Iri Hati Membusukkan Tulang

12 Februari 2022

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok

Pada November 2020, aku terpilih sebagai pemimpin tim yang bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman. Pada waktu itu, aku merasa sangat senang, dan merasa terpilih sebagai pemimpin tim berarti dalam hal memahami kebenaran dan masuk ke dalam kehidupan, aku lebih maju daripada saudara-saudari lainnya. Aku ingin melaksanakan tugasku dengan baik agar semua orang berpikir baik tentang diriku. Setelah beberapa waktu, upaya untuk menyirami para petobat memperoleh beberapa hasil, dan kebanyakan petobat baru menghadiri pertemuan secara teratur dan melaksanakan tugas mereka. Saudara-saudari berkata bahwa persekutuanku tentang kebenaran jelas, dan aku mampu menyelesaikan beberapa masalah nyata. Mendengar semua orang memujiku, aku sangat bangga akan diriku sendiri. Namun sebulan kemudian, kedatangan Saudari Xiang Zhen yang tak terduga mengubah segalanya.

Xiang Zhen pernah menjadi pemimpin gereja sebelumnya, dan mempersekutukan kebenaran dengan jelas. Dia memiliki kualitas yang sangat baik dan pekerja yang cakap. Segera setelah datang, dia menemukan beberapa masalah dan penyimpangan dalam pekerjaan kami, dan segera menemukan firman Tuhan untuk dipersekutukan dan menyelesaikan segala sesuatu. Secara berangsur, aku melihat saudara-saudari selalu mencari Xiang Zhen untuk mempersekutukan masalah-masalah mereka, dan aku mulai merasa kesal. Kupikir dalam hatiku, "Aku adalah pemimpin tim, jadi jika persekutuanku tentang kebenaran dan kemampuanku untuk menyelesaikan masalah tidak sebaik Xiang Zhen, apa yang akan semua orang pikirkan tentang diriku? Akankah mereka menganggapku bukan pemimpin tim yang cakap, dan tidak mampu menyelesaikan masalah?" Dengan pemikiran ini, aku merasa sangat malu dan mulai berprasangka terhadap Xiang Zhen. Aku merasa dia sedang pamer saat menunjukkan penyimpangan dalam pekerjaan kami dan dalam menyelesaikan masalah saudara-saudari. Aku merasa dia tidak menghormatiku—pemimpin tim—dan dengan sengaja membuatku malu dan mempermalukanku. Kupikir dalam hatiku, "Meskipun kau telah menjadi pemimpin sebelumnya dan memiliki beberapa pengalaman kerja, kualitasku tak kalah dengan kualitasmu, dan aku yakin kemampuanku sama seperti kemampuanmu." Untuk menyelamatkan muka, aku berusaha keras merenungkan firman Tuhan dalam pertemuan, dan ingin bersekutu lebih baik daripada dia. Ketika saudara-saudari menghadapi masalah dan kesulitan, aku meluangkan waktu mencari firman Tuhan untuk dipersekutukan dan menyelesaikan masalah dan kesulitan mereka, dan memikirkan cara bagaimana aku bisa menyampaikan beberapa pengalaman baik agar saudara-saudari dapat melihat siapa yang sebenarnya memiliki kenyataan kebenaran.

Suatu kali, dalam sebuah pertemuan, seorang saudari mengemukakan kesulitan yang dia hadapi saat melaksanakan tugasnya dan dia ingin mengetahui cara menyelesaikannya. Kupikir dalam hatiku: "Aku harus segera menemukan beberapa bagian firman yang relevan dalam firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah saudari itu. Kali ini, aku harus menebus kekalahanku dan mengalahkan Xiang Zhen." Namun, semakin aku ingin segera menjawabnya, semakin aku merasa bingung. Aku membolak-balik halaman, tanpa mengetahui bagian firman Tuhan mana yang cocok. Akhirnya, Xiang Zhen bersekutu dengannya dan menyelesaikan masalahnya. Aku merasa sangat frustrasi, dan ketika wajahku memerah karena malu, aku ingin bersembunyi saja. Semakin aku ingin membuktikan diriku, semakin aku mempermalukan diriku sendiri. Aku merasa tidak akan pernah mampu menandingi Xiang Zhen, sekeras apa pun aku berusaha. Aku sangat menderita dan sedih, dan merasa bahwa dalam upaya melaksanakan tugasku, aku telah kehilangan muka. Aku juga merasa bahwa semua orang telah mengetahui yang sebenarnya mengenai diriku, dan saudara-saudari pasti melihat Xiang Zhen sebagai pemimpin tim yang lebih memenuhi syarat daripada diriku. Dengan demikian, mungkin aku harus mengundurkan diri sesegera mungkin agar setidaknya menyelamatkan muka. Aku tahu bahwa aku tidak boleh merasa iri terhadap Xiang Zhen, tetapi aku tak berdaya. Aku menderita dan merasa negatif, serta tidak tahu bagaimana melepaskan diri dari ikatan reputasi dan status. Aku bahkan membatasi diriku sendiri, dan merasa bahwa karena aku selalu mengejar reputasi dan status, mungkin ini adalah naturku dan aku tidak mampu mengubahnya. Aku ingin membuka diri kepada saudara-saudari dan mencari penyelesaian untuk masalahku, tetapi aku takut mereka akan memandang rendah diriku. Aku juga tidak mau mengakui kepada saudara-saudari bahwa aku tidak secakap Xiang Zhen. Jadi, aku selalu negatif dan semakin berprasangka terhadap Xiang Zhen. Ketika aku melihat betapa aktifnya dia dalam pertemuan, aku menganggapnya sedang pamer, bersaing denganku untuk mendapatkan status. Keinginan untuk mengabaikannya semakin kuat. Aku bahkan berpikir untuk membuka diri kepada saudari lain tentang ketidakpuasanku, dan membuat dia berpihak kepadaku dan mengkritik Xiang Zhen. Dalam hatiku, aku tahu bahwa dengan melakukan itu, aku sedang bersekongkol melawan Xiang Zhen. Namun, aku tidak merenungkan diriku sendiri. Suatu malam, aku memberi tahu seorang saudari tentang betapa negatifnya diriku. Di pertemuan, biasanya Xiang Zhen-lah yang menyarankan firman Tuhan mana yang harus kami persekutukan, jadi aku merasa dia tidak menghormatiku. Aku merasa terkekang dan bahkan tidak mau lagi menjadi pemimpin tim. Kupikir saudari itu akan berpihak padaku, tetapi dia malah menyarankanku untuk memperlakukan Xiang Zhen dengan baik, dan lebih merenungkan masalahku sendiri. Beberapa hari kemudian, kulihat dia akrab dengan Xiang Zhen, dan itu membuatku merasa tidak nyaman. Kupikir dalam hatiku: "Aku telah bercerita begitu banyak kepadamu, jadi bagaimana mungkin kau tidak berprasangka terhadap Xiang Zhen?" Pemikiran seperti itu membuatku terkejut. "Bagaimana aku bisa berpikir seperti itu? Bukankah itu berarti aku sedang berusaha membentuk kelompok tertutup untuk mengucilkan Xiang Zhen?" Semakin kupikirkan, semakin aku menjadi takut, dan mulai merenungkan diriku sendiri. Kemudian, aku teringat firman Tuhan: "Watak macam apa ketika orang melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka berusaha menjatuhkan orang itu, menyebarkan kabar bohong tentang orang itu, atau menggunakan cara-cara tercela untuk merendahkan orang itu dan merusak reputasinya—bahkan menginjak-injaknya—demi melindungi posisi mereka sendiri di benak orang? Ini bukan sekadar kecongkakan dan kesombongan, ini adalah watak Iblis, ini adalah watak yang kejam. Bahwa orang ini mampu menyerang dan mengasingkan orang-orang yang lebih baik dan lebih kuat daripada mereka menunjukkan bahwa mereka berbahaya dan jahat. Dan bahwa mereka rela melakukan apa pun untuk menjatuhkan orang memperlihatkan bahwa ada banyak watak Iblis dalam diri mereka! Dengan hidup berdasarkan watak Iblis, mereka cenderung meremehkan orang, berusaha menipu mereka, mempersulit mereka. Bukankah ini perbuatan jahat? Dan dengan hidup seperti ini, mereka masih merasa mereka baik-baik saja, merasa mereka orang baik—tetapi ketika mereka melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka cenderung mempersulit orang itu, menginjak-injaknya. Apa masalahnya di sini? Bukankah orang yang mampu melakukan perbuatan sejahat itu tidak bermoral dan bertindak semaunya? Orang-orang semacam itu hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, hanya memikirkan perasaan mereka sendiri, dan yang mereka inginkan hanyalah mencapai keinginan, ambisi, dan tujuan mereka sendiri. Mereka tidak peduli seberapa besar kerugian yang mereka timbulkan terhadap pekerjaan gereja, dan mereka lebih suka mengorbankan kepentingan rumah Tuhan demi melindungi status mereka di benak orang dan reputasi mereka sendiri. Bukankah orang-orang semacam ini congkak dan merasa diri benar, egois dan hina? Orang-orang semacam itu bukan hanya congkak dan merasa dirinya benar, mereka juga sangat egois dan hina. Mereka sama sekali tidak mempertimbangkan maksud-maksud Tuhan. Apakah orang-orang semacam itu memiliki hati yang takut akan Tuhan? Mereka sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Inilah sebabnya mereka bertindak sembrono dan melakukan apa pun yang mereka inginkan, tanpa rasa bersalah, tanpa rasa takut, tanpa kekhawatiran atau kecemasan, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Lima Syarat yang Harus Kaupenuhi Agar Dapat Masuk ke Jalur yang Benar dalam Kepercayaanmu kepada Tuhan"). Ketika sebelumnya aku membaca bagian firman Tuhan itu, aku tidak pernah berpikir itu berlaku untukku Kemudian akhirnya aku sadar bahwa firman Tuhan menyingkapkan keadaanku sendiri. Aku tak pernah membayangkan aku bisa begitu curang dan kejam. Melihat Xiang Zhen mempersekutukan kebenaran lebih baik daripadaku dan menyelesaikan masalah nyata saudara-saudari, itu bukan saja membuatku tidak senang, tetapi juga membuatku kesal dan iri terhadapnya. Aku merasa keunggulannya membuatku kehilangan muka. Demi menyelamatkan muka dan melindungi statusku, aku selalu berusaha memikirkan cara untuk mengalahkannya. Jika aku tidak mampu mengalahkannya, itu membuatku mulai berprasangka terhadapnya, dan mengkritiknya sedang pamer dan berusaha merebut statusku. Aku sedang berusaha membentuk kelompok tertutup di belakangnya, dan menyebarkan prasangka terhadapnya agar semua orang selalu mengucilkannya. Aku sangat congkak. Aku tidak bisa membiarkan ada orang yang lebih baik daripada diriku, dan aku akan melakukan apa pun demi mempertahankan statusku sebagai pemimpin tim. Dengan melakukan itu, apa bedanya diriku dengan antikristus yang menyerang dan mengucilkan orang lain hanya demi status? Pemahamanku akan kebenaran dangkal, dan aku tidak mampu menyelesaikan masalah nyata. Namun, aku tetap tidak mau membiarkan Xiang Zhen menyampaikan persekutuan dan membantu semua orang, jadi bukankah aku sedang merugikan saudara-saudariku? Aku tidak punya kemanusiaan! Ketika menyadari hal ini, aku merasa bersalah. Aku telah mengecewakan saudara-saudari. Lalu aku mengumpulkan keberanianku untuk membuka diri dan bersekutu tentang persainganku dengan Xiang Zhen untuk mengejar reputasi, dan meminta maaf kepadanya. Dia berkata dia tahu aku tidak terlalu senang saat dia menyampaikan persekutuan selama pertemuan, jadi dia merasa terkekang dan tidak berani bersekutu terlalu banyak, takut persekutuannya akan memengaruhiku. Saat itulah aku menyadari pergumulanku mengejar reputasi telah merugikan dia, dan aku merasa bersalah.

Setelah itu, aku terus mencari jalan penerapan, dan aku membaca firman Tuhan ini: "Sebagai pemimpin gereja, engkau bukan saja harus belajar menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, engkau juga harus belajar menemukan dan membina orang-orang berbakat, yang kepadanya engkau sama sekali tidak boleh merasa iri atau menekan. Menerapkan dengan cara ini bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Jika engkau dapat membina beberapa orang yang mengejar kebenaran untuk bekerja sama denganmu dan melaksanakan semua pekerjaan dengan baik, dan pada akhirnya, engkau semua memiliki kesaksian pengalaman, maka engkau adalah pemimpin atau pekerja yang memenuhi syarat. Jika engkau mampu menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, berarti engkau sedang berkomitmen pada kesetiaanmu. Ada orang-orang yang selalu takut orang lain lebih baik daripada mereka atau mengungguli mereka, takut orang lain akan dikenali sedangkan mereka diabaikan, dan ini membuat mereka menyerang dan mengucilkan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang berbakat? Bukankah itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang kejam! Orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, yang hanya memuaskan keinginan egois mereka sendiri, tanpa memikirkan orang lain atau tanpa memikirkan kepentingan rumah Tuhan memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka. Jika engkau benar-benar mampu memikirkan maksud-maksud Tuhan, engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil. Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membiarkan mereka menjalani pelatihan dan melaksanakan suatu tugas, dengan demikian menambahkan seorang yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, bukankah itu akan mempermudah pekerjaanmu? Bukankah itu berarti engkau akan menunjukkan kesetiaan dalam tugasmu? Itu adalah sebuah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan nalar yang minimal harus dimiliki oleh orang yang melayani sebagai pemimpin. ... Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu memikirkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, dan statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritasmu. Engkau harus memikirkan maksud-maksud Tuhan dan memulainya dengan merenungkan apakah ada ketidakmurnian dalam pelaksanaan tugasmu, apakah engkau selama ini setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan segenap kemampuanmu atau tidak, dan apakah engkau selama ini memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja dengan segenap hatimu atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Jika engkau sering memikirkannya dan memahaminya, akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa para pemimpin dan pekerja harus belajar bagaimana mengenali dan membina orang-orang berbakat. Mereka tidak boleh merasa iri dan menekan orang-orang berbakat demi melindungi reputasi dan status, yang mana adalah sesuatu yang Tuhan benci. Xiang Zhen mempersekutukan kebenaran dengan jelas dan mampu menyelesaikan masalah nyata. Hal itu bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan membantu saudara-saudari masuk ke dalam kehidupan. Aku harus memikirkan maksud Tuhan dan melepaskan reputasi dan statusku sendiri, bekerja dalam keharmonisan dengan Xiang Zhen, dan melaksanakan tugasku dengan baik. Terpilih sebagai pemimpin tim adalah anugerah Tuhan, memberiku kesempatan untuk berlatih. Ini bukan berarti aku memahami segalanya, atau bahwa aku memenuhi syarat untuk tugas itu. Pemahamanku akan kebenaran dangkal dan kemampuanku untuk memahami masalah dengan jelas biasa-biasa saja, jadi aku seharusnya belajar dari Xiang Zhen. Namun, aku selalu memandang diriku sebagai pemimpin tim, menganggap aku harus mampu melihat dan menyelesaikan semua masalah, dan tidak boleh kurang cakap daripada orang lain. Jadi, aku selalu bergumul dan bersaing dengan Xiang Zhen dan akan menjadi pasif dan menderita jika aku tidak bisa lebih baik daripada dia, aku akan menjadi negatif dan menderita. Aku sangat bodoh! Tuhan sebenarnya tidak pernah menuntut agar para pemimpin dan pekerja mampu menyelesaikan semua masalah. Tuhan berharap aku akan bersikap jujur, hanya mempersekutukan apa yang kupahami, dan berkumpul bersama saudara-saudari untuk mendiskusikan apa pun yang tidak kupahami. Itulah penerapan yang sesuai dengan maksud Tuhan. Setelah memahami maksud Tuhan, aku berhenti merasa sangat iri terhadap Xiang Zhen, dan mampu menerima dan melaksanakan setiap gagasan bagus apa pun yang dia miliki. Ketika saudara-saudari mengemukakan kesulitan mereka dalam pertemuan, aku dan Xiang Zhen bekerja sama untuk bersekutu dan membantu mereka, dan banyak masalah diselesaikan.

Setelah pengalaman itu, kupikir aku telah berubah dan tidak lagi terlalu memperhatikan reputasi dan status. Namun, aku telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis sehingga ketika aku menghadapi situasi yang tepat, aku kembali ke caraku yang lama. Pada Juli 2021, aku diberhentikan karena tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, dan Xiang Zhen terpilih sebagai pemimpin tim yang baru. Dihadapkan dengan hasil ini, aku menerima bahwa dia memang lebih baik daripada diriku dalam segala hal dan memilihnya akan bermanfaat bagi jalan masuk saudara-saudari ke dalam kehidupan. Namun setelah beberapa waktu, aku melihat bahwa dalam melaksanakan tugasnya, Xiang Zhen terbeban. Ketika saudara-saudari menghadapi kesulitan dan masalah, dia mampu menyampaikan persekutuan kepada mereka dan menyelesaikan masalah mereka tepat pada waktunya. Dia juga mampu merangkum penyimpangan dalam kehidupan bergereja kami. Itu memunculkan beberapa perasaan di hatiku: "Jika Xiang Zhen lebih efektif daripada diriku sebagai pemimpin tim, bukankah itu akan membuatku terlihat jauh lebih buruk? Apa yang akan semua orang pikirkan tentang diriku? Mereka pasti akan menganggapku kurang dalam kemampuan dan memiliki kualitas yang rendah." Dengan pemikiran itu pada waktu itu, aku tidak berharap ada perbaikan dalam kehidupan bergereja. Selama pertemuan di masa lalu, entah mempersekutukan pengetahuan tentang firman Tuhan atau merangkum masalah-masalah dalam pekerjaan kami, aku selalu berinisiatif untuk bersekutu dan membangkitkan semangat dalam diri semua orang untuk melakukan hal yang sama. Namun dalam pertemuan selama masa itu, aku selalu menjadi orang terakhir yang berbicara. Terkadang ketika aku mendapatkan sedikit pencerahan dan terang, aku tidak mau membicarakannya, dan selalu dengan enggan berbicara seadanya di akhir persekutuan. Ketika Xiang Zhen memintaku untuk menjelaskan lebih lanjut, aku tidak mau berbicara lebih banyak. Pada waktu itu, saudara-saudari sedang menghadapi kesulitan ketika melaksanakan tugas mereka dan hidup dalam keadaan negatif, tetapi Xiang Zhen terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak bisa segera menangani masalah mereka. Aku bukan saja tidak menawarkan bantuan, tetapi malah menikmati keadaan sulitnya, kupikir, "Lihat—kau sebenarnya bukan pemimpin tim yang hebat. Kau tidak lebih baik daripadaku!" Aku melihat masalah saudara-saudari tidak segera diselesaikan dan kehidupan bergereja tidak efektif. Namun, aku tidak membantu Xiang Zhen, dan bahkan berharap keadaan seperti itu akan berlanjut. Kemudian, aku melihat Xiang Zhen dengan segera menyesuaikan jadwalnya dan menyelesaikan masalah-masalah itu. Itu kembali membuatku merasa sangat tidak senang dan aku menjadi jauh lebih iri terhadapnya. Secara berangsur, aku mulai makin tidak menyukainya. Akhirnya sampai pada titik aku bahkan tidak mau mendengar apa pun yang dia katakan atau pendapat apa pun yang dia kemukakan. Selama pertemuan, aku selalu berbalik dan melihat ke arah lain ketika dia sedang bersekutu. Aku tahu aku sedang menjadi semakin iri, dan bahwa watakku kejam, yang mana itu dapat menyakiti dia dan memengaruhi kehidupan bergereja. Aku tidak mau itu berlanjut, tetapi aku tidak mampu melepaskan diri keadaanku. Dalam penderitaanku, aku berdoa, "Ya Tuhan! Aku tidak mau merasa iri hati terhadap Xiang Zhen, tetapi aku tidak berdaya. Kumohon selamatkan aku agar mampu melihat dengan jelas bahaya dan akibat dari mengejar reputasi dan status, dan tidak lagi diikat oleh watakku yang rusak." Setelah itu, aku secara terbuka menceritakan keadaanku yang salah kepada saudara-saudari. Setelah mendengar perkataanku, Xiang Zhen berkata dia tidak pernah membayangkan aku akan melakukan hal itu kepadanya, dan dia merasa terluka. Mendengar perkataannya, aku merasa sangat bersalah. Kami sudah saling mengenal begitu lama, dan selama ini aku sering merasa iri kepadanya dan telah mengkritik dia di belakangnya, tetapi dia tidak berdebat denganku. Dia memaafkanku dan mempersekutukan kebenaran untuk membantuku. Aku sama sekali tidak memiliki kemanusiaan dan telah begitu kejam memperlakukannya seperti itu.

Suatu kali dalam pertemuan, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Para antikristus menganggap status dan reputasi mereka sendiri lebih penting daripada apa pun. Orang-orang ini bukan saja licik, curang, dan jahat, tetapi juga sangat kejam. Apa yang mereka lakukan ketika mereka mendeteksi bahwa status mereka sedang berada dalam bahaya, atau ketika mereka tidak lagi memiliki tempat di hati orang-orang, ketika mereka tidak lagi memiliki dukungan dan kasih sayang dari orang-orang ini, ketika orang-orang tidak lagi memuja dan menghormati mereka, dan mereka kehilangan reputasi mereka? Mereka tiba-tiba berubah. Begitu status mereka hilang, mereka tak mau lagi melaksanakan tugas, semua yang mereka lakukan asal-asalan, dan mereka tidak berminat melakukan apa pun. Namun, ini bukan perwujudan yang terburuk. Apa perwujudan terburuknya? Begitu orang-orang ini kehilangan status mereka, dan tak seorang pun menghormati mereka, dan tak seorang pun disesatkan oleh mereka, muncullah kebencian, kecemburuan dan balas dendam. Mereka bukan saja tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, tetapi juga tidak memiliki sedikit pun ketundukan. Lebih dari itu, di dalam hatinya, mereka cenderung membenci rumah Tuhan, gereja dan para pemimpin dan pekerja; mereka berharap pekerjaan gereja mengalami masalah atau terhenti; mereka ingin menertawakan gereja dan saudara-saudari. Mereka juga membenci siapa pun yang mengejar kebenaran dan takut akan Tuhan. Mereka menyerang dan mencemooh siapa pun yang setia pada tugas mereka dan rela membayar harga. Inilah watak para antikristus—dan bukankah itu kejam? Mereka jelas orang-orang yang jahat; para antikristus pada esensinya adalah orang yang jahat" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Dua)). Tuhan menyingkapkan kelicikan, kejahatan, dan natur kejam antikristus. Segera setelah mereka kehilangan status atau dukungan orang lain, mereka menjadi iri dan pendendam. Mereka bukan saja hanya asal-asalan dalam melaksanakan tugas mereka, tetapi juga berharap ada kesalahan dalam pekerjaan gereja sehingga mereka dapat mengolok-olok rumah Tuhan dan saudara-saudari. Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku. Setelah diberhentikan, aku dapat melihat bahwa Xiang Zhen terbeban dalam melaksanakan tugasnya, dan bahwa dia mampu secara aktif menyelesaikan masalah saudara-saudari. Aku takut jika dia melakukan pekerjaannya dengan baik dan kehidupan bergereja membaik, itu akan memperlihatkan bahwa kemampuanku tidak sebaik dia. Demi melindungi status dan citraku dalam hati saudara-saudari, aku berharap kehidupan bergereja tidak berjalan dengan efektif. Jadi, meskipun aku jelas mendapatkan pencerahan dan terang, aku tidak mau mempersekutukannya. Jika Xiang Zhen tidak mampu menyelesaikan masalah saudara-saudari dengan segera karena dia sibuk dengan pekerjaan, aku tidak membantu. Sebaliknya, aku menikmati penderitaannya, menunggu untuk menertawakannya. Aku merasa iri kepadanya karena dalam pekerjaan, dia lebih cakap daripada diriku. Aku tidak menyukai apa pun tentang dirinya, dan sama sekali menolaknya. Aku sedang menyingkapkan watak kejam antikristus! Keefektifan kehidupan bergereja berkaitan langsung pada jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan mereka hanya mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik ketika keadaan mereka normal dan mereka telah masuk ke dalam kehidupan. Namun, untuk mempertahankan statusku di mata orang, aku bukan saja tidak mendukung kehidupan bergereja, tetapi berharap agar masalah saudara-saudari tidak terselesaikan, dan agar mereka tidak efektif dalam melaksanakan tugas mereka. Aku sangat curang dan kejam! Entah rumah Tuhan mempromosikan atau memberhentikan seseorang, itu didasarkan pada tuntutan pekerjaan. Aku tidak mampu melakukan pekerjaanku, jadi aku diberhentikan, dan kemudian orang yang lebih sesuai menggantikannya. Aku bukan saja tidak bekerja dengan baik dengan Xiang Zhen, aku bahkan meremehkannya di balik layar. Aku menyebabkan gangguan dan kekacauan, dan aku menyakitinya. Apakah aku masih manusia? Dengan pemikiran itu, aku dipenuhi dengan penyesalan, dan tak mampu menghentikan air mata yang mengalir. Aku membenci diriku sendiri karena bersikap sangat kejam, dan tidak layak hidup di hadapan Tuhan. Aku ingat bahwa Alkitab berkata: "Iri hati adalah kebusukan tulang" (Amsal 14:30). Benar sekali. Iri hati dapat membuat orang membenci, dan bahkan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.

Malam itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Jika engkau selalu mengganggu, mengacaukan, dan merusak hal-hal yang ingin Tuhan bela, jika engkau selalu menunjukkan sikap yang menghina terhadap hal-hal semacam itu, dan selalu memiliki gagasan dan pendapat tentangnya, itu berarti engkau sedang menentang Tuhan dan melawan-Nya. Jika engkau tidak menganggap pekerjaan rumah Tuhan dan kepentingan rumah Tuhan sebagai hal yang penting, dan selalu ingin merusaknya, dan selalu ingin menyebabkan kehancuran, atau selalu ingin mengambil keuntungan darinya, menipu, atau menggelapkan, lalu akankah Tuhan murka terhadapmu? (Ya.) Apa akibat dari murka Tuhan? (Kami akan dihukum.) Ini sudah pasti. Tuhan tidak akan mengampunimu, sama sekali tidak! Karena yang sedang kaulakukan adalah meruntuhkan dan menghancurkan pekerjaan gereja, dan ini bertentangan dengan pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan. Ini adalah kejahatan besar, ini berarti sedang bersaing dengan Tuhan, dan merupakan sesuatu yang secara langsung menyinggung watak Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan tidak marah terhadapmu? Jika ada orang-orang yang, karena kualitas mereka yang buruk, tidak cakap dalam pekerjaan mereka dan tidak sengaja melakukan hal-hal yang menimbulkan kekacauan dan gangguan, hal ini dapat dimaklumi. Namun, jika karena kepentingan pribadimu sendiri, engkau menjadi iri dan berselisih serta dengan sengaja melakukan hal-hal yang mengacaukan, mengganggu, dan menghancurkan pekerjaan rumah Tuhan, ini dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang disengaja, dan ini merupakan hal yang menyinggung watak Tuhan. Akankah Tuhan mengampunimu? Tuhan sedang melakukan pekerjaan rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun, dan seluruh usaha-Nya yang sungguh-sungguh dicurahkan untuk mewujudkannya. Jika seseorang melawan Tuhan, dengan sengaja merugikan kepentingan rumah Tuhan dan dengan sengaja mengejar kepentingan pribadi serta gengsi dan status pribadinya dengan merugikan kepentingan rumah Tuhan, dan tidak segan-segan meruntuhkan pekerjaan gereja sehingga menyebabkan pekerjaan rumah Tuhan terhambat dan hancur, serta bahkan menyebabkan kerusakan materiel dan finansial yang sangat besar terhadap rumah Tuhan, apakah menurutmu orang-orang semacam itu harus diampuni? (Tidak, mereka seharusnya tidak diampuni.)" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa watak-Nya tidak menoleransi pelanggaran. Untuk mempertahankan statusku di hadapan semua orang, aku menentang Xiang Zhen tanpa alasan, selalu berharap dia akan dipermalukan, yang mana ini akan memengaruhi pekerjaan gereja. Aku rela mengorbankan kepentingan gereja demi mencapai tujuanku sendiri. Ini artinya menentang Tuhan. Kupikir tentang bagaimana Tuhan telah membayar harga yang begitu mahal untuk menyelamatkan umat manusia, berharap agar manusia dapat memperoleh kebenaran, mengubah watak hidup mereka, dan menerima keselamatan Tuhan. Hanya ketika saudara-saudari memiliki kehidupan bergereja yang baik dan memiliki orang yang baik sebagai pemimpin, barulah mereka dapat memahami kebenaran, masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan menerima keselamatan Tuhan. Namun, aku sama sekali tidak memikirkan maksud Tuhan. Ketika melihat kehidupan bergereja tidak efektif, aku sangat senang, dan bahkan berharap situasi itu akan berlanjut. Bagaimana aku bisa begitu hina dan kejam? Iblis si setan berharap pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia gagal, dan pekerjaan rumah Tuhan tertunda. Iblis berharap saudara-saudari kehilangan keselamatan Tuhan, dan pada akhirnya masuk neraka bersamanya dan dimusnahkan. Bukankah fakta bahwa aku bisa berpikir dan bertindak seperti itu hari ini berarti aku sama dengan Iblis si setan dalam mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja? Watak benar Tuhan tidak menoleransi pelanggaran dan jika aku terus berada di jalan itu dan tidak mau bertobat, aku pasti akan melakukan kejahatan yang jauh lebih jahat, menyinggung watak Tuhan, dibenci dan ditolak, serta disingkirkan oleh-Nya. Saat itulah aku benar-benar memahami dalam hatiku bahwa mengejar reputasi dan status bukanlah jalan yang baik. Aku teringat apa yang firman Tuhan katakan: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Sebelumnya, aku tidak menganggap serius pengejaranku akan reputasi dan status. Aku selalu merasa aku hanya ingin orang lain mengagumiku, dan tidak akan pernah merugikan saudara-saudari atau membahayakan kepentingan gereja. Namun pada saat itu, penyingkapan firman Tuhan dan fakta telah memperlihatkan bahwa segala sesuatu tidaklah sesederhana seperti yang kukira. Reputasi dan status adalah alat yang Iblis gunakan untuk menyakiti dan merugikan manusia, adalah belenggu yang Iblis kenakan yang mengendalikanku agar aku selalu memberontak dan menentang Tuhan setiap waktu. Jika aku tidak mengejar kebenaran dan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, tetapi terus mengejar hal-hal itu, aku pasti hancur. Sejak zaman dahulu, pengejaran akan status dan kekuasaan telah membuat teman baik menjadi musuh, dan kerabat dekat menjadi penuh perhitungan dan kejam satu sama lain. Aku memperlakukan Xiang Zhen dengan cara yang sama. Untuk melindungi reputasi dan statusku, aku tidak pernah bisa menoleransinya. Aku bersaing dengannya secara terbuka dan diam-diam, dan ketika aku tidak mampu mengunggulinya, aku ingin membentuk kelompok tertutup di belakangnya untuk mengkritiknya. Ketika kulihat kehidupan bergereja menghasilkan hasil yang buruk, aku tidak berusaha menjaganya. Aku mengambil pandangan yang berbeda, ingin melihat Xiang Zhen gagal sehingga aku dapat menertawakannya. Aku bahkan rela melihat pekerjaan gereja menderita demi memuaskan keinginanku akan status. Aku sadar bahwa menempuh jalan mengejar reputasi dan status artinya menentang Tuhan. Aku merasa takut dan tahu bahwa jika aku tidak bertobat dan terus mengejar reputasi dan status, mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, aku bisa menjadi antikristus dan diusir dari gereja, kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan setelah menyadari hal itu. Walau tidak mau, aku selalu mengejar reputasi dan status. Saat itu Tuhan mengatur situasi nyata agar aku dapat melihat keburukan dari persainganku untuk mengejar hal-hal itu, dan akhirnya dari pengalaman pribadi, aku mengerti tentang penderitaan karena konsekuensi berbahaya dari mengejar reputasi dan status. Melalui penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, aku juga menyadari bahwa watak benar-Nya tidak menoleransi pelanggaran, dan di dalam hatiku, aku ingin melepaskan diri dari belenggu reputasi dan status. Aku ingin bertobat dan berubah. Sebelumnya, aku selalu merasa negatif dan lemah karena kupikir keinginanku akan reputasi dan status terlalu parah untuk berubah, dan aku tidak memiliki keyakinan untuk mengejar kebenaran. Pada saat itu, aku mengerti bahwa meskipun aku rusak, asalkan aku mau mengejar kebenaran dan berubah, Tuhan akan membimbingku untuk memahami kebenaran, melepaskan belenggu reputasi dan status, dan memulai jalan menuju keselamatan.

Kemudian, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Jangan selalu berpikir untuk melampaui semua orang, melakukan segalanya dengan lebih baik daripada orang lain, dan menonjol dalam segala hal. Watak macam apa itu? (Watak yang congkak.) Orang selalu memiliki watak yang congkak, dan sekalipun mereka ingin berjuang untuk kebenaran dan memuaskan Tuhan, mereka gagal. Dikendalikan oleh watak congkak membuat orang sangat cenderung untuk tersesat. Sebagai contoh, ada orang-orang yang selalu ingin pamer dengan mengungkapkan niat baik mereka menggantikan tuntutan Tuhan. Akankah Tuhan menyetujui ungkapan niat baik semacam itu? Untuk dapat memikirkan maksud Tuhan, engkau harus mengikuti tuntutan Tuhan, dan untuk dapat melaksanakan tugasmu, engkau harus tunduk kepada pengaturan Tuhan. Orang yang mengungkapkan niat baik tidak memikirkan maksud Tuhan, melainkan selalu berusaha memainkan tipu muslihat baru mereka dan mengucapkan perkataan yang muluk-muluk. Tuhan tidak memintamu untuk memperhatikan dengan cara ini. Beberapa orang mengatakan bahwa ini adalah karena mereka bersikap kompetitif. Pada dasarnya, bersikap kompetitif adalah sesuatu yang negatif. Ini adalah penyingkapan—perwujudan—watak congkak Iblis. Jika engkau memiliki watak seperti itu, engkau akan selalu berusaha mengalahkan orang lain, selalu berusaha mengungguli mereka, selalu berebut, selalu berusaha mengambil dari orang lain. Engkau sangat iri hati, engkau tidak mengalah kepada siapa pun, dan selalu berusaha menonjolkan dirimu sendiri. Ini adalah masalah; seperti inilah cara Iblis bertindak. Jika engkau benar-benar ingin menjadi makhluk ciptaan, jangan mengejar impianmu sendiri. Berusaha menjadi lebih unggul dan lebih mampu daripada dirimu yang sebenarnya demi mencapai tujuanmu adalah hal yang buruk. Engkau harus belajar untuk tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, dan engkau harus berdiri teguh di tempat yang seharusnya ditempati oleh seorang manusia; hanya inilah yang menunjukkan nalar" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). "Apa prinsip-prinsipmu dalam berperilaku? Engkau harus berperilaku sesuai dengan posisimu, menemukan tempatmu yang tepat dan melaksanakan tugas yang seharusnya kaulaksanakan; hanya orang seperti inilah yang bernalar. Sebagai contoh, jika orang mahir dalam keterampilan profesional tertentu dan memahami prinsip-prinsipnya, mereka harus memikul tanggung jawab dan melakukan pemeriksaan akhir di area tersebut; jika orang mampu memberikan gagasan dan wawasan, menginspirasi orang lain dan membantu mereka untuk melaksanakan tugas mereka dengan lebih baik—itu berarti mereka harus menyampaikan ide-ide mereka. Jika engkau mampu menemukan tempatmu yang tepat dan bekerja secara harmonis dengan saudara-saudarimu, engkau akan mampu melaksanakan tugasmu dan engkau akan berperilaku sesuai dengan posisimu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Dari firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Tuhan menganugerahkan karunia dan kualitas yang berbeda kepada setiap orang. Dia berharap kita akan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Nya, dan menggunakan keterampilan kita secara maksimal sesuai kedudukan kita. Xiang Zhen memiliki kualitas yang lebih baik daripadaku, dan mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata. Pekerjaan gereja mendapatkan manfaat karena memiliki dia sebagai pemimpin tim, dan itu adalah hal yang baik. Aku belum masuk ke dalam kehidupan terlalu dalam, jadi aku harus bekerja keras untuk meningkat, dan berupaya sebaik mungkin untuk melaksanakan tugasku dengan baik. Itulah perasaan yang harus kumiliki. Aku selalu takut orang akan berkata bahwa aku tidak cakap dan berkualitas rendah. Ini karena naturku terlalu congkak dan aku tidak mengenal diriku sendiri, atau mengambil posisi yang benar. Xiang Zhen berfokus pada masuk ke dalam kehidupan dan memiliki kasih bagi saudara-saudari kami. Ketika dia melihat masalahku, dia mampu memberiku nasihat dan membantuku. Aku seharusnya menghargai kesempatan untuk bekerja bersamanya, belajar dari kelebihannya, dan berfokus pada jalan masuk ke dalam kehidupanku sendiri di lingkungan yang Tuhan sediakan. Melakukan penerapan dengan cara seperti itu akan bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanku. Dengan pola pikir seperti itu, aku merasakan kebebasan. Setelah itu, aku tidak lagi iri terhadap Xiang Zhen. Dalam pertemuan, aku dapat secara aktif bersekutu dan bekerja sama dengannya, mempersekutukan apa yang kupahami, dan berusaha sekuat tenaga untuk membantu saudara-saudari. Setelah melakukan penerapan dengan cara itu, aku merasakan kedamaian dan ketenangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Melewati pengalaman itu membantu memberiku pemahaman yang lebih baik tentang naturku yang rusak. Aku menyadari bahwa aku telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis sehingga aku akan melakukan apa pun demi melindungi reputasi dan statusku, dan benar-benar jahat. Ketika aku mengejar status dan iri dengan kemampuan orang lain, itu sangat menyakitkan. Penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan-lah yang membuatku melihat dengan jelas esensi dari mengejar reputasi dan status, melepaskanku dari belenggu iri hati agar aku dapat hidup lebih tenang dan bebas. Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Iman: Sumber Kekuatan

Oleh Saudara Randy, MyanmarPada bulan Agustus 2020, aku menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman secara online....

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh