Apa yang Tersembunyi Di Balik "Citra Baik"

06 Agustus 2021

Oleh Saudari Wei Chen, Korea

Pada Desember 2019, aku bekerja sebagai diaken penginjilan di gereja. Setelah beberapa waktu, aku sadar ketika para pemimpin mengetahui masalah dalam cara saudara-saudari melakukan tugas, mereka langsung menunjukkannya, terkadang dengan nada sangat kasar. Kupikir mereka benar telah menunjukkan hal itu langsung, tetapi pendekatan mereka mempermalukan dan bisa dengan mudah menyinggung orang. Aku tak ingin seperti mereka. Hal semacam itu harus disampaikan dengan lebih bijak agar meninggalkan kesan baik pada orang lain. Dengan begitu, aku bisa memperoleh dukungan dan lebih mudah melaksanakan tugasku. Lalu pada pemilihan berikutnya, aku mungkin punya kesempatan dipilih sebagai pemimpin. Dengan pikiran seperti itu, aku sangat berhati-hati dalam berinteraksi dengan saudara-saudari. Aku berusaha menjadi sangat bijak dan tidak menyakiti perasaan siapa pun agar segalanya lebih bisa diterima.

Pada satu titik, aku menyadari bahwa Saudari Cheng memilih tugas-tugas mudah dan mengabaikan yang sulit, dan dia mundur setiap kali harus membagikan Injil kepada orang yang punya banyak gagasan atau sikap yang buruk. Setelah itu, dia tak mau memperlengkapi diri dengan kebenaran yang relevan untuk mengatasi gagasan mereka. Aku melihat bahwa dia tak punya sikap yang benar dalam tugasnya dan tak mungkin dia bisa melaksanakan tugas dengan benar jika dia seperti itu. Aku baru akan menunjukkan itu kepadanya dan berbagi persekutuan, tetapi begitu aku akan mengirim pesan kepadanya, terpikir olehku meskipun dia mundur dalam menghadapi kesulitan, secara umum dia mencapai banyak hal dalam tugasnya. Jika aku tunjukkan masalahnya, dia mungkin berkata bahwa aku terlalu menuntut, dan bisa membuatnya menentangku. Lalu, apa yang harus kulakukan jika dia tak mengikuti pengaturan tugas yang kubuat nantinya? Jika aku tak melaksanakan tugas dengan baik, bukankah para pemimpin akan berkata bahwa aku tak kompeten? Jadi, agar tidak menyinggungnya, aku tak mengatakan apa pun tentang masalahnya, melainkan hanya mengirimkan pesan penyemangat: "Beberapa orang yang kita bagikan Injil memiliki banyak gagasan, tetapi mereka adalah orang percaya sejati. Kita harus memiliki kasih dan kesabaran serta lebih banyak berdoa dan bergantung kepada Tuhan. Semakin besar kesulitan yang kita hadapi, iman kita dapat semakin disempurnakan. Kita tak boleh mundur." Saat itu dia setuju, tetapi tanpa pemahaman akan masalahnya, dia tetap menghindar dari kesulitan. Dia sama sekali tak berubah. Namun, ketika itu aku tak sadar akan masalahnya dan berpikir aku melakukannya dengan baik. Setiap kali menghadapi hal yang sama, aku atasi dengan cara itu. Aku tak pernah menangani orang atau mengungkap kerusakan atau kekurangan mereka sehingga saudara-saudari senang bekerja bersamaku dan mereka mencariku untuk bicarakan keadaan mereka. Itu memberiku kepercayaan diri lebih dalam cara pendekatanku dan aku berpikir saudara-saudari memandang tinggi diriku, bahwa semua sangat mendukungku.

Kemudian, aku menyadari bahwa Saudari Xia sangat congkak dan merasa dirinya benar. Dia keras kepala dan tak bisa bekerja dengan baik bersama yang lain, dan ini berpengaruh pada pekerjaan penginjilan kami. Aku memikirkan soal bagaimana Saudari Xia begitu congkak dan tak mau menerima saran orang lain, yang kemudian memengaruhi tugasnya. Kupikir aku harus menyampaikan hal itu padanya agar dia bisa berubah. Namun kemudian aku berpikir, jika aku menunjukkannya dan dia tak mau menerimanya dan malah merajuk, aku harus bagaimana? Pernah dalam satu pertemuan, dia memberikan penilaian yang sangat positif tentang aku sehingga aku takut jika aku menyinggungnya, itu bisa merusak citra baik yang dia punya tentang aku. Jika kesannya terhadapku berubah, itu bisa memengaruhi peluangku menjadi pemimpin. Setelah kupikir masak-masak, akhirnya aku tidak menunjukkan kerusakan dan kekurangan Saudari Xia. Aku justru berkata, "Aku paham bahwa engkau tidak mendapat hasil yang baik dalam tugas atau saat menghadapi kesulitan, tetapi engkau harus merenungkan diri dan memikirkan sebabnya. Kita juga perlu bekerja dengan baik bersama saudara-saudari." Aku tidak menyebutkan masalah utamanya, hanya memberikan dia beberapa saran dan dukungan. Beberapa hari kemudian, salah seorang pemimpin bertanya kepadaku tentang pekerjaan kami, dan aku katakan bahwa Saudari Xia congkak dan merasa dirinya benar serta tidak bisa bekerja dengan baik bersama yang lainnya. Lalu, ketika berikutnya Saudari Xia bertemu denganku, dia berkata, "Saat pemimpin menanyakan kepadamu tentang pekerjaan kita beberapa hari lalu, aku sedang lewat dan tak sengaja mendengar engkau berkata bahwa aku congkak dan merasa dirinya benar, serta aku tak bisa bekerja dengan baik bersama yang lainnya. Engkau tahu betul bahwa aku punya masalah serius, tetapi engkau tak mengatakan apa pun tentang itu kepadaku. Engkau hanya bersikap ramah. Aku perhatikan bahwa sebelumnya engkau tak pernah kehilangan kesabaran atau menegur orang, melainkan selalu menenangkan mereka. Kupikir engkau memang orang yang baik. Kini aku sadar bahwa engkau sangat 'terampil', engkau punya taktik sendiri. Terus terang, engkau munafik." Disebut seperti itu olehnya, untuk sesaat aku bisa merasakan wajahku merah padam. Kata-kata "munafik" dan "taktik" terpatri di dalam otakku. Aku benar-benar kesal dan menghadap Tuhan dalam doa, meminta Dia membimbingku untuk memahami watak rusakku sendiri.

Aku membaca bagian firman Tuhan di saat teduhku keesokan harinya: "Kecurangan sering kali jelas terlihat dari luar. Ketika seseorang dikatakan sangat licik dan lihai dengan kata-kata, itu adalah kecurangan. Dan apakah ciri utama dari kejahatan? Kejahatan adalah ketika apa yang orang katakan sangat menyenangkan di telinga, ketika semuanya tampak benar, dan tak bercacat, serta baik dari mana pun engkau memandangnya, tetapi tindakan mereka sangat jahat, dan sangat rahasia, serta tidak mudah dikenali. Mereka sering kali menggunakan beberapa perkataan yang baik dan ungkapan-ungkapan yang terdengar bagus, dan menggunakan doktrin, argumen, dan teknik tertentu yang sejalan dengan perasaan orang untuk menipu mereka; mereka berpura-pura berbicara satu hal tetapi sebenarnya memiliki maksud yang berbeda, menggunakan tindakan yang tampaknya baik, benar, dan berprinsip, serta sejalan dengan perasaan orang untuk mencapai tujuan rahasia mereka. Inilah kejahatan. Orang biasanya menganggapnya sebagai kecurangan. Mereka memiliki lebih sedikit pengetahuan akan kejahatan, dan juga kurang menganalisisnya; kejahatan sebenarnya lebih sulit untuk dikenali daripada kecurangan, karena itu lebih tersembunyi, dan metode serta teknik yang digunakan lebih 'cerdik'. Ketika orang memiliki watak yang curang di dalam diri mereka, biasanya hanya dibutuhkan dua atau tiga hari sebelum engkau dapat menyadari bahwa mereka curang, atau bahwa tindakan mereka dan jenis perkataan yang mereka ucapkan menunjukkan watak yang curang. Namun, ketika seseorang dikatakan jahat, ini bukanlah sesuatu yang dapat diketahui dalam satu atau dua hari. Karena jika tidak ada sesuatu yang signifikan atau spesifik yang terjadi dalam jangka pendek, mendengarkan perkatan mereka saja engkau akan mengira bahwa mereka adalah orang yang baik, bahwa mereka dapat menyerahkan segalanya dan mengorbankan diri mereka sendiri, bahwa mereka memahami hal-hal rohani, dan semua yang mereka katakan adalah benar, dan engkau akan mengalami kesulitan mengenali diri mereka yang sebenarnya. Ada banyak orang yang mengatakan hal yang benar, melakukan hal yang benar, dan dapat mengucapkan doktrin demi doktrin dengan panjang lebar. Setelah dua atau tiga hari bersama orang semacam itu, engkau menganggapnya sebagai orang yang memahami hal-hal rohani, yang memiliki hati yang mengasihi Tuhan, yang bertindak dengan hati nurani dan akal. Namun, kemudian engkau mulai memercayakan mereka dengan tugas, dan engkau segera menyadari bahwa mereka tidak jujur, bahwa mereka bahkan lebih berbahaya daripada orang yang curang—bahwa mereka adalah orang yang jahat. Mereka sering kali memilih perkataan yang baik, perkataan yang sesuai dengan kebenaran, yang sejalan dengan perasaan orang dan dengan kemanusiaan, perkataan yang terdengar bagus, dan perkataan yang memperdaya untuk bercakap-cakap dengan orang, di satu sisi, untuk membuktikan diri mereka sendiri, dan di sisi lain, untuk menipu orang lain, memberi mereka status dan martabat di antara orang-orang, yang semuanya dengan mudah memesona orang-orang yang bodoh, yang memiliki pemahaman yang dangkal akan kebenaran, yang tidak memahami hal-hal rohani, dan yang tidak memiliki dasar dalam iman mereka kepada Tuhan. Inilah yang dilakukan orang yang memiliki watak yang jahat" ("Untuk Pemimpin dan Pekerja, Memilih Jalan adalah yang Paling Penting (3)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membandingkan perilakuku dengan firman Tuhan, aku sadar watak jahatkulah yang mendorong tindakanku. Ketika aku melihat masalah dalam tugas saudara-saudari yang memengaruhi pekerjaan mereka, aku tak mau mengungkap atau menunjukkan masalah mereka sehingga mereka berkata aku orang yang baik serta memujiku. Dengan jelas aku melihat Saudari Cheng tak memiliki sikap yang benar dalam tugasnya, dia hanya mengerjakan yang mudah dan meninggalkan semua yang sulit. Aku juga melihat bahwa Saudari Xia congkak dan merasa dirinya benar, dan itu berpengaruh negatif pada pekerjaan penginjilan gereja. Seharusnya aku sampaikan hal ini kepada mereka dan berbagi persekutuan untuk membantu mereka. Namun, aku takut pada apa yang akan mereka pikirkan tentang aku, bahwa mereka tak akan mendukungku dalam pekerjaanku, dan para pemimpin akan memandang buruk diriku jika kinerjaku buruk. Jadi, aku hanya mengatakan hal-hal baik dan tidak jujur untuk menyemangati mereka. Dengan begini aku bisa melindungi hubunganku dengan mereka dan menjaga citraku, serta mereka akan terus menyukai pekerjaanku—sambil menyelam minum air. Aku penuh tipu daya dan licik, dan aku telah membodohi banyak orang. Aku menipu mereka, membuat mereka berpikir bahwa aku benar-benar peduli dan pengertian, dan mereka benar-benar memandang tinggi serta mengidolakanku. Setelah itu barulah aku melihat bahwa aku memiliki watak licik dan jahat. Jika bukan karena perkataan Saudari Xia dan wahyu dari firman Tuhan, aku masih tidak akan memahami watak jahatku atau tahu seberapa serius hal itu. Aku sadar betapa jahat dan hina tindakanku, hingga itu membuat jijik Tuhan dan memuakkan bagi orang lain!

Setelah itu aku membaca ini dalam firman Tuhan. "Sebagian pemimpin gereja tidak menegur saudara atau saudari yang mereka lihat sedang melaksanakan tugas mereka dengan sembrono dan asal-asalan, walaupun seharusnya mereka menegurnya. Ketika mereka melihat sesuatu yang jelas-jelas merugikan kepentingan rumah Tuhan, mereka pura-pura tidak melihat dan tidak bertanya, dengan alasan agar tidak menyinggung orang lain sedikit pun. Tujuan dan sasaran mereka yang sesungguhnya bukanlah menunjukkan sikap tenggang rasa atas kelemahan orang lain—mereka tahu persis apa niat mereka: 'Jika aku menyembunyikan hal ini dan tidak membuat siapa pun tersinggung, mereka akan berpikir bahwa aku adalah seorang pemimpin yang baik. Mereka akan mempunyai suatu pendapat yang baik dan bagus tentang diriku. Mereka akan mendukung dan menyukaiku.' Seberapa pun besarnya kerugian yang diakibatkan terhadap kepentingan rumah Tuhan, dan seberapa pun besarnya umat pilihan Tuhan dihambat dalam jalan masuk kehidupan mereka, atau seberapa pun besarnya kehidupan bergereja mereka terganggu, orang-orang semacam itu gigih dalam falsafah iblis mereka untuk tidak membuat orang tersinggung. Tidak pernah ada keinginan untuk menegur diri sendiri di dalam hati mereka; paling-paling, sambil lalu, mereka hanya menyinggung sepintas tentang masalah tertentu, dan kemudian selesai. Mereka tidak mempersekutukan kebenaran, dan juga tidak menunjukkan esensi dari masalah-masalah orang lain, apalagi membedah keadaan orang-orang. Mereka tidak menuntun orang-orang untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan mereka tidak pernah menyampaikan kehendak Tuhan, atau kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan orang, atau jenis-jenis watak rusak yang orang singkapkan. Mereka tidak menyelesaikan masalah-masalah nyata ini; sebaliknya, mereka selalu memanjakan kelemahan-kelemahan dan kenegatifan orang lain, dan bahkan kecerobohan dan ketidakpedulian mereka. Mereka terus-menerus membiarkan tindakan-tindakan dan perilaku-perilaku orang-orang ini berlanjut tanpa diberitahu seperti apa keadaan mereka sebenarnya, dan justru karena mereka melakukan hal demikian, kebanyakan orang mulai berpikir, 'Pemimpin kita itu seperti seorang ibu bagi kita. Mereka bahkan lebih pengertian terhadap kelemahan-kelemahan kita dibanding Tuhan. Tingkat pertumbuhan kita mungkin terlalu rendah untuk mencapai tuntutan Tuhan, tetapi cukup untuk memenuhi tuntutan pemimpin kita. Mereka adalah pemimpin yang baik bagi kita. ...' Jika orang-orang menyimpan pemikiran-pemikiran seperti itu—jika mereka memiliki hubungan yang semacam itu dengan pemimpin mereka, dan memiliki kesan seperti itu terhadap para pemimpin mereka, dan telah mengembangkan rasa ketergantungan, kekaguman, hormat, dan pemujaan terhadap pemimpin mereka di dalam hati mereka—lalu, bagaimana sebaiknya perasaan pemimpin itu? Jika, dalam hal ini, mereka merasa sedikit tertuduh, kegelisahan, dan merasa berutang kepada Tuhan, maka mereka tidak boleh terpaku pada status atau citra diri mereka di hati orang lain. Mereka harus bersaksi tentang Tuhan dan meninggikan Dia, sehingga Tuhan mendapat tempat di hati orang-orang, dan dengan demikian orang-orang memuja Tuhan sebagai Tuhan yang agung. Hanya dengan cara demikianlah hati mereka bisa benar-benar damai, dan orang yang melakukan hal demikian adalah orang yang mengejar kebenaran. Namun, jika ini bukan sasaran di balik tindakan-tindakan mereka, dan mereka malah menggunakan metode dan teknik ini untuk membujuk orang-orang untuk menyimpang dari jalan yang benar dan meninggalkan kebenaran, sampai memanjakan orang-orang yang melaksanakan tugas mereka dengan ceroboh, asal-asalan, dan tidak bertanggung-jawab, dengan tujuan untuk mendapatkan tempat tertentu di dalam hati orang-orang, dan memenangkan hati mereka, bukankah ini suatu usaha untuk merebut hati orang-orang? Dan bukankah ini adalah suatu hal yang jahat dan memuakkan? Itu menjijikkan!" ("Untuk Pemimpin dan Pekerja, Memilih Jalan adalah yang Paling Penting (1)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Melihat apa yang diungkap firman Tuhan, aku sadar bahwa bertindak berdasarkan watak jahatku pada dasarnya adalah menipu orang dan memenangkan hati mereka dalam upaya untuk memiliki dan mengendalikan mereka. Itu bertentangan dengan Tuhan dan begitulah seorang antikristus berperilaku! Aku merasa sangat takut dengan pikiran ini. Untuk melindungi posisiku di hati orang lain dan kesempatanku untuk dipilih sebagai pemimpin, ketika melihat masalah dalam tugas saudara-saudari, aku tak pernah langsung menunjukkannya atau mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikannya. Sebaliknya, aku mengatakan hal yang baik agar orang lain menyukaiku dan memandangku sebagai orang yang perhatian dan penyayang. Tanpa sadar, aku mengumpulkan pengikut dan akhirnya orang-orang yang aku tipu tidak hanya tak bisa melihat masalah mereka dan memperbaikinya, tetapi jalan masuk kehidupan mereka rusak dan bahkan mereka menghormati dan mengidolakanku. Sungguh jahat dan hinanya diriku! Kurangnya perhatianku pada kehidupan saudara-saudari, dan memanjakan mereka saat menjalankan tugas dengan mengandalkan watak rusak mereka, berdampak negatif pada pekerjaan kami. Aku benar-benar bertindak sebagai antek Iblis, mengganggu dan merusak pekerjaan rumah Tuhan. Menyadari ini, aku mulai membenci kerusakanku dari lubuk hati yang paling dalam. Aku datang menghadap Tuhan untuk berdoa dan bertobat. Aku berkata, "Ya Tuhan, firman-Mu telah membuatku melihat betapa serius watak jahatku dan bahwa aku berjalan di jalan seorang antikristus. Aku ingin bertobat dan meninggalkan motif pribadiku dan berhenti bertindak berdasarkan watak jahatku."

Aku terpikir akan firman Tuhan ini setelah berdoa: "'Lalu Tuhan Yahweh memerintahkan manusia, demikian: "Dari semua pohon di taman ini engkau boleh makan dengan bebas. Tetapi dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat, engkau tidak boleh memakannya, karena pada hari engkau memakannya, engkau pasti mati."' ... Dalam firman singkat yang Dia ucapkan ini, dapatkah engkau melihat sesuatu dari watak Tuhan? Apakah firman Tuhan ini benar? Apakah ada penipuan? Apakah ada kebohongan? Adakah ada intimidasi? (Tidak.) Tuhan secara jujur, benar, dan tulus memberitahukan kepada manusia apa yang boleh dia makan dan apa yang tidak boleh dia makan. Tuhan berfirman dengan jelas dan lugas. Apakah ada makna tersembunyi dalam firman ini? Bukankah firman ini lugas? Apakah kita perlu menduga-duga? (Tidak.) Tidak perlu menebak. Maknanya sangat jelas sekali. Setelah membacanya, orang merasa sepenuhnya jelas tentang maknanya. Artinya, apa yang Tuhan ingin katakan dan apa yang Dia ingin ungkapkan berasal dari hati-Nya. Segala sesuatu yang Tuhan ungkapkan bersih, lugas, dan jelas. Tidak ada motif terselubung, ataupun makna tersembunyi apa pun. Dia berbicara kepada manusia secara langsung, memberitahukan kepadanya apa yang boleh dia makan dan apa yang tidak boleh dia makan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Aku membaca ini dan benar-benar merasakan betapa tulusnya Tuhan terhadap kita. Ketika Tuhan memerintahkan Adam, Dia menunjukkan dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dimakan sehingga manusia tahu dengan jelas harus berbuat apa. Tidak ada yang membingungkan atau menyesatkan dalam firman Tuhan, dan tidak ada kelicikan atau tipu daya. Tuhan hanya menginginkan yang terbaik bagi manusia. Dia benar-benar memikirkan kita. Dia berbicara dengan sangat jujur kepada manusia. Aku melihat bahwa esensi Tuhan itu tulus, kudus, murah hati, dan indah. Dia benar-benar pantas mendapat kepercayaan dan kekaguman kita. Sedangkan aku, aku sama sekali tidak tulus kepada saudara-saudari. Semua yang kukatakan dan lakukan ternoda dengan motif pribadiku. Aku penuh kebohongan dan tipu daya. Aku hanya menipu dan memanfaatkan orang, dan pada akhirnya merugikan saudara-saudari. Aku benar-benar jahat! Aku merasa sangat bersalah dan menyesal saat memikirkan ini. Setelah itu, aku mencari Saudari Xia dan Saudari Cheng dan mengungkapkan watak rusakku kepada mereka. Aku juga mengatakan masalah yang kulihat dalam tugas mereka. Mereka sama sekali tak memandang buruk diriku, melainkan berkata bahwa dengan aku menunjukkan masalah mereka dengan jelas itu membantu mereka untuk menganggap serius hal itu, jika tidak, mereka tak akan sadar betapa serius masalah mereka. Mereka juga memintaku untuk tidak sungkan memberi tahu mereka lagi jika melihat masalah di masa depan. Setelah itu, aku melihat beberapa perubahan pada diri mereka, dan mereka mulai menjalankan tugas dengan lebih baik. Ini membuatku benar-benar bahagia.

Dalam saat teduhku setelah itu, aku berfokus pada mencari solusi untuk watak rusakku dalam firman Tuhan. Aku membaca beberapa bagian firman Tuhan: "Entah engkau sekarang melaksanakan tugasmu atau mengejar tahap awal perubahan watak, apa pun watak rusak yang kausingkapkan—engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. ... Jika, misalnya, engkau selalu berusaha menyembunyikan dirimu dengan perkataan yang menyenangkan, jika engkau selalu menginginkan tempat di hati orang lain dan membuat orang lain mengagumimu, jika engkau memiliki niat ini, itu berarti engkau sedang dikendalikan oleh watakmu. Haruskah engkau mengucapkan perkataan yang menyenangkan ini? (Tidak.) Jika engkau tidak mengucapkannya, lalu apakah engkau menahannya? Jika engkau menemukan ungkapan yang lebih cerdas, ungkapan berbeda yang dengannya orang tidak dapat mendeteksi niatmu, ini tetap adalah masalah dengan watakmu. Watak apa? Watak yang jahat. Apakah watak yang rusak mudah diselesaikan? Ini melibatkan natur esensi seseorang. Manusia memiliki esensi ini, akar ini, dan itu harus digali sedikit demi sedikit. Itu harus digali dari setiap keadaan, dari niat di balik setiap kata yang kauucapkan. Itu harus dibedah dan dipahami dari perkataan yang kauucapkan. Ketika kesadaran seperti itu menjadi semakin jelas dan rohmu semakin tajam, maka engkau dapat mencapai perubahan" ("Hanya Ketika Engkau Mengenal Dirimu Sendiri Engkau Dapat Mengejar Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Semua yang engkau lakukan, setiap tindakan, setiap niat, dan setiap reaksi harus dibawa ke hadapan Tuhan. Bahkan kehidupan spiritualmu sehari-hari—doamu, kedekatanmu dengan Tuhan, caramu makan dan minum firman Tuhan, persekutuan dengan saudara-saudarimu, dan kehidupan bergerejamu—dan pelayananmu dalam kemitraan dapat dibawa ke hadapan Tuhan untuk diperiksa oleh-Nya. Penerapan semacam inilah yang akan membantumu mencapai pertumbuhan dalam hidup. Proses menerima pemeriksaan Tuhan adalah proses penyucian. Semakin engkau mampu menerima pemeriksaan Tuhan, semakin engkau disucikan, dan semakin engkau selaras dengan kehendak Tuhan, sehingga engkau tidak akan tertarik untuk melakukan kebejatan, dan hatimu akan hidup dalam hadirat-Nya. Semakin engkau menerima pemeriksaan-Nya, semakin malu Iblis dan semakin engkau mampu untuk meninggalkan kedagingan. Jadi, menerima pemeriksaan Tuhan adalah jalan penerapan yang harus diikuti oleh orang-orang. Tidak peduli apa pun yang engkau lakukan, bahkan saat bersekutu dengan saudara-saudarimu, engkau dapat membawa tindakanmu ke hadapan Tuhan dan meminta pemeriksaan-Nya, serta bertekad untuk menaati Tuhan Sendiri; ini akan menjadikan penerapanmu jauh lebih benar. Hanya jika engkau membawa semua yang engkau lakukan ke hadapan Tuhan dan menerima pemeriksaan Tuhan, engkau dapat menjadi seseorang yang hidup dalam hadirat Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan Menyempurnakan Orang-Orang yang Berkenan di Hati-Nya"). Saat memikirkan firman Tuhan, menjadi jelas bahwa dalam menghadapi masalah, aku harus meneliti pikiranku sendiri, merenungkan motif di balik kata-kata dan perbuatanku, membawa perkataan dan tindakanku ke hadapan Tuhan serta menerima pengawasan-Nya, menganalisa dan mengenal diri sendiri saat aku mendapati diriku mengungkapkanwatak jahatku, lalu segera berdoa dan meninggalkan diriku. Dengan cara seperti ini, aspek kerusakanku itu akan perlahan ditahirkan.

Kemudian, aku melihat seorang saudari yang terlihat lemah dan tak mau menjalani kesulitan. Dia pasti mundur setiap kali menemukan masalah dalam pekerjaan penginjilannya. Terpikir olehku bahwa dia tak bertanggung jawab dalam tugasnya dan aku perlu segera bersekutu dengannya untuk mengubah keadaan. Namun, masalahku muncul lagi. Aku berpikir jika aku menunjukkan masalahnya, dia mungkin berpikir bahwa aku bersikap terlalu kasar, dan mungkin dia akan menentang dan menolakku. Aku berpikir bagaimana cara menyampaikannya agar dia bisa menerimanya dan tak akan menentangku. Dengan pemikiranini, aku sadar bahwa aku lagi-lagi melindungi status dan citraku di antara saudara-saudari. Dalam hati aku mengucapkan doa ini kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku siap menerima pengawasan-Mu dan meninggalkan motif pribadiku. Aku ingin mempersekutukan kebenaran untuk membantu saudariku dan melakukan tugasku." Setelah itu, aku berbagi persekutuan dengan saudari ini dan membedah masalahnya. Aku mendapatkan kedamaian batin setelah menerapkan ini. Kini aku memiliki sedikit kepekaan tentang watak jahatku, dan ketika menghadapi masalah, aku secara sadar mencari kebenaran dan meninggalkan motif egoisku. Aku bisa bertindak berdasarkan firman Tuhan. Ini semua tercapai karena penghakiman firman Tuhan. Aku sangat beryukur atas penyelamatan Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Rekan Sekerja Bukanlah Rival

Oleh Saudari Ou Zhen, Myanmar Tak lama setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku mulai berlatih menyiram petobat baru. Karena...