Memamerkan diri yang Tidak Tahu Malu

21 Januari 2022

Oleh Saudara Wan Xinping, Tiongkok

Pada Maret 2020, aku dipindah ke gereja baru. Aku pemimpin di gereja lamaku, dan saudara-saudariku sangat menghormatiku. Setiap punya masalah, mereka datang kepadaku untuk menyelesaikannya. Namun, di gereja baru ini, saudara-saudari tidak mengenalku. Aku merasa seperti pion tanpa nama, sangat mengecewakan. Kupikir: "Dahulu aku cukup mahir mengkhotbahkan Injil, jadi kini, jika bisa memakai kemampuanku untuk membimbing lebih banyak orang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, semua orang akan tahu aku punya kualitas dan melakukan tugasku lebih efektif daripada orang lain, lalu aku akan bisa menonjol." Jadi, aku mulai mengkhotbahkan Injil di mana-mana, dari pagi hingga malam, terkadang hingga terlalu sibuk untuk makan, dan tak lama kemudian, berkat khotbahku, belasan orang telah menerima pekerjaan Tuhan. Kupikir, "Pandangan saudara-saudariku tentang kemampuanku melakukan tugas pasti akan berubah." Saat melihat saudara-saudariku, aku tidak bisa menahan diri tidak pamer. Mereka berkata dengan iri, "Kau sangat mudah mengkhotbahkan Injil, tetapi kami tidak bisa. Saat bertemu target penginjilan yang punya gagasan dan tidak mau mendengarkan, aku tidak tahu harus berkata apa." Sebenarnya aku pun sering mengalami itu dan mandek dengan orang seperti itu, tetapi aku jarang membicarakan masalah dan kegagalan ini, atau tidak menyebutkannya sama sekali karena takut jika semua orang tahu, mereka tidak akan menganggapku kompeten atau menghormatiku. Kupikir, "Aku harus membicarakan pengalaman suksesku dalam mengkhotbahkan Injil agar kalian bisa lihat kehebatanku dalam tugasku." Jadi, aku berkata, "Mengkhotbahkan Injil tidak sulit. Saat bertemu target Injil, inilah caraku bersekutu dengan mereka..." Saudara-saudariku sangat mengagumiku saat mendengar itu. Setelah itu, bila ada teman atau kerabat yang ingin menyelidiki pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, orang lain akan berkata, "Minta Zhi Ping berkhotbah kepada mereka. Kau ingin Zhi Ping." Aku sangat senang saat tahu itulah pendapat semua orang. Tak lama, aku direkomendasikan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan penyiraman beberapa gereja. Ini membuatku makin bangga, aku punya panggung lebih besar untuk menunjukkan bakat. Saat saudara-saudariku mengalami kesulitan membagikan Injil atau menyirami pendatang baru dan mundur, atau tidak bersedia menderita dan membayar harga, aku menyemangati mereka dan bicara tentang penderitaanku saat mengkhotbahkan Injil. Aku bilang saat mengkhotbahkan Injil, terkadang suhunya minus 10 derajat di musim dingin dan anginnya menyayat wajah seperti pisau, tetapi bahkan dalam cuaca seperti itu, aku berkhotbah. Dalam hujan lebat, saat air mengalir deras di bawah jembatan, dan sepatuku basah, kuperas air dari solku, masukkan ke saku, dan melanjutkan perjalanan. Pernah dalam suhu di bawah minus 10 derajat, aku menemui seorang pendatang baru, dan menunggu di luar lebih dari satu jam sebelum dia datang. ... Saat saudara-saudariku mendengarnya, mereka memandangku setuju dan mengagumiku karena mampu menderita, dan itu selalu membuatku bahagia.

Lalu, pemimpinku menugaskan pekerjaan penyiraman banyak gereja kepadaku. Kupikir, "Hanya dalam beberapa bulan, aku telah dipromosikan lagi, jadi saudara-saudariku akan makin menghormatiku!" Selama masa itu, aku sering berdoa kepada Tuhan dan berusaha membekali diri dengan aspek kebenaran tentang menyiram pendatang baru. Secara bertahap, aku menemukan jalan dalam tugasku. Saudara-saudariku merasa mendengarkan persekutuanku bermanfaat bagi mereka. Tanpa kusadari, egoku mulai membengkak lagi dan aku mulai pamer lagi di pertemuan. Saat saudara-saudariku menanyakan cara mengatasi gagasan agama yang diungkit pendatang baru, kupikir, "Aku akan menjelaskan ini dengan baik agar semua orang bisa melihat keahlianku di bidang ini." Lalu, aku memberi tahu mereka pemikiran dan pengalamanku secara rinci, dan perlahan, semua orang menatapku berbeda. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian semua perkataanku, aku disambut oleh saudara-saudari ke mana pun aku pergi, bahkan saudara-saudari yang belum pernah mendengar persekutuanku juga meminta mendengarnya dariku. Lalu, aku mengambil masalah umum yang dihadapi dalam penginjilan dan pekerjaan penyiraman, menulis 17 aturan, membawanya ke pertemuan, dan berbincang dengan saudara-saudari. Saat itu, ada saudari yang suaminya kader desa dan menentang keyakinannya kepada Tuhan. Dia mengajukan banyak pertanyaan tajam, dengan sengaja mempersulit kami, dan secara pribadi meminta persekutuanku. Aku sangat khawatir tentang itu, tetapi dengan berdoa kepada Tuhan, aku menyanggah tiap pertanyaannya, dan pada akhirnya, dia terdiam. Setelah itu, aku mengambil pertanyaan dari suami saudari ini dan memasukkannya ke pertanyaan yang sering diajukan tentang menyebarkan Injil. Tiap kali di pertemuan, aku sengaja mengeluarkannya dan membicarakannya dengan jelas dan menggunakan pengalaman suksesku guna menunjukkan kepada saudara-saudari, aku kompeten dan bijaksana. Setelah pertemuan, beberapa saudara-saudari berkata, "Saudari, bisakah kau tinggal sehari lagi bersama kami dan memberi kami lebih banyak persekutuan?" Melihat semua orang mengagumiku, aku tidak bisa menahan diri merasa bangga. Untuk memberi tahu saudara-saudari bahwa aku orang penting, bisa menderita, dan membayar harga dalam tugas, aku bahkan berpura-pura mengatakan dengan santai, "Aku bertanggung jawab atas banyak gereja dan sudah punya janji di gereja lain. Banyak saudara-saudari yang menungguku. Aku sangat sibuk sehingga tidak punya waktu istirahat. ..." Saat berbicara dengan saudara-saudariku, aku juga sengaja mengatakan, "Tiap kali pergi ke pertemuan, itu butuh waktu seharian. Pinggangku pernah retak, dan aku tidak bisa duduk lama seperti ini." Seorang saudari mendengar itu dan berkata penuh kagum, "Kau benar-benar bekerja keras, kau harus perhatikan kesehatanmu." Karena sering pamer di antara saudara-saudari seperti ini, mereka merasa aku bisa menderita dan menanggung beban dalam menjalankan tugas.

Saat itu, aku terlalu sibuk dengan pertemuan dan persekutuan, terkadang hatiku kosong, dan tidak tahu harus membicarakan apa. Namun, saat melihat harapan di mata saudara-saudariku, kupikir, "Saudara-saudari kini merasa aku mempersekutukan kebenaran dengan jelas, dan semua orang menghormatiku ke mana pun aku pergi. Jika aku berkata tidak tahu cara bersekutu, bukankah citra baikku di hati mereka akan runtuh?" Jadi, aku pura-pura tenang dan meminta mereka bersekutu lebih dulu. Kupikir, "Aku akan dengarkan yang dibicarakan semua orang lebih dulu, lalu merangkum yang mereka katakan, dan membagikan pemahamanku. Itu akan membuatnya tampak telah menerima kebenaran lebih komprehensif dan jelas." Di akhir, saudara-saudari merasa aku memberikan persekutuan menyeluruh. Lalu, aku pura-pura merendah, "Karena aku punya tugas ini, Tuhan mencerahkanku dengan cara berbeda." Saat mengatakan ini, saudara-saudari menjadi lebih bergantung kepadaku. Selama waktu itu, apa pun masalah mereka dalam memberitakan Injil, mereka tidak berdoa atau mencari lagi, justru berharap aku bisa bersekutu dengan mereka dan menyelesaikannya. Saat itu, aku juga teringat tentang bahaya mengagumi dan dikagumi, dan merasa sedikit tidak nyaman, tetapi kupikir, "Persekutuanku adalah tentang pemahamanku tentang firman Tuhan dan menunjukkan jalan penerapan untuk saudara-saudariku. Tujuannya agar pekerjaan kami bisa mencapai hasil. Tidak ada yang salah dengan itu." Jadi, kekhawatiran dan kecemasan itu hanya terlintas di benakku. Namun, saat dipenuhi semangat dan antusiasme untuk melakukan tugas, psoriasis-ku yang beberapa tahun tidak muncul, tiba-tiba kambuh. Ada bercak besar di kaki, lengan, bahkan wajahku. Itu sangat gatal dan membuatku sangat tidak nyaman sehingga tidak bisa pergi ke pertemuan. Aku menggunakan berbagai obat, tetapi tidak ada yang membantu. Kali ini, itu lebih buruk dari sebelumnya. Aku sadar kondisi itu bukanlah kebetulan, pasti ada pelajaran yang bisa dipetik darinya. Aku mencari dan berdoa kepada Tuhan, tetapi saat itu, aku tidak menyadari apa masalahku.

Lalu, para pemimpinku mengatur agar aku bersekutu dengan beberapa saudara-saudari yang mengkhotbahkan Injil dan menyelesaikan masalah mereka. Lalu, kupikir, "Aku harus melakukan kerja bagus untuk menunjukkan kemampuan bekerjaku kepada mereka." Setelah itu, aku seperti seorang eksekutif perusahaan di rapat yang menyajikan laporan. Aku bersekutu dengan mereka tentang cara memahami poin kunci persekutuan saat mengkhotbahkan Injil, cara memecahkan masalah umum dalam mengkhotbahkan Injil. Saudara-saudari mendengarkan dengan cermat. Beberapa bahkan terus mencatat karena takut melewatkan sesuatu yang kukatakan, saudari yang menjamu kami juga duduk di dekat pintu, mendengarkan dengan cermat, dan sesekali memberiku air minum. Aku sangat senang melihat semua orang menyukai persekutuanku. Namun, aku juga sedikit gelisah. Semua ini hanya pemahaman pribadiku, jadi kesalahan tidak bisa dihindari. Apakah pantas semua orang menuliskan yang kukatakan? Namun, kupikir, "Saudara-saudari mungkin hanya ingin mencatat penerapan yang baik, untuk menggenapi tugas. Tidak ada yang salah dengan itu." Begitu memikirkannya seperti itu, aku memutuskan membiarkan orang-orang mencatat di pertemuan. Pada pertemuan esok harinya, seorang saudari kembali dan berkata, "Aku tidak mencatat persekutuan Saudari Zhi Ping kemarin, jadi aku akan mendengarkannya lagi hari ini." Setelah pertemuan selesai, kudengar dua saudari mengobrol. Satu orang berkata, "Apa kau merekamnya?" Saudari yang satunya mengeluh, "Kenapa tidak direkam?" Saat mendengar ini, aku merasa sedikit takut: "Jika semua orang menganggap kata-kataku begitu penting, bukankah aku membawa orang ke hadapanku sendiri?" Makin berpikir, makin aku takut, jadi aku pulang, dan berdoa kepada Tuhan, meminta dicerahkan agar bisa mengenal diriku.

Aku membaca dua kutipan firman Tuhan. "Meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri, memamerkan diri, berusaha membuat orang kagum terhadap mereka—umat manusia yang rusak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah cara orang bereaksi secara naluriah ketika mereka dikuasai oleh natur Iblis dalam diri mereka, dan ini umum dilakukan oleh semua manusia yang rusak. Bagaimana biasanya orang meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Bagaimana mereka mencapai tujuan ini? Salah satu cara adalah dengan bersaksi tentang berapa banyak mereka telah menderita, berapa banyak pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan berapa banyak mereka telah mengorbankan diri. Mereka membicarakan hal-hal ini sebagai wujud modal pribadi. Artinya, mereka menggunakan hal-hal ini sebagai modal yang melaluinya mereka meninggikan diri mereka sendiri, yang memberikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi, lebih mantap, lebih aman di dalam pikiran orang, sehingga lebih banyak orang menghargai, mengagumi, menghormati, dan bahkan memuja, mengidolakan, dan mengikuti mereka. Itulah tujuan utamanya. Apakah hal-hal yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan ini—yaitu semua tindakan meninggikan diri dan bersaksi tentang diri mereka sendiri ini—masuk akal? Tidak. Semua itu di luar cakupan rasionalitas. Orang-orang ini tidak punya rasa malu: mereka tanpa malu-malu memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lakukan bagi Tuhan dan berapa banyak mereka telah menderita bagi Dia. Mereka bahkan memamerkan karunia, talenta, pengalaman, dan keterampilan khusus mereka, atau teknik-teknik cerdas mereka berperilaku dan cara-cara yang mereka gunakan untuk mempermainkan orang. Metode mereka untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri adalah dengan memamerkan diri dan menganggap rendah orang lain. Mereka juga menyembunyikan dan menyamarkan diri mereka, menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan kegagalan mereka dari orang-orang sehingga orang-orang hanya bisa melihat kehebatan mereka. Mereka bahkan tidak berani untuk menceritakan kepada orang lain ketika mereka merasa negatif; mereka tidak berani untuk terbuka dan bersekutu dengan orang lain, dan ketika mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan upaya terbaik untuk menyembunyikan dan menutupinya. Tidak pernah mereka menyebutkan kerusakan yang mereka timbulkan terhadap rumah Tuhan selama pelaksanaan tugas mereka. Namun, ketika mereka membuat kontribusi kecil atau memperoleh sedikit keberhasilan kecil, mereka segera memamerkannya. Mereka tidak sabar ingin segera memberi tahu seluruh dunia tentang betapa mampunya mereka, betapa tingginya kualitas mereka, betapa istimewanya mereka, dan betapa mereka jauh lebih baik daripada orang normal. Bukankah ini suatu cara untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri?" ("Mereka Menipu dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Semua orang yang merosot mengagungkan diri mereka sendiri dan menjadi saksi bagi diri mereka sendiri, mereka berkeliling membual tentang diri mereka sendiri dan membesar-besarkan diri sendiri, dan mereka sama sekali tidak memedulikan Tuhan. Apakah engkau semua punya pengalaman tentang apa yang Aku sedang bicarakan? Banyak orang selalu memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri: 'Aku menderita seperti ini dan itu, aku telah melakukan pekerjaan ini dan itu, Tuhan telah memperlakukanku begini dan begitu; Dia memintaku untuk melakukan ini dan itu; Dia sangat menghargaiku; sekarang aku seperti ini dan itu.' Mereka sengaja berbicara dengan nada tertentu dan dengan sikap badan tertentu. Pada akhirnya, sebagian orang akhirnya mengira bahwa orang-orang ini adalah Tuhan. Begitu mereka sudah sampai sejauh itu, Roh Kudus sudah lama meninggalkan mereka. Sementara itu, walaupun mereka diabaikan dan tidak diusir, nasib mereka sudah ditetapkan, dan yang dapat mereka lakukan hanyalah menunggu datangnya hukuman mereka" ("Manusia Mengajukan Terlalu Banyak Tuntutan Kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan mengungkapkan keadaanku. Aku sering meninggikan diri dan pamer seperti ini. Saat pertama memulai di gereja baru, aku merasa tidak dikenal dan tidak penting, jadi terpikir mengkhotbahkan Injil agar orang lain bisa mengagumi dan mengikutiku. Untuk menunjukkan kemampuan bekerjaku dan mengubah kesan mereka terhadapku, aku tidak membicarakan pengalaman tentang kegagalanku, justru bicara banyak tentang bagaimana aku berkhotbah, berapa orang yang kubawa masuk, dan cara menyelesaikan masalah sulit untuk memberi ilusi dan membuat orang berpikir aku mampu melakukan apa pun. Saat dipromosikan, aku ingin lebih banyak orang menghormatiku dan punya tempat untukku di hati mereka, jadi aku selalu beri tahu saudara-saudari betapa sibuk dan menderitanya aku. Namun, aku tidak pernah membicarakan kelemahan dan kerusakanku agar orang berpikir aku bisa mengejar kebenaran, membayar harga, dan menanggung beban dalam tugasku. Bukankah ini menipu saudara-saudariku? Naga merah yang sangat besar terus mengkhotbahkan citra "agung, mulia, dan tepat" agar orang mengagumi dan mengikutinya, tetapi dalam segala hal, mereka menutupi hal jahat yang diam-diam dilakukannya untuk menipu orang-orang di dunia. Apa bedanya perbuatanku dengan naga merah yang sangat besar? Tuhan memberiku karunia dan bakat untuk menyebarkan Injil agar bisa memainkan peran untuk memperluas jangkauan Injil dan membawa lebih banyak orang ke hadapan Tuhan agar mendapatkan penyelamatan-Nya. Namun, aku menggunakan karunia dan bakat ini sebagai modal untuk pamer dan menonjolkan diri, serta menikmati rasa hormat dan disembah saudara-saudari. Aku sangat tak tahu malu. Karena terus meninggikan diri dan pamer untuk menipu saudara-saudariku, mereka tidak mencari atau berdoa kepada Tuhan saat punya masalah, justru bersekutu denganku untuk menyelesaikannya. Bukankah aku mencoba mengambil tempat Tuhan? Aku menentang Tuhan! Saat memikirkan ini, aku sangat takut. Aku berlutut di hadapan Tuhan dan menangis saat berdoa, "Ya Tuhan, aku salah. Aku meninggikan diri dan pamer untuk membuat orang lain menyembahku. Aku menempuh jalan terlarang menentang-Mu. Aku ingin bertobat."

Setelah itu, aku merenungkan diriku. Aku tahu terang dalam persekutuanku adalah pencerahan dari Roh Kudus, jadi kenapa aku masih tanpa sadar pamer dan menonjolkan diri? Aku kemudian membaca dalam firman Tuhan, "Ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Begitu manusia menjadi semakin congkak dalam natur dan esensi, mereka sering kali bisa tidak menaati dan menentang Tuhan, tidak mengindahkan firman-Nya, menghasilkan gagasan-gagasan tentang Dia, melakukan hal-hal yang mengkhianati-Nya, dan hal-hal yang meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri mereka sendiri. Engkau berkata engkau tidak congkak, tetapi seandainya kepadamu diberikan sebuah gereja dan engkau diizinkan untuk memimpinnya; seandainya Aku tidak menanganimu, dan tak seorang pun di keluarga Tuhan yang memangkasmu: setelah memimpinnya selama beberapa waktu, engkau pasti akan membawa orang kepada dirimu sendiri dan membuat mereka tunduk di hadapanmu. Dan mengapa engkau bisa melakukan itu? Ini pasti ditentukan oleh naturmu; itu pasti tak lain adalah penyingkapan yang alami. Engkau tidak perlu mempelajari hal ini dari orang lain, dan mereka juga tidak perlu mengajarkannya kepadamu. Engkau tidak perlu orang lain untuk memerintahkanmu atau memaksamu untuk melakukan hal ini; keadaan seperti ini muncul secara alami. Segala sesuatu yang kaulakukan adalah tentang membuat orang-orang tunduk di hadapanmu, memujamu, meninggikanmu, bersaksi tentang dirimu, dan mendengarkanmu dalam segala hal. Membiarkanmu menjadi pemimpin secara alami memunculkan situasi ini, dan itu tidak dapat diubah. Dan bagaimana keadaan ini bisa terjadi? Ini ditentukan oleh natur manusia yang congkak. Perwujudan dari kecongkakan adalah pemberontakan dan sikap yang menentang terhadap Tuhan. Ketika manusia congkak, merasa diri penting, dan merasa diri benar, mereka cenderung membangun kerajaan mereka sendiri dan melakukan segala sesuatu sesuka mereka. Mereka juga membawa orang lain ke dalam tangan mereka sendiri dan menariknya ke dalam pelukan mereka. Bagi orang yang mampu melakukan hal-hal semacam ini, itu berarti esensi dari natur mereka yang congkak adalah sama dengan natur Iblis; itu sama dengan natur penghulu malaikat. Ketika kecongkakan dan kepentingan diri mereka sendiri mencapai tingkat tertentu, mereka menjadi penghulu malaikat, dan Tuhan harus dikesampingkan. Jika engkau memiliki natur yang congkak semacam ini, Tuhan tidak akan memiliki tempat di hatimu" ("Natur Manusia yang Congkak adalah Akar dari Perlawanannya kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku melihat dari firman Tuhan bahwa naturku sangat congkak dan merasa benar sendiri. Aku seperti Paulus yang suka dipuja dan dikagumi. Awalnya, aku hanya ingin menjalankan tugas dengan baik, tetapi aku dikendalikan natur congkak dan merasa benar, jadi dalam kelompok, aku tanpa sadar pamer dan menonjolkan diri. Meski tahu kata-kataku mengandung niat dan tujuan pribadi, aku tak pernah bisa mengendalikan ambisi dan hasratku. Aku selalu ingin dikagumi dan dipuji. Sebagai anak, aku dimanjakan dengan perhatian oleh keluargaku, lalu saat dewasa, terjun ke bisnis dan menjadi pengusaha wanita terkenal. Di rumah dan di tempat kerja, akulah pengambil keputusan. Ke mana pun aku pergi, aku mendengar pujian dan kekaguman orang lain, aku pun menikmati perasaan menjadi bintang paling terang dan mendapat dukungan semua orang. Setelah percaya kepada Tuhan, aku tidak pernah puas menjadi orang biasa dan tidak dikenal di gereja. Aku selalu mencari kesempatan untuk membuat orang lain mengagumi dan mengormatiku. Natur Paulus sangat congkak, serta selalu ingin orang lain menyembah dan mengagungkannya, jadi ke mana pun itu, dia memamerkan banyaknya pekerjaan dan penderitaannya. Dia tidak pernah bersaksi tentang Kristus dalam surat-suratnya. Dia justru meninggikan dirinya dengan alasan mendukung gereja, lalu tanpa malu bersaksi bahwa dia hidup sebagai Kristus. Para orang percaya menyembah, mengagungkannya, menjadikan dia tolak ukur, bahkan menganggap kata-katanya sebagai firman Tuhan. Sampai-sampai saat ini, 2.000 tahun kemudian, banyak penganut agama berpegang teguh pada kata-kata Paulus, dan menolak menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Paulus membawa orang-orang ke hadapannya, yang menyinggung watak Tuhan, dan dihukum oleh Tuhan. Sekarang, aku juga congkak dan merasa benar sendiri, serta hidup berdasarkan ungkapan seperti "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah," "Unggul dari yang lain," serta ide dan sudut pandang iblis serupa. Aku selalu ingin ada di atas orang lain, pamer, dan menunjukkan bakatku. Ini menyebabkan saudara-saudariku hanya mendengarkanku saat sesuatu terjadi, menerima apa pun yang kukatakan, memikirkan cara untuk menebus saat tidak mencatat penuh persekutuanku, bahkan merekamku, karena menganggap kata-kataku lebih penting daripada firman Tuhan. Bahkan saat itu, aku tidak tahu harus merenungkan diri. Sebaliknya, aku membenamkan diri dalam sukacita dikagumi. Aku sangat congkak dan tidak tahu malu! Aku tidak mengetahui identitasku sendiri. Aku tidak mengerti diriku makhluk ciptaan, manusia yang dirusak oleh Iblis, tanpa malu-malu, aku meninggikan diriku. Aku ingin orang lain punya tempat untukku di hati mereka, mendengarkanku, dan mendukungku. Lalu, karena aku terus pamer, saudara-saudariku punya tempat untukku di hati mereka. Makin mereka mengagumiku, makin jauh mereka dari Tuhan. Bukankah aku hanya memperebutkan orang-orang dengan Tuhan? Aku teringat ketetapan administratif pertama Zaman Kerajaan, "Manusia tidak boleh membesarkan atau meninggikan dirinya sendiri. Dia harus menyembah dan meninggikan Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sepuluh Ketetapan Administratif yang Harus Ditaati Umat Pilihan Tuhan pada Zaman Kerajaan"). Manusia diciptakan Tuhan, jadi kita harus menyembah dan menganggap Dia di atas segalanya, tetapi aku membuat orang mengagumiku, menghormatiku, dan menganggapku di atas segalanya. Bukankah aku melanggar ketetapan administratif ini? Saat itu, aku merasa sangat takut. Aku menyadari bahaya dari pamer untuk membuat orang lain menyembah dan mengagungkanku. Jika berlanjut, aku pasti akan masuk neraka dan dihukum seperti Paulus! Penyakitku adalah Tuhan mendisiplinkanku. Dia memperingatkanku melalui penyakit bahwa aku telah tersesat. Ini penyelamatan Tuhan bagiku!

Lalu, aku teringat sebuah kutipan firman Tuhan, "Meskipun Tuhan berkata bahwa Ia adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan-Nya, yang mungkin terdengar seperti ada sedikit perbedaan dalam peringkat, kenyataannya adalah segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan bagi umat manusia jauh melebihi hubungan semacam ini. Tuhan mengasihi umat manusia, memedulikan umat manusia, dan menunjukkan perhatian kepada umat manusia, dan secara terus menerus serta tanpa berhenti menyediakan bagi umat manusia. Di dalam hati-Nya, Ia tidak pernah merasa bahwa ini adalah pekerjaan tambahan atau sesuatu yang layak mendapatkan banyak pujian. Dia juga tidak merasa bahwa menyelamatkan manusia, menyediakan bagi mereka, dan menganugerahkan segala sesuatu kepada mereka adalah memberikan kontribusi yang sangat besar untuk umat manusia. Ia hanya menyediakan bagi umat manusia secara diam-diam, dengan cara-Nya sendiri dan melalui esensi-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya. Tidak peduli seberapa banyak penyediaan dan seberapa banyak pertolongan yang umat manusia terima dari-Nya, Tuhan tidak pernah berpikir atau berusaha untuk memperoleh pujian. Ini ditentukan oleh esensi Tuhan, dan juga merupakan ungkapan yang sebenarnya dari watak Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). Tuhan adalah Pencipta, untuk menyelamatkan manusia dari belenggu Iblis, Tuhan secara pribadi datang berinkarnasi untuk bekerja di antara manusia, menerima kutukan dan fitnah orang-orang. Tuhan mengorbankan segalanya untuk umat manusia, tetapi tidak pernah pamer. Bahkan saat berinteraksi dengan orang, Dia tidak pernah memanfaatkan identitas-Nya sebagai Tuhan. Dia diam-diam memberi kita kebenaran dan kehidupan. Aku melihat esensi Tuhan itu indah dan baik, juga rendah hati dan tersembunyi, tanpa kecongkakan atau kesombongan. Sedangkan aku orang yang dirusak Iblis yang awalnya tidak punya apa-apa, tetapi Tuhan mengangkatku dengan tugasku, membimbing dan mencerahkanku dalam tugas, aku justru menggunakannya sebagai modal untuk pamer agar bisa membangun citra yang tinggi di hati orang-orang, serta mendapatkan kekaguman dan penghargaan. Aku terlalu tak tahu malu, juga terlalu menjijikkan dan keji di mata Tuhan. Aku berdoa di hadapan Tuhan, "Ya Tuhan, aku salah. Aku ingin mengakui dosa-dosaku kepada-Mu dan bertobat. Aku tidak lagi ingin pamer. Tolong bimbing aku dan tunjukkan jalan untuk menyelesaikan watak rusakku."

Aku membaca dua kutipan firman Tuhan. "Apa yang harus orang lakukan agar tidak meninggikan dan bersaksi tentang dirinya sendiri? Demikian pula, jika engkau memamerkan dirimu sendiri, engkau akan mencapai tujuanmu untuk meninggikan dan bersaksi tentang dirimu sendiri serta memunculkan pemujaan terhadap dirimu dalam diri orang lain—tetapi jika engkau menyingkapkan dan memperlihatkan dirimu yang sebenarnya, esensinya berbeda. Ini adalah tentang detail, bukan? Sebagai contoh, ketika engkau menyingkapkan motivasi dan pertimbanganmu, engkau harus mampu membedakan antara mengucapkan dan cara mengungkapkan dirimu yang berasal dari mengenal dirimu sendiri, dan cara mengungkapkan yang ingin memamerkan dirimu sendiri sehingga orang lain memujamu, yang berarti engkau sedang meninggikan dan dan bersaksi tentang dirimu sendiri. Jika engkau menceritakan bagaimana engkau telah berdoa dan mencari kebenaran, menjadi kesaksian selama ujian, maka ini berarti engkau sedang meninggikan dan memberi kesaksian tentang Tuhan. Melakukan seperti itu sama sekali tidak memamerkan dirimu sendiri dan tidak bersaksi tentang dirimu sendiri. Apakah engkau sedang memamerkan dirimu sendiri dan bersaksi tentang dirimu sendiri atau tidak terutama tergantung pada apakah engkau telah benar-benar mengalami apa yang kaukatakan, dan apakah efek memberi kesaksian tentang Tuhan telah tercapai atau tidak; jadi, perlu juga untuk melihat apa maksud dan tujuanmu ketika engkau berbicara tentang pengalaman dan kesaksianmu. Semua hal ini memudahkanmu untuk mengetahui perbedaannya. Niatmu juga terlibat ketika engkau menyingkapkan dan menganalisis dirimu sendiri. Jika niatmu adalah untuk memperlihatkan kepada semua orang bagaimana kerusakanmu terbukti, bagaimana engkau telah berubah, dan membiarkan orang lain mengambil manfaat darinya, maka perkataanmu itu sungguh-sungguh dan sebenarnya, serta sesuai dengan fakta. Niat seperti itu benar, dan engkau tidak sedang memamerkan dirimu atau bersaksi tentang dirimu sendiri. Jika niatmu adalah untuk memperlihatkan kepada semua orang apa yang benar-benar telah kaualami, dan bahwa engkau telah berubah dan memiliki kebenaran kenyatan, dan dengan demikian mendapatkan kekaguman dan penghormatan mereka, maka niat ini salah—dan harus disingkapkan juga. Jika pengalaman dan kesaksian yang kausampaikan adalah bohong, jika itu direkayasa, dan dirancang untuk menyesatkan orang, untuk menghalangi mereka melihat dirimu yang sebenarnya, untuk menghalangi niat, kerusakan, kelemahan, atau kenegatifanmu agar tidak tersingkap kepada orang lain, maka perkataan semacam itu curang dan mendua; ini adalah kesaksian palsu, ini berarti menipu Tuhan, ini mempermalukan Tuhan, dan itulah yang paling Tuhan benci. Ada perbedaan yang jelas antara keadaan-keadaan ini, yang dibedakan berdasarkan motivasi" ("Mereka Menipu dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Ketika menjadi kesaksian bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku mengerti dari firman Tuhan, jika ingin berhenti meninggikan dan bersaksi untuk diri sendiri, aku harus sering hidup di hadirat Tuhan, punya hati saleh yang takut akan Tuhan, membuka hatiku di depan saudara-saudariku, secara sadar menyingkap dan menganalisis kerusakan sendiri, serta bicara tentang pengalaman nyataku. Saat ingin meninggikan dan bersaksi untuk diriku, aku harus meninggalkan diri dan meluruskan niatku. Aku harus lebih sering menyingkap dan menganalisis kerusakan dan pemberontakanku, mempersekutukan pengetahuanku tentang pekerjaan Tuhan setelah mengalami penghakiman, hajaran, ujian, dan pemurnian-Nya. Aku harus lebih bicara dari hati agar saudara-saudariku bisa mengambil manfaat dari situ dan melihat sisi asliku. Setelah punya jalan penerapan, aku membeberkan pengalaman dan pemahamanku tentang masa ini pada pertemuan dengan saudara-saudariku, dan memberi tahu mereka bahwa sedikit terang dalam persekutuanku sepenuhnya berasal dari pencerahan Roh Kudus, bukan tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Tanpa bimbingan Tuhan, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka juga sadar menyembah dan mengagungkanku itu salah, lalu berkata tidak akan mengagungkan orang lagi. Mereka bilang akan berdoa kepada Tuhan dan mencari bimbingan-Nya saat punya masalah untuk mendapatkan pencerahan Roh Kudus. Lalu, dalam pertemuan, terkadang aku menemui masalah yang tidak kupahami, tetapi aku bisa melepaskan ego dan secara terbuka mencari dengan saudara-saudariku. Setelah mendengar ini, mereka bisa bersekutu tentang pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri, terkadang tentang hal-hal yang tidak kumengerti, yang sangat membantuku. Mereka tidak lagi menyembahku, dan saat menemukan masalah denganku, mereka bisa menunjukkannya secara langsung. Begitu punya keinginan meninggikan diri dan pamer lagi, aku berdoa kepada Tuhan, menerima pemeriksaan Tuhan, lalu aku juga membuka hatiku untuk saudara-saudariku, membiarkan mereka tahu kekurangan dan kelemahanku, serta menerima pengawasan mereka. Aku merasa aman dan nyaman saat menerapkan ini, juga merasakan manisnya menerapkan kebenaran. Begitu menyadari natur congkakku dan jalan keliru yang kuambil, aku bertobat kepada Tuhan. Psoriasis-ku berangsur-angsur menghilang, dan aku perlahan pulih.

Setelah mengalami pendisiplinan dan hajaran Tuhan, aku benar-benar merasa watak benar Tuhan begitu jelas dan nyata, dan meskipun mengalami penderitaan, niat Tuhan adalah menyelamatkanku dari watak jahatku, yang menunjukkan kepadaku kasih Tuhan yang sangat nyata. Penghakiman, hajaran, disiplin, dan didikan Tuhanlah yang menghentikanku dari melakukan kejahatan dan menarikku kembali dari ambang bahaya. Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan