Kenapa Aku Selalu Bertindak Berdasarkan Emosi?

03 April 2023

Oleh Saudari Xiao Han, Tiongkok

Beberapa waktu lalu, pengawasku menugaskan Saudari Xiang Zhen membuat video bersama kami. Xiang Zhen cukup supel dan aku merasa dekat dengannya sejak pertama bertemu. Dia sedikit lebih tua dariku dan sangat memerhatikanku, seperti seorang kakak. Saat aku memperlihatkan kerusakan, dia juga akan menunjukkannya untuk membantuku. Saat itu, aku berselisih dengan rekan sekerjaku, Saudari Ding Yi. Aku merasa Ding Yi sedikit congkak dan bicara terlalu blak-blakan. Kadang kata-katanya melukai harga diriku. Bermitra dengannya, aku merasa seperti tak ada dan tak dihargai. Aku lebih menikmati bermitra dengan Xiang Zhen. Dia tak mengatakan hal-hal menyakitkan, dan meski dia menunjukkan masalahku, dia akan bicara dengan cara yang bisa kuterima. Juga, saat Xiang Zhen menemui masalah, dia akan segera mendatangiku, dan bersedia berbagi denganku apa pun keadaannya. Ini membuatku merasa dihargai dan diperhatikan. Suatu kali, Xiang Zhen melihat Ding Yi salah paham terhadapku dan dia membantu membereskan masalah. Setelah itu, aku makin merasa dia pengertian dan masuk akal. Aku bersedia berbagi lebih banyak dengannya dan kami makin dekat. Namun, setelah melakukan tugasnya di sini lebih dari sebulan, pekerjaan Xiang Zhen masih belum banyak meningkat. Pemimpin kami menasihatinya untuk lebih berupaya dalam pekerjaannya, juga memintaku dan Ding Yi memeriksa video yang dia buat dan hanya mengirimkannya setelah diedit. Kami akhirnya menghabiskan sehari penuh untuk mengedit video buatannya. Karena kami membuat begitu banyak perubahan pada video itu, aku bertanya-tanya: "Jika pemimpin tahu masalahnya sebanyak ini, akankah mereka pikir Xiang Zhen tak cocok dibina dan memindahkan dia? Sejak Xiang Zhen datang, dia selalu senang hati membantuku, entah untuk jalan masuk kehidupan atau hal sehari-hari. Aku sangat menikmati waktuku bersamanya. Jika dia pergi, aku akan kehilangan orang yang bisa kupercayai. Selain itu, bukankah dia akan sedih jika dipindahkan setelah baru bertugas di sini kurang dari dua bulan? Sebaiknya aku tak meneruskan video versi dia kepada pemimpin." Tak lama kemudian, Ding Yi mengetahui itu dan mengingatkanku, dia bilang: "Kita harus meneruskan video versi Xiang Zhen kepada pemimpin. Dengan begitu mereka bisa punya pemahaman yang jelas tentang perkembangannya." Aku merasa sedikit bersalah saat dia mengatakan itu, kupikir: "Jika itu orang lain, aku akan kirimkan versi yang belum diedit kepada pemimpin tanpa ragu. Namun, perlakuanku terhadap Xiang Zhen berbeda. Bukankah aku melindungi dan mendukungnya? Itu tak sesuai dengan kehendak Tuhan." Aku teringat firman Tuhan yang berbunyi: "Dalam segala hal yang engkau lakukan dan katakan, engkau harus mampu menetapkan hati yang lurus dan bertindak benar, dan tidak dituntun oleh emosi, maupun bertindak sesuai dengan kehendakmu sendiri. Inilah prinsip yang harus dimiliki orang-orang yang percaya kepada Tuhan dalam menjaga perilakunya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Bagaimana Hubunganmu dengan Tuhan?"). Tuhan meminta kita memiliki niat yang benar dalam ucapan dan tindakan kita, serta tak menutupi dan melindungi orang lain berdasarkan emosi. Ini hal terburuk yang bisa dilakukan orang percaya. Jika aku tak jujur kepada para pemimpinku, justru menutupi dan melindungi orang-orang di gereja, ini masalah yang sangat serius. Menyadari ini, aku merasa sedikit takut. Aku tak boleh bertindak berdasarkan emosi, juga tak boleh menutupi dan melindungi orang-orang yang dekat denganku. Aku harus melakukan yang harus dilakukan. Jadi, kuteruskan video versi Xiang Zhen kepada para pemimpin. Namun, setelah itu, aku tak merenung dan mengenali diriku, lalu karena tak melihat akar permasalahanku, aku melakukan kesalahan yang sama lagi.

Tak lama setelah itu, pemimpin menyuruh kami menulis evaluasi kinerja Xiang Zhen. Mereka ingin tahu apa dia cocok untuk produksi video dan apa dia kandidat yang baik untuk dibina. Aku merasa sedikit bimbang: Xiang Zhen tak membuat banyak kemajuan, tapi jika aku membuat evaluasi yang jujur, dia mungkin dipindahkan. Dia akan sangat sedih. Jika aku tak membantunya di saat genting ini, kami tak akan bisa bermitra lagi. Saat aku memikirkan ini, Ding Yi berkata kepadaku: "Xiang Zhen tak punya kualitas yang baik dan videonya tak layak. Jika kualitasnya lebih baik, dia pasti membuat kemajuan dalam satu atau dua bulan terakhir. ..." Makin banyak mendengar, makin marah aku: "Kenapa kau terus mengoceh tentang kekurangan Xiang Zhen? Apa karena menurutmu melatih dia akan terlalu merepotkan, jadi kau lebih suka dia dipindahkan?" Jadi, kujawab dengan kesal: "Yang kau katakan benar, tapi kau tak menyebutkan kekuatan dia. Kita harus menilai dia secara objektif dan adil. Kita tak bisa hanya menyebutkan kelemahannya. Xiang Zhen mungkin tak punya kualitas baik, tapi dia bukannya tak membuat kemajuan seperti katamu. Jika kau tunjukkan beberapa masalah kecil kepadanya, dia masih bisa memperbaikinya." Melihatku agak menentang, Ding Yi tak mengatakan apa-apa lagi. Ada semacam suasana canggung. Sadar telah menunjukkan emosi, aku merasa sedikit bersalah: "Apa yang salah denganku? Kenapa aku menjadi begitu menentang begitu Ding Yi mengungkit masalah Xiang Zhen? Masalah yang diungkit Ding Yi benar—dia tak memutarbalikkan fakta. Jadi, kenapa aku marah? Apakah aku bertindak berdasarkan emosi?" Jadi, kutenangkan diri dan membiarkan Ding Yi bicara. Setelah berdiskusi, kami menyimpulkan Xiang Zhen masih belum mengenal beberapa prinsip dan merekomendasikan dia melanjutkan pelatihan sebentar lagi. Bahkan setelah kami selesai membahas Xiang Zhen, aku masih memikirkan saat aku menunjukkan kemarahanku kepada Ding Yi. Kupikir: "Aku marah begitu dia mengatakan hal buruk tentang Xiang Zhen. Apakah aku menutupi dan melindungi dia? Terakhir kali, aku membiarkan emosi mengendalikan tindakanku, tak ingin memberikan video buatan dia kepada pemimpin. Kini aku bertindak seperti itu lagi. Aku harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini."

Dalam pencarianku, aku menemukan ini. "Apakah artinya emosi, pada dasarnya? Emosi adalah semacam watak yang rusak. Perwujudan emosi dapat digambarkan dengan beberapa kata: pilih kasih, terlalu protektif, pemeliharaan hubungan fisik, memihak; inilah yang disebut emosi" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa yang Dimaksud dengan Kenyataan Kebenaran?"). "Apakah engkau bersikap sentimental terhadap orang-orang yang dekat denganmu, atau yang memiliki kepentingan yang sama denganmu? Akankah evaluasi, definisi, dan tanggapanmu terhadap tindakan dan perilaku mereka netral dan objektif? Dan bagaimana engkau akan bereaksi seandainya prinsip menetapkan bahwa gereja harus mengambil tindakan terhadap seseorang yang memiliki hubungan emosional denganmu, dan tindakan ini bertentangan dengan gagasanmu sendiri? Akankah engkau taat? Akankah engkau secara diam-diam terus berhubungan dengan mereka, akankah engkau terus terbujuk oleh mereka, akankah engkau bahkan diminta oleh mereka untuk membuat alasan bagi mereka, untuk membenarkan dan membela mereka? Akankah engkau menanggung kesalahan mereka dan datang untuk membantu mereka yang telah bersikap baik kepadamu, tanpa memedulikan kebenaran prinsip dan tanpa mengindahkan kepentingan rumah Tuhan? Semua ini melibatkan berbagai masalah yang berkaitan dengan emosi, bukan?" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). "Jika orang tidak memiliki rasa hormat kepada Tuhan, dan jika Tuhan tidak memiliki tempat di hati mereka, mereka tidak akan pernah mampu bertindak berdasarkan prinsip, apa pun tugas yang sedang mereka penuhi atau masalah apa pun yang sedang mereka hadapi. Orang-orang yang hidup di dalam niat dan keinginan mereka yang egois tidak mampu memasuki kenyataan kebenaran. Karena alasan ini, jika mereka menghadapi masalah, dan mereka tidak memberikan pandangan yang kritis atas niat mereka dan tidak dapat mengenali di bagian mana dari niat mereka yang salah, tetapi malah menggunakan segala macam pembenaran untuk mengarang kebohongan dan alasan bagi diri mereka sendiri, apa yang akan terjadi pada akhirnya? Mereka cukup pandai dalam hal melindungi kepentingan, reputasi, dan hubungan antarpribadi mereka sendiri, tetapi mereka telah kehilangan hubungan normal mereka dengan Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Sikap yang Seharusnya Dimiliki Manusia terhadap Tuhan"). Dari membaca firman Tuhan, aku sadar memfavoritkan dan menjaga hubungan adalah karena kasih sayang, dan itu watak rusak. Lalu, untuk perilakuku, aku menyukai Xiang Zhen karena dia memperhatikan dan menyayangiku, lalu setiap kali punya pertanyaan, dia mendatangiku lebih dulu, yang memuaskan egoku. Jadi, saat kulihat ada banyak masalah dalam videonya, aku tak ingin memberi tahu pemimpin. Juga, saat Ding Yi menyoroti kekurangan Xiang Zhen, aku tak terima, bahkan dengan marah membela Xiang Zhen dan berusaha menutupi kekurangannya. Bukankah aku membiarkan emosi mengendalikan tindakanku? Aku tahu Xiang Zhen tak membuat kemajuan apa pun, tapi aku tak mau Ding Yi mengatakan yang sebenarnya, lalu coba berargumen dengannya, mengatakan dia bukannya tak membuat kemajuan sama sekali. Pada kenyataannya, prinsip gereja dalam membina orang berpusat pada mengevaluasi apakah mereka punya kualitas, bakat, atau potensi, dan apakah mereka siap untuk tugas itu. Jadi, mengatakan Xiang Zhen membuat sedikit kemajuan tak berarti apa-apa. Aku hanya mengatakan ini untuk menutupi kekurangan dia dan mengaburkan penilaian orang. Merenungkan kejadian tentang Xiang Zhen baru-baru ini, aku sadar ada motivasi di balik tindakan dan ucapanku—aku ingin Xiang Zhen bertahan, agar dia bisa terus memperhatikanku, ego dan statusku pun akan terpuaskan. Bicara mewakilinya tak didasarkan pada mencari prinsip atau menenerapkan firman Tuhan. Aku tak memikirkan tindakan apa yang terbaik untuk pekerjaan gereja, justru membiarkan motivasiku yang egois dan tercela mengendalikan ucapan dan tindakanku. Jika gereja menggunakan orang yang salah karena penilaianku yang keliru, bukankah itu menunda pekerjaan gereja? Aku memprioritaskan emosiku daripada prinsip kebenaran dan pekerjaan gereja. Tuhan sepertinya tak punya tempat di hatiku.

Kemudian, aku menemukan firman Tuhan ini: "Tuhan bukanlah pribadi yang mengambil jalan tengah; Dia tidak dicemari oleh gagasan manusia. Bagi Dia, satu adalah satu dan dua adalah dua; benar adalah benar dan salah adalah salah. Tidak ada kemenduaan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Dengan Ketaatan Sejati Orang Dapat Memiliki Iman Sejati"). "Meskipun Tuhan mengasihi manusia, Dia tidak memanjakan mereka. Dia mengaruniakan kepada manusia kasih-Nya, rahmat-Nya, dan toleransi-Nya, tetapi Dia tidak pernah memanjakan mereka; Tuhan memiliki prinsip dan batasan-Nya sendiri" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VII"). Dari firman Tuhan, aku sadar watak Tuhan itu kudus dan benar. Tuhan memperlakukan manusia berdasarkan prinsip dan tak sentimental terhadap siapa pun. Contohnya, Daud, raja Israel. Harapan terbesarnya dalam hidup adalah membangun sebuah kuil tempat orang-orang bisa menyembah Tuhan. Daud adalah orang yang mengindahkan kehendak Tuhan, tapi saat dia melakukan perzinahan, Tuhan tak menutupi atau melindungi dia. Tuhan mendisiplinkan dan menghukumnya, dan pedang tak pernah beranjak dari keluarganya. Melalui ini, kita bisa melihat bahwa Tuhan memperlakukan semua orang dengan adil, sedangkan aku memperlakukan orang berdasarkan emosi dan preferensi. Aku akan menyukai dan melindungi siapa pun yang cocok denganku serta memuaskan kepentinganku. Aku bersedia lebih banyak berinteraksi, bahkan melindungi orang yang kusukai tanpa prinsip. Saat Ding Yi menilai Xiang Zhen berdasarkan prinsip, aku bahkan kesal, membuatnya ragu untuk terus bicara. Tuhan membenci perilaku seperti itu!

Kemudian, saat merenungkan kenapa aku selalu membiarkan emosi mengendalikan ucapan dan tindakanku, aku menemukan kutipan ini. "Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering kali mengutamakan kepentingan Tuhan dan rumah Tuhan. Namun, ada orang-orang yang sering cenderung tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, melainkan mengutamakan kepentingan mereka sendiri dalam segala sesuatu. Orang-orang ini sangat egois. Selain itu, dalam menangani urusan mereka, mereka sering kali melindungi kepentingan mereka sendiri hingga merugikan kepentingan rumah Tuhan, sampai-sampai mereka bahkan akan cenderung meminta rumah Tuhan untuk memuaskan keinginan mereka sendiri. Apa kata kuncinya di sini? Apa yang terutama dibahas di sini? (Kepentingan.) Apa yang dimaksud dengan 'kepentingan'? Apa sajakah yang termasuk dalam istilah ini? Apa sajakah yang orang anggap sebagai kepentingan manusia? Apa sajakah yang termasuk kepentingan manusia? Status, reputasi, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan materi. Sebagai contoh, ketika seseorang menyesatkan orang lain agar mengagumi dan memuja dirinya, dia sedang mengejar kepentingan psikologisnya sendiri; ada juga kepentingan materi, yang orang kejar dengan memanfaatkan orang lain, mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri, atau mencuri milik rumah Tuhan, misalnya. Antikristus selalu mengutamakan keuntungan mereka sendiri. Entah mereka sedang mengejar kepentingan psikologis atau materi, antikristus itu serakah dan tidak pernah puas, dan mereka akan berusaha mengambil semua ini untuk diri mereka sendiri. Hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan seseorang adalah hal-hal yang paling menyingkapkan diri mereka. Kepentingan berkaitan erat dengan kehidupan setiap orang, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang setiap harinya melibatkan kepentingan mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). "Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti gengsi dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek yang merugikan dan negatif" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). Setelah dirusak oleh Iblis, natur kita menjadi egois dan hina. Ada motivasi egois di balik semua ucapan dan tindakan kita—itu adalah untuk melindungi kepentingan pribadi. Saat kita bicara dan bertindak dengan motivasi egois, tanpa disadari kita menjadi antek Iblis, mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Merenungkan perilakuku, aku sadar karena Xiang Zhen sering menunjukkan kepedulian dan memperhatikanku, aku menikmati perasaan nyaman dan hasratku akan status terpenuhi. Jika dia pergi, aku akan kehilangan semua keuntungan ini, jadi aku tak ingin pemimpin memindahkan dia. Aku tak memperlakukan dia sesuai prinsip, justru memikirkan kepentingan pribadiku. Para pemimpin meminta kami menulis evaluasi tentang Xiang Zhen untuk memutuskan apakah dia perlu dipindahkan berdasarkan prinsip, demi meningkatkan efisiensi kerja gereja dan mendapatkan hasil maksimal dari setiap anggota. Namun, aku tak memikirkan pekerjaan gereja, hanya memikirkan cara memuaskan hasratku akan status. Aku bukan hanya tak melindungi pekerjaan gereja, aku juga menipu dan coba mencegah pemimpin tahu tentang situasi sesungguhnya Xiang Zhen. Sebenarnya, Xiang Zhen tak cocok untuk produksi video, tapi jika aku bersikeras mempertahankannya, dia bukan hanya akan gagal mendapatkan hasil, kami juga harus menghabiskan banyak waktu untuk mengedit videonya—kerugiannya melebihi keuntungannya. Aku menyadari pentingnya bertindak sesuai prinsip seperti yang Tuhan tuntut—ini bermanfaat bagi anggota gereja dan pekerjaan gereja. Membiarkan emosi mengendalikan tindakan kita hanya mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, aku juga tahu tak bisa terus bertindak berdasarkan emosi.

Tak lama setelah itu, Xiang Zhen membuat video lagi. Saat memeriksanya, aku terus bertanya-tanya kenapa setelah dilatih dua bulan, videonya masih punya banyak masalah. Sekarang para pemimpin mengamati Xiang Zhen untuk melihat apa dia cocok untuk peran itu, jika kulaporkan semua kesalahannya, dia mungkin dipindahkan. Aku mempertimbangkan lebih sedikit melaporkan kesalahannya. Namun, aku lalu ingat bagaimana aku memperlakukan dia berdasarkan emosi sebelumnya, dan tak boleh melakukan itu lagi. Aku harus melaporkan semua masalahnya berdasarkan fakta objektif, agar pemimpin bisa menentukan apakah dia cocok untuk peran itu berdasarkan prinsip. Saat itu, aku teringat satu kutipan firman Tuhan yang pernah kubaca: "Dan apa arti takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Sebagai contoh, ketika engkau memberikan penilaianmu tentang seseorang—ini berkaitan dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Bagaimana caramu menilai mereka? (Kami harus jujur dan adil, dan perkataan kami tidak boleh didasarkan pada emosi.) Ketika engkau mengatakan apa yang sebenarnya kaupikirkan dan apa yang sebenarnya telah kaulihat, itu artinya engkau sedang bersikap jujur. Dan pertama-tama, berlatih bersikap jujur berarti mengikuti jalan Tuhan. Inilah yang Tuhan ajarkan kepada orang-orang; inilah jalan Tuhan. ... Jika engkau tidak mengatakan yang sebenarnya, apa gunanya engkau menekankan bahwa engkau sedang mengikuti jalan Tuhan dan memuaskan Tuhan? Akankah Tuhan memperhatikan teriakanmu? Akankah Tuhan memperhatikan caramu berteriak, seberapa keras engkau berteriak, atau seberapa besar kehendakmu? Akankah Dia memperhatikan berapa kali engkau berteriak? Tidak akan. Tuhan melihat apakah engkau menerapkan kebenaran, melihat apa yang kaupilih dan bagaimana engkau menerapkan kebenaran ketika berbagai macam peristiwa menimpamu. Jika pilihanmu adalah menjaga hubungan, mempertahankan minat dan citra dirimu sendiri, dan sepenuhnya melindungi reputasimu sendiri, Tuhan akan melihat bahwa inilah sudut pandang dan sikapmu ketika suatu peristiwa menimpamu, dan Dia akan membuat penilaian ini terhadapmu: Dia akan menganggapku bukan orang yang mengikuti jalan-Nya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Tuhan meminta kita untuk takut akan Dia dan menjauhi kejahatan, serta jujur dalam segala hal yang kita hadapi, besar atau kecil. Mengevaluasi seseorang mungkin tampaknya bukan hal besar, tapi itu bisa menunjukkan apakah seseorang punya rasa hormat kepada Tuhan, juga apakah orang itu jujur dan bisa dipercaya. Meskipun aku masih tak punya rasa hormat kepada Tuhan, aku bersedia menerapkan firman-Nya serta bisa diandalkan dan bisa dipercaya dalam perkataan dan perbuatan. Aku berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, aku tak ingin bertindak berdasarkan emosi lagi, aku ingin bertindak dengan hormat kepada-Mu di dalam hatiku." Jadi, kulaporkan semua kesalahan yang kutemukan di video Xiang Zhen. Hanya beberapa hari kemudian, dia dipindahkan. Meskipun sedikit sedih, saat aku memikirkan bagaimana ini akan bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan dia secara pribadi, aku merasa sedikit lebih nyaman.

Sebelumnya, kupikir kasih sayangku hanya pikiran semata, atau perasaan belaka, dan selama aku tak jelas-jelas melanggar prinsip atau menyebabkan kerugian pada pekerjaan gereja, maka itu bukan masalah besar dan aku tak perlu mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Sebenarnya, aku salah paham. Meskipun dari luar tunduk pada aturan dan tak melakukan dosa kasatmata, di dalam, aku tak bisa menekan gagasan, keyakinan, dan watak jahatku. Jika aku tak mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah ini, aku pasti akan menimbulkan gangguan. Jadi, mengenali gagasan dan kerusakanku, mencari kebenaran dan merenungkan diri sangatlah penting. Inilah jalan menuju perubahan watak.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Apa yang Kupetik dari Kegagalan

Oleh Saudara Shi Fang, Korea Pada tahun 2014, aku dilatih sebagai produser video untuk gereja. Pada waktu itu, sebuah video baru mulai...