memberhentikan pemimpin palsu yang tidak layak. Namun, aku menghindari tanggung jawabku dengan bersikap ragu-ragu; aku hanya memikirkan cara untuk melindungi muka dan statusku. Aku tidak memikirkan seberapa besar halangan dan kerugian yang ditimbulkannya, baik terhadap pekerjaan gereja maupun terhadap jalan masuk kehidupan saudara-saudari, jika aku tidak memberhentikan pemimpin palsu ini tepat waktu. Aku hanya melihat saat pemimpin palsu ini merugikan gereja, dan bukannya mengambil sikap untuk menyingkapkannya, memberhentikannya dan melindungi kepentingan gereja, aku terus mengutamakan kepentinganku sendiri. Aku bahkan mencari cara untuk menghindar dari situasi ini. Aku begitu egois dan tercela! Makin aku memikirkannya, makin aku merasa tidak layak untuk tugas ini, apalagi untuk menghadapi saudara-saudariku.
Aku merenungkan semua ini. Aku percaya kepada Tuhan, aku makan dan minum firman Tuhan setiap hari, dan aku melaksanakan tugasku. Lalu ketika aku menghadapi masalah, mengapa aku tidak lagi menerapkan kebenaran? Mengapa aku tidak bisa melindungi kepentingan gereja? Apa tepatnya alasan dari semua ini? Kemudian, aku membaca sebuah bagian dari firman Tuhan, dan mulai sedikit memahami masalah ini. Firman Tuhan katakan: "Apakah ada di antaramu yang di dalam hatinya hanya percaya kepada Tuhan yang samar di surga, tetapi selalu memiliki gagasan tertentu tentang Tuhan yang berinkarnasi? Jika memang ada yang seperti itu, maka mereka adalah para penganut agama. Para penganut agama tidak mengakui Tuhan yang berinkarnasi di dalam hati mereka, dan sekalipun mereka mengakuinya, mereka selalu memiliki gagasan tertentu tentang Dia dan tidak akan pernah mampu untuk tunduk. Bukankah demikian? Sesungguhnya, orang-orang semacam itu bukanlah orang yang percaya kepada Tuhan. Meskipun mereka mungkin mengaku bahwa mereka percaya kepada Tuhan, pada kenyataannya mereka tidak jauh berbeda dengan para penganut agama. Di dalam hatinya, yang mereka percayai hanyalah Tuhan yang samar; mereka hanyalah orang-orang yang mematuhi gagasan dan aturan agama. Jadi, siapa pun yang tidak mengejar kebenaran, yang hanya berfokus pada perilaku baik dan mematuhi aturan, yang tidak menerapkan kebenaran, dan yang wataknya sama sekali tidak berubah, yang sedang dilakukan orang itu adalah menganut agama. Apa ciri-ciri orang yang menganut agama? (Mereka hanya berfokus pada tindakan lahiriah dan perilaku baik yang terlihat di luarnya.) Apa prinsip dan dasar yang mendasari tindakan mereka? (Falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain.) Falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan watak Iblis yang rusak apa sajakah? Kebengkokan dan kelicikan; berperilaku sesuka hati; kecongkakan dan kesombongan; ingin menjadi penentu keputusan dalam segala hal, tidak pernah mencari kebenaran atau bersekutu dengan saudara-saudari; dan ketika bertindak, selalu memikirkan kepentingannya sendiri, harga diri, dan statusnya sendiri—semua ini berarti bertindak berdasarkan watak Iblis. Ini berarti mengikuti Iblis. Jika orang percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengindahkan firman-Nya, tidak menerima kebenaran, atau tunduk pada penataan dan pengaturan-Nya; jika mereka hanya menunjukkan perilaku baik tertentu, tetapi tidak mampu memberontak terhadap daging, dan tidak melepaskan apa pun dari harga diri atau kepentingan mereka; jika, meskipun di luarnya, mereka terlihat melaksanakan tugas, mereka tetap hidup berdasarkan watak Iblis dalam diri mereka, dan belum sedikit pun melepaskan atau mengubah falsafah dan cara hidup Iblis mereka, lalu bagaimana mungkin mereka percaya kepada Tuhan? Itu berarti menganut agama. Orang-orang semacam itu meninggalkan segala sesuatu dan mengorbankan diri mereka secara lahiriah, tetapi lihatlah jalan yang mereka tempuh dan asal mula dan titik awal segala sesuatu yang mereka lakukan, mereka tidak melakukan semua itu berdasarkan firman Tuhan atau kebenaran; sebaliknya, mereka terus bertindak berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka, asumsi subjektif mereka, dan ambisi serta keinginan mereka. Falsafah serta watak Iblis tetap berfungsi sebagai dasar bagi keberadaan dan tindakan mereka. Dalam hal kebenaran yang tidak mereka pahami, mereka tidak berusaha mencarinya; dalam hal kebenaran yang mereka pahami, mereka tidak menerapkannya, tidak menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya, ataupun menghargai kebenaran. Meskipun mereka mengatakan bahwa mereka percaya kepada Tuhan dan mengakui Tuhan, dan meskipun mereka mungkin terlihat mampu melaksanakan tugas dan mengikuti Tuhan, mereka hidup berdasarkan watak Iblis dalam diri mereka dalam semua yang mereka katakan dan lakukan. Hal-hal yang mereka katakan dan lakukan merupakan perwujudan dari watak yang rusak. Engkau tidak akan pernah melihat mereka menerapkan atau mengalami firman Tuhan, apalagi melihat mereka mencari dan tunduk pada kebenaran dalam segala hal. Dalam semua tindakan mereka, mereka selalu memikirkan kepentingan mereka terlebih dahulu, dan memenuhi keinginan serta niat mereka terlebih dahulu. Apakah mereka adalah orang-orang yang mengikuti Tuhan? (Tidak). ... Mereka tidak pernah memperhatikan apa maksud atau tuntutan Tuhan, dan bagaimana manusia harus melakukan penerapan untuk memuaskan Tuhan. Meskipun terkadang mereka berdoa di hadapan Tuhan dan bersekutu dengan-Nya, sebenarnya mereka hanya berbicara kepada diri mereka sendiri, tidak dengan sungguh-sungguh mencari kebenaran. Ketika mereka berdoa kepada Tuhan dan membaca firman-Nya, mereka tidak mengaitkannya dengan hal-hal yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Jadi, di lingkungan yang Tuhan atur, bagaimana mereka menanggapi kedaulatan, pengaturan, dan penataan-Nya? Ketika diperhadapkan dengan hal-hal yang tidak memuaskan keinginan mereka sendiri, mereka menghindarinya dan menentangnya dalam hati mereka. Ketika diperhadapkan dengan hal-hal yang merugikan kepentingan mereka atau yang menghalangi tercapainya kepentingan mereka, mereka mencoba segala cara untuk mencari jalan keluar, berjuang untuk memaksimalkan keuntungan mereka sendiri dan berjuang untuk menghindari kerugian apa pun. Mereka tidak berusaha memenuhi maksud Tuhan, melainkan hanya memenuhi keinginan mereka sendiri. Seperti inikah percaya kepada Tuhan itu? Apakah orang-orang seperti ini memiliki hubungan dengan Tuhan? Tidak. Mereka hidup dengan cara yang hina, keji, keras kepala, dan buruk. Mereka bukan saja tidak memiliki hubungan dengan Tuhan, tetapi mereka juga menentang kedaulatan dan pengaturan Tuhan di setiap kesempatan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Orang Tidak Dapat Diselamatkan karena Menganut Agama atau karena Melakukan Upacara Keagamaan"). Setelah merenungkan firman Tuhan, hatiku bergejolak seperti lautan di tengah badai. Jika mengingat kembali perilakuku, aku adalah salah satu orang yang disingkapkan oleh Tuhan: seorang yang percaya pada agama. Meskipun tampaknya aku mampu meninggalkan segalanya dan mengorbankan diri, aku tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika menghadapi masalah. Aku hanya memikirkan kepentinganku sendiri, dan hidup berdasarkan aturan Iblis untuk bertahan hidup seperti "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya" dan "Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan." Aturan-aturan ini telah berakar kuat di dalam hatiku; aku merasa bahwa orang seharusnya hidup untuk dirinya sendiri, dan bahwa mereka yang tidak memikirkan dirinya adalah orang bodoh. Aku telah menjadikan aturan-aturan ini sebagai pedoman untuk perilakuku sendiri, sehingga aku menjadi makin egois, penuh tipu daya, licik, dan tercela. Meskipun aku telah membaca begitu banyak firman Tuhan sejak percaya kepada-Nya, aku masih belum menerima kebenaran. Aku tidak hidup berdasarkan firman Tuhan, tetapi hidup berdasarkan falsafah-falsafah Iblis. Sehubungan dengan masalah penghentian Yang Li, aku tahu bahwa yang seharusnya kulakukan adalah menerapkan kebenaran, dan ini akan bermanfaat bagi pekerjaan gereja serta kehidupan saudara-saudari. Namun, demi menyelamatkan muka dan statusku, dan agar saudara-saudari tidak menyebutku congkak, aku memilih untuk menunda tindakanku, dan hanya melihat saat seorang pemimpin palsu terus merugikan dan menunda pekerjaan gereja. Bukankah aku sedang melindungi pemimpin palsu ini, diam-diam mengizinkan perbuatan jahatnya? Jika seseorang yang benar-benar percaya kepada Tuhan dan memiliki rasa keadilan melihat pekerjaan gereja terhambat, dia akan bertindak berdasarkan firman Tuhan dan mengambil sikap untuk melindungi kepentingan gereja. Namun ketika aku menghadapi situasi seperti itu, aku tidak menerapkan kebenaran. Sebaliknya, aku hidup berdasarkan falsafah duniawi Iblis. Bagaimana mungkin aku adalah orang yang percaya kepada Tuhan? Aku berpikir bahwa aku percaya kepada Tuhan, bahwa aku mampu meninggalkan segalanya serta mengorbankan diri, dan aku mampu menderita serta membayar harga untuk kepercayaanku. Kupikir aku dapat tunduk pada tugas apa pun yang diberikan gereja kepadaku. Namun sekarang, aku menyadari bahwa semua ini hanyalah perilaku baik yang dangkal. Dihadapkan dengan masalah ini membuatku disingkapkan. Aku tidak menerapkan kebenaran secara nyata, dan ketika melaksanakan tugasku, aku terikat oleh watakku yang rusak dan falsafah-falsafah Iblis. Aku tidak percaya kepada Tuhan, tetapi kepada agama. Kepercayaanku tidak diperkenan oleh Tuhan, tetapi Dia membenci dan muak akan hal itu. Jika tidak bertobat, aku akan dihukum dan disingkirkan.
Aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Di rumah Tuhan, apa pun tugas yang engkau laksanakan, engkau harus memahami prinsip-prinsipnya dan mampu menerapkan kebenaran. Dengan begitu, engkau akan memiliki prinsip. Jika engkau tidak dapat memahami sesuatu atau tidak yakin tentang cara yang tepat untuk bertindak, carilah bimbingan dan bersekutulah untuk mencapai kesepakatan. Setelah engkau menentukan apa yang bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan saudara-saudari, segera lakukan. Jangan terkekang oleh aturan apa pun. Jangan menunda, ragu-ragu, atau hanya menjadi pengamat yang pasif. Jika engkau selalu menjadi pengamat pasif dan tidak pernah memiliki pendapat sendiri, menunggu sampai orang lain membuat keputusan sebelum melakukan apa pun, atau engkau hanya menunda-nunda ketika tidak ada yang membuat keputusan, apa konsekuensinya? Setiap pekerjaan akan terhenti dan tidak ada yang akan terselesaikan. Engkau harus belajar untuk mencari kebenaran, atau setidaknya mampu bertindak berdasarkan hati nurani dan nalar. Selama engkau benar-benar mengetahui cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan kebanyakan orang juga menganggap cara tersebut dapat dilakukan, itulah yang harus engkau terapkan. Jangan takut memikul tanggung jawab, menyinggung orang lain, atau menanggung konsekuensi. Jika seseorang tidak melakukan sesuatu yang nyata, selalu penuh perhitungan, takut akan tanggung jawab, serta tidak berani mematuhi prinsip-prinsip dalam tindakannya, ini menunjukkan bahwa mereka sangat culas, penuh tipu daya, dan menyimpan terlalu banyak rencana licik. Sungguh memalukan jika kita ingin menikmati kasih karunia dan berkat Tuhan tanpa melakukan apa pun yang nyata. Tidak ada orang yang lebih dibenci Tuhan daripada orang-orang yang curang dan licik seperti ini. Apa pun yang engkau pikirkan, jika engkau tidak menerapkan sesuai dengan kebenaran, tidak memiliki kesetiaan, selalu dipengaruhi oleh motif-motif pribadi, dan selalu memiliki pemikiran serta ide sendiri, Tuhan memeriksa semua hal ini dan mengetahuinya. Apakah engkau berpikir Tuhan tidak mengetahuinya? Kalau begitu, engkau sangat bodoh! Jika engkau tidak segera bertobat, engkau tidak akan mendapatkan pekerjaan Tuhan. Mengapa demikian? Karena Tuhan memeriksa kedalaman hati manusia dan melihat dengan sangat jelas semua rencana licik mereka. Dia melihat hati manusia tertutup dari-Nya dan mereka tidak sehati dengan-Nya. Apakah yang terutama menjauhkan hati manusia dari Tuhan? Pemikiran, kepentingan, kesombongan, status, dan rencana liciknya. Ketika ada penghalang ini di dalam hati manusia yang memisahkannya dari Tuhan, dan mereka terus-menerus menyembunyikan rahasia, serta selalu memiliki motif sendiri, masalah pun akan muncul. Jika engkau memiliki kualitas yang sedikit buruk dan memiliki pengalaman yang agak dangkal, tetapi bersedia mengejar kebenaran, selalu sehati dengan Tuhan, dan dapat memberikan yang terbaik untuk apa yang Tuhan percayakan kepadamu tanpa tipu daya, Tuhan akan melihatnya. Akan tetapi, jika hatimu selalu tertutup dari Tuhan dan engkau selalu memendam rencana-rencana kecil, terus-menerus hidup demi kepentingan dan kesombonganmu sendiri, selalu merencanakan sesuatu dalam hatimu dan membiarkannya menguasaimu, Tuhan tidak akan senang denganmu, Dia tidak akan mencerahkan atau menerangimu, Dia akan mengabaikanmu yang akan membuat hatimu makin gelap. Artinya, ketika engkau melaksanakan tugas atau melakukan apa pun, engkau akan mengacaukannya, dan tidak ada sesuatu yang berharga dari hal tersebut. Itu karena engkau begitu egois dan hina, selalu merencanakan sesuatu demi kepentinganmu sendiri tanpa bersikap tulus kepada Tuhan, engkau berani bersikap licik dan mencoba mengelabui-Nya. Engkau bukan hanya tidak menerima kebenaran, tetapi juga curang dalam melaksanakan tugasmu—yang tidak dengan tulus mengorbankan diri bagi Tuhan. Karena engkau tidak melaksanakan tugas dengan tulus, hanya sedikit bekerja keras, menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan pribadi, sementara engkau juga bersekongkol untuk mendapatkan ketenaran, keuntungan, dan status untuk dirimu sendiri, serta tidak menerima dan taat saat engkau dipangkas, besar kemungkinannya engkau akan menyinggung watak-Nya. Tuhan memeriksa kedalaman hati manusia. Jika engkau tidak bertobat, engkau akan berada dalam bahaya, dan kemungkinan besar engkau akan disingkirkan oleh Tuhan. Dalam hal ini, engkau tidak akan pernah lagi memiliki kesempatan untuk menerima perkenanan Tuhan" (persekutuan Tuhan). Firman Tuhan memberiku sebuah jalan penerapan. Ketika menghadapi masalah yang tidak kaupahami dengan jelas, kau bisa mencari persekutuan dengan saudara-saudari yang memahami kebenaran, dan mencapai kesepakatan sebelum bertindak untuk menyelesaikannya. Jika engkau jelas melihat bahwa tindakan tersebut selaras dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan akan bermanfaat bagi pekerjaan gereja, kau harus melakukannya tepat waktu. Namun, jika kau ragu-ragu, selalu menunggu persetujuan pemimpin sebelum mengambil keputusan, itu mungkin akan menghambat pekerjaan gereja. Kenyataannya, ketika memberhentikan pemimpin atau pekerja yang tidak layak, juga merupakan hal yang sejalan dengan prinsip untuk memahami evaluasi dari saudara-saudari, membuat penilaian yang komprehensif dan kemudian membuat keputusan. Ini bisa menjadi cara yang baik untuk menghindari kesalahan ketika memberhentikan pemimpin dan pekerja. Namun, prinsip bukanlah aturan. Prinsip harus digunakan dengan fleksibel, tergantung pada keadaannya. Dalam kasus penghentian Yang Li, aku dan saudari yang menjadi rekan kerjaku sudah memastikan bahwa menurut prinsip, Yang Li adalah pemimpin palsu, jika aku tidak segera memberhentikannya, itu hanya akan menghambat pekerjaan gereja. Tidak perlu menunggu hingga aku mengumpulkan evaluasi dari saudara-saudari sebelum memberhentikannya. Selain itu, saudara-saudari tidak mengenal diri Yang Li yang sebenarnya; mereka telah disesatkan olehnya. Bahkan jika aku meminta mereka menulis evaluasi, itu tidak akan ada artinya, hanya sebuah formalitas belaka, dan membuang-buang waktu. Aku seharusnya langsung memberhentikannya dan menyingkapkan bagaimana dia tidak melakukan pekerjaan nyata, membantu saudara-saudari agar mereka bisa mengenal diri Yang Li yang sebenarnya dan terbebas dari kesesatannya. Itulah satu-satunya cara untuk memenuhi tanggung jawabku sebagai pemimpin. Namun dalam hal ini, aku telah hidup berdasarkan falsafah Iblis, menggunakan tipu daya untuk melindungi diri sendiri. Aku tidak menerapkan kebenaran, dan aku tidak mengambil tanggung jawab sedikit pun. Jika aku terus melaksanakan tugasku seperti ini, aku akan dibenci dan ditolak Tuhan. Aku tahu bahwa Yang Li adalah pemimpin palsu, tetapi aku tidak berani langsung memberhentikannya karena aku takut orang-orang akan menyebutku congkak. Ini menunjukkan bahwa aku tidak mengerti apa itu kecongkakan, juga tidak memahami hal-hal seperti memiliki rasa keadilan dan berpegang pada prinsip-prinsip. Melalui pencarian dan perenungan, aku pun memahami bahwa kecongkakan seseorang memperlihatkan watak Iblis mereka. Ketika orang tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran, tetapi selalu berpegang teguh pada pendiriannya, bersikeras pada ide dan sudut pandang mereka sendiri serta membuat semua orang menaati mereka, itulah kesombongan, kecongkakan, dan sikap merasa diri benar. Memiliki rasa keadilan berarti menjunjung tinggi kebenaran dan melindungi pekerjaan Tuhan. Melalui pencarian dan doa, seseorang bisa memastikan tindakan mana yang sesuai dengan kebenaran dan firman Tuhan, dan dapat menjunjung tinggi kebenaran serta melindungi pekerjaan gereja dan terus bersikeras melakukannya sampai akhir, terlepas dari apa yang orang lain pikirkan atau katakan. Inilah perwujudan dari memiliki rasa keadilan. Kenyataannya, keputusan kami bahwa Yang Li adalah pemimpin palsu ini didasarkan pada prinsip-prinsip. Memberhentikannya akan bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Tindakan ini sesuai dengan prinsip dan akan menunjukkan rasa keadilan. Namun aku takut jika aku memberhentikan Yang Li tanpa persetujuan saudara-saudari, orang-orang akan mengatakan bahwa aku congkak. Aku tidak bisa membedakan antara kecongkakan dan memiliki rasa keadilan; aku menganggap hal positif sebagai hal negatif. Ini membuatku tidak bisa membebaskan diri dan enggan melakukan hal yang benar. Aku menyadari bahwa pemahamanku benar-benar telah menyimpang. Jika saudara-saudari tidak bisa mengenal diri seorang pemimpin palsu yang sebenarnya, aku bisa bersekutu dengan mereka. Aku tidak boleh membiarkan rasa takutku akan penilaian orang lain menghentikanku untuk menegakkan prinsip. Aku harus menerima pemeriksaan Tuhan dan melindungi kepentingan gereja, apa pun yang mereka pikirkan. Jadi, keesokan harinya, kami memberhentikan Yang Li.
Setelah itu, aku dan saudari yang bekerja sama denganku bersekutu dengan saudara-saudari berdasarkan firman Tuhan, dan menelaah kinerja Yang Li; bagaimana dia terus gagal melakukan pekerjaan nyata, dan bagaimana dia tidak mau menerima kebenaran. Setelah persekutuan, saudara-saudari menyadari bahwa mereka telah tertipu oleh semangat yang tampak ditunjukkan Yang Li, dan memahami cara mengenali apakah seorang pemimpin itu memenuhi syarat atau tidak. Mereka mulai memahami bahwa, untuk melakukannya, yang harus kaulihat bukanlah karunia mereka, atau cara mereka berbicara, atau kesibukan yang mereka tampilkan. Sebaliknya, kau harus melihat apakah mereka mengejar kebenaran, melakukan pekerjaan nyata, menyelesaikan masalah nyata, dan mencapai hasil yang nyata dalam pekerjaan mereka. Melihat saudara-saudari memperoleh pengetahuan seperti itu membuatku senang, dan aku belajar bahwa dengan melaksanakan tugas sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, kau bisa mendapatkan bimbingan Tuhan. Sebelumnya, aku khawatir jika aku langsung memberhentikan Yang Li, saudara-saudari tidak akan bisa menerimanya; mereka akan mengatakan bahwa aku congkak. Namun sekarang, aku menyadari bahwa itu semua hanya ada dalam imajinasiku, dan ketika aku bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, saudara-saudari tidak menghakimiku. Sebaliknya, dari situasi ini, mereka belajar memahami yang sebenarnya. Tidak lama kemudian, gereja memilih seorang pemimpin yang cocok, saudara-saudari mulai menjalani kehidupan bergereja yang normal, dan pekerjaan bisa berjalan normal lagi. Melihat semua ini membuatku sangat bahagia, dan aku belajar bahwa bertindak serta melaksanakan tugas sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Setelah itu, aku secara sadar melepaskan kepentingan pribadiku dan mulai melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, suatu tindakan yang memberikan kedamaian di hatiku, dan membebaskanku.
Melalui pengalaman ini, aku menyadari bahwa dahulu aku egois dan licik. Untuk melindungi reputasi dan statusku sendiri, aku mengesampingkan kepentingan gereja, dan jika bukan karena penyingkapan firman Tuhan, aku tidak akan memahami diriku sendiri dan tidak akan berubah. Di saat yang bersamaan, aku sekarang memahami betapa pentingnya mencari prinsip-prinsip kebenaran dalam segala hal yang kulakukan, dan hanya dengan mencari kebenaran serta bertindak berdasarkan prinsip, aku dapat memenuhi syarat untuk melaksanakan tugasku.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.