Pilihan Paling Bemakna

16 September 2022

Oleh Saudara Víctor, Uruguay

Saat kecil, aku mengikuti orang tuaku percaya Tuhan. Saat dewasa, aku bekerja di bidang konstruksi dan membuka sekolah karate. Meskipun bertahun-tahun sibuk dengan pekerjaan, aku selalu berusaha lebih memahami tentang Tuhan, itulah sebabnya aku menonton banyak pendeta berkhotbah di TV. Kadang aku juga belajar Alkitab dengan pendeta dan teman-temanku, juga rutin menelusuri laman-laman Kristen di Facebook. Tahun 2020, karena pandemi, sekolah karateku harus tutup sementara, yang memberiku lebih banyak waktu mencari informasi tentang Tuhan di internet.

Suatu hari di bulan Desember tahun itu, aku menelusuri Facebook seperti biasa, saat tiba-tiba, aku mendapat pesan. Seorang saudari dari Taiwan bertanya apa aku ingin menghadiri pertemuan dan mendengarkan firman Tuhan. Aku dengan senang hati menerima. Setelah beberapa waktu ikut pertemuan dan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, kulihat firman ini mengungkapkan misteri rencana pengelolaan 6.000 tahun Tuhan, menyingkap akar kejatuhan, kerusakan, dan dosa manusia, juga menunjukkan jalan bagi umat manusia untuk membebaskan diri dari dosa dan ditahirkan. Aku belum pernah mendengar atau melihat misteri kebenaran ini, dan dalam hati kuyakin kata-kata ini adalah suara Tuhan, dan Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali! Aku sangat bersemangat. Aku tak pernah menduga bisa mendengar suara Tuhan dan menyambut Tuhan dalam hidupku. Aku merasa sangat terhormat. Setelah menerima Tuhan Yang Mahakuasa, aku merasa mendapatkan banyak dari setiap pertemuan. Jika tak bisa menghadiri pertemuan karena punya tugas atau hal lain, esok harinya, aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa yang dikirim dalam kelompok pertemuan, saudara-saudari juga membantuku memahami isi pertemuan itu. Ini berlanjut sekitar dua atau tiga bulan, setelah itu saudara yang menangani penyiraman memberitahuku, "Saudara Viktor, kami lihat kau sangat bersemangat mengejar dan ingin memahami kebenaran. Kami ingin mengundangmu untuk memimpin kelompok pertemuan. Apa kau tertarik?" Namun, sulit untuk menerimanya saat itu, karena kupikir aku harus segera membuka sekolah karateku lagi. Jika aku bertanggung jawab atas kelompok pertemuan, itu akan bentrok dengan waktu mengajarku. Bagaimana jika reputasi sekolah terpengaruh? Jadi, kubilang kepada saudara itu, "Aku khawatir tak bisa menerima tugas ini karena akan segera mengajar kelas karate. Mengajar adalah hal terpenting bagiku dan itu tak boleh dihalangi apa pun. Aku telah menjalankan sekolah ini selama 11 tahun. Ini hasil kerja kerasku selama bertahun-tahun, dan semua orang tua memercayakan pelatihan anak mereka kepadaku. Mereka semua sangat membutuhkanku, jadi aku tak bisa bertanggung jawab atas kelompok pertemuan."

Kemudian, dalam sebuah pertemuan, aku membaca kutipan firman Tuhan yang dibagikan seorang saudara, "Jika engkau adalah orang yang memperhatikan kehendak Tuhan, engkau akan mengembangkan beban sejati bagi gereja. Sebenarnya, alih-alih menyebutnya beban bagi gereja, lebih tepat menyebutnya sebagai beban yang kautanggung bagi hidupmu sendiri, karena tujuan dari beban yang engkau kembangkan bagi gereja ini dimaksudkan agar engkau menggunakan pengalaman semacam itu untuk disempurnakan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, barang siapa memikul beban terberat bagi gereja dan barang siapa membawa beban untuk memasuki kehidupan—merekalah yang akan menjadi orang-orang yang disempurnakan oleh Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perhatikan Kehendak Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). Kita bisa lihat dari firman Tuhan bahwa Tuhan berharap manusia bisa bangkit, bekerja sama dengan Tuhan, dan menjalankan tugas. Makin banyak bertugas, makin banyak kebenaran dipahami, dan makin kau bisa disempurnakan. Ini saat yang kritis bagi penyebaran Injil kerajaan Tuhan. Sebagai kelompok orang pertama di Uruguay yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, kita harus bangkit untuk membantu menyirami mereka yang baru menerimanya dan melakukan tugas kita. Dari bersekutu firman Tuhan dengan semua orang, aku memahami kehendak Tuhan. Aku sedikit malu saat ingat menolak tugasku, jadi kuberi tahu pengawas, "Aku bersedia melakukan tugasku." Namun, saat pengawas bertanya kapan aku punya waktu, aku bimbang lagi. Kupikir jika aku menyisihkan beberapa hari dalam seminggu untuk mengadakan pertemuan, begitu sekolah dibuka, itu akan menghalangi jadwal mengajarku. Aku sedang merenovasi sekolah. Aku ingin memastikan hasilnya bagus serta menarik lebih banyak orang untuk belajar dan berlatih, yang akan lebih baik untuk bisnisku. Kubilang kepada pengawas, "Aku sangat sibuk. Hanya punya waktu untuk mengadakan pertemuan pada hari Selasa." Jadi, aku mulai melakukan tugasku. Setelah itu, saudara-saudariku sering membantu dan menyemangatiku. Aku pun mulai dengan tulus membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, sering mendengarkan lagu pujian dan menonton film di aplikasi Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Selama periode ini, makin banyak orang menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, jadi pengawas bertanya apa aku bisa mengadakan lebih banyak pertemuan dan menyirami saudara-saudari baru. Aku sedikit khawatir, tapi karena sekolah belum mulai, kupikir aku bisa selenggarakan lebih banyak untuk sementara waktu, jadi aku setuju. Namun, aku juga memberi tahu pengawas bahwa aku tak akan punya waktu untuk tugasku saat mulai mengajar lagi. Kupikir itu tindakan yang benar untuk saat itu karena menurutku tak ada yang lebih penting daripada sekolah karateku. Sampai suatu hari, saat aku membaca kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa yang membuatku berubah pikiran.

Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sebenarnya, seluhur apa pun cita-cita manusia, serealistis apa pun keinginan manusia, atau seberapa pantas tampaknya hal-hal tersebut, semua yang ingin dicapai manusia, semua yang dicari manusia, terkait erat dengan dua kata. Kedua kata ini sangat penting bagi kehidupan setiap orang, dan kedua kata ini adalah hal-hal yang ingin Iblis tanamkan dalam diri manusia. Apakah kedua kata ini? Kedua kata ini adalah 'ketenaran' dan 'keuntungan.' Iblis menggunakan metode yang sangat halus semacam ini, sebuah metode yang sangat selaras dengan gagasan manusia, yang sama sekali tidak radikal, yang melaluinya menyebabkan orang tanpa sadar menerima cara hidup Iblis, aturan-aturan Iblis untuk dijalani, dan untuk menetapkan tujuan hidup serta arah dalam kehidupan mereka, dan dengan melakukannya, mereka juga tanpa sadar jadi memiliki ambisi dalam kehidupan. Sebesar apa pun tampaknya ambisi kehidupan ini, semua itu terkait erat dengan 'ketenaran' dan 'keuntungan.' Segala sesuatu yang diikuti oleh orang hebat atau terkenal mana pun—sebenarnya, oleh semua orang—dalam kehidupan, hanya terkait dengan dua kata ini: 'ketenaran' dan 'keuntungan.' Orang mengira setelah memiliki ketenaran dan keuntungan, mereka kemudian dapat memanfaatkan hal-hal tersebut untuk menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, serta menikmati hidup. Mereka menganggap ketenaran dan keuntungan adalah semacam modal yang bisa mereka gunakan untuk memperoleh kehidupan yang penuh pencarian akan kesenangan dan kenikmatan daging yang sembrono. Demi ketenaran dan keuntungan yang begitu didambakan umat manusia ini, orang-orang bersedia, meskipun tanpa sadar, menyerahkan tubuh, pikiran mereka, semua yang mereka miliki, masa depan, dan nasib mereka kepada Iblis. Mereka melakukannya bahkan tanpa keraguan sedikit pun, tanpa pernah tahu akan perlunya memulihkan semua yang telah mereka serahkan. Dapatkah orang tetap memegang kendali atas diri mereka sendiri setelah mereka berlindung kepada Iblis dengan cara ini dan menjadi setia kepadanya? Tentu saja tidak. Mereka sama sekali dan sepenuhnya dikendalikan oleh Iblis. Mereka telah sama sekali dan sepenuhnya tenggelam dalam rawa, dan tidak mampu membebaskan dirinya. Begitu seseorang terperosok dalam ketenaran dan keuntungan, mereka tidak lagi mencari apa yang cerah, apa yang benar, atau hal-hal yang indah dan baik. Ini karena kekuatan menggoda yang dimiliki ketenaran dan keuntungan atas diri orang-orang terlalu besar; ketenaran dan keuntungan menjadi hal yang dikejar orang sepanjang hidup mereka dan bahkan untuk selamanya tanpa akhir. Bukankah benar demikian?" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Tuhan secara menyeluruh membedah metode Iblis mengendalikan orang dengan ketenaran dan keuntungan. Firman Tuhan Yang Mahakuasa sangat nyata. Aku benar-benar hidup seperti itu. Yang selalu kukejar adalah bisa menonjol dan punya karier sukses, kupikir bisa lebih menikmati hidup jika aku punya semua ini, juga bisa dipandang dan dikagumi orang lain. Meski punya pekerjaan konstruksi dan penghasilan cukup untuk hidup, demi memperkaya diri, dipandang oleh lebih banyak orang, serta menikmati ketenaran dan kekayaan, aku membuka sekolah karate dan mengerahkan seluruh energiku untuk menjalankan sekolah dengan baik. Setelah percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, meskipun masih menghadiri pertemuan, prioritasku tetap sekolah karate. Saat tugasku datang kepadaku, aku takut itu menghambat kelasku, memengaruhi dampak dan reputasi sekolah, jadi aku menolaknya. Meskipun aku mengadakan pertemuan dan melakukan tugas, kupikir itu hanya sementara, dan menunggu karantina wilayah dicabut agar bisa menjalankan sekolah karateku. Setelah menyadari ini, aku malu. Kusadar bahwa aku menganggap ketenaran dan kekayaan sebagai landasan kelangsungan hidupku, berpikir menjalankan bisnisku lebih penting daripada kepercayaanku kepada Tuhan dan tugasku, sampai-sampai hampir membuat keputusan salah mengejar ketenaran dan kekayaan, lalu kehilangan kesempatan melakukan tugas dan mendapatkan kebenaran. Kini aku paham mencapai impian dan menjalankan bisnis itu tampaknya pengejaran yang benar, tapi tipu daya iblis ada di belakangnya. Iblis menggunakan ketenaran, kekayaan, dan status untuk mencobai serta merusak orang. Itu membuatku mengejarnya sepenuh hati dan ingin mendapatkan lebih setelah merasa cukup. Kini aku terperangkap jeratnya, tanpa sadar dikendalikan dan diikat oleh Iblis. Aku telah menjadi budaknya dan akan makin jauh dari Tuhan sampai dihancurkan oleh ketenaran dan kekayaan.

Kemudian, aku membaca dua kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Orang menghabiskan energi seumur hidup bertarung melawan nasib, menghabiskan seluruh waktu dengan sibuk. berusaha memberi makan keluarganya dan mondar-mandir antara kekayaan dan status. Hal-hal yang orang hargai adalah keluarga, uang, dan ketenaran, dan mereka memandang hal-hal ini sebagai hal paling berharga dalam hidup. Semua orang mengeluh tentang nasib mereka, tetapi mereka tetap mengesampingkan masalah terpenting yang seharusnya mereka pelajari dan pahami, yakni: mengapa manusia hidup, bagaimana manusia semestinya hidup, apa nilai dan makna hidup ini. Mereka menghabiskan seluruh hidup mereka, tidak peduli berapa lama berlangsungnya, sekadar sibuk mencari ketenaran dan kekayaan, sampai akhirnya masa muda mereka telah berlalu dan mereka telah menjadi tua dan keriput. Mereka hidup dengan cara ini sampai mereka melihat bahwa ketenaran dan kekayaan tidak dapat menghentikan kemunduran mereka menuju kepikunan, bahwa uang tidak dapat mengisi kehampaan dalam hati, bahwa tak seorang pun terbebas dari hukum kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian, bahwa tak seorang pun dapat melarikan diri dari apa yang telah ditentukan sebagai nasib mereka. Hanya ketika mereka dipaksa untuk menghadapi saat menentukan terakhir dalam hidup ini, barulah mereka memahami bahwa meskipun orang memiliki kekayaan yang besar dan aset yang banyak, meskipun ia berasal dari keluarga kaya dan terpandang, ia tak bisa melarikan diri dari kematian dan harus kembali pada kedudukannya yang semula: jiwa kesepian yang tidak memiliki apa pun" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). "Orang-orang menghabiskan hidup mereka mengejar uang dan ketenaran; mereka mencengkeram erat kedua hal ini, menganggap hal-hal ini sebagai satu-satunya sarana pendukung mereka, seakan dengan memiliki hal-hal tersebut mereka bisa terus hidup, bisa terhindar dari kematian. Namun, hanya ketika mereka sudah hampir meninggal, barulah mereka sadar betapa jauhnya hal-hal itu dari mereka, betapa lemahnya mereka ketika berhadapan dengan kematian, betapa rapuhnya mereka, betapa sendirian dan tak berdayanya mereka, tanpa tempat untuk berpaling. Mereka menyadari bahwa hidup tidak bisa dibeli dengan uang atau ketenaran, bahwa sekaya apa pun seseorang, setinggi apa pun kedudukan mereka, semua orang sama-sama miskin dan tidak berarti ketika berhadapan dengan kematian. Mereka menyadari bahwa uang tidak bisa membeli hidup, bahwa ketenaran tidak bisa menghapus kematian, bahwa baik uang maupun ketenaran tidak dapat memperpanjang hidup orang barang semenit atau sedetik pun" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Setelah membaca firman Tuhan, kupikir, "Meski percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, aku tak fokus mengejar kebenaran atau memenuhi tugas makhluk ciptaan. Aku masih sepenuh hati mengejar ketenaran, kekayaan, dan kenikmatan materi. Membuang waktu dan energiku yang berharga untuk semua itu. Apa yang bisa kudapatkan dengan percaya Tuhan seperti ini? Saat ini, di tengah pandemi, banyak orang meninggal di seluruh dunia. Aku tak tahu apa yang bisa terjadi dalam hidupku, dan tampaknya kesempatan mengejar kebenaran dan melakukan tugasku makin sedikit. Mungkin belum terlambat untuk mengejar kebenaran, tapi di ambang kematian, itu sudah terlambat. Aku beruntung bisa menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, Tuhan memberiku kesempatan untuk mengejar kebenaran dan diselamatkan, tapi aku tak menghargainya, tak mau menghabiskan lebih banyak waktu dan energi untuk mengejar kebenaran. Aku benar-benar buta! Dahulu, untuk mengejar ketenaran dan kekayaan duniawi, aku mengerahkan banyak usaha untuk mendirikan sekolah ini. Terlihat sangat bagus, sangat menarik, aku pun mendapatkan ketenaran, kekayaan, dan kenikmatan materi, tapi hatiku tetap sangat hampa, dan merasa tak ada gunanya hidup seperti ini. Sekarang, aku tak ingin menyia-nyiakan hidupku untuk hal ini lagi. Ada banyak orang kaya di dunia, orang yang punya ketenaran dan status, tapi mereka jauh dari Tuhan dan mengingkari Tuhan, lalu saat bencana melanda, mereka tetap akan mati. Kekayaan tak bisa membeli nyawa, ketenaran dan kekayaan tak berguna dalam menghadapi kematian. Hanya dengan mengejar dan mendapatkan kebenaran kita bisa memperoleh perlindungan Tuhan dan diselamatkan oleh Tuhan." Seperti firman Tuhan Yesus, "Karena apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Benar. Meski kau memenangkan ketenaran dan kekayaan di dunia, dihormati dan dikagumi orang-orang, itu semua tak bisa memberimu kehidupan. Itu hanya bisa menjauhkanmu dari Tuhan dan melenyapkan kesempatanmu diselamatkan. Saat melakukan tugas dan mencari kebenaran selama ini, aku mendapatkan sesuatu yang belum pernah kudapatkan. Aku memahami kehendak Tuhan, mulai berubah sedikit demi sedikit, dan memenuhi tanggung jawabku di gereja. Aku telah menemukan makna hidup. Aku ingin mengejar kebenaran, menaati Tuhan, menjalani kehidupan memenuhi tugas sebagai makhluk ciptaan, dan tak lagi hidup untuk Iblis.

Setelah beberapa saat, renovasi di sekolah karateku dan karantina wilayah selesai, tiba waktunya membuka kembali, tapi aku tak menantikannya seperti dulu, karena selama masa ini, aku banyak membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan tahu Tuhan ingin kita mengejar kebenaran, melakukan tugas agar bisa diselamatkan, bukannya mengejar ketenaran dan kekayaan di dunia, serta ditipu iblis. Jadi, kuputuskan menutup sekolah karate secara permanen. Kupikir itu keputusan terbaik untukku. Saat mengumumkan keputusan ini di grup orang tua dan mentor, beberapa orang dekatku tak percaya, karena mereka tahu betapa pentingnya sekolah ini bagiku. Banyak siswa dan orang tua juga mengirim pesan membujukku melanjutkan bisnis. Beberapa orang tua bilang, "Victor, anak-anakku sangat menikmati pelajaranmu. Apa kau benar-benar tak akan mengajar karate lagi?" Beberapa siswa bilang, "Sensei, bukankah kau bilang kariermu adalah hal terpenting, bahwa ini adalah hidupmu?" Saat mendengar kata-kata ini, aku sedikit gelisah. Aku telah bersusah-payah merenovasi sekolah, tapi belum pernah menggunakannya sekali pun. Apa aku benar-benar akan menutup itu selamanya? Apa bisnis yang kubangun bertahun-tahun lenyap begitu saja? Saat itu, aku merasa sedikit tak nyaman, tapi kemudian kubaca kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa. "Sebagai seorang yang normal dan yang berupaya keras untuk mengasihi Tuhan, masuk ke dalam kerajaan untuk menjadi salah satu dari antara umat Tuhan adalah masa depanmu yang sejati dan suatu kehidupan yang paling berharga dan penting; tidak ada yang lebih diberkati dari dirimu. Mengapa Kukatakan demikian? Sebab mereka yang tidak percaya kepada Tuhan hidup untuk daging, dan mereka hidup untuk Iblis, tetapi sekarang, engkau hidup untuk Tuhan, dan hidup untuk melakukan kehendak Tuhan. Itu sebabnya Kukatakan bahwa hidupmu adalah hidup yang paling bermakna" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kenalilah Pekerjaan Terbaru Tuhan dan Ikutilah Jejak Langkah-Nya"). Setelah membaca firman Tuhan, aku jauh lebih tenang. Aku mengerti bahwa mengejar ketenaran dan kekayaan tak punya nilai atau makna. Bukan kenikmatan materi atau ketenaran dan kekayaan dalam hidup yang bisa membebaskanku dari kehampaan hati atau membuatku diselamatkan oleh Tuhan. Hanya dengan mengejar kebenaran, mengejar kasih Tuhan, dan memenuhi kewajiban makhluk ciptaan, aku bisa menjalani hidup yang bermakna dan inilah kehidupan yang kudambakan. Meskipun masih punya banyak penyesalan tentang sekolah karateku, perkataan teman dan siswaku tak mengubah keputusanku karena aku tahu firman Tuhan lebih penting dari apa pun. Mengejar penyelamatan Tuhan lebih penting dari apa pun. Aku tak ingin terus menjalankan sekolah. Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dan energi untuk melakukan tugasku, karena aku tahu itu hal paling bermakna untuk dilakukan. Bahkan sekarang, beberapa temanku masih coba membujukku membuka sekolah, tapi aku berkomitmen dengan pilihanku. Meski telah meninggalkan kehidupan vulgar dan mencari kesenangan, juga kehilangan ketenaran duniawi dan rasa hormat dari orang lain, dengan melakukan tugasku bersama saudara-saudariku setiap hari, aku punya lebih banyak waktu membaca firman Tuhan dan bersekutu tentang kebenaran, lalu dari sini, aku telah memahami beberapa kebenaran dan melihat beberapa hal dengan jelas, terutama konsekuensi mengejar ketenaran dan kekayaan, aku juga sudah mulai mengejar kebenaran dan berjalan di jalan yang benar dalam hidup. Ini adalah keuntungan terbesarku selama masa ini. Yang kudapat jauh lebih berharga daripada ketenaran di dunia dan penghargaan orang lain. Sekarang, aku juga sering memberitakan Injil serta belajar menggunakan firman Tuhan untuk membantu dan mengurus mereka yang baru menerima Injil. Aku berharap lebih banyak orang bisa datang ke hadapan Tuhan dan punya kesempatan diselamatkan oleh Tuhan. Menurutku hidup dengan cara ini sangat aman dan bermakna.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Badai Perceraian Mereda

Oleh Saudari Lu Xi, Jepang Pada 2015, seorang teman membuatku mulai percaya kepada Tuhan yang Mahakuasa. Setelah menerima pekerjaan Tuhan...