Dua Puluh Tahun Kesukaran

28 Januari 2025

Oleh Saudara Wang Qiang, Tiongkok

Aku menjadi seorang Kristen pada tahun 1991, kemudian beberapa tahun kemudian, aku menjadi seorang pengkhotbah gereja. Pada tahun 1995, polisi di Bagian Keamanan Politik dari Biro Keamanan Publik wilayah menangkapku, memaksaku untuk memberitahukan di mana aku berkhotbah dan siapa pemimpinku. Karena aku tidak mau menjawab, mereka memukuli dan menendangiku, dan menyiksaku selama empat atau lima jam, membuatku babak belur. Lalu mereka memenjarakanku di rumah tahanan wilayah. Polisi dan tahanan lainnya menyiksaku selama 42 hari, membuatku hampir mati. Kemudian, istriku menggunakan beberapa koneksi dan membayar denda hampir 10.000 yuan agar aku dibebaskan. Aku tidak mengerti. Sebagai orang percaya yang memberitakan Injil, aku membimbing orang lain untuk mengikuti ajaran Tuhan, menjadi orang yang baik, bersikap toleran, dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri kami sendiri. Mengapa Partai Komunis menganiaya kami dengan begitu kejam? Kemudian, setelah percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, melalui penyingkapan dalam firman Tuhan dan pengalaman pribadi, aku mendapatkan pemahaman tentang esensi jahat PKT yang membenci kebenaran dan menentang Tuhan.

Suatu hari pada Desember 1999, ketika aku dan istriku sedang sarapan, tiga polisi menerobos masuk. Salah seorang dari mereka adalah polisi yang pernah menangkapku karena imanku kepada Tuhan sebelumnya. Dia memandangiku dari atas ke bawah beberapa kali dan berkata dengan tegas, "Kau telah dilaporkan karena percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan memberitakan Injil. Kau benar-benar tidak kapok!" Setelah itu, mereka menggeledah seluruh rumahku, mengubrak-abriknya tanpa melewatkan satu ruangan pun. Ini berlangsung sekitar satu jam, dan mereka meninggalkan rumahku dalam keadaan porak-poranda, tetapi tidak menemukan buku atau bahan-bahan apa pun tentang iman. Kemudian, mereka memasukkanku ke dalam mobil untuk dibawa ke kantor polisi. Dalam perjalanan, adegan demi adegan dari penangkapan dan penyiksaanku yang pertama kali berkelebatan di benakku. Aku sangat takut dan berpikir, "Setan-setan itu sangat membenci orang percaya, jadi bagaimana mereka akan menyiksaku?" Aku berdoa dalam hati kepada Tuhan dan teringat sesuatu yang Dia katakan: "Siapa pun yang kepadanya Aku mengaruniakan kemuliaan-Ku haruslah bersaksi bagi-Ku dan menyerahkan hidup mereka bagi-Ku. Ini telah sejak lama ditentukan dari semula oleh-Ku" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apa yang Kauketahui tentang Iman?"). Benar—penangkapanku hari itu terjadi atas seizin Tuhan, dan sebanyak apa pun aku menderita, entah aku hidup atau mati, semuanya berada di tangan Tuhan. Aku harus menjadi kesaksian. Firman Tuhan memberiku iman dan kekuatan, dan aku merasa lebih tenang.

Pertama-tama mereka membawaku ke kantor polisi untuk menggeledah dan menginterogasiku, tetapi karena melihatku tidak mau bicara, mereka membawaku ke Biro Keamanan Publik wilayah. Di sana, beberapa polisi mengepungku, memukuli dan menendangiku, dan ada yang memukulkan pentungan polisi ke tubuhku. Aku rebah ke lantai karena pemukulan mereka. Hidung dan mulutku mengeluarkan darah, pakaianku robek, dan kepalaku pusing. Aku bahkan tak punya tenaga untuk berdiri. Kemudian, kepala polisi mencekik leherku dan berkata, "Jika tidak kuberi pelajaran, kau tidak akan tahu dengan siapa kau berurusan! Buka mulut! Siapa pemimpinmu? Siapa yang telah kauinjili?" Aku merasa sangat takut. Jika aku tidak bicara, mereka pasti akan terus memukuliku, dan jika itu terus berlanjut, kupikir aku akan cacat atau mati. Aku berdoa kepada Tuhan dalam hati, memohon perlindungan dan bimbingan-Nya. Kemudian, aku teringat firman dari Tuhan ini: "Jika manusia memiliki pikiran yang pengecut dan penakut, itu karena mereka telah dibodohi oleh Iblis, yang takut bahwa kita akan menyeberangi jembatan iman untuk masuk ke dalam Tuhan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 6"). Aku sadar kepengecutan dan ketakutanku berasal dari Iblis, dan betapa pun kejamnya polisi itu, mereka hanya dapat merusak dan menyiksa dagingku, tetapi mereka tidak dapat menyentuh jiwaku. Meskipun mereka memukuliku sampai mati hari itu, jiwaku tetap berada di tangan Tuhan. Pemikiran ini memberiku iman dan kekuatan, dan aku tidak akan mengkhianati Tuhan atau mengkhianati saudara-saudariku, meskipun itu berarti kematian. Aku bertekad untuk tidak mengatakan sepatah kata pun. Aku tidak menjawab setelah mereka menginterogasiku beberapa kali, jadi mereka menendangku hingga aku rebah ke lantai, lalu mengambil pentungan polisi, meletakkannya di lantai beton, dan menyuruh dua orang menarikku dan memaksaku untuk berlutut di atasnya. Tekanan pada tulang keringku menyebabkan rasa sakit yang menusuk dan aku tak mampu menahan air mataku. Seorang polisi dengan kejam menginjak betisku beberapa kali, sangat menyakitkan sehingga aku berteriak dan rebah ke lantai, meringkuk seperti bola. Polisi itu berteriak, "Berdiri!" Namun, aku tak bisa menggerakkan kakiku—aku tidak punya tenaga untuk berdiri. Merasa sangat menderita, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku hampir tak tahan lagi dan aku tidak tahu bagaimana lagi mereka akan menyiksaku. Tuhan, aku tak mau mengkhianati-Mu—kumohon berilah aku iman dan kekuatan." Tepat pada saat itu, aku teringat satu bagian firman Tuhan: "Pernahkah engkau semua menerima berkat-berkat yang diberikan kepadamu? Pernahkah engkau mencari janji-janji yang dibuat untukmu? Di bawah bimbingan terang-Ku, engkau semua pasti akan menerobos penindasan kekuatan kegelapan. Engkau pasti tidak akan kehilangan bimbingan dari terang-Ku di tengah kegelapan. Engkau pasti akan menjadi para penguasa atas seluruh ciptaan. Engkau pasti akan menjadi para pemenang di hadapan Iblis. Saat runtuhnya kerajaan si naga merah yang sangat besar, engkau pasti akan berdiri di tengah kerumunan orang yang tak terhitung jumlahnya sebagai bukti kemenangan-Ku. Engkau semua pasti akan berdiri teguh dan tak tergoyahkan di tanah Sinim. Melalui penderitaan yang kautanggung, engkau akan mewarisi berkat-berkat-Ku, dan pasti akan memancarkan kemuliaan-Ku ke seluruh alam semesta" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 19"). Firman Tuhan memperteguh iman dan kekuatanku. Aku harus benar-benar mengandalkan Tuhan, dan dengan tuntunan firman-Nya, aku pasti mampu menang atas Iblis dan tetap teguh dalam kesaksianku. Setelah mengalami penyiksaan yang mengerikan selama enam atau tujuh jam, aku dipukuli sampai babak belur dan betis kiriku robek. Karena aku tetap tidak mau bicara, polisi membawaku ke rumah tahanan. Petugas di sana melihat betapa parahnya lukaku dan tidak mau menerimaku, tetapi setelah polisi bernegosiasi dengan mereka selama beberapa waktu, barulah akhirnya mereka setuju untuk menerimaku.

Mereka membawaku ke sebuah sel di mana aku mencium bau busuk. Itu adalah sebuah ruangan kecil sekitar 10 meter persegi yang di dalamnya terdapat selimut-selimut kotor yang bau dan sebuah toilet. Ada sekitar lima belas atau enam belas orang di dalam sel tersebut. Semuanya makan, minum, tidur, dan buang air di sana—keadaannya lembab dan berantakan. Tahanan lainnya menatapku dengan garang. Aku merasa sangat takut dan terus-menerus berdoa kepada Tuhan. Aku teringat sesuatu yang Dia katakan: "Jangan takut, karena tangan-Ku menopangmu, dan Aku pasti akan menjauhkanmu dari semua orang jahat" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 28"). Firman Tuhan menghibur dan memberiku iman, dan aku tidak lagi merasa takut. Keesokan harinya, kepala tahanan dengan sengaja memancing keributan dan membuat tahanan lainnya memukuliku, membuatku terguling-guling di lantai. Akhirnya aku meringkuk seperti bola karena kesakitan, tidak mampu bergerak. Setelah itu, polisi sering menginterogasiku dari waktu ke waktu, memaksaku agar mengkhianati gereja, lalu karena tak bisa mendapatkan informasi apa pun dariku, mereka beralih ke taktik yang tidak terlalu kasar. Suatu kali, paman istriku yang bermarga Li datang untuk menginterogasiku. Dia mengelola materi di Bagian Keamanan Politik dari Biro Keamanan Publik. Dia bertanya kepadaku, berpura-pura prihatin, "Apakah ada tahanan yang memukulimu? Apakah kau mendapatkan makanan yang cukup?" Kemudian dia menyuruh polisi lainnya untuk membelikanku beberapa bakpao dan beberapa bungkus rokok. Dia menghela napas dan berkata dengan ekspresi yang khawatir, "Jika kau tidak mengaku, kau mungkin akan dipenjara, dan aku tidak akan bisa membantumu. Jika kau mengaku, kau mungkin bisa pulang tepat waktu untuk Tahun Baru. Pikirkanlah!" Ketika dia mengatakan itu, aku berpikir bahwa orang tuaku sudah berusia 70-an dan istriku sedang merawat tiga anak yang masih kecil seorang diri. Bagaimana mereka bisa bertahan hidup jika aku benar-benar masuk penjara selama tiga sampai lima tahun? Penjara Partai Komunis seperti neraka dan orang bisa disiksa sampai mati setiap saat. Apa yang akan mereka lakukan jika aku mati? Semakin kupikirkan, semakin aku merasa sedih, jadi aku berdoa, memohon agar Tuhan melindungiku. Aku teringat kutipan firman Tuhan ini: "Setiap saat, umat-Ku harus berjaga-jaga terhadap rencana licik Iblis, menjaga gerbang rumah-Ku untuk-Ku; mereka harus mampu mendukung satu sama lain dan saling menyediakan satu sama lain, untuk menghindari jatuh ke dalam perangkap Iblis, di mana pada saat itulah penyesalan sudah terlambat" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 3"). Firman Tuhan menyadarkanku. Polisi ingin menggunakan kasih sayangku kepada keluarga dan kelemahan dagingku untuk membuatku mengkhianati Tuhan. Itu sangat licik! Aku hampir tertipu oleh mereka. Hidupku diberikan oleh Tuhan, dan entah aku hidup atau mati, semua itu ditentukan oleh-Nya. Nasib orang tua dan istriku juga berada di tangan Tuhan—Dialah yang menjadi penentu keputusan. Jika aku mendapatkan hukuman penjara, itu pasti atas seizin Tuhan. Aku harus tetap teguh sekalipun mereka merenggut nyawaku! Jadi aku berkata kepadanya, "Aku sudah mengatakan semua yang harus kukatakan, dan aku tidak tahu apa-apa lagi." Karena tipu muslihatnya tidak berhasil, dia memelototiku sebentar, lalu pergi dengan gusar.

Para petugas penjara selalu menyuruh tahanan lain untuk menyiksaku dengan berbagai cara, seperti "makan pangsit", "melihat ke cermin", "makan siku", dan mengucapkan peraturan penjara. "Makan pangsit" artinya membungkus tubuhku dengan seprai, lalu tahanan lainnya memukuli dan menendangiku, membuatku kepalaku pusing dan bingung. "Melihat ke cermin" artinya memasukkan kepalaku ke lubang toilet yang dipenuhi air seni dan kotoran, dan aku akan tersedak jika aku tidak berhati-hati. "Makan siku" artinya menusuk-nusukkan siku ke punggungku. Selain itu, mereka menyuruhku mengucapkan peraturan penjara, dan jika aku salah mengucapkannya, mereka akan menanggalkan celanaku dan menggunakan sepatu dengan sol plastik untuk memukuliku hingga bokongku lecet dan berdarah. Selain itu, petugas penjara sering menyuruhku bekerja siang dan malam. Aku mengalami cedera jadi aku bekerja dengan lambat, dan tahanan lainnya terus memberiku lebih banyak tugas. Aku selalu dipukuli jika aku tidak menyelesaikannya. Menghadapi siksaan seperti ini sangat menyakitkan dan membuatku sedih. Terkadang aku menjadi sangat lemah sehingga aku ingin mati untuk mengakhiri penderitaan itu. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk menjaga hatiku. Suatu hari, penyaliban Tuhan Yesus tiba-tiba muncul di benakku. Tuhan itu mahatinggi, kudus, dan tidak berdosa, dan Dia secara pribadi berinkarnasi dan datang untuk bekerja menyelamatkan manusia, tetapi Dia disalibkan. Sekarang Tuhan telah sekali lagi menjadi manusia, datang untuk bekerja di Tiongkok, dan sama seperti sebelumnya, Dia mengalami penolakan, fitnah, kutukan, dan hujatan manusia. Dia juga diburu oleh Partai Komunis. Namun, Dia terus mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan manusia. Kasih Tuhan kepada manusia sungguh besar! Aku adalah orang percaya yang mengejar keselamatan—apalah artinya penderitaan kecil ini? Selain itu, menderita berarti mengambil bagian dalam Kerajaan Kristus dan dalam kesukaran-Nya. Itu adalah suatu kemuliaan. Ada nilai dan makna di dalamnya. Menyadari hal ini memperbaharui iman dan kekuatanku, dan aku tidak lagi merasa sedih, bagaimanapun para tahanan menyiksaku.

Suatu hari setelah sarapan, beberapa polisi membawaku ke pasar yang berjarak sekitar 9 km dari rumahku, kemudian menempatkanku dan puluhan tahanan lainnya di atas sebuah panggung. Aku sadar bahwa mereka sedang melakukan sidang pengadilan. Sederet kader Biro Keamanan Publik wilayah duduk di atas panggung, dengan kerumunan orang banyak di bawah panggung. Banyak dari mereka saling berbisik dan menunjuk ke arahku. Wajahku memerah, jantungku berdegup lebih kencang, dan aku tidak berani mengangkat kepalaku. Aku berpikir bahwa beberapa kerabat, teman, dan kenalanku tinggal di wilayah itu, serta rekan sekerja di denominasiku sebelumnya. Apa yang akan mereka pikirkan, melihatku diadili dengan papan tanda yang tergantung di leherku bersama tahanan lainnya? Bagaimana aku bisa memperlihatkan wajahku setelah itu? Makin kupikirkan, makin buruk perasaanku, jadi aku berdoa dan memohon kekuatan dari Tuhan. Aku teringat satu bagian firman Tuhan: "Aku berharap semua manusia bisa memberikan kesaksian kuat yang gemilang tentang Aku di hadapan naga merah besar, sehingga mereka bisa memberikan diri mereka kepada-Ku terakhir kalinya dan menggenapi persyaratan-Ku untuk yang terakhir. Bisakah engkau semua benar-benar melakukannya?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 34"). Firman Tuhan memberiku iman dan kekuatan. Sebagai orang percaya, kami menempuh jalan yang benar. Kami tidak melanggar hukum atau melakukan hal buruk, jadi aku tidak perlu malu. Penghinaan yang kuhadapi berarti mengalami penganiayaan karena kebenaran. Aku seharusnya merasa bangga. Pemikiran ini menenangkanku. Akhirnya mereka menuntutku dengan tuduhan "kepercayaan ilegal" dan "mengganggu ketertiban umum", dan menjatuhkan hukuman pendidikan ulang selama tiga tahun melalui kerja paksa. Melihat semua wajah yang berlagak suci dan puas diri di atas panggung, aku membenci setan-setan itu dengan segenap keberadaanku, dan aku bertekad sekalipun mereka memenjarakanku selama 30 tahun, bukan hanya tiga tahun, aku tidak akan pernah mengkhianati Tuhan, tidak akan pernah tunduk kepada Iblis!

Aku dikirim ke kamp kerja paksa dua hari setelah sidang pengadilan itu. Di sana, aku ditugaskan di lokasi konstruksi untuk menggali parit dan aku harus memindahkan semen dan pasir dengan gerobak dorong. Aku harus melakukan pekerjaan berat semacam itu puluhan jam lebih setiap harinya. Terkadang aku bekerja dengan lambat karena betisku terluka, dan petugas lembaga pemasyarakatan memukuliku ketika dilihatnya aku bekerja dengan lambat. Aku merasa lemah karena pemikiran bahwa aku harus tinggal di sana selama tiga tahun. Aku tidak tahu bagaimana melewati itu atau apakah aku bisa keluar hidup-hidup atau tidak. Selama waktu itu, aku banyak berdoa kepada Tuhan dan merenungkan tentang kasih-Nya. Memikirkan penderitaan dan penghinaan yang Dia alami untuk menyelamatkan kita—manusia yang rusak—sangat menyentuhku. Itu membuatku siap untuk tunduk, dan aku ingin mengikuti Tuhan sampai akhir, sebesar apa pun penderitaanku.

Setelah beberapa waktu, aku mengetahui ada seorang tahanan bernama Shang Jin yang percaya kepada Tuhan, dan karena kami berdua orang Kristen, kami selalu berbicara tentang iman kami saat ada kesempatan. Aku melihat Saudara Shang Jin memiliki kemanusiaan yang baik dan merindukan kedatangan Tuhan kembali, jadi aku ingin memberitakan tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepadanya. Namun, hukumannya telah berakhir dan dia dibebaskan sebelum aku punya kesempatan. Aku merasa hal ini sangat disayangkan dan aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk membukakan jalan agar aku punya kesempatan untuk memberitakan Injil kepada Shang Jin. Tak lama setelah pembebasannya, aku melakukan pekerjaan di tempat kerja seperti yang selalu kulakukan. Suatu hari, perutku terasa sakit dan harus ke kamar mandi lebih sering daripada biasanya. Kuperhatikan dinding kamar mandinya tidak terlalu tinggi dan ada pabrik besar di sebelahnya. Ketika aku berada di kamar mandi, seorang penjaga sedang membaca koran di luar. Aku tidak yakin apakah saat itu Tuhan sedang membukakan jalan bagiku, jadi aku berdoa. Setelah berdoa, aku merasa yakin di dalam hatiku bahwa pada saat itu Tuhan sedang memberiku jalan keluar, jadi aku melompati tembok kamar mandi dan masuk ke dalam pabrik ketika penjaga sedang tidak memperhatikan. Aku segera menanggalkan baju penjara, menyampirkannya di bahuku, dan berjalan keluar dari pintu masuk utama. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku dapat melarikan diri dengan keamanan yang begitu ketat. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan.

Namun tak lama kemudian, aku mendengar bunyi sirene di belakangku. Aku segera bersembunyi di sebuah hutan kecil dan terus-menerus berdoa. Aku menunggu sampai hari sudah gelap, lalu dengan sangat berhati-hati keluar dari hutan. Aku mengikuti jalan kecil di pedesaan, menanyakan arah, menuju ke rumah Shang Jin. Larut malam itu, segera setelah aku sampai di jalan raya yang menuju ke rumahnya, kulihat ada beberapa polisi di depan pos pemeriksaan dan aku menjadi sangat takut. Bagaimana jika mereka mengenaliku? Mereka tidak akan membiarkanku pergi jika mereka menangkapku. Aku berdoa kepada Tuhan dalam hatiku. Aku melihat setumpukan jerami dan bergegas bersembunyi di dalamnya, tinggal di sana selama lebih dari satu jam. Aku merangkak keluar dari tumpukan jerami itu dengan sangat hati-hati hanya setelah aku melihat mobil polisi itu sudah pergi, lalu dengan susah payah terus berjalan menuju ke rumah Shang Jin. Baru saja berjalan sebentar, betisku terasa sangat sakit sehingga aku tak mampu lagi berjalan, jadi aku duduk dan beristirahat, lalu mulai berjalan lagi. Sambil berjalan, aku menyanyikan lagu pujian "Aku Ingin Melihat Hari Kemuliaan Tuhan":

1  Hari ini aku menerima penghakiman dan esok aku akan menerima berkat-berkat-Nya. Aku rela memberikan masa mudaku dan mempersembahkan hidupku untuk melihat hari kemuliaan Tuhan. Dia bekerja dan mengungkapkan kebenaran, menganugerahkan kepada manusia jalan kehidupan. Firman Tuhan dan kasih Tuhan telah memikat hatiku. Aku mau menghabiskan cawan pahit dan menderita demi mendapatkan kebenaran. Aku akan menanggung penghinaan tanpa mengeluh, aku berharap menghabiskan hidupku untuk membalas kebaikan Tuhan.

2  Dengan nasihat Tuhan di dalam hatiku, aku tidak akan pernah bertekuk lutut kepada Iblis. Meskipun kepala kita bisa terguling dan darah kita tumpah, tetapi keberanian umat Tuhan tidak dapat digoyahkan. Aku akan memberikan kesaksian yang gemilang bagi Tuhan, dan mempermalukan setan serta Iblis. Kesulitan dan penderitaan digariskan oleh Tuhan, dan aku akan setia serta tunduk kepada-Nya sampai mati. Tidak akan pernah lagi aku membuat Tuhan menitikkan air mata atau khawatir. Aku akan memberikan kasih dan kesetiaanku kepada Tuhan dan menyelesaikan misiku untuk memuliakan Tuhan.

............

—Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru

Aku merasa imanku bertumbuh sewaktu aku menyanyikan lagu itu. Akhirnya aku tiba di rumah Shang Jin keesokan harinya sekitar tengah hari. Kami langsung menangis bahagia setelah kami bertemu satu sama lain. Mempertimbangkan polisi akan datang, dia mengatur agar orang lain yang menampungku. Seperti yang diduga, pada hari ketiga sekitar tengah hari, polisi datang ke rumah Shang Jin. Karena tidak menemukanku, mereka pergi dengan marah. Setelah itu, aku memberitakan Injil Tuhan pada akhir zaman kepada Shang Jin. Dengan bimbingan Tuhan, lebih dari seratus saudara-saudari dari denominasinya datang ke hadapan Tuhan Yang Mahakuasa.

Aku menjadi buronan setelah melarikan diri dari kamp kerja paksa. Aku berkeliling memberitakan Injil, tidak berani pulang ke rumah. Sepuluh tahun berlalu dalam sekejap, kemudian pada September 2010, aku pulang ke kampung halamanku secara diam-diam dan pergi ke rumah saudara perempuanku. Aku bertemu istriku di sana, dan dia memberitahuku bahwa setelah aku melarikan diri dari kamp kerja paksa, polisi mendatangi rumah kami dan menggeledah rumah kami dan juga rumah kerabat kami. Mereka bahkan berusaha membujuk istri, orang tua, dan kerabatku yang lainnya dengan cara yang mengancam agar mereka memberitahukan di mana keberadaanku. Polisi juga secara diam-diam mengawasi daerah sekitar rumahku selama beberapa hari. Selama bertahun-tahun itu, polisi tidak menyerah memburuku. Pada waktu Tahun Baru dan ulang tahun kedua orang tuaku, mereka selalu bertanya tentang aku dan memeriksa apakah aku pernah pulang ke rumah. Pada tahun 2002, istriku ditangkap karena imannya, dan keluarga kami harus menghabiskan lebih dari 2.000 yuan dan menggunakan koneksi untuk mengeluarkannya. Keadaan menjadi sulit bagi keluarga kami karena aku dan istriku telah ditangkap dan didenda. Anak-anak kami terpaksa putus sekolah sebelum tamat SD dan SMP, dan harus meninggalkan daerah itu untuk bekerja mencari nafkah. Aku sangat sedih mendengarnya. Orang tuaku datang ke rumah saudara perempuanku untuk menemuiku ketika mereka mendengar aku telah kembali. Mereka mulai menangis saat mereka bertemu denganku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tetapi mereka tidak berani menangis terlalu keras, takut orang lain akan mendengar tangisan mereka. Mereka berkata mereka memimpikanku sepanjang waktu, dan mereka menangis sampai hampir menjadi buta. Aku tak mampu menahan air mataku ketika melihat betapa lemahnya orang tuaku. Beberapa hari kemudian, saat ayahku mengendarai sepeda ke rumah saudara perempuanku untuk bertemu denganku, dia secara tidak sengaja jatuh dari sepeda dan tulang pahanya patah. Aku sangat mengkhawatirkannya saat mendengar kabar itu, dan aku mengambil risiko untuk menemuinya di rumah, pada tengah malam. Ayahku mulai menangis ketika dia melihatku, dan berkata, "Dokter berkata dia tidak bisa menyambungkan kembali tulang pahaku. Aku tinggal menunggu ajalku. Ini mungkin terakhir kalinya kita akan bertemu." Aku menghiburnya sembari menahan air mataku. Aku tidak berani tinggal terlalu lama, takut ditangkap, jadi aku pergi setelah kira-kira satu jam. Karena penangkapan oleh Partai Komunis, selama lebih dari sepuluh tahun aku berada dalam pelarian, aku tidak bisa pulang ke rumah, aku tidak bisa bertemu keluargaku, tidak bisa berbakti kepada orang tuaku, ataupun memenuhi tanggung jawabku sebagai suami dan ayah bagi istri dan ketiga anakku, dan sekarang ayahku sakit dan aku tidak bisa merawatnya sehari pun. Aku merasa telah benar-benar mengecewakan orang tuaku dan aku diliputi oleh kesedihan. Aku segera datang ke hadapan Tuhan dalam doa, memohon agar Dia membimbingku, memberiku iman dan kekuatan. Setelah berdoa, aku membaca firman Tuhan yang berkata: "Jalan yang ditempuh Tuhan dalam memimpin kita bukanlah jalan yang lurus, melainkan jalan berliku yang penuh lubang; lebih lanjut Tuhan mengatakan bahwa semakin berbatu-batu suatu jalan, semakin jalan itu dapat menyingkapkan hati kita yang penuh kasih. Namun tak seorang pun dari kita bisa membuka jalan seperti itu. Dalam pengalaman-Ku, Aku telah menempuh banyak jalan berbatu dan berbahaya, dan Aku telah menanggung penderitaan yang besar; terkadang Aku benar-benar dirundung kesedihan hingga Aku ingin menjerit, meskipun demikian Aku telah menempuh jalan ini sampai pada hari ini. Aku percaya bahwa ini adalah jalan yang dipimpin oleh Tuhan, karena itu Aku menanggung siksaan dari semua penderitaan itu dan terus maju. Karena inilah yang telah Tuhan tetapkan, jadi siapakah yang dapat menghindarinya? Aku tidak meminta untuk menerima berkat apa pun; yang Kuminta hanyalah agar Aku bisa menempuh jalan yang seharusnya Kutempuh sesuai dengan maksud-maksud Tuhan. Aku tidak berusaha untuk meniru orang lain, menempuh jalan yang mereka tempuh; yang Kuusahakan hanyalah agar Aku bisa memenuhi pengabdian-Ku untuk menempuh jalan yang telah ditetapkan bagi-Ku sampai akhir. ... Ini karena Aku selalu percaya bahwa besarnya penderitaan yang harus ditanggung seseorang dan jarak yang harus mereka tempuh di jalan mereka, semua itu ditetapkan oleh Tuhan, dan sesungguhnya tak seorang pun dapat membantu orang lain" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Jalan ... (6)"). "Hal yang engkau semua telah warisi hari ini melampaui warisan para rasul dan nabi dari sepanjang masa dan bahkan lebih besar daripada warisan Musa dan Petrus. Berkat-berkat tidak bisa diperoleh dalam waktu satu atau dua hari; melainkan harus didapatkan melalui pengorbanan yang besar. Itu artinya, engkau semua harus memiliki kasih yang telah melalui pemurnian, engkau harus memiliki iman yang besar, dan engkau harus memiliki kebenaran-kebenaran yang Tuhan perintahkan untuk engkau peroleh; terlebih lagi, engkau harus berpaling pada keadilan, tanpa menjadi takut atau mengelak, serta harus selalu memiliki hati yang mengasihi Tuhan sampai mati. Engkau harus punya ketetapan hati, perubahan harus terjadi dalam watak hidupmu, kerusakanmu harus dipulihkan, engkau harus menerima semua pengaturan Tuhan tanpa mengeluh, dan engkau harus tunduk bahkan sampai mati. Inilah yang harus kaucapai, inilah tujuan akhir pekerjaan Tuhan, dan inilah yang Tuhan minta dari kelompok orang ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Pekerjaan Tuhan Sesederhana yang Manusia Bayangkan?"). Membaca firman Tuhan mencerahkanku. Tuhan telah menentukan dari semula sebanyak apa seseorang akan menderita dalam hidupnya. Aku harus menyerahkan orang tuaku ke dalam tangan Tuhan dan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Nya. Aku juga teringat orang-orang kudus di sepanjang zaman yang menjadi kesaksian yang berkumandang bagi Tuhan melalui penganiayaan dan kesukaran. Aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan menikmati kebenaran yang Dia ungkapkan. Aku telah memperoleh jauh lebih banyak daripada semua rasul dan nabi itu, tetapi ketika menghadapi penganiayaan, aku merasa sedih dan lemah—tingkat pertumbuhanku sangat rendah. Lalu aku bertekad untuk mengikuti teladan orang-orang kudus, untuk tetap teguh dalam imanku dan mengikuti Tuhan!

Pada tahun 2011, seorang saudara mengirim sebuah surat yang mengatakan bahwa polisi kembali datang ke rumahku untuk menanyakan istriku tentang keberadaanku. Aku dan istriku belum pernah melakukan kontak sejak saat itu.

Suatu hari pada Desember 2012, aku pergi bersama beberapa saudara-saudari di tengah hujan untuk memberitakan Injil ke satu keluarga. Empat polisi muncul, keluar dari mobil dan menangkapku. Dua saudari melarikan diri dengan sepeda listrik, dan tiga polisi mengejar mereka dengan mobil. Seorang polisi memegangku dengan erat, dan aku meronta-ronta untuk melepaskan diri. Seorang saudari lanjut usia mencengkeram polisi itu untuk melindungiku, membuatku bisa melarikan diri. Namun, baru saja aku berlari sekitar belasan meter, polisi itu berhasil mengejar dan menangkapku, lalu dua saudari datang dan memegangi polisi itu, membuatku bisa meloloskan diri. Sesampainya di rumah, jantungku terus berdegup kencang dan aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru saja terjadi. Aku bisa lolos karena saudari-saudari itu menahan polisi itu untuk melindungiku. Aku tidak tahu apakah mereka telah ditangkap, apakah mereka akan disiksa, dan apakah saudara-saudari lainnya telah ditangkap atau tidak. Aku teringat tentang dua kali penangkapan dan penyiksaan yang kualami sebelumnya. Aku merasa mengabarkan Injil di Tiongkok sangat berbahaya, karena orang bisa ditangkap dan dipenjara kapan pun dan di mana pun. Aku merasa sangat sedih, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa. Setelah berdoa, aku membuka buku firman Tuhan milikku dan membaca bagian ini: "Bagi semua orang, pemurnian sungguh menyakitkan, dan sangat sulit untuk diterima—tetapi, selama pemurnianlah Tuhan menyingkapkan watak-Nya yang benar kepada manusia, dan membuat tuntutan-Nya terhadap manusia terbuka, dan memberikan lebih banyak pencerahan, dan lebih banyak pemangkasan yang nyata. Melalui pembandingan antara fakta dan kebenaran, manusia memperoleh pengetahuan yang lebih besar tentang dirinya sendiri dan tentang kebenaran, serta memperoleh pemahaman yang lebih besar tentang maksud-maksud Tuhan, sehingga manusia dapat memiliki kasih akan Tuhan yang lebih benar dan lebih murni. Itulah tujuan-tujuan Tuhan dalam menjalankan pekerjaan pemurnian" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya dengan Mengalami Pemurnian, Manusia Dapat Memiliki Kasih Sejati"). "Selama akhir zaman ini engkau semua harus menjadi saksi bagi Tuhan. Seberapa besarnya pun penderitaanmu, engkau harus menjalaninya sampai akhir, dan bahkan hingga akhir napasmu, engkau harus setia dan tunduk pada pengaturan Tuhan; hanya inilah yang disebut benar-benar mengasihi Tuhan, dan hanya inilah kesaksian yang kuat dan bergema" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mulai merenungkan diriku sendiri. Aku menyadari kasihku kepada Tuhan tidak murni, dan aku tidak benar-benar tunduk kepada-Nya. Pada dua kali penangkapanku sebelumnya, aku tidak menyerah kepada Iblis ketika aku disiksa, dan aku tetap teguh dalam kesaksianku, jadi kupikir aku memiliki tingkat pertumbuhan, bahwa aku memiliki iman dan ketundukan kepada Tuhan. Namun, dicobai dan diserang oleh Iblis dari waktu ke waktu, tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya tersingkap. Aku mampu tetap teguh pada waktu itu bukanlah tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, itu karena iman dan keberanian yang firman Tuhan berikan kepadaku. Kali ini, aku mengerti bahwa memang berdasarkan tipu muslihat Iblislah, hikmat Tuhan bisa kita rasakan. Iblis menggunakan segala macam tipu muslihat untuk membuatku ditangkap dan disiksa, untuk mengalahkanku sepenuhnya dan membuatku mengkhianati Tuhan, tetapi Tuhan memakai situasi itu untuk membantuku melihat kesalahanku sendiri dan memahami kelemahanku, dan iman serta ketundukanku yang sejati disempurnakan melalui pencobaan jangka panjang itu. Aku tidak lagi merasa negatif atau sedih setelah memahami maksud Tuhan yang tulus, dan aku bertekad untuk mengikuti teladan Petrus, mengikuti pengaturan Tuhan dalam segala hal, dan apa pun penganiayaan dan kesukaran yang kuhadapi, aku akan melaksanakan tugasku, memberitakan Injil dan menjadi kesaksian bagi Tuhan.

Selama lebih dari dua puluh tahun, aku telah ditangkap, dianiaya, dan disiksa secara kejam oleh Partai Komunis, membuatku terpaksa meninggalkan rumahku dan melihat keluargaku hancur, dan terkadang aku merasa lemah. Firman Tuhan memberiku kekuatan dari waktu ke waktu, dan memampukanku bertahan hidup hingga hari ini. Aku telah mengalami beberapa penderitaan jasmani melalui penganiayaan dan kesukaran ini, tetapi aku semakin dekat dengan Tuhan. Aku juga mendapatkan beberapa pemahaman nyata tentang hikmat, kemahakuasaan, kasih, dan keselamatan Tuhan. Aku dengan jelas melihat bahwa Partai Komunis adalah setan jahat yang menentang Tuhan. Aku memberontak terhadapnya dan meninggalkan mereka sepenuhnya, dan menjadi makin teguh dalam mengikuti Tuhan. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah mengatur semua ini untukku, memungkinkanku untuk mendapatkan harta yang paling berharga dalam hidup.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Hanya untuk 300.000 Yuan

Oleh Saudara Li Ming, TiongkokSekitar pukul 9 malam pada 9 Oktober 2009, ketika aku, istri, dan putriku sedang mengadakan pertemuan,...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh