Aku Teguh di Jalan Ini

20 Januari 2022

Oleh Saudari Han Chen, Tiongkok

Beberapa tahun yang lalu, aku ditangkap karena memberitakan Injil. Partai Komunis menghukumku tiga tahun karena "mengorganisasi dan menggunakan organisasi sesat untuk mengacaukan penegakan hukum." Setelah dibebaskan, kupikir akhirnya aku bisa kembali menghadiri pertemuan dan melanjutkan tugasku, tetapi aku tidak menyangka bahwa polisi akan terus mengawasiku dan membatasi kebebasanku. Ketika orang tuaku membawaku ke kantor polisi untuk pendaftaran tempat tinggalku, petugas yang bertanggung jawab atasku membentakku, "Kau harus melapor kepadaku jika mau meninggalkan daerah ini, dan kau dilarang meninggalkan kota ini atau pergi ke luar negeri selama lima tahun. Kau juga tidak boleh menerapkan imanmu. Jika kudapati kau telah menghadiri pertemuan agama, aku akan segera menjebloskanmu kembali ke penjara. Jangan pernah berpikir untuk bebas!" Mendengar hal ini, takut aku bisa ditangkap lagi, orang tuaku meminta kakak perempuanku untuk mengawasiku untuk memastikan aku tidak membaca firman Tuhan atau menghubungi saudara atau saudari mana pun. Kakakku mendapatkan pekerjaan untukku sebagai karyawan penjualan, dan jika aku pulang terlambat dia akan meneleponku dan bertanya, "Kau di mana? Apa yang sedang kaulakukan?" Suatu kali, ketika aku sedang membaca firman Tuhan di tabletku, kakak perempuanku memperhatikan dan menekanku apakah aku sedang membaca firman-Nya, dan bahkan mencoba merebut tablet itu dariku. Aku dengan cepat mengatakan bahwa aku sedang membaca novel dan dia meninggalkanku sendirian. Setelah itu, aku harus bersembunyi di bawah selimut untuk membaca firman Tuhan hanya setelah dia tertidur, dan menyelinap ke pertemuan sepulang kerja.

Suatu hari, kakak perempuanku menemukan beberapa firman Tuhan yang telah kusalin dan menanyaiku, "Kau masih beriman dan menghadiri pertemuan, ya?" Dengan marah, aku menjawab, "Beriman dan menyembah Tuhan adalah benar dan wajar. Jangan ganggu aku!" Dia kemudian bergegas memanggil kakak perempuan tertua kami, yang langsung datang dan menampar wajahku segera setelah dia masuk kamar, sambil memarahiku, "Beraninya kau masih percaya? Imanmu menjebloskanmu ke dalam penjara, yang membuat Ibu menangis setiap hari. Jika kau kembali masuk penjara, pikirkan apa yang akan terjadi pada Ibu! Tak bisakah kau melepaskan imanmu dan memberinya ketenangan sekali ini saja?" Mendengar dia mengatakan ini sangat menyakitkan, dan air mata mengalir deras di wajahku. Ibuku sangat menyayangiku sejak aku masih kecil, dan sekarang setelah dewasa, aku membuatnya khawatir akan diriku. Jika aku ditangkap lagi, mampukah dia menanggungnya? Aku merasa sedikit lemah, jadi aku segera berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk melindungi hatiku. Kemudian, aku melihat bagian ini dalam firman Tuhan: "Tuhan menciptakan dunia ini dan menghadirkan manusia, makhluk hidup yang ke dalam dirinya Dia anugerahkan kehidupan. Selanjutnya, manusia memiliki orang tua dan kerabat dan tidak sendirian lagi. Sejak pertama kali manusia melihat dunia lahiriah ini, dia telah ditakdirkan untuk berada dalam penentuan Tuhan dari semula. Napas kehidupan dari Tuhanlah yang menyokong setiap makhluk hidup sepanjang masa pertumbuhannya hingga dewasa" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Ya, setiap napasku berasal dari Tuhan. Dia sedang menjaga dan melindungiku saat aku tumbuh dewasa. Siapa pun yang baik atau yang membantuku, terutama cinta dan kasih sayang dari orang tuaku, semuanya diatur oleh Tuhan. Aku harus bersyukur kepada Tuhan dan membalas kasih-Nya. Menyangkal Tuhan atau mengkhianati-Nya adalah tindakan yang tidak masuk akal. Aku teringat tentang bagaimana aku dipenjara karena percaya kepada Tuhan, membuat ibuku stres dan kesehatannya memburuk. Bukankah semua ini karena Partai Komunis? Jika mereka tidak menangkap dan menganiaya diriku, orang tuaku tidak perlu merasa takut. Partai Komunis ingin aku mengkhianati Tuhan. Aku tidak akan membiarkan rencana jahat mereka berhasil. Memikirkan ini, tekadku pulih, dan aku tahu aku harus percaya dan mengikuti Tuhan, sekeras apa pun keluargaku menghalangi. Setelah itu, aku terus bekerja sambil juga menghadiri pertemuan dan memberitakan Injil.

Pada Februari 2017, aku sedang bersiap-siap pergi bekerja suatu pagi ketika aku mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Penelepon itu berkata, "Ini Kepala Chen dari Komisi Urusan Politik dan Hukum. Datanglah dalam dua hari ke depan untuk menandatangani pernyataan bahwa kau tidak percaya kepada Tuhan. Semua orang percaya lokal lainnya yang ditangkap dan dibebaskan telah tanda tangan, kau satu-satunya yang tersisa." Mendengar ini membuatku sangat marah. Imanku hanya mengharuskanku menghadiri pertemuan dan membaca firman Tuhan, tetapi mereka memenjarakanku karena hal itu, menyiksaku, dan mencoba mencuci otakku. Sekarang setelah aku dibebaskan, mereka masih mengawasiku, tidak membiarkanku menerapkan imanku atau menghadiri pertemuan, bahkan berusaha memaksaku untuk menandatangani sesuatu yang menyangkal imanku. Mereka benar-benar hina dan jahat! Namun kemudian kupikir, jika aku mengatakan kepadanya aku tidak mau tanda tangan, akankah mereka datang ke tempat kerjaku dan membawaku kembali ke penjara? Aku tidak mau kembali ke penjara dan menjalani kehidupan yang tidak manusiawi. Jadi, aku berkata kepadanya: "Aku sibuk bekerja selama dua hari ke depan dan tidak punya waktu. Aku akan datang beberapa hari lagi." Di luar dugaanku, keesokan harinya, Kepala Chen mengirimiku pesan yang mengatakan: "Kartu asuransi kesehatanmu sudah masuk. Datanglah dan ambil hari ini." Aku melihat pesan itu dan berpikir: "Aku tidak pernah mengajukan kartu asuransi kesehatan. Apakah ini salah satu tipu daya Iblis?" Aku teringat sesuatu yang Tuhan katakan: "Engkau semua harus berjaga-jaga dan menanti-nantikan setiap saat, dan engkau harus lebih banyak berdoa di hadapan-Ku. Engkau harus mengenali berbagai tipu muslihat dan rencana licik Iblis, mengenali roh, mengenali orang, dan mampu membedakan semua jenis orang, peristiwa dan hal-hal" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 17"). Firman Tuhan mengingatkanku bahwa Iblis memiliki banyak tipu daya. Dengan mengatakan semua orang percaya lokal yang ditangkap dan kemudian dibebaskan telah tanda tangan kecuali aku, Kepala Chen mencoba menipuku agar aku pergi. Karena tipu daya itu gagal, mereka menggunakan kartu asuransi kesehatan sebagai umpan. Mereka benar-benar licik. Memikirkan semua ini, aku memutuskan untuk tidak pergi.

Kemudian keesokan harinya, ayahku bergegas ke tempat kerjaku, terlihat sangat tergesa-gesa dan berkata kepadaku, "Kemarin, Kepala Chen memanggilku ke kantornya pagi-pagi. Dia mengatakan kepadaku bahwa kota sedang melakukan penyelidikan khusus tentang apakah kau masih menerapkan imanmu atau tidak, dan jika kau menandatangani surat yang menyatakan bahwa kau tidak melakukannya, maka kau bisa menjalani kehidupan normal seperti orang lain, dan tak seorang pun yang akan memantau atau mencarimu. Namun, jika tidak tanda tangan, kau akan ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Dengarkan aku—lepaskan imanmu, pergi saja dan tanda tangani surat itu." Aku marah dan merasa jijik mendengarnya. Aku berkata kepada ayahku, "Ayah, kau tahu bahwa percaya kepada Tuhan adalah jalan yang benar. Bencana makin serius sekarang. Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa mengungkapkan kebenaran untuk mentahirkan dan menyelamatkan orang dari kerusakan dan bencana. Namun, Partai Komunis secara gila-gilaan menangkap dan menganiaya orang percaya, memaksa mereka untuk mengkhianati Tuhan agar mereka akan berakhir di neraka bersama PKT. Menandatangani surat tersebut berarti mengkhianati Tuhan dan pada akhirnya aku akan dimusnahkan! Aku tidak mau tanda tangan." Ayahku, merasa ketakutan dan gelisah, berkata kepadaku, "Jika kau tidak tanda tangan, polisi akan menjebloskanmu kembali ke dalam penjara. Apa kau benar-benar mau menderita lagi di sana? Meskipun kau tidak memikirkan diri sendiri, bagaimana dengan adik perempuanmu? Partai Komunis mengejar seluruh keluarga orang percaya. Lihatlah kakak perempuanmu. Dia lulus dari Universitas Normal dan seharusnya bisa mendapatkan pekerjaan di sekolah dasar yang bagus, tetapi dia gagal dalam penyaringan politik karena imanmu. Sepupumu harus menggunakan pengaruhnya dan menghabiskan banyak uang hanya untuk memasukkannya ke sekolah rata-rata. Dan sepupumu yang lulus ujian pegawai negeri juga gagal dalam penyaringan politiknya karena nenekmu adalah orang percaya. Adik perempuanmu lulus dari Universitas Normal tahun ini dan akan mencari pekerjaan, dan jika kau tidak tanda tangan, dia tidak akan lulus penyaringan politik dan pasti tidak akan menemukan pekerjaan bagus. Bukankah kau sedang merusak masa depannya? Dengarkan aku, gertakkan gigimu dan tanda tangani. Tidak bisakah kau beriman secara diam-diam? Mengapa begitu keras kepala?" Melihat wajah kuyu ayahku, dengan air mata di matanya, sangat cemas sampai ada bekas luka yang mengering di mulutnya, aku merasa sangat tidak nyaman dan dilematis. Jika aku tanda tangan, aku akan mengkhianati Tuhan dan dicap dengan tanda binatang; aku akan sepenuhnya ditangkap oleh Iblis tanpa harapan untuk diselamatkan. Namun, jika aku tidak tanda tangan, aku akan ditangkap dan dijebloskan kembali ke dalam penjara di mana aku akan disiksa. Selain penderitaan fisik, bagaimana jika aku dipukuli sampai mati? Dan adik perempuanku, jika dia tidak lulus penyaringan politik dan masa depannya terpengaruh, seluruh keluargaku akan membenciku selama sisa hidupku. Memikirkan semua itu seperti ada pisau yang menghunjam dada. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku berkata kepada ayahku, "Biar kupertimbangkan." Setelah dia pergi, aku berdoa kepada Tuhan sambil menangis: "Ya Tuhan, aku takut ditangkap polisi, lalu dijebloskan kembali ke dalam penjara dan disiksa, dan aku khawatir keluargaku juga akan terseret. Aku merasa lemah. Ya Tuhan, kumohon beri aku iman dan kekuatan, dan bimbing aku untuk berdiri teguh dalam kesaksianku."

Setelah berdoa, aku tak sengaja menemukan beberapa firman Tuhan. "Ketika orang belum diselamatkan, hidup mereka sering diganggu, dan bahkan dikendalikan oleh Iblis. Dengan kata lain, orang yang belum diselamatkan adalah tawanan Iblis, mereka tidak memiliki kebebasan, mereka belum dilepaskan oleh Iblis, mereka tidak layak atau berhak untuk menyembah Tuhan, dan mereka dikejar dengan gigih dan diserang secara kejam oleh Iblis. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kebahagiaan untuk ditunjukkan, mereka tidak memiliki hak keberadaan yang normal untuk ditunjukkan, dan bahkan mereka tidak memiliki martabat untuk ditunjukkan. Hanya jika engkau berjuang dan berperang melawan Iblis, menggunakan imanmu kepada Tuhan serta ketaatanmu, dan rasa takutmu akan Tuhan sebagai senjata yang digunakan dalam pertarungan hidup dan mati melawan Iblis, sehingga engkau akan mengalahkan Iblis sepenuhnya dan membuatnya lari terbirit-birit dan menjadi ketakutan kapan pun dia melihatmu, sehingga dia menghentikan serangan dan tuduhannya terhadapmu—baru setelah itulah engkau akan diselamatkan dan menjadi bebas. Jika engkau bertekad untuk benar-benar putus dengan Iblis, tetapi tidak diperlengkapi dengan senjata yang akan membantumu mengalahkan Iblis, maka engkau akan tetap berada dalam bahaya; seiring berjalannya waktu, ketika engkau begitu tersiksa oleh Iblis sehingga engkau tidak memiliki kekuatan lagi dalam dirimu, juga engkau tetap tidak mampu menjadi kesaksian, masih belum sepenuhnya membebaskan dirimu dari tuduhan dan serangan Iblis terhadapmu, maka engkau memiliki harapan yang sedikit untuk memperoleh penyelamatan. Pada akhirnya, saat akhir pekerjaan Tuhan dikumandangkan, engkau akan tetap berada dalam cengkeraman Iblis, tidak mampu membebaskan dirimu, dan dengan demikian engkau tidak akan pernah memiliki kesempatan atau harapan. Maka, implikasinya adalah orang tersebut akan sepenuhnya berada dalam penawanan Iblis" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"). Merenungkan firman Tuhan, aku sadar penganiayaan Partai Komunis dan campur tangan keluargaku semuanya adalah pencobaan dan serangan dari Iblis. Aku teringat ketika Ayub dicobai oleh Iblis. Semua yang dia miliki dicuri darinya dan dia bahkan kehilangan anak-anaknya, tubuhnya dipenuhi bisul menyakitkan, istrinya sendiri menyerangnya dan menyuruhnya meninggalkan Tuhan dan mati, tetapi Ayub menjadi saksi, mengandalkan iman dan penghormatannya kepada Tuhan, tidak pernah mengeluh tentang Tuhan atau menyangkal Dia, bahkan memuji Dia, mengatakan: "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). Ayub menang atas pencobaan Iblis, menjadi kesaksian yang berkumandang bagi Tuhan. Dengan mempermalukan dan mengalahkan Iblis, Ayub menjadi manusia bebas. Setelah aku dibebaskan dari penjara, Partai Komunis menggunakan keluargaku untuk memaksaku menandatangani surat yang menyangkal imanku. Setiap kali, itu adalah pencobaan dan serangan dari Iblis. Iblis menggunakan kasihku untuk keluargaku dan perhatianku pada masa depan adik perempuanku untuk membuatku mengkhianati Tuhan. Jika aku membela keluarga dan kepentingan dagingku dengan mengkhianati Tuhan, bukankah aku akan ditawan Iblis? Aku tahu aku tidak boleh tertipu oleh tipu daya Iblis, tetapi harus mengikuti teladan Ayub, menjadi saksi bagi Tuhan dan mempermalukan Iblis.

Kemudian aku menonton video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "'Sekuat' apa pun Iblis, seberani dan seambisius apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan, seluas apa pun teknik yang digunakannya untuk merusak dan memikat manusia, selihai apa pun trik dan rencana jahat yang digunakannya untuk mengintimidasi manusia, sehebat apa pun kemampuannya merubah bentuk keberadaan dirinya, ia tidak pernah mampu menciptakan satu makhluk hidup pun, tidak pernah mampu menetapkan hukum atau aturan untuk keberadaan segala sesuatu, dan tidak pernah mampu mengatur dan mengendalikan objek apa pun, baik yang hidup atau mati. Di alam semesta dan cakrawala, tidak ada orang atau objek apa pun yang lahir dari dirinya, atau ada karena dirinya; tidak ada orang atau objek apa pun yang diatur olehnya, atau dikendalikan olehnya. Sebaliknya, ia bukan saja harus hidup di bawah kekuasaan Tuhan, tetapi, lebih dari itu, ia harus menaati semua perintah dan titah Tuhan. Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan. Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di gunung, daripada burung-burung yang terbang di udara, daripada ikan di laut, dan daripada belatung di tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan bekerja untuk umat manusia, serta melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya. Selicik apa pun naturnya, dan sejahat apa pun hakikat dirinya, satu-satunya yang dapat ia lakukan hanyalah dengan patuh menaati fungsinya, yaitu: melayani Tuhan, dan menyediakan sebuah kontras bagi Tuhan. Seperti itulah esensi dan posisi Iblis. Hakikat dirinya tidak ada hubungannya dengan hidup, tidak ada hubungannya dengan kuasa, tidak ada hubungannya dengan otoritas; ia hanyalah mainan di tangan Tuhan, hanya mesin yang melayani Tuhan!" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Menonton ini memberiku beberapa wawasan tentang otoritas dan kedaulatan Tuhan. Sekejam apa pun Iblis, dia hanyalah bidak di tangan Tuhan, alat dalam pelayanan kepada-Nya. Mengingat kembali penangkapan dan penyiksaanku di tangan Partai Komunis, ketika dagingku lemah, firman Tuhan menguatkan imanku dan membimbingku melewati setiap kesulitan. Setelah aku dibebaskan dari penjara, Partai Komunis terus memantauku, dan keluargaku, yang tertipu oleh kabar bohong mereka, juga terus mengawasiku. Namun, melalui bimbingan firman Tuhan, aku memahami sedikit kebenaran, menang atas pencobaan demi pencobaan, dan tekadku untuk mengikuti Tuhan diperkuat. Melalui semua itu, aku melihat bahwa Iblis hanyalah alat bagi Tuhan untuk menyempurnakan umat pilihan-Nya. Tidak ada yang perlu kutakutkan. Tuhan mengatur segalanya—Dia bertanggung jawab atas nasib setiap orang. Hidup dan matiku berada di tangan Tuhan dan tidak bisa diputuskan oleh orang lain. Apakah adik perempuanku dapat menemukan pekerjaan atau tidak, masa depan seperti apa yang akan dia miliki—semua ini ditentukan oleh Tuhan. Partai Komunis bahkan tidak mampu mengendalikan nasib mereka sendiri, jadi bagaimana mereka bisa mengendalikan hidup dan matiku, dan masa depan adik perempuanku? Meskipun suatu hari aku kembali ditangkap dan disiksa oleh polisi, Itu terjadi karena Tuhan mengizinkannya. Aku harus mengandalkan Tuhan dan menjadi saksi. Jika aku mencintai hidupku, mengkhawatirkan kepentingan keluargaku, dan menandatangani surat yang berarti mengkhianati Tuhan, itu akan menjadi aib. Meskipun aku hidup, aku hanya akan menjadi mayat hidup. Dengan pemikiran itu, aku menguatkan diri untuk melawan pencobaan dan serangan apa pun dari Iblis, dan berdiri teguh dalam kesaksianku dan mempermalukan Iblis!

Malam itu, setelah aku tiba di rumah, kakak perempuanku memarahiku: "Komisi Politik dan Hukum memberimu waktu tiga hari. Besok adalah hari terakhir. Kau akan tanda tangan atau tidak? Ibu dan Ayah makin tua, mereka selalu mengkhawatirkanmu. Mereka hampir tidak makan atau tidur selama tiga tahun kau berada di penjara. Kau sudah bebas sekarang, tetapi masih menjadi orang percaya, jadi mereka masih hidup dalam kekhawatiran. Apa kau tidak peduli dengan mengecewakan mereka seperti ini? Apa kau tidak punya hati nurani? Apa begitu sulitnya menandatangani surat itu?" Aku sadar bahwa ini adalah Iblis yang kembali menyerangku melalui keluargaku. Aku teringat firman Tuhan: "Engkau harus memiliki keberanian-Ku di dalam dirimu, dan engkau harus memiliki prinsip-prinsip dalam hal menghadapi kerabat yang tidak percaya. Namun demi Aku, engkau juga tidak boleh tunduk pada kekuatan gelap apa pun. Andalkanlah hikmat-Ku untuk berjalan dengan cara yang sempurna; jangan izinkan persekongkolan Iblis apa pun menguasaimu. Kerahkan segala upayamu untuk menaruh hatimu di hadapan-Ku, dan Aku akan menghiburmu dan memberimu kedamaian dan kebahagiaan di hatimu. Jangan berusaha untuk bersikap dengan cara tertentu di depan orang lain; bukankah lebih berharga dan berbobot untuk memuaskan-Ku? Dengan memuaskan-Ku, bukankah engkau akan semakin dipenuhi dengan kedamaian dan kebahagiaan abadi?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). Aku tahu kepercayaanku kepada Tuhan adalah jalan yang benar, dan aku harus tetap setia kepada-Nya apa pun yang terjadi. Partai Komunis menyesatkan dan menekan keluargaku agar aku melepaskan imanku. Ini jelas menunjukkan kepadaku esensi jahat Partai Komunis yang membenci kebenaran dan menjadi musuh Tuhan. Aku membenci dan menolak mereka dari hatiku. Tuhan juga sedang menguji iman dan kesetiaanku kepada-Nya dalam kondisi seperti ini. Bahkan tanpa pengertian atau dukungan dari orang lain, aku harus menjadi saksi dan mempermalukan Iblis. Dengan pemikiran ini, aku menjawab kakak perempuanku: "Ibu dan Ayah tidak bisa makan atau tidur nyenyak, dan selalu khawatir, itu salah siapa? Bukankah semua ini salah PKT? Percaya kepada Tuhan, menjadi orang baik, dan mengikuti jalan yang benar adalah hal yang benar dan wajar, Namun, PKT tidak hanya menangkapku, mereka juga melibatkan seluruh keluarga kita ke dalamnya tanpa jalan keluar. PKT-lah yang bersalah!" Pada saat itu, kakak perempuan sulungku menelepon, menuntut jawaban: "Apa kau akan tanda tangan besok atau tidak? Kau hanya punya dua pilihan. Entah kau menandatangani surat yang menjanjikan bahwa kau tidak percaya kepada Tuhan itu dan terus bekerja, mendapatkan uang, dan menjalani kehidupan yang baik, atau kau tidak tanda tangan dan menunggu untuk dijebloskan ke dalam penjara!" Aku menjawab dengan tegas: "Meskipun aku harus kembali ke penjara, aku tidak akan menandatangani surat itu!" Dia menutup telepon dengan marah, dan kakak perempuanku yang lain mengabaikanku.

Kemudian aku dipindahkan ke luar kota untuk tugasku. Aku melepaskan diri dari ikatan Iblis dan mengorbankan diriku bagi Tuhan, tubuh dan jiwa. Itu lebih dari tiga tahun yang lalu. Setiap kali aku mengingat kembali seluruh pengalaman itu, aku merasakan perasaan tenang di hatiku. Aku merasa itu adalah pilihan terbaik yang pernah kubuat, dan aku takkan pernah menyesalinya.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Penderitaan karena Berbohong

Oleh Saudara Ni Qiang, MyanmarPada Oktober 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Di pertemuan, aku melihat...