Renungan Tentang Tak Segera Memberhentikan Pemimpin Palsu

03 April 2023

Oleh Saudari Cathy, Myanmar

Pada Agustus 2021, aku dipilih sebagai diaken penyiraman. Saat itu, aku bertugas menyirami orang-orang percaya baru dan menginjil. Karena pengalaman penginjilanku kurang, hasil penginjilanku tak baik. Suatu hari, pemimpin mengatur agar Saudari Janine berpartner denganku untuk menindaklanjuti penginjilan. Saudari Janine segera memahami masalah yang dihadapi semua orang dalam penginjilan, mengumpulkan saudara-saudari untuk bersekutu dan meninjau bersama, lalu membagikan beberapa pengalaman dan pendekatan yang sukses. Perlahan, mereka makin antusias melaksanakan penginjilan dan mereka menguasai beberapa prinsip pekerjaan. Dalam waktu singkat, 20 orang lebih di desa kami telah menerima pekerjaan akhir zaman Tuhan Yang Mahakuasa, dan makin banyak orang yang menerimanya di tempat lain. Kami pun segera mendirikan gereja baru. Aku berpikir, Janine telah beriman sejak lama, berkualitas baik, dan cakap dalam bekerja. Sejak dia datang, hasil penginjilan perlahan membaik. Aku sangat mengaguminya. Aku merasa dia pekerja yang cakap dan dia mengejar kebenaran. Dia punya kesan baik terhadapku. Dia bilang aku bertanggung jawab dan memikul beban, dan memuji kualitas dan kecakapanku saat berhadapan dengan orang lain. Aku sangat terkejut mendengar ucapannya. Rupanya dia mengagumiku, dan tampaknya aku punya tempat tersendiri di hatinya. Aku sangat bahagia. Setelahnya, aku dipilih menjadi pemimpin, dan aku masih berpartner dengan Janine alam bertugas.

Pada Juni 2022, aku menjadi pengkhotbah, Janine dipilih untuk menjadi pemimpin, dan aku mengambil alih pekerjaannya. Namun, penginjilan Janine tak mengalami kemajuan dan aku tak tahu penyebabnya. Dia tak fokus mendidik para petobat baru, tak berkumpul dengan para penginjil, dan tak bersekutu atau menyelesaikan keadaan atau kesulitan yang dialami anggota lain. Aku sangat khawatir melihat semua masalah itu dan mengiriminya pesan untuk menanyakan pekerjaannya, dan meski sudah membacanya, dia tak membalas pesanku. Aku berpikir, "Kau pemimpin, bagaimana bisa kau tak bertanggung jawab atas pekerjaan gereja?" Aku murka. Aku sangat ingin memangkasnya dan menyingkapkan semua masalahnya, tapi aku ingat kolaborasi kami yang sangat baik di masa lalu, kesan baik yang dia miliki terhadapku, dan pujiannya soal kepemimpinanku. Jika aku memangkasnya, akankah kesan baiknya terhadapku sirna? Aku merasa sebaiknya aku diam demi melindungi hubungan kami. Karena pemikiran itu, aku memilih diam. Aku hanya mengirimkan dokumen berisi tanggung jawab pemimpin dan pekerja untuk dibaca dan memberitahunya tentang lingkup tanggung jawabnya serta pekerjaan yang harus dilakukan agar dia merasa memiliki beban. Aku merasa telah menjelaskan, jadi seharusnya dia tahu langkah selanjutnya, dan seharusnya penginjilannya perlahan akan membaik. Namun, setelah beberapa saat, pekerjaannya masih belum menunjukkan peningkatan. Ini membuatku sangat kesal. Sebelumnya dia tak seperti ini, kenapa sekarang dia begini? Aku sungguh ingin memangkasnya, menyampaikan bahwa dia tak bertanggung jawab terhadap tugas dan tak bekerja nyata agar dia segera memperbaiki sikapnya saat bertugas. Namun, aku lantas berpikir, "Dia selalu menganggapku pemimpin yang baik dan dia sering memuji kemampuanku memikul beban pekerjaan gereja, kesabaran, dan kasih sayangku. Jika aku menyingkapkan masalahnya, maka kesan baiknya terhadapku akan sirna." Karena pemikiran itu, aku hanya menyampaikan kata-kata menenangkan kepadanya dan mendukungnya agar bisa menyisihkan waktu untuk pertemuan dan menindaklanjuti pekerjaan gereja. Saat Janine mendengarnya, dia bilang bahwa dia harus memperbaiki sikapnya terhadap tugas dan mengungkapkan bahwa dia ingin memperbaiki kinerjanya nanti. Dalam keadaan gembira, aku berpikir, "Janine pasti bisa melakukan tugasnya dengan baik kali ini. Di bawah kepemimpinannya, hasil kerja para penginjil pasti akan membaik." Tak lama berselang, saudari yang menjadi rekan kerjaku memberitahuku, "Sebagai pemimpin, Janine tak menindaklanjuti pekerjaan atau membina orang. Dia hanya berstatus pemimpin, tapi tak pernah bekerja nyata. Dia pemimpin palsu. Kusarankan agar dia diberhentikan dan pilihlah pemimpin baru. Dengan demikian, pekerjaan gereja dapat membaik." Saudari lain menyampaikan kepadaku bahwa pekerjaan gereja tertunda karena Janine tak bekerja nyata, dan menyarankan agar dia segera diberhentikan. Namun, aku masih menganggap Janine cakap dan berkualitas baik, dan saat itu dia sedang melalui masa sulit karena siksaan dari keluarganya, dan jika dia mengubah keadaannya, maka hasil penginjilan akan membaik. Jadi, aku menunda pemberhentiannya. Setelah itu, kinerja Janine terus menurun dan anggota lain terus melapor bahwa dia masih sama seperti sebelumnya, bermulut manis, tapi tak bekerja. Laporan dari saudara-saudari membuatku sangat sedih dan aku merasa tak dapat memahami Janine dengan jelas. Aku berdoa memohon bimbingan Tuhan untuk belajar membedakan.

Kemudian, aku membaca beberapa firman Tuhan ini: "Bagaimana seharusnya orang menilai apakah seorang pemimpin sedang memenuhi tanggung jawab pemimpin dan pekerja atau tidak, atau apakah mereka adalah pemimpin palsu atau bukan? Pada tingkat paling mendasar, orang harus melihat apakah mereka mampu melakukan pekerjaan nyata atau tidak, apakah mereka memiliki kualitas ini atau tidak. Kemudian, orang harus melihat apakah mereka terbeban untuk melakukan pekerjaan ini dengan baik. Abaikan betapa baiknya hal-hal yang mereka katakan dan seberapa besar mereka tampaknya memahami doktrin-doktrin, serta abaikan betapa berbakat dan berkarunianya mereka ketika menangani masalah-masalah eksternal karena hal-hal ini tidaklah penting. Yang paling penting adalah lihatlah apakah mereka mampu melaksanakan poin-poin pekerjaan gereja yang paling mendasar dengan benar, apakah mereka mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran, dan apakah mereka mampu memimpin orang ke dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Ini adalah pekerjaan yang paling mendasar dan esensial. Jika mereka tak mampu melakukan poin-poin pekerjaan nyata ini, maka sebagus apa pun kualitas mereka, betapapun berbakatnya mereka, atau seberapa banyak mereka mampu menanggung kesukaran dan membayar harga, mereka tetaplah pemimpin palsu. Sebagian orang berkata, 'Sekarang ini, lupakan bahwa mereka tidak melakukan pekerjaan nyata. Mereka memiliki kualitas yang baik dan mereka cakap. Jika mereka berlatih selama beberapa waktu, mereka pasti akan mampu melakukan pekerjaan nyata. Selain itu, mereka tidak melakukan hal yang buruk dan mereka tidak melakukan kejahatan atau menyebabkan gangguan atau kekacauan—bagaimana Engkau bisa menganggap mereka pemimpin palsu?' Bagaimana kita dapat menjelaskan pertanyaan ini? Tidak menjadi masalah seberapa berbakatnya engkau, seberapa tingkat kualitas dan pendidikan yang kaumiliki, seberapa banyaknya slogan yang mampu kauteriakkan, atau seberapa banyak kata-kata dan doktrin yang kaupahami; sesibuk apa pun engkau atau selelah apa pun engkau dalam sehari, atau sejauh apa pun engkau telah bepergian, sebanyak apa pun gereja yang kaukunjungi, atau sebanyak apa pun risiko yang kauambil dan penderitaan yang kautanggung, tak ada satu pun dari hal-hal ini yang penting. Yang penting adalah apakah engkau melakukan pekerjaanmu berdasarkan pengaturan kerja, apakah engkau menerapkan pengaturan tersebut secara akurat; apakah, selama kepemimpinanmu, engkau berpartisipasi dalam setiap pekerjaan spesifik yang menjadi tanggung jawabmu, dan berapa banyak masalah nyata yang benar-benar telah kauselesaikan; berapa banyak orang yang sudah mulai memahami prinsip-prinsip kebenaran karena kepemimpinan dan bimbinganmu, serta berapa banyak pekerjaan gereja yang telah maju dan berkembang. Yang penting adalah apakah engkau telah mencapai hasil-hasil ini atau tidak. Pekerjaan spesifik apa pun yang kaulakukan, yang penting adalah apakah engkau secara konsisten menindaklanjuti dan mengarahkan pekerjaan tersebut daripada bersikap angkuh dan berkuasa serta mengeluarkan perintah. Selain itu, yang juga penting adalah apakah engkau memiliki jalan masuk kehidupan saat melaksanakan tugasmu, apakah engkau dapat menangani masalah berdasarkan prinsip, apakah engkau memiliki kesaksian tentang menerapkan kebenaran, dan apakah engkau dapat menangani serta menyelesaikan masalah-masalah nyata yang dihadapi oleh umat pilihan Tuhan. Semua hal ini dan hal-hal serupa lainnya adalah kriteria untuk menilai apakah pemimpin atau pekerja telah memenuhi tanggung jawab mereka atau tidak" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (9)"). Firman Tuhan menyadarkanku bahwa aku tidak dapat menilai apakah seorang pemimpin itu kompeten atau palsu berdasarkan kecakapannya saat bicara, atau dengan menguji kualitas, kemampuan, atau jumlah perilaku baiknya. Hal-hal utama yang perlu diperiksa adalah kemampuan mereka bekerja nyata, tanggung jawab, dan kesanggupannya mengemban tugas seorang pemimpin. Janine memiliki beberapa kualitas baik dan merupakan pekerja yang cakap, tapi dia hanya bermulut manis dan tak benar-benar bertindak atau melakukan pekerjaan nyata. Dia tak melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin. Tampaknya dia tak melakukan perbuatan buruk atau jahat, tapi sebagai pemimpin, dia hanya mengirimkan pesan dan menyerukan slogan. Dia tak pernah menelaah atau menindaklanjuti pekerjaan gereja. Dia tak membina para petobat baru yang baru memulai tugasnya. Saat anggota lain memiliki kesulitan dan masalah dalam penginjilan, dia tak bersekutu untuk menyelesaikannya, dan dia sering melalaikan tugasnya. Sepanjang periode itu aku sering mengingatkannya untuk memperbaiki sikapnya terhadap tugas, dan meski dia setuju untuk berubah, nyatanya dia tetap seperti sebelumnya. Penginjilan perlahan terhenti dan proyek lainnya tak membuahkan hasil. Janine tak merenung, tetapi menghindari saudara-saudari dengan berbagai alasan. Berdasarkan sikapnya terhadap tugas dan berbagai perilaku lainnya, dia adalah pemimpin palsu yang tak bekerja nyata, seperti yang disingkapkan Tuhan, dan harus diberhentikan lebih awal. Namun, aku tak bisa melihat atau membedakan orang berdasarkan firman Tuhan. Aku hanya fokus pada kepintaran, kualitas, dan kemampuan Janine. Aku merasa dia bisa bekerja, tapi aku tak melihat apakah dia melakukan pekerjaan nyata atau hasil pekerjaannya. Aku masih menaruh harapan padanya. Kuharap dia bisa memperbaiki pekerjaan gereja seperti sebelumnya, jadi aku terus memberinya kesempatan. Aku sangat bebal! Saudari rekan kerjaku telah melaporkan situasi Janine dan menyarankan agar dia diberhentikan, tapi aku mempertahankan pandanganku, ingin memberinya kesempatan dan mendukungnya lebih lama, jadi aku tak segera memberhentikannya, dan akhirnya berdampak serius pada pekerjaan gereja. Aku lihat aku belum melakukan pengawasan yang baik dalam tugas, yang berdampak pada pekerjaan gereja. Bukankah itu juga perilaku seorang pemimpin palsu? Aku berdoa memohon bimbingan Tuhan agar aku bisa mengetahui kerusakanku.

Suatu hari, aku membaca beberapa firman Tuhan ini: "Ketika seorang pemimpin gereja melihat saudara-saudari melaksanakan tugas mereka dengan bersikap asal-asalan, dia mungkin tidak menegur mereka, padahal seharusnya dia melakukannya. Ketika dia dengan jelas melihat bahwa kepentingan rumah Tuhan sedang dirugikan, dia tidak peduli akan hal ini atau mengajukan pertanyaan apa pun, dan tidak sedikit pun menyinggung orang lain. Sebenarnya, dia tidak benar-benar menunjukkan kepedulian pada kelemahan orang lain; sebaliknya, niat dan tujuannya adalah untuk memenangkan hati orang. Dia sepenuhnya menyadari bahwa, 'Asalkan aku melakukan hal ini dan tidak menyinggung siapa pun, mereka akan menganggapku pemimpin yang baik. Mereka akan berpendapat baik dan tinggi tentangku. Mereka akan menerimaku dan menyukaiku.' Dia tidak peduli seberapa besar kerusakan yang terjadi pada kepentingan rumah Tuhan, atau seberapa besar kerugian yang ditimbulkan pada jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, atau seberapa besar itu telah mengganggu kehidupan bergereja, dia hanya bertahan dalam falsafah Iblisnya dan tidak mau menyinggung siapa pun. Di dalam hatinya, dia tidak pernah menyalahkan dirinya sendiri. Ketika dia melihat ada seseorang yang menyebabkan kekacauan dan gangguan, paling-paling dia berbicara sedikit tentang hal itu dengannya, meremehkan masalahnya, dan menganggapnya sudah selesai. Dia tidak akan mempersekutukan kebenaran, atau menunjukkan esensi masalahnya kepada orang itu, apalagi menelaah keadaan orang itu, dan dia tidak akan pernah mempersekutukan maksud-maksud Tuhan. Pemimpin palsu tidak pernah menyingkapkan atau menelaah kesalahan yang sering orang lakukan, atau watak rusak yang sering orang perlihatkan. Mereka tidak membereskan masalah nyata apa pun, sebaliknya mereka malah selalu membiarkan penerapan keliru dan perwujudan kerusakan, dan betapa pun negatif dan lemahnya orang-orang, mereka tidak menganggapnya serius. Mereka hanya mengkhotbahkan beberapa kata dan doktrin, serta mengatakan beberapa perkataan nasihat untuk menangani keadaan dengan cara yang asal-asalan, berusaha menjaga keharmonisan. Akibatnya, umat pilihan Tuhan tidak tahu bagaimana merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, tidak ada penyelesaian untuk watak rusak apa pun yang mereka perlihatkan, dan mereka hidup di tengah kata-kata dan doktrin, gagasan dan imajinasi, tanpa jalan masuk kehidupan. Mereka bahkan yakin di dalam hatinya, 'Pemimpin kita bahkan lebih memahami kelemahan kita daripada Tuhan. Tingkat pertumbuhan kita terlalu kecil untuk dapat memenuhi tuntutan Tuhan. Kita hanya perlu memenuhi tuntutan pemimpin kita; dengan tunduk kepada pemimpin kita, berarti kita sedang tunduk kepada Tuhan. Jika suatu hari nanti Yang di Atas memberhentikan pemimpin kita, kita akan menyuarakan isi hati kita; untuk mempertahankan pemimpin kita dan mencegahnya diberhentikan, kita akan bernegosiasi dengan Yang di Atas dan memaksa mereka untuk menyetujui tuntutan kita. Inilah cara kita melakukan hal yang benar untuk pemimpin kita.' Ketika orang-orang memiliki pemikiran seperti ini di dalam hati mereka, ketika mereka telah menjalin hubungan seperti ini dengan pemimpin mereka, dan ketergantungan, rasa iri, dan pemujaan semacam ini telah muncul di hati mereka terhadap pemimpin mereka, itu berarti mereka jauh lebih percaya kepada pemimpin ini, dan selalu ingin mendengarkan perkataan pemimpin itu, bukannya mencari kebenaran di dalam firman Tuhan. Pemimpin seperti itu telah hampir mengambil tempat Tuhan di hati orang-orang. Jika seorang pemimpin bersedia mempertahankan hubungan semacam itu dengan umat pilihan Tuhan, jika dia merasakan kenikmatan dari hal ini di dalam hatinya, dan yakin bahwa umat pilihan Tuhan seharusnya memperlakukannya seperti ini, maka pemimpin ini tidak ada bedanya dengan Paulus, dia telah menginjakkan kakinya di jalan antikristus, dan umat pilihan Tuhan telah disesatkan oleh antikristus ini, dan sepenuhnya tidak memiliki pemahaman" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Satu: Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang"). Firman Tuhan menyingkapkan niat tercelaku saat bertugas. Aku melihat Janine tak bekerja nyata, tapi aku tak menyingkap atau menelaah masalahnya, atau segera memberhentikannya. Aku terus memanjakan dan memberinya kesempatan bertobat. Namun, ini bukan karena aku peduli terhadap kelemahannya atau ingin membantu dan mendukungnya, niatku yang sebenarnya adalah menjaga agar Janine tetap menganggapku sebagai pemimpin yang baik dan untuk dihormati olehnya. Kami sudah pernah berpartner dalam tugas dan dia selalu punya kesan baik terhadapku. Dia sering memujiku sebagai orang yang bertanggung jawab atas pekerjaan gereja, dan pemimpin yang baik di depan orang lain. Jika aku menyingkap dan menyebutkan masalahnya lalu memangkasnya, maka hubungan kami akan rusak dan kesan baiknya terhadapku akan sirna. Demi mempertahankan kesan baik Janine terhadapku sebagai pemimpin, aku tak menyingkapkan masalahnya, tak memangkasnya, atau menelaah tindakan serta tabiatnya, yang akan membuatnya menyadari masalahnya dan membuatnya segera memperbaiki diri. Aku hanya menyampaikan kata-kata menenangkan dan nasihat, mendukungnya untuk menghadiri pertemuan lain dan menindaklanjuti pekerjaan, dan menghindari beberapa hal. Saudari yang menjadi rekan kerjaku sudah beberapa kali memintaku memberhentikan Janine sesuai dengan prinsip, tapi aku khawatir akan menyinggungnya jika melakukan hal ini, dan dia tak akan lagi punya kesan bagus terhadapku, jadi aku menunda pemberhentiannya. Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus bekerja dan bicara demi nama dan status mereka, jadi saat melihat orang lain melanggar prinsip saat bertugas, mereka tak menunjukkannya kepada mereka atau memangkas mereka. Tujuan mereka adalah mengambil hati orang-orang, memperoleh rasa hormat, dan membuat orang-orang segan kepada mereka. Aku pun seperti itu. Demi melindungi kesan orang lain terhadapku, aku mengabaikan pekerjaan gereja, dan saat menemukan pemimpin palsu yang tak bekerja nyata, aku tak menyingkap, memangkas, atau memberhentikannya. Semua itu kulakukan agar posisiku di hati orang-orang tak tergeser dan agar dianggap sebagai orang yang penyayang, penyabar, dan pemimpin yang baik. Caraku melaksanakan tugas tak membantu atau memperbaiki akhlak saudara-saudariku, dan mereka tak akan memahami kebenaran atau menghadap Tuhan. Sebagai gantinya, mereka akan mengagumi dan memujaku. Dengan demikian, aku menyesatkan orang dan memengaruhi mereka, hidup selayaknya seorang antikristus. Aku memikirkan antikristus di dalam gereja yang disingkapkan dan disingkirkan satu per satu. Jika terus begini tanpa niat bertobat atau berubah, aku akan diusir dan disingkirkan seperti mereka. Dengan pemahaman ini, aku berdoa, memohon bimbingan Tuhan agar aku dapat merenungkan diriku sendiri.

Setelah itu, aku membaca kutipan firman Tuhan: "Ketika sesuatu menimpamu, engkau hidup berdasarkan falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain, dan tidak menerapkan kebenaran. Engkau selalu takut menyinggung orang lain, tetapi tidak takut menyinggung Tuhan, dan bahkan akan mengorbankan kepentingan rumah Tuhan untuk melindungi hubungan antarpribadimu. Apa akibatnya jika engkau bertindak dengan cara seperti ini? Engkau sudah melindungi hubungan antarpribadimu dengan cukup baik, tetapi engkau telah menyinggung Tuhan, dan Dia akan membenci dan menolakmu, dan akan marah terhadapmu. Jika dibandingkan, mana yang lebih baik? Jika engkau tak tahu jawabannya, itu artinya engkau benar-benar bingung; itu membuktikan bahwa engkau tidak sedikit pun memahami kebenaran. Jika engkau terus seperti itu tanpa pernah menyadarinya, itu akan sangat berbahaya, dan jika engkau tak mampu memperoleh kebenaran, pada akhirnya, engkaulah yang akan mengalami kerugian. Jika engkau tidak mencari kebenaran dalam masalah ini, dan engkau gagal, dapatkah engkau kelak mencari kebenaran? Jika engkau tetap tidak dapat mencari kebenaran, itu bukan lagi masalah mengalami kerugian—engkau pada akhirnya akan disingkirkan. Jika engkau memiliki motivasi dan sudut pandang penyenang orang, engkau tidak akan mampu menerapkan kebenaran dan mematuhi prinsip dalam segala hal, dan engkau akan selalu gagal dan jatuh. Jika engkau tidak sadar dan tidak pernah mencari kebenaran, berarti engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya, dan engkau tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup. Lalu, apa yang harus kaulakukan? Ketika menghadapi hal-hal semacam itu, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan berseru kepada-Nya, memohon keselamatan, dan memohon agar Tuhan memberimu lebih banyak iman dan kekuatan dan memampukanmu untuk mematuhi prinsip, melakukan apa yang harus kaulakukan, menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, tetap teguh pada pendirianmu, melindungi kepentingan rumah Tuhan, dan mencegah kerugian apa pun terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan. Jika engkau mampu memberontak terhadap kepentingan diri sendiri, kesombonganmu, dan pendirianmu tentang penyenang orang, dan jika engkau melakukan apa yang harus kaulakukan dengan hati yang jujur dan seutuhnya, engkau akan mengalahkan Iblis dan memperoleh aspek kebenaran ini. Jika engkau selalu bersikeras untuk hidup berdasarkan falsafah Iblis, melindungi hubunganmu dengan orang lain, tidak pernah menerapkan kebenaran, dan tidak berani mematuhi prinsip, lalu, akan mampukah engkau menerapkan kebenaran dalam hal-hal lain? Engkau tetap tidak akan memiliki iman atau kekuatan. Jika engkau tak pernah mampu mencari atau menerima kebenaran, apakah percaya kepada Tuhan seperti itu akan memungkinkanmu memperoleh kebenaran? (Tidak.) Dan jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, dapatkah engkau diselamatkan? Tidak. Jika engkau selalu hidup berdasarkan falsafah Iblis, sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, engkau tidak akan pernah dapat diselamatkan. Seharusnya engkau mengerti dengan jelas bahwa memperoleh kebenaran adalah syarat yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Jadi, bagaimana agar engkau dapat memperoleh kebenaran? Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, jika engkau mampu hidup berdasarkan kebenaran, dan kebenaran menjadi dasar hidupmu, maka engkau akan memperoleh kebenaran dan memiliki hidup, dan karena itu engkau akan menjadi salah satu dari mereka yang diselamatkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Berkat firman Tuhan aku paham bahwa alasanku selalu menjaga status, citra, dan hubungan, hingga mengabaikan pekerjaan gereja adalah karena aku terlalu terpengaruh oleh falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain oleh penyenang orang. Aku dipengaruhi oleh falsafah Iblis seperti "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain", dan "Jagalah hubungan baik dengan orang-orang yang tak bisa dihindari". Kupikir agar orang lain menyukai dan mengagumimu, kau harus bersikap lembut dan baik, dan kau tak boleh membentak orang, lalu saat melihat masalah orang lain, tak apa-apa jika kau menghindarinya, kau juga tak boleh bersikap keras, dan dengan demikian, semua orang akan menyukaimu. Aku hidup berdasarkan pemikiran untuk menyenangkan manusia ini dan saat melihat Janine tak bekerja nyata, aku tak menyingkapkan, memangkas, atau memberhentikannya. Aku memilih melindungi status dan citraku, tapi karena aku tak menyingkapkan masalah Janine atau bergegas memberhentikannya, pekerjaan gereja tertunda. Aku mengutamakan reputasi, status, dan hubungan daripada tugasku dan demi melindungi citra dan statusku, aku sama sekali tak mempertimbangkan pekerjaan gereja. Aku sangat egois dan tercela. Hidup dengan pemikiran penyenang orang seperti ini membuatku makin licin dan licik, serta tak ada keserupaan dengan manusia. Firman Tuhan katakan: "Orang yang suka mengambil jalan tengah adalah orang yang paling berbahaya dari semuanya. Mereka tidak menyinggung siapa pun, mereka halus dan licik, mereka pandai berpura-pura sependapat dalam segala situasi, dan tidak seorang pun yang bisa melihat kesalahan mereka. Mereka seperti Iblis yang sesungguhnya!" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menerapkan Kebenaran Engkau Dapat Melepaskan Belenggu Watak yang Rusak"). Tuhan membenci dan menolak para penyenang orang. Orang tak pernah bisa mendapatkan kebenaran atau diselamatkan dengan hidup berdasarkan pemikiran penyenang orang. Aku sedikit takut saat menyadarinya. Aku sadar telah melanggar di hadapan Tuhan dan jika aku tak memperbaiki keadaan ini dan sungguh bertobat, pada akhirnya aku akan ditinggalkan dan disingkirkan oleh-Nya. Firman Tuhan juga menyebutkan jalan penerapan kepadaku, yaitu saat aku ingin melindungi nama dan status, sebaiknya aku lebih sering berdoa memohon Tuhan memberiku kekuatan, sehingga aku dapat menerapkan kebenaran, bertindak sesuai prinsip serta belajar bertugas dengan hati yang jujur. Ini tak hanya menguntungkan jalan masuk kehidupan saudara-saudari, tapi juga pekerjaan gereja. Aku berdoa kepada Tuhan bahwa aku akan menerapkan kebenaran, bertindak sesuai prinsip, dan melindungi kepentingan gereja.

Setelah itu aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Terus mengikuti perkembangan keadaan para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, dan dengan segera memindahtugaskan atau memberhentikan mereka bila diperlukan, untuk mencegah atau mengurangi kerugian karena menggunakan orang-orang yang tidak tepat, dan menjamin efisiensi serta kelancaran kemajuan pekerjaan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (1)"). "Para pemimpin dan pekerja harus memiliki pemahaman yang jelas tentang para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting. Merupakan lingkup tanggung jawab para pemimpin dan pekerja untuk memahami situasi para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting. Jadi, siapa sajakah personel ini? Yang terutama, ada para pemimpin gereja, lalu para pengawas tim dan para pemimpin berbagai kelompok. Bukankah krusial dan sangat penting untuk memahami dan mengerti situasi, seperti apakah para pengawas berbagai pekerjaan dan para personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting memiliki kenyataan kebenaran, berprinsip dalam tindakan mereka, dan mampu melakukan pekerjaan gereja dengan baik? Jika para pemimpin dan pekerja benar-benar memahami situasi para pengawas utama dari berbagai pekerjaan, dan membuat penyesuaian personel yang sesuai, itu sama saja dengan mereka melakukan pemeriksaan yang tepat untuk setiap jenis pekerjaan, dan itu sama saja dengan mereka memenuhi tanggung jawab dan tugas mereka. Jika penyesuaian yang benar tidak dilakukan terhadap para personel ini dan timbul suatu masalah, pekerjaan gereja akan sangat terpengaruh. Jika para personel ini memiliki kemanusiaan yang baik, memiliki landasan dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, bertanggung jawab dalam menangani masalah, dan mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, maka memberi mereka tanggung jawab untuk menangani pekerjaan akan mengurangi banyak masalah, dan yang terpenting, itu akan memungkinkan pekerjaan berjalan dengan lancar. Namun, jika para pengawas dari berbagai tim tidak dapat diandalkan, memiliki kemanusiaan yang buruk, tidak berperilaku dengan baik, dan tidak menerapkan kebenaran, dan, terlebih lagi, cenderung menyebabkan beberapa kekacauan dan gangguan, ini akan memengaruhi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari yang mereka pimpin. Tentu saja, pengaruh itu bisa besar atau kecil. Jika para pengawas hanya lalai dalam tugas mereka dan tidak mengurus pekerjaan mereka dengan semestinya, ini mungkin hanya akan menyebabkan sedikit penundaan dalam pekerjaan; kemajuan akan sedikit lebih lambat, dan pekerjaan akan sedikit kurang efisien. Namun, jika mereka adalah antikristus, masalahnya akan menjadi serius: ini bukan lagi masalah pekerjaan menjadi sedikit lebih tidak efisien atau lebih tidak efektif—tetapi mereka akan mengganggu dan merusak pekerjaan gereja yang menjadi tanggung jawab mereka, yang menyebabkan kerugian yang parah. Jadi, selalu mengikuti perkembangan keadaan para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, serta melakukan pemindahtugasan dan pemberhentian secara tepat waktu setelah mengetahui bahwa ada orang tidak sedang melakukan pekerjaan nyata, semua ini bukanlah kewajiban yang boleh diabaikan oleh para pemimpin dan pekerja—ini adalah pekerjaan yang sangat serius dan sangat penting. Jika para pemimpin dan pekerja dapat dengan segera mengetahui karakter para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, dan bagaimana sikap mereka terhadap kebenaran dan tugas mereka, serta keadaan dan kinerja mereka selama setiap periode dan di setiap tahap, serta dengan segera membuat penyesuaian atau menangani orang-orang tersebut berdasarkan keadaan, maka barulah pekerjaan akan dapat berjalan dengan mantap. Sebaliknya, jika orang-orang itu merajalela melakukan hal-hal buruk dan tidak melakukan pekerjaan nyata di gereja, dan para pemimpin dan pekerja tidak mampu dengan segera mengidentifikasi hal ini dan melakukan pemindahtugasan secara tepat waktu, melainkan menunggu hingga segala macam masalah serius muncul, yang menimbulkan kerugian besar bagi pekerjaan gereja, sebelum dengan santai berusaha menanganinya, melakukan pemindahtugasan, dan memperbaiki serta menyelamatkan situasi tersebut, itu artinya para pemimpin dan pekerja itu hanyalah sampah. Mereka benar-benar adalah pemimpin palsu yang harus diberhentikan dan disingkirkan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (3)"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa seorang pemimpin berkewajiban untuk segera memeriksa status para pengawas berbagai proyek dan personel yang bertanggung jawab atas tugas-tugas penting dan segera memberhentikan atau memindahtugaskan siapa pun yang dianggap tak sesuai untuk memastikan proyek gereja berjalan dengan sukses. Saat mereka menemukan pengawas, pemimpin, atau pekerja yang tak bekerja nyata, memengaruhi dan menunda pekerjaan gereja, mereka harus segera bersekutu dengan mereka, dan jika mereka tak berubah dan bahkan tak pantas memberikan pelayanan, mereka harus segera dipindahtugaskan atau diberhentikan. Ini menguntungkan pekerjaan gereja. Pertahankan orang yang sesuai untuk tugas dan berhentikan yang tak sesuai, adakan persekutuan dan bantu mereka yang membutuhkannya, pangkas mereka yang perlu dipangkas, dan bina mereka yang mengejar kebenaran. Selama ini Janine bersikap acuh tak acuh, tak memikul beban, dan tak bertanggung jawab dalam tugas. Pemimpin telah bersekutu dengannya beberapa kali, tapi dia tak pernah berubah. Itu benar-benar berdampak pada pekerjaan gereja. Janine benar-benar pemimpin palsu yang tak bekerja nyata dan dia harus segera diberhentikan, sedangkan orang bertanggung jawab dengan kemanusiaan yang baik harus dibina. Ini akan menguntungkan pekerjaan gereja dan membuat penginjilan berjalan lancar. Dengan pemikiran ini, hatiku terasa lega dan terang, dan aku berjanji kepada Tuhan: "Saat berhadapan dengan masalah seperti ini lagi, aku akan menerapkan sesuai prinsip dan memenuhi tanggung jawabku." Aku juga memohon Tuhan untuk membimbingku dalam menerapkan kebenaran.

Setelah itu aku membahas semua masalah Janine dengannya, menyingkapkannya sebagai pemimpin palsu yang tak bekerja nyata. Aku lihat dia sangat geram, dan aku tak berani berbicara. Aku berpikir, "Jika aku menyingkapkan masalahnya lebih banyak lagi, hubungan kami akan menemui jalan buntu dan kesan baiknya terhadapku akan rusak." Kemudian aku sadar bahwa aku mengulangi kebiasaan lamaku, jadi aku pun berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku ingin menerapkan kebenaran, melaksanakan tugasku, bersekutu untuk hal-hal yang harus dipersekutukan, dan berhenti memedulikan pandangan orang lain terhadapku. Tolong beri aku kekuatan untuk mengatasi kendala watak rusakku." Setelah berdoa, aku melanjutkan persekutuanku dengan Janine, membahas semua masalahnya satu per satu dan menyingkapkan kekurangannya dalam kerja nyata. Meski saat itu dia tampak tak senang, akhirnya dia berkata bahwa tanpa pengungkapan dan kritik dariku, dia tak akan menyadari masalahnya. Dia mengakui dalamnya kerusakan dirinya dan berkata ingin berubah, dan dia akan menerima apa pun penanganan dari gereja. Aku bersyukur kepada Tuhan saat mendengar perkataannya. Dengan menerapkan firman Tuhan, hubunganku tak rusak seperti bayanganku, dan aku merasakan kedamaian dan ketenangan luar biasa. Setelah memberhentikan Janine, kami memilih saudara lain untuk mengawasi penginjilan. Dia mengemban tugas dan memimpin anggota lain menginjil dengan serius. Setelah beberapa saat, penginjilan mulai membaik.

Pengalaman ini menyadarkanku bahwa bergantung pada watak jahat untuk melakukan tugas tak hanya akan melukai dirimu, tapi juga mendampak pekerjaan gereja. Lakukanlah tugasmu sesuai firman Tuhan dan prinsip kebenaran yang sejalan dengan maksud Tuhan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Harga dari Kemunafikan

Pada bulan Juni 2021, aku terpilih menjadi pemimpin gereja. Saat itu, sejujurnya ini cukup di luar dugaan karena aku masih lumayan muda...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh