Kenapa Aku Tak Berpegang Teguh Pada Prinsip?

24 November 2022

Oleh Saudari Isabella, Prancis

Pada Agustus 2021, aku mulai berlatih sebagai pemimpin gereja. Dalam interaksiku dengan Lillian, penanggung jawab pekerjaan penginjilan, kuperhatikan dia sering membesar-besarkan masalah kecil yang orang-orang miliki, dan menceritakannya kepada semua orang. Dia tidak bisa bekerja sama dengan orang lain dan ucapannya selalu bertentangan dengan fakta. Pernah pada satu pertemuan, dia berkata pemimpin gereja sebelumnya tidak berfokus pada pekerjaan penginjilan dan tidak pernah menanyakan keadaan pekerjaannya. Namun sebenarnya, pemimpin itu selalu menindaklanjuti pekerjaannya. Selain itu, dia melaporkan kepada pemimpin kami bahwa pekerjaan sedang berjalan lancar, membuat kesan bahwa segala sesuatunya sedang berjalan dengan normal. Padahal sebenarnya, dia tak menyelesaikan pekerjaan nyata apa pun. Pada satu pertemuan, dia terus menekankan kesulitan dalam pekerjaannya, berkata bahwa para penginjil tidak becus bekerja, tetapi ketika aku menyelidiki detailnya, aku mendapati banyak pekerjaan yang tidak dia selesaikan, jadi tak ada dasar untuk ucapannya. Aku mengkritiknya karena tidak melakukan pekerjaan nyata dan melemparkan kesalahan. Dia sama sekali tidak menjawab. Kupikir dia akan merenungkan diri, tetapi di luar dugaan, dia mengirimkan pesan kepada rekanku, Maya, yang isinya berkata bahwa dia tak mau lagi berurusan denganku, bahwa aku memangkasnya dengan membabi buta ketika melihat ada masalah dan tidak memahami kesulitan dia yang sebenarnya. Dia juga berkata dia tidak bisa menjadi seperti diriku, tetapi dia harus memperlakukan saudara-saudari dengan kasih dan kesabaran. Aku tertegun untuk sesaat ketika membaca pesannya. Ada begitu banyak masalah dalam tugasnya. Aku hanya menunjukkannya—itu masih jauh dari memangkasnya. Bagaimana dia bisa berkata aku memangkasnya dengan membabi buta? Bukan begitu kejadiannya. Bagaimana dia bisa begitu licin dan licik? Aku ingin menjelaskan semuanya kepada Maya, tetapi baru separuh mengetik pesan untuknya, aku ragu-ragu. Jika aku mengirimkan pesan kepadanya untuk menjelaskan atau menggambarkan masalah Lillian, Maya mungkin mengira aku tak punya kesadaran diri dalam menghadapi masalah, dan salah memperlakukan orang. Dengan pemikiran ini, aku tak mengirim pesan itu. Setelahnya aku mendengar bahwa Lillian memanfaatkan tindakan membuka dirinya kepada orang lain sebagai dalih untuk berkata bahwa aku memangkasnya dengan membabi buta tanpa mengetahui latar belakangnya, dan itu telah membuatnya merasa negatif. Mendengar hal ini membuatku sangat sedih. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa memeriksa pekerjaannya kelak, dan merasa sangat sulit bergaul dengannya. Beberapa hari kemudian, karena kebutuhan dalam pekerjaan, kami ingin memindahkan beberapa orang dari lingkup tanggung jawab Lillian untuk melakukan pekerjaan penyiraman. Di luar dugaan, begitu kuberitahukan kepadanya, dengan muka masam dia berkata, "Kalau kau mau memindahkan mereka, silakan. Aku tak peduli. Apa pun yang terjadi, aku yakin hasil pekerjaanku tak akan bagus." Beberapa waktu kemudian, dia berbicara terus terang kepadaku bahwa dia punya masalah dengan saudari yang memimpin pekerjaan penyiraman, dan itu sebabnya dia tidak setuju dengan pemindahan itu. Dia juga berkata bahwa tak seorang pun bisa menyalahkannya karena bersikap keras terhadap saudari itu jika saudari itu menyebabkan lebih banyak masalah. Mendengar nada ancaman dalam ucapannya, aku merasa selain dia sulit bergaul, kemanusiaannya pun tidak ada, dan aku harus berhati-hati saat menindaklanjuti pekerjaannya, atau dia akan mencari cara untuk menentangku.

Pernah, seorang pemimpin tingkat atas menugaskan kami untuk melakukan pekerjaan pembersihan, untuk menyelidiki dan mengetahui apakah di gereja ada orang-orang jahat atau antikristus, dan jika ada yang ketahuan, kami harus mengusir mereka dari gereja. Aku terpikir Lillian. Kemanusiaannya buruk dan dia tidak mau menerima kebenaran. Dia menaruh dendam terhadap siapa pun yang menyinggung masalahnya, dan selalu memutarbalikkan segala sesuatu, berusaha membuat apa pun yang negatif terlihat positif, dan menyebarkan prasangka di belakang mereka. Kupikir aku harus menyelidiki perilakunya secara umum. Namun kemudian, aku teringat betapa menentangnya Lillian terhadapku saat aku memeriksa pekerjaannya, dan bagaimana dia berkata di belakangku bahwa aku memangkasnya dengan membabi buta. Jika kali ini aku ingin mengumpulkan penilaian tentang dia, akankah saudara-saudari berpikir aku memanfaatkan kesempatan ini untuk balas dendam padanya? Akankah rekan sekerjaku berpikir aku sangat menyukai status, dan mencari kesempatan membalas siapa pun yang menunjukkan masalahku? Maka semua orang akan takut kepadaku dan menghindariku, dan akan menjadi masalah besar jika mereka berusaha memahami masalahku dan melaporkanku sebagai pemimpin palsu. Kupikir, lupakanlah. Aku bisa mengurusnya setelah orang lain memahami masalah-masalah Lillian. Kalau tidak, jika aku orang pertama yang membicarakannya, itu bisa disalahpahami. Jadi, aku tidak mengungkit masalah itu. Tak lama kemudian, Maya berkata bahwa Lillian memiliki kemanusiaan yang buruk dan ingin menyelidiki perilakunya. Aku merasa senang dan agak bersalah sewaktu dia mengatakannya. Aku sudah tahu tentang masalah Lillian, dan seharusnya segera menyelidiki perilakunya, tetapi aku tidak menanganinya karena aku khawatir orang akan berpikir aku sedang membalas dendam kepadanya. Aku bukan melindungi pekerjaan gereja. Namun setidaknya ada orang yang telah menyinggung masalah Lillian, jadi aku tak perlu lagi mengkhawatirkannya. Setelah mengumpulkan penilaian tentang Lillian, kami melihat kebanyakan orang yang menulis penilaian itu tidak mengenalnya dengan baik dan hanya memberikan informasi yang sangat sedikit. Hanya sedikit orang yang melihat masalah dalam dirinya. Aku tahu tindakan tepat yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini adalah mencari orang yang sudah lama berinteraksi dengannya, tetapi aku khawatir yang lainnya akan berkata aku mengincarnya karena permusuhan pribadi, jadi aku tak ingin mengatakan apa pun. Pada titik itu, Maya berkata kami harus mengawasi bagaimana keadaannya, dan aku tidak lagi mengatakan apa pun.

Beberapa waktu kemudian, aku mengetahui bahwa saudara-saudari lainnya telah memberi saran kepada Lillian dan dia bukan saja tidak mau menerimanya, tetapi balas menyerang mereka dengan tuduhan palsu. Pernah, seorang penyiram memberi masukan kepada Lillian bahwa beberapa orang yang diinjili para penginjil tidak sesuai dengan prinsip dan memiliki kemanusiaan yang buruk. Lillian bukan saja tidak mau menerimanya, tetapi menyebarkan prasangka dan keluhannya di depan para penginjil. Dia berkata mereka semua sudah mengikuti prinsip dalam tugas mereka, tetapi karena para penyiram tidak mempersekutukan kebenaran dengan jelas kepada orang-orang yang telah dengan susah payah diinjili oleh para penginjil, ada orang percaya baru telah disesatkan oleh kabar bohong dan kemudian mundur. Dalam sebuah pertemuan, aku dan Maya mempersekutukan dan menganalisis esensi dari masalah ini, dalam hubungannya dengan perilaku Lillian. Setelah itu, kami bersekutu dengannya beberapa kali. Kupikir dia akan merenungkan dirinya sendiri, tetapi dia tetap tidak mau mengalah, dan terus menyebarkan prasangkanya terhadap para penyiram. Dia berkata dia merasa negatif dan tidak tahu apakah dia mampu melaksanakan tugasnya. Karena perselisihan yang dia tabur, beberapa saudara-saudari menggerutu satu sama lain, dan tidak ada kerja sama yang harmonis. Aku tahu Lillian tak cocok menjadi pengawas dan harus segera diberhentikan. Aku sangat menyesal tidak segera menyelidiki dan memberhentikannya dari awal. Aku tahu dia tidak memiliki kemanusiaan, tetapi aku memberinya lebih banyak kesempatan untuk terus mengganggu pekerjaan gereja. Aku merasa buruk sekali. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku untuk merenungkan diri dan mengenal diriku sendiri.

Dalam pencarianku, aku membaca bahwa firman Tuhan berkata: "Ketika orang tidak bertanggung jawab dalam tugas mereka, melaksanakannya dengan asal-asalan, bertindak seperti penyenang orang, dan tidak membela kepentingan rumah Tuhan, watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang licik, ini adalah watak Iblis dalam diri manusia. Aspek paling menonjol dari falsafah manusia tentang cara berinteraksi dengan orang lain adalah watak yang licik. Orang mengira jika mereka tidak licik, mereka akan cenderung menyinggung perasaan orang lain dan tidak dapat melindungi diri mereka sendiri; mereka beranggapan bahwa mereka harus cukup licik agar mereka tidak menyakiti atau menyinggung siapa pun, sehingga dengan demikian mereka akan tetap aman, mata pencaharian mereka akan terlindungi, dan mereka akan memiliki kedudukan yang stabil di tengah masyarakat. Semua orang tidak percaya hidup berdasarkan falsafah Iblis. Mereka semua adalah para penyenang orang dan tidak menyinggung siapa pun. Engkau telah datang ke rumah Tuhan, membaca firman Tuhan, dan mendengarkan khotbah di rumah Tuhan, lalu mengapa engkau tidak mampu menerapkan kebenaran, berbicara dengan tulus, dan menjadi orang yang jujur? Mengapa engkau selalu menjadi penyenang orang? Penyenang orang hanya melindungi kepentingan mereka sendiri, dan bukan kepentingan gereja. Ketika mereka melihat seseorang berbuat jahat dan merugikan kepentingan gereja, mereka mengabaikannya. Mereka suka menjadi penyenang orang, dan tidak menyinggung siapa pun. Sikap seperti ini tidak bertanggung jawab, dan orang seperti ini terlalu licik dan tidak dapat dipercaya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari penyingkapan firman Tuhan aku mengerti bahwa aku telah berusaha menghindarkan diri agar tidak menyinggung Lillian dalam upaya melindungi citra dan statusku, dan aku tidak membela gereja ketika aku melihatnya mengganggu pekerjaan gereja. Melainkan, aku berusaha menjadi penyenang orang dengan berpura-pura tidak melihat. Itu adalah perilaku licik yang tidak bertanggung jawab. Orang tidak percaya hidup berdasarkan falsafah Iblis agar bisa melindungi kepentingan mereka sendiri. Mereka mengamati orang lain secara saksama ketika berbicara dan melihat ke arah mana angin bertiup—mereka sangat licin dan licik dengan cara seperti itu. Dalam tugasku, aku memiliki sikap yang sama seperti orang tidak percaya. Aku melihat dengan jelas bahwa kemanusiaan Lillian buruk dan dia sudah mengganggu pekerjaan gereja. Dia seharusnya telah diberhentikan. Namun, aku tak ingin orang lain berpikir aku hanya ingin membalas dendam kepadanya, jadi aku menghindari masalah itu dengan berusaha tidak melakukan apa pun yang bisa memancing kecurigaan, dan menunda menangani Lillian. Aku ingin menunggu sampai saudara-saudari mengetahui yang sebenarnya mengenai dirinya. Karena ingin melindungi reputasi dan statusku, dan meskipun tahu dia sedang mengganggu pekerjaan gereja, aku tetap memilih membiarkan kepentingan gereja dirugikan daripada mematuhi prinsip, menyingkapkan dia, dan menangani keadaan itu dengan benar. Aku sangat licik, egois, dan hina. Dengan pemikiran ini, aku merasa sangat menyesal dan bersalah. Aku tahu aku tak boleh terus berpura-pura tidak melihat. Aku harus menangani masalah Lillian sesuai dengan prinsip gereja, dan berhenti hanya melindungi kepentinganku sendiri.

Setelah itu, aku dan Maya berbicara dengan Lillian, menyingkapkan bahwa dia memutar balikkan segala sesuatu dan dengan semaunya menyebarkan prasangka tentang orang lain, merusak hubungan di antara saudara-saudari, dan bahwa perilakunya ini telah mengganggu pekerjaan gereja. Di luar dugaan, dia tidak menerima semua perkataan kami tetapi malah balik menyerang kami, dengan gusar berkata, "Aku menceritakan masalahku kepada kalian, dan bukannya menyelesaikannya, kalian malah menggunakannya untuk mencari-cari kesalahanku. Menurutku kalian sama sekali tidak melakukan pekerjaan nyata." Melihat betapa sombongnya dia, sama sekali tidak memiliki kesadaran diri, kami menganalisis bersamanya natur dan akibat dari perkataan dan tindakannya, dengan mengacu pada firman Tuhan yang relevan. Namun, dia tidak mau menerima semuanya—dia terus membantah dan membenarkan dirinya sendiri.

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan yang membantuku memahami esensi Lillian. Firman Tuhan katakan: "Siapa pun yang sering mengganggu kehidupan bergereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan adalah pengikut yang bukan orang percaya serta orang jahat, dan mereka harus dikeluarkan dari gereja. Siapa pun orang itu atau bagaimana dia telah bertindak di masa lalu, jika dia sering mengganggu pekerjaan gereja dan kehidupan bergereja, menolak untuk dipangkas, dan selalu membela dirinya sendiri dengan penalaran yang salah, dia harus dikeluarkan dari gereja. Pendekatan ini dilakukan sepenuhnya demi menjaga perkembangan normal pekerjaan gereja dan melindungi kepentingan umat pilihan Tuhan, sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan maksud-maksud Tuhan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (14)"). "Kesalahan apa pun yang telah mereka lakukan atau hal buruk apa pun yang telah mereka lakukan, orang-orang berwatak kejam itu tidak akan membiarkan siapa pun menyingkapkan atau memangkas mereka. Jika ada orang yang menyingkapkan dan menyinggung mereka, mereka akan menjadi sangat marah, membalas dendam, dan tidak pernah berhenti mempersoalkan masalah tersebut. Mereka tidak memiliki kesabaran serta toleransi terhadap orang lain, dan tidak bersikap sabar terhadap mereka. Prinsip apakah yang mendasari perilaku diri mereka? 'Lebih baik aku mengkhianati daripada dikhianati.' Dengan kata lain, mereka tidak menoleransi disinggung oleh siapa pun. Bukankah ini logika orang jahat? Inilah tepatnya logika orang jahat. Tak seorang pun diizinkan untuk menyinggung mereka. Bagi mereka, mereka tidak dapat menerima jika ada orang yang menyinggung mereka bahkan dengan cara yang paling kecil sekalipun, dan mereka membenci siapa pun yang melakukannya. Mereka akan terus mengejar orang tersebut dan tidak pernah berhenti mempersoalkan masalah tersebut; memang begitulah orang jahat" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (14)"). Dari firman Tuhan aku mengerti bahwa orang jahat memiliki watak yang kejam dan sama sekali tidak mau menerima kebenaran. Mereka membenci siapa pun yang menyingkapkan dan menunjukkan masalah mereka, menganggap mereka sebagai musuh, dan bahkan bisa balik menyerang untuk membalas dendam. Aku yakin Lillian seperti itu. Dia tak pernah merenungkan diri atau mengenal dirinya sendiri ketika dihadapkan dengan masalah, dan dia membenci siapa pun yang memberinya saran, menganggap mereka sebagai musuh. Sementara itu, dia memutarbalikkan kebenaran, berusaha membuat apa pun yang negatif terlihat positif, menyebarkan prasangka dan mengeluh tentang orang lain, menimbulkan masalah dalam hubungan saudara-saudari. Ini menyebabkan ketidakharmonisan, yang mengganggu serta menghambat pekerjaan gereja. Orang lain sering kali memberinya petunjuk dan membantunya, tetapi dia tidak mau menerima apa yang mereka katakan. Dia merespons dengan kebencian terhadap mereka dan membuat tuduhan-tuduhan palsu, tanpa penyesalan sedikit pun. Pada dasarnya, dia muak akan kebenaran dan muak akan kebenaran. Dia telah terbukti sebagai orang jahat, dan jika kami membiarkan dia tinggal di gereja, itu malah akan menambah masalah bagi pekerjaan gereja. Jadi, aku dan Maya bersekutu dengan saudara-saudari mengenai pemahaman kami akan perilaku Lillian sesuai dengan prinsip dan memberhentikannya setelah melalui pemungutan suara. Kami memintanya untuk menyendiri dan merenungkan diri, dan akan mengeluarkannya bila ada gangguan lebih lanjut.

Beberapa waktu kemudian, ada banyak dari saudara-saudari yang berkata bahwa bekerja dengan Lillian sangat mengekang. Dia selalu mengkritik orang, dan banyak orang yang takut kepadanya. Semua orang telah bersiap-siap sebelumnya setiap kali dia akan datang memeriksa pekerjaan mereka, takut ditegur untuk apa pun yang tidak dapat mereka pertanggungjawabkan dengan baik. Aku merasa sangat gelisah. Lillian telah melakukan begitu banyak kejahatan, sangat merugikan saudara-saudari. Aku adalah seorang pemimpin gereja, tetapi saat menemukan orang jahat, aku telah gagal menanganinya. Dalam hal ini, apa gunanya aku? Aku tidak menyelesaikan pekerjaan nyata. Selama beberapa hari, aku merenung mengapa aku mampu menangani orang jahat dan antikristus dengan benar, tetapi aku menghindar dan tidak mau menangani masalah Lillian. Aku membaca beberapa bagian firman Tuhan: "Apa pun yang mereka lakukan, para antikristus terlebih dahulu memikirkan kepentingan mereka sendiri, dan mereka hanya bertindak setelah mereka memikirkan semuanya; mereka tidak menaati kebenaran dengan sungguh-sungguh, dengan tulus, tunduk dengan mutlak pada kebenaran tanpa berkompromi, tetapi melakukannya secara selektif dan bersyarat. Lalu apa syaratnya? Syaratnya status dan reputasi mereka harus terlindungi, dan tidak boleh sedikit pun dirugikan. Hanya setelah syarat ini dipenuhi, barulah mereka akan memutuskan dan memilih apa yang harus dilakukan. Artinya, antikristus memikirkan dengan serius bagaimana cara memperlakukan prinsip-prinsip kebenaran, amanat Tuhan, dan pekerjaan rumah Tuhan, atau bagaimana menangani hal-hal yang mereka hadapi. Mereka tidak memikirkan bagaimana cara memenuhi maksud-maksud Tuhan, bagaimana menjaga agar tidak merugikan kepentingan rumah Tuhan, bagaimana memuaskan Tuhan, atau bagaimana memberi manfaat bagi saudara-saudari; semua ini bukanlah hal-hal yang mereka pikirkan. Apa yang antikristus pikirkan? Mereka memikirkan apakah status dan reputasi mereka sendiri akan terpengaruh, dan apakah gengsi mereka akan menurun atau tidak. Jika melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan saudara-saudari, tetapi akan menyebabkan reputasi mereka sendiri dirugikan dan menyebabkan banyak orang menyadari tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya serta mengetahui esensi natur seperti apa yang mereka miliki, mereka pasti tidak akan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika melakukan beberapa pekerjaan nyata akan membuat lebih banyak orang mengagumi, menghormati, dan memuja mereka, memungkinkan mereka memperoleh martabat yang lebih besar atau memungkinkan perkataan mereka menjadi berotoritas dan membuat lebih banyak orang tunduk kepada mereka, maka mereka akan memilih untuk melakukannya dengan cara itu; jika tidak, mereka tidak akan pernah memilih untuk mengabaikan kepentingan mereka sendiri karena memikirkan kepentingan rumah Tuhan atau saudara-saudari. Inilah esensi dari natur antikristus. Bukankah ini egois dan hina?" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). "Jika ada orang yang berkata bahwa mereka mencintai kebenaran dan bahwa mereka mengejar kebenaran, padahal pada dasarnya, tujuan yang mereka kejar adalah untuk membedakan diri mereka sendiri, pamer, membuat orang mengagumi mereka, mencapai kepentingan mereka sendiri, dan pelaksanaan tugas mereka bukanlah untuk tunduk kepada Tuhan atau memuaskan-Nya, melainkan untuk memperoleh ketenaran, keuntungan, dan status, maka pengejaran mereka itu tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan gereja, apakah tindakan mereka adalah penghambat, atau apakah membantu memajukannya? Tindakan mereka jelas merupakan penghambat; semua itu tidak memajukan pekerjaan gereja. Ada orang yang di luarnya terlihat sedang melakukan pekerjaan gereja, tetapi mereka sebenarnya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status pribadi mereka, menjalankan urusan mereka sendiri, membentuk kelompok tertutup mereka sendiri, kerajaan kecil mereka sendiri—apakah orang semacam ini sedang melaksanakan tugas mereka? Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya mengacaukan, mengganggu, dan merusak pekerjaan gereja. Apa akibat pengejaran mereka akan ketenaran, keuntungan, dan status? Pertama, ini memengaruhi bagaimana umat pilihan Tuhan makan dan minum firman Tuhan secara normal dan memahami kebenaran, ini menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan gereja? Itu mengakibatkan gangguan, kerusakan, dan kehancuran. Inilah akibatnya jika orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). Firman Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus hanya memikirkan reputasi dan status mereka sendiri dalam tindakan mereka. Jika mereka bisa melakukan sesuatu yang akan meningkatkan reputasi mereka, antikristus akan melakukannya. Jika melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip dapat merusak reputasi atau status mereka, antikristus akan mengesampingkan prinsip itu dan hanya memikirkan apa yang bisa melindungi kepentingan mereka, yang akan menguntungkan mereka. Mereka sangat egois dan keji. Dan bukankah aku juga telah bertindak seperti seorang antikristus? Aku sudah lama mengetahui bahwa Lillian adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk, dan bahwa dia tidak mengejar kebenaran. Dia membenci siapa pun yang memberinya saran, mencari-cari kesalahan mereka, dan menggunakan itu untuk mengkritik dan menyerang mereka, dan jika tidak segera menggantinya, dia akan terus menghambat pekerjaan gereja. Namun, karena dia berprasangka terhadapku, aku khawatir saudara-saudari akan berpikir aku hanya ingin membalas dendam dengan menyelidikinya. Mereka bahkan mungkin menganggapku sebagai pemimpin palsu. Aku merasa posisiku akan terancam. Dan karena watak Lillian, aku khawatir jika aku memberhentikannya, dia akan menjelek-jelekkanku di belakangku atau mencari suatu dalih untuk menghukum atau melaporkanku. Aku merasa menangani dia hanya akan merugikanku, dan dapat dengan mudah memengaruhi reputasi dan kedudukanku, jadi aku malah mengambil sikap menunggu dan melihat situasi dan tidak melakukan apa pun. Aku sungguh licik dan egois. Sebelumnya, ketika menemukan orang yang harus dikeluarkan atau diusir saat pekerjaan pembersihan, aku mampu menanganinya berdasarkan prinsip. Itu karena aku tidak mengenal kebanyakan dari mereka. Yang terpenting, mereka tidak mengancam reputasi dan statusku. Jika aku mengeluarkan atau mengusir mereka dari gereja, saudara-saudari akan menganggapku pemimpin yang memahami kebenaran dan memiliki kearifan, dan yang melakukan pekerjaan nyata. Namun, saat menangani Lillian, masalah yang berkaitan langsung dengan kedudukanku sendiri, aku tidak mau lagi memikirkannya, berusaha melindungi kepentinganku sendiri. Sebelumnya, aku berpegang pada prinsip karena kepentingan pribadiku tidak terancam, bukan karena tulus mau melakukan pekerjaan gereja dengan baik. Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa bekerja untuk melindungi gengsi dan status pribadi pada dasarnya adalah menyabotase dan mengganggu pekerjaan gereja. Hal itu menghambat kemajuan normal pekerjaan. Karena ingin melindungi reputasi dan kedudukanku, aku tidak dengan segera menangani orang yang jahat. Natur masalah ini sangat serius. Ini bukan saja contoh kecil dari penyingkapan kerusakan. Ini sebenarnya melindungi orang jahat, membiarkannya mengganggu pekerjaan gereja. Itu artinya bertindak sebagai kaki tangan Iblis dan juga melakukan kejahatan. Firman Tuhan ini sangat tajam menghunjam hatiku: "Engkau harus mengisolasi atau mengeluarkan orang jahat segera setelah engkau mengetahui bahwa mereka memiliki esensi orang jahat, sebelum mereka dapat melakukan kejahatan besar. Ini akan meminimalkan kerusakan yang mereka lakukan; itu adalah pilihan yang bijaksana. Jika para pemimpin dan pekerja menunggu sampai orang jahat menyebabkan berbagai macam bencana baru menangani mereka, itu artinya mereka sedang bersikap pasif. Itu akan membuktikan bahwa para pemimpin dan pekerja tersebut sangat bodoh, dan tidak memiliki prinsip dalam tindakan mereka" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (14)"). Merenungkan firman Tuhan membuatku merasa buruk, dan sangat bersalah. Sebagai pemimpin, tugasku adalah melindungi umat pilihan Tuhan dari tekanan dan gangguan oleh orang-orang jahat, dan untuk melindungi kehidupan bergereja yang normal sehingga pekerjaan gereja bisa berjalan dengan baik dan teratur. Namun, saat ada orang jahat muncul di gereja, aku berlambat-lambat dan tidak melakukan apa pun. Aku tidak memenuhi tanggung jawab seorang pemimpin, yang menyebabkan saudara-saudari terkekang dan diserang oleh orang jahat, dan jalan masuk kehidupan mereka dirugikan. Pekerjaan gereja juga dikacaukan. Yang kulakukan sangat menjijikkan bagi Tuhan!

Beberapa waktu kemudian, aku terus merenungkannya. Aku tahu bahwa ketika orang jahat mengganggu pekerjaan gereja, segera menangani masalah itu adalah sesuai dengan prinsip. Jadi, mengapa aku selalu takut orang lain akan salah paham dan berkata aku menyiksanya? Apa sebenarnya arti menyiksa seseorang? Aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Apa saja perwujudan umum lainnya ketika antikristus bekerja? (Antikristus menindas dan menyiksa orang demi statusnya sendiri.) Antikristus paling sering menyiksa orang lain, dan ini adalah salah satu perwujudan nyata mereka. Untuk mempertahankan status mereka, antikristus selalu menuntut agar semua orang mematuhi dan mengindahkan mereka. Jika mereka mendapati ada orang yang tidak mengindahkan mereka atau bersikap antipati dan menentangnya, mereka akan menggunakan taktik menindas dan menyiksa orang tersebut agar dapat menaklukkannya. Antikristus sering kali menindas orang yang pendapatnya berbeda dari pendapat mereka sendiri. Mereka sering kali menindas orang yang mengejar kebenaran dan dengan setia menjalankan tugasnya. Mereka sering kali menindas orang yang relatif sopan dan jujur, yang tidak menyanjung atau menjilat mereka. Mereka menindas orang yang tidak akur dengan mereka atau tidak tunduk kepada mereka. Antikristus tidak memperlakukan orang lain berdasarkan prinsip kebenaran. Mereka tidak bisa memperlakukan orang dengan adil. Ketika mereka tidak menyukai seseorang, ketika seseorang tampaknya di dalam hatinya tidak mau tunduk kepadanya, mereka akan mencari kesempatan dan alasan, dan bahkan muncul dengan berbagai dalih, untuk menyerang dan menyiksa orang itu, bahkan sampai mengatasnamakan melakukan pekerjaan gereja untuk menindas mereka. Mereka tidak menyerah sampai orang akhirnya patuh dan tidak berani mengatakan tidak kepada mereka; mereka tidak menyerah sampai orang mengakui status dan kekuasaan mereka, dan menyapa mereka dengan senyuman, menyatakan dukungan dan kepatuhan terhadap mereka, serta tidak berani memiliki gagasan apa pun tentang mereka. Dalam situasi apa pun, di kelompok mana pun, kata 'adil' tidak ada dalam perlakuan antikristus terhadap orang lain, dan kata 'mengasihi' tidak berlaku untuk perlakuan mereka terhadap saudara-saudari yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Mereka menganggap siapa pun yang mengancam statusnya bagaikan jarum di matanya dan duri dalam daging, dan mereka akan mencari peluang dan dalih untuk menyiksa mereka. Jika orang tersebut tidak tunduk, mereka menyiksanya, dan tidak berhenti sampai orang itu takluk. Antikristus yang melakukan ini sangat tidak sejalan dengan prinsip kebenaran, dan merupakan permusuhan terhadap kebenaran, jadi haruskah mereka dipangkas? Bukan hanya itu—menyingkapkan, mengenali, dan mengelompokkan mereka juga harus dilakukan. Antikristus memperlakukan setiap orang sesuai dengan preferensi mereka sendiri, dengan niat dan tujuan mereka sendiri. Di bawah kekuasaan mereka, siapa pun yang memiliki rasa keadilan, siapa pun yang dapat berbicara adil, siapa pun yang berani melawan ketidakadilan, siapa pun yang berpegang pada prinsip kebenaran, siapa pun yang benar-benar berbakat dan terpelajar, siapa pun yang dapat bersaksi bagi Tuhan—semua orang seperti itu akan menghadapi kecemburuan antikristus, dan mereka akan ditindas, dikucilkan, dan bahkan diinjak-injak di bawah kaki antikristus hingga tidak dapat bangkit lagi. Seperti itulah antikristus yang memperlakukan orang-orang baik dan mereka yang mengejar kebenaran dengan kebencian. Dapat dikatakan bahwa kurang lebih mayoritas orang yang merasa cemburu dan ditindas oleh antikristus adalah sosok yang positif dan orang baik. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang akan Tuhan selamatkan, yang dapat Tuhan pakai, yang akan Tuhan sempurnakan. Dalam menggunakan taktik penindasan dan pengucilan seperti itu terhadap orang-orang yang akan diselamatkan, dipakai, dan disempurnakan Tuhan, bukankah antikristus adalah lawan Tuhan? Bukankah antikristus adalah orang-orang yang menentang Tuhan?" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sebelas). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku sadar bahwa menyiksa seseorang, dan mengikuti prinsip adalah dua hal yang berbeda. Kita harus mempertimbangkan motif yang mendasari tindakan kita, dan kita juga harus mempertimbangkan apakah cara kita memperlakukan seseorang memiliki dasar dalam firman Tuhan atau tidak. Jika kita mengenali seseorang sebagai orang jahat atau antikristus berdasarkan prinsip kebenaran, maka mengeluarkan atau mengusir mereka berarti membebaskan gereja dari kerugian juga sesuai dengan prinsip. Ini bukanlah penyiksaan. Namun, ketika antikristus dan orang-orang jahat menindas dan menyiksa orang lain, itu sepenuhnya berasal dari motif mereka yang jahat. Mereka iri terhadap orang-orang yang mengejar kebenaran dan memiliki rasa keadilan. Mereka membenci orang-orang yang mengetahui yang sebenarnya mengenai mereka dan berani menyingkapkan mereka. Mereka menyingkirkan para pembangkang untuk melindungi kekuasaan dan status mereka sendiri. Mereka menyerang dan membesar-besarkan masalah kecil orang lain. Mereka bahkan memutarbalikkan fakta dan memfitnah orang, melemparkan berbagai macam tuduhan agar membuat mereka dikeluarkan atau diusir. Motif dan niat mereka sama sekali bertentangan dengan kebenaran dan Tuhan. Mereka dihukum dan dikutuk oleh Tuhan. Aku menyingkapkan dan memberhentikan Lillian berdasarkan pemahamanku akan dia sebagai orang jahat, sesuai dengan firman Tuhan. Itu bukan karena dendam pribadi, dan aku tidak sedang menyiksa dia. Aku memandang segala sesuatunya secara dangkal dan tidak memahami arti menyiksa yang sebenarnya. Aku merasa bahwa menangani masalah yang berkenaan dengan orang yang memiliki dendam terhadapku adalah sama saja dengan menyiksa mereka. Aku tidak mempertimbangkan apakah mereka adalah orang jahat atau bukan dan apa peran yang mereka mainkan di gereja. Akibat dari sudut pandangku yang keliru, aku menjadi terkekang. Betapa bodohnya! Memahami semua ini sungguh terasa sangat melegakan.

Setelah itu, aku dengan sengaja berlatih melaksanakan tugasku berdasarkan prinsip. Khususnya dalam hal pekerjaan pembersihan, jika sudah diputuskan bahwa seseorang adalah calon untuk dikeluarkan atau diusir, entah mereka berprasangka atau tidak terhadapku, aku selalu menanganinya berdasarkan prinsip kebenaran. Ketika aku menerapkannya, aku merasa jauh lebih tenang. Aku sendiri telah mengalami bahwa dalam melaksanakan sebuah tugas, kita harus mengesampingkan masalah reputasi dan status, menjunjung tinggi prinsip dan melindungi pekerjaan gereja, dan dengan demikian merasakan damai dan sukacita.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Persimpangan

Oleh Saudari Wang Xin, KoreaDahulu aku memiliki keluarga yang bahagia, dan suamiku sangat baik kepadaku. Kami membuka restoran keluarga...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh