Di Persimpangan Jalan

24 November 2022

Oleh Saudara Li Yang, Tiongkok

Aku lahir di sebuah desa pertanian dan dibesarkan dalam keluarga miskin. Orang tuaku petani sederhana yang sering dirundung orang. Sebagai seorang anak, aku bertekad ketika dewasa, aku harus menjadi orang yang berhasil dan membuat penduduk desa lain mengagumi kami, tidak lagi memandang rendah dan merundung kami. Aku mulai belajar seni bela diri ketika berusia 11 tahun, dan meskipun itu melelahkan dan aku sering terluka, aku tak pernah menyerah, sesulit apa pun itu. Beberapa waktu kemudian, karena ingin memulai bisnis dan terlihat paling menonjol, aku meminjam uang, memberi hadiah, dan membina hubungan di mana-mana. Pada tahun 1999, akhirnya aku mampu mendaftarkan pendirian sebuah sekolah seni bela diri.

Setelah dibuka, sekolah itu berkembang di bawah pengelolaanku yang tekun dengan keuntungan yang terus-menerus meningkat. Sekolah itu mendapatkan pujian dari penduduk setempat dan orang tuaku bangga terhadapku, merasa aku telah membawa kehormatan bagi keluarga. Para siswa dan orang tua mereka menjilatku, dan Biro Olahraga Kota dan walikota sangat menghargaiku, dan selalu menyambutku dengan senyuman. Melihat kekaguman semua orang membuatku merasa sangat penting dan dihormati dan keinginanku akan status terpuaskan sepenuhnya. Aku sangat bahagia, merasa akhirnya aku telah berhasil dalam hidupku. Aku berpartisipasi dalam banyak acara sosial agar sekolah memiliki pengaruh, menyuap berbagai departemen dan mengirim hadiah kepada para pemimpin selama liburan agar mereka memberiku sertifikat prestasi dan mempromosikan sekolah. Untuk menjilat mereka, aku mengatakan dan melakukan banyak hal yang bertentangan dengan keyakinanku sendiri, takut jika aku salah bicara kepada seorang pejabat, bisnis, status, dan reputasi yang kukembangkan dengan susah payah akan lenyap dalam sekejap. Aku selalu gelisah dan tak bisa tenang. Rasanya sangat melelahkan baik secara fisik maupun mental—itu cara hidup yang sulit dan melelahkan. Pada waktu itu, aku bingung: bisnisku berhasil dan aku telah memperoleh reputasi dan keuntungan, jadi mengapa hidup terasa begitu sulit dan melelahkan?

Kemudian, pada Mei 2012, aku menerima Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Melalui berkumpul dan berinteraksi dengan saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, aku melihat bahwa tempat ini adalah tempat yang bebas dari penipuan, bebas dari transaksi kekuasaan dan uang. Semua orang hanya berfokus mengejar kebenaran. Ketika mereka mengungkapkan watak diri yang rusak, mereka mampu membuka diri untuk mempersekutukan pengenalan mereka akan diri mereka sendiri, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah mereka. Itu sesuatu yang tak kulihat di tengah masyarakat. Aku merasa jalan iman adalah jalan yang benar untuk ditempuh dalam hidup. Dengan membaca firman Tuhan, aku mengerti bahwa pada akhir zaman, Tuhan melakukan pekerjaan memberi upah kepada orang yang baik dan menghukum orang yang jahat. Hanya mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran yang akan mendapatkan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, dan pada akhirnya akan diselamatkan dan selamat dari malapetaka besar. Sedangkan mereka yang tidak percaya atau tidak mengejar kebenaran, sebaik apa pun mereka menjalankan bisnis atau sebanyak apa pun uang yang mereka hasilkan, pada akhirnya semuanya itu akan sia-sia, dan semua itu tak akan mampu menyelamatkan hidup mereka sendiri. Setelah mengerti semua itu, aku tidak lagi terlalu fokus pada pengembangan sekolah. Sebaliknya, ketika ada waktu luang, aku akan pergi dan memberitakan Injil.

Awalnya keluargaku mendukung kepercayaanku. Namun, beberapa waktu kemudian, putra sulungku melihat di berita bahwa pemerintah menindas dan menangkap orang-orang percaya. Karena takut kepercayaanku akan mengancam sekolah, putraku mulai menentang kepercayaanku, bahkan mengancam akan melaporkanku ke polisi. Seorang pejabat pemerintah yang berhubungan baik denganku juga menasihatiku, "Beriman tidak diperbolehkan di negara ini. Kau harus melepaskannya. Jika kau ditangkap, kau bukan saja akan dihukum, tetapi sekolahmu mungkin akan ditutup. Bukankah itu akan menghancurkan keluargamu?" Kukatakan kepadanya bahwa imanku ini adalah jalan yang benar dan aku bertekad akan mempertahankan imanku sampai akhir. Karena dia tak mampu meyakinkanku, dia memberi tahu istriku beberapa kebohongan Partai Komunis yang memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Dia juga berkata orang-orang yang percaya kepada "Kilat dari Timur" adalah target utama pemerintah untuk ditangkap, dan keturunan mereka akan terpengaruh secara negatif, anak-anak mereka tak akan diizinkan masuk perguruan tinggi, bergabung dengan ketentaraan atau menjadi pejabat pemerintah. Ketika istriku mendengar hal ini, dia mulai takut imanku akan berdampak negatif terhadap anak-anak kami. Dia mulai bertengkar hebat denganku, mengancamku dengan perceraian. Semua itu sangat menyakitkan bagiku, kupikir, "Putra kedua kami mendapatkan pekerjaan yang sangat baik setelah lulus S2. Jika dia harus kehilangan semuanya karena imanku, dia pasti akan langsung mengkonfrontasiku. Selain itu, sekolah yang telah kubangun dengan susah payah sedang berkembang pesat sekarang. Jika sekolah harus ditutup karena kepercayaanku kepada Tuhan, bukankah semua kerja kerasku selama bertahun-tahun akan sia-sia? Apa yang akan para tetangga pikirkan tentangku?" Pada waktu itu, aku tak nafsu makan dan tak bisa tidur. Aku merasa sangat sedih bahkan sampai berpikir untuk melepaskan imanku, tetapi pada saat yang sama aku tahu bahwa imanku adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keselamatan, jadi tak mungkin bagiku untuk tidak percaya.

Aku membuka diri tentang keadaanku di sebuah pertemuan. Pemimpin mempersekutukan banyak firman Tuhan kepadaku, termasuk bagian ini: "Dari saat engkau lahir dengan menangis ke dalam dunia ini, engkau mulai melakukan tugasmu. Oleh karena rencana Tuhan dan oleh karena penentuan-Nya dari semula, engkau melakukan peranmu dan memulai perjalanan hidupmu. Apa pun latar belakangmu, dan apa pun perjalanan yang ada di hadapanmu, tak seorang pun dapat lolos dari pengaturan dan penataan Surga, dan tak seorang pun dapat mengendalikan nasibnya sendiri, sebab hanya Dia yang mengatur segala sesuatu yang mampu melakukan pekerjaan tersebut" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Dia menyampaikan persekutuannya: "Nasib kita seluruhnya berada di tangan Tuhan. Dari sejak kita dilahirkan, semua yang akan kita alami dalam hidup ini, rintangan dan kesulitan yang akan kita hadapi, semuanya itu telah ditentukan dari semula oleh Tuhan. Bahwa kita sekarang dapat percaya kepada Tuhan dan menerima keselamatan Tuhan juga telah ditentukan dari semula oleh-Nya. Fakta bahwa kita berada di Tiongkok dan mengalami penindasan dan kesukaran seperti ini karena iman kita adalah atas seizin Tuhan, dan Dia menggunakan penindasan ini untuk menyempurnakan iman dan kesetiaan umat pilihan Tuhan. Entah kau akan ditangkap, entah sekolahmu akan ditutup atau tidak, bagaimanapun prospek anak-anakmu kelak—semuanya itu sepenuhnya berada di tangan Tuhan. Tak ada manusia yang mampu menentukan hal ini, dan pemerintah juga tak dapat menentukan hal ini." Firman Tuhan dan persekutuan pemimpin itu mencerahkan bagiku: "Benar. Aku telah menjalani separuh hidupku dan telah mengalami begitu banyak hal, dan aku sadar bahwa aku tak pernah bisa mengendalikan apa pun yang terjadi dalam hidupku. Ketika berada di ketentaraan, misalnya, aku berlatih keras dan berprestasi baik. Pangkatku seharusnya naik menjadi perwira, tetapi kemudian ada orang lain yang mengambil posisiku secara tidak adil. Di sisi lain, aku mengalami segala macam kesulitan ketika mendirikan sekolahku, tetapi pada akhirnya aku berhasil mendirikannya dan sekolah berjalan dengan lancar, dan sekarang berkembang dengan baik. Keberhasilan dan kegagalan ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia." Saat memikirkan semua ini, aku sadar, bahwa segala sesuatu yang kita alami dalam hidup ditentukan oleh kedaulatan Tuhan, dan bukan ditentukan oleh kita. Tak ada gunanya khawatir apakah aku akan ditangkap atau tidak. Tuhan telah sejak lama menetapkan hal itu, jadi aku harus menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan dan tunduk pada pengaturan-Nya. Kemudian, pemimpin juga mempersekutukan hal lain kepadaku: "Jalan yang benar telah ditindas sejak zaman dahulu. Makin benar jalannya, makin dahsyat dan kejam kekuatan Iblis menganiayanya. Bagaimana mungkin Iblis membiarkan Tuhan menyelamatkan manusia? Ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja, Dia secara gila-gilaan ditentang dan dianiaya oleh pemerintahan Romawi dan dunia keagamaan, dan para pengikut-Nya pun dianiaya. Pada zaman sekarang, kita percaya kepada Tuhan yang benar, jadi kita pun pasti akan ditangkap dan dianiaya oleh rezim Partai Komunis yang jahat. Tuhan menggunakan penganiayaan ini untuk membantu kita mendapatkan kearifan, jadi kita bisa melihat dengan jelas esensi jahat Partai yang menentang Tuhan."

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Selama ribuan tahun, negeri ini telah menjadi negeri yang najis. Negeri ini tak tertahankan kotornya, penuh kesengsaraan, hantu merajalela di mana-mana, menipu dan menyesatkan, membuat tuduhan tak berdasar, dengan buas dan kejam, menginjak-injak kota hantu ini, dan meninggalkannya penuh dengan mayat; bau busuk menyelimuti negeri ini dan memenuhi udara dengan pekatnya, dan tempat ini dijaga ketat. Siapa yang bisa melihat dunia di balik langit? Iblis mengikat erat seluruh tubuh manusia, ia menutupi kedua matanya dan membungkam mulutnya rapat-rapat. Raja Iblis telah mengamuk selama beberapa ribu tahun sampai sekarang, di mana ia terus mengawasi kota hantu ini dengan saksama, seakan-akan ini adalah istana setan yang tak bisa ditembus; sementara itu, gerombolan anjing penjaga ini menatap dengan mata liar penuh ketakutan kalau-kalau Tuhan akan menangkap mereka saat tidak waspada dan memusnahkan mereka semua, sehingga mereka tidak lagi memiliki tempat untuk merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Bagaimana mungkin penduduk kota hantu seperti ini pernah melihat Tuhan? Pernahkah mereka menikmati keindahan dan kasih Tuhan? Pemahaman apa yang mereka miliki tentang masalah dunia manusia? Siapakah di antara mereka yang mampu memahami maksud-maksud Tuhan yang penuh hasrat? Maka, tidaklah mengherankan bahwa inkarnasi Tuhan tetap sepenuhnya tersembunyi bagi mereka: di tengah masyarakat yang gelap seperti ini, di mana Iblis begitu kejam dan tidak manusiawi, bagaimana mungkin raja Iblis, yang menghabisi orang-orang tanpa mengedipkan matanya, menoleransi keberadaan Tuhan yang penuh kasih, baik, dan juga kudus? Bagaimana mungkin ia akan menghargai dan menyambut kedatangan Tuhan dengan gembira? Para antek ini! Mereka membalas kebaikan dengan kebencian, sejak dahulu mereka mulai memperlakukan Tuhan sebagai musuh, mereka menyiksa Tuhan, mereka luar biasa buasnya, mereka sama sekali tidak menghargai Tuhan, mereka merampas dan merampok, mereka sudah sama sekali kehilangan hati nurani, mereka sepenuhnya mengabaikan hati nuraninya, dan mereka menggoda orang tidak bersalah agar tidak sadar. Nenek moyang? Pemimpin yang dikasihi? Mereka semuanya menentang Tuhan! Tindakan ikut campur mereka membuat segala sesuatu di kolong langit ini menjadi gelap dan kacau! Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipu muslihat untuk menutupi dosa!" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Firman Tuhan memperlihatkan kepadaku bahwa Partai Komunis adalah partai ateis, musuh Tuhan yang tidak akan membiarkan keberadaan Tuhan. Mereka menyatakan bahwa mereka menjamin kebebasan beragama, tetapi itu hanyalah kebohongan yang menyesatkan. Mereka takut jika orang percaya kepada Tuhan, membaca firman Tuhan, dan memahami kebenaran, orang akan sadar bahwa partai adalah Iblis itu sendiri yang menyakiti orang, lalu memberontak terhadap mereka dan menolak mereka. Dengan demikian, ambisi dan tujuan mereka untuk selamanya mengendalikan manusia akan pupus. Jadi, untuk menghalangi orang agar mereka tidak percaya dan mengikut Tuhan, mereka dengan gila-gilaan menangkap dan menganiaya umat pilihan Tuhan dan menggunakan media untuk menjelekkan dan memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Mereka bahkan mengancam keluarga orang percaya, membuat mereka menentang orang percaya sampai mereka melepaskan iman mereka, kehilangan keselamatan Tuhan, dan dimusnahkan di neraka bersama dengan partai tersebut. Partai Komunis sangat keji dan jahat! Keluargaku telah disesatkan oleh mereka dan mulai menindasku. Jika aku menyerah karena penindasan keluargaku, berarti aku tertipu oleh tipu muslihat Iblis. Aku tak boleh tertipu oleh mereka. Bagaimanapun keluargaku menghalangiku, aku tahu aku harus mempertahankan imanku dan terus melaksanakan tugasku.

Melihat betapa bertekadnya aku untuk mengikuti Tuhan, putra sulungku meningkatkan penganiayaannya. Suatu hari, dia bahkan mengusirku dari sekolah tepat di depan siswa-siswaku. Dia berteriak dengan marah kepadaku, "Pemerintah tidak mengizinkan agama, tapi kau bersikeras percaya! Jika kau ditangkap, seluruh keluarga akan terlibat, bahkan anak-anakku. Bagaimana itu bisa diterima? Jika kau ingin mempertahankan imanmu, kau harus meninggalkan sekolah, dan jangan menyeret kami ke dalam masalahmu!" Aku benar-benar tak bisa memercayai apa yang kudengar, putraku sendiri mampu mengatakan sesuatu yang begitu kejam kepadaku, mengusirku hanya karena aku percaya kepada Tuhan. Aku sangat terluka: "Jika aku diusir dari sekolahku sendiri, bukankah itu berarti seluruh kerja kerasku sia-sia? Siapa yang akan memanggilku 'Kepala Sekolah', dan siapa yang akan menghormatiku? Aku tak akan bisa lagi menikmati hal-hal itu. Aku hanya akan kembali menjadi petani biasa. Bagaimana aku bisa menghadapi teman dan kenalanku?" Pemikiran ini sangat menyakitkan bagiku. "Ke mana aku akan pergi jika anakku mengusirku? Haruskah aku menuruti perkataannya?" Saat memikirkan semua ini, aku teringat firman Tuhan: "Jika orang tidak memiliki keyakinan, tidak mudah bagi mereka untuk terus menempuh jalan ini. Sekarang semua orang bisa melihat bahwa pekerjaan Tuhan sama sekali tidak sejalan dengan gagasan dan imajinasi manusia. Tuhan telah melakukan begitu banyak pekerjaan dan mengucapkan begitu banyak firman, dan meskipun manusia mungkin mengakui bahwa semua itu adalah kebenaran, gagasan tentang Tuhan tetap cenderung muncul dalam diri mereka. Jika orang ingin memahami kebenaran dan memperolehnya, mereka harus memiliki keyakinan dan tekad yang kuat agar dapat berpegang pada apa yang telah mereka lihat dan apa yang telah mereka peroleh dari pengalaman mereka. Apa pun yang Tuhan lakukan dalam diri manusia, mereka harus menjunjung tinggi apa yang mereka sendiri miliki, bersikap tulus di hadapan Tuhan, dan tetap mengabdi kepada-Nya sampai akhir. Ini adalah tugas umat manusia. Manusia harus menjunjung tinggi apa yang harus mereka lakukan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Sudah Seharusnya Mempertahankan Kesetiaanmu kepada Tuhan"). "Jangan berkecil hati, jangan lemah, dan Aku akan menjadikan segalanya jelas bagimu. Jalan menuju kerajaan tidaklah mulus; tidak ada yang sesederhana itu! Engkau ingin memperoleh berkat dengan mudah, bukan? Sekarang, semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Tanpa ujian semacam itu, hati yang mengasihi-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki kasih yang sejati bagi-Ku. Bahkan jika ujian itu hanya berupa peristiwa-peristiwa kecil, semua orang harus melewatinya; hanya saja tingkat kesulitan ujian-ujian itu berbeda-beda untuk masing-masing orang" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Firman Tuhan menenangkan hatiku. Benar, jalan untuk percaya kepada Tuhan tidak semuanya mulus. Kita harus menanggung beberapa kesukaran, dan tanpa iman, akan sulit untuk tetap berada di jalan itu. Jika aku menjadi negatif dan mundur karena penindasan ini, di manakah imanku? Sebelum aku percaya kepada Tuhan, ketika aku berada di tengah dunia berjuang selama bertahun-tahun untuk unggul, itu adalah cara hidup yang sulit, melelahkan, dan tanpa pengharapan. Sekarang, aku begitu beruntung bisa menemukan kesempatan sekali seumur hidup ini—Tuhan datang untuk menyelamatkan umat manusia. Bagaimana aku bisa melepaskan imanku begitu saja? Bagaimana aku bisa diselamatkan Tuhan jika aku melakukannya? Tuhan Yesus berfirman: "Lihatlah burung-burung di udara: karena mereka tidak menabur, mereka juga tidak menuai, atau mengumpulkan makanan di dalam lumbung; tetapi Bapamu yang di surga memberi mereka makan. Bukankah engkau jauh lebih baik daripada mereka?" (Matius 6:26). Tuhan menciptakan burung, yang tidak menabur atau menuai, tetapi Dia tetap memelihara mereka. Kini aku telah percaya kepada Tuhan dan melaksanakan tugasku, Tuhan pasti akan membukakan jalan untukku. Jika putraku mengusirku dari rumah, aku percaya Tuhan akan memimpinku, dan aku tak perlu khawatir. Pemikiran ini memperbarui imanku dan aku tak lagi merasa dikekang olehnya. Melihatku tetap teguh dalam imanku, dia dengan marah mendorongku keluar dari pintu masuk sekolah. Aku tak punya pilihan selain meninggalkan sekolah dan tinggal di rumah orang tuaku untuk sementara waktu.

Malam itu, memikirkan keadaanku yang sulit, aku merasa sangat sedih. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku tak tahu apa maksud-Mu dalam hal ini. Aku tahu dengan percaya kepada-Mu aku sedang menempuh jalan yang benar, jadi mengapa putraku memperlakukanku seperti ini? Kumohon bimbinglah aku untuk memahami maksud-Mu." Kemudian, aku teringat satu bagian firman Tuhan yang pernah dibagikan beberapa saudara-saudari kepadaku: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan pada manusia, di luarnya pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari gangguan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan gangguan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Dengan merenungkan firman Tuhan, aku mengerti bahwa di luarnya, masalah ini tampaknya adalah putraku telah disesatkan oleh kebohongan Partai Komunis, jadi dia menindas dan menghalangi imanku, serta mengusirku dari sekolahku sendiri. Namun sebenarnya, Iblislah yang sedang mengganggu, menyesatkan, dan memanipulasi keadaan untuk melihat apa yang akan kupilih—akankah aku menjaga hubungan keluargaku, melindungi reputasi dan statusku, dan mengkhianati Tuhan? Atau, akankah aku melepaskan kepentingan pribadi ini dan terus mengikuti Tuhan? Keadaan yang kualami membuatku khawatir dan kesal, karena aku tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, dan aku tidak memiliki tekad untuk melepaskan segalanya bagi Dia. Iblis menargetkan kelemahanku—keinginanku untuk memperoleh reputasi dan status, serta kasih sayangku terhadap keluargaku—untuk membuatku mengkhianati Tuhan, meninggalkan Dia. Maka, pada akhirnya, itu akan menghancurkanku dan menelanku. Iblis sangat jahat dan kejam! Memahami ini membuatku merasa sedikit lebih baik. Aku bertekad apa pun yang keluargaku lakukan untuk menghentikanku dan kesukaran apa pun yang kelak kuhadapi dalam hidupku, aku akan tetap kuat dalam imanku dan mengikuti Tuhan sampai akhir, mempermalukan Iblis.

Karena aku tak bisa tinggal lama di rumah orang tuaku, aku harus kembali ke sekolah. Setelah kembali, aku terus menghadiri pertemuan dan memberitakan Injil. Putra sulungku dan istrinya meningkatkan penindasan mereka ketika melihatku tidak melepaskan imanku. Mereka sering mengatakan hal-hal buruk kepadaku, mengutukku dan menyuruhku pergi. Mereka juga mengambil alih keuangan sekolah, membuatku tidak memiliki uang satu sen pun. Mereka sering mengatakan hal-hal yang menyakitkan hanya untuk membuatku kesal, dan untuk sementara waktu, aku selalu marah dan sulit makan, jadi kesehatanku menjadi sangat buruk. Penglihatanku menjadi buram ketika aku berjalan, dan hampir pingsan beberapa kali. Aku terkena tukak lambung, dan sangat kesakitan di malam hari sehingga satu-satunya cara untuk meredakannya adalah dengan menekankan bantal ke perutku. Ketika tak bisa tidur di malam hari, aku akan pergi ke lapangan olahraga dan melihat gedung pelatihan, kantor, kafetaria, dan asrama yang kubangun. Menatap sekolah yang telah kubangun dengan susah payah benar-benar berat bagiku. Aku teringat seberapa banyak jalan yang telah kutempuh, seberapa banyak koneksi yang telah kubangun, dan seberapa banyak aku telah menderita hanya untuk membuka sekolah ini. Kini, setelah aku memperoleh kesuksesan, itu dirampas oleh putraku sendiri. Itu adalah hasil kerjaku seumur hidup. Jika aku mempertahankan imanku, aku mungkin akan kehilangan semua ini. Memikirkannya seperti ini bagaikan pisau yang menembus jantungku. Aku merasa sangat lemah selama waktu itu, selalu menangis secara diam-diam di malam hari. Sambil menangis, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku akan kehilangan bisnis yang kubangun seumur hidupku, dan benar-benar tak mampu melepaskannya. Kumohon bimbinglah aku untuk mengatasi keadaan ini."

Kemudian, saudara-saudariku membagikan beberapa firman Tuhan kepadaku yang memberiku jalan penerapan. Firman Tuhan katakan: "Sekarang seharusnya engkau mampu melihat dengan jelas jalan yang ditempuh oleh Petrus. Jika engkau dapat melihat jalan Petrus dengan jelas, engkau pasti akan yakin tentang pekerjaan yang sedang dikerjakan saat ini, sehingga engkau tidak akan mengeluh atau bersikap negatif, atau merindukan apa pun. Engkau harus mengalami suasana hati Petrus pada saat itu: Petrus dilanda kesedihan; dia tidak lagi meminta masa depan atau berkat. Petrus tidak mencari keuntungan, kebahagiaan, ketenaran, atau kekayaan di dunia; dia hanya berusaha menjalani kehidupan yang paling bermakna, yaitu membalas kasih Tuhan dan mempersembahkan apa yang dianggapnya paling berharga kepada Tuhan. Kemudian barulah Petrus merasa puas dalam hatinya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Petrus Mengenal Yesus"). Merenungkan firman Tuhan membuka mataku. Waktu itu, Petrus juga mengalami penindasan keluarganya karena imannya. Keluarganya ingin dia menjadi terkenal dan membawa kehormatan bagi keluarga, tetapi dia tidak dikekang oleh mereka. Ketika Tuhan Yesus memanggilnya, dia menyerahkan segalanya untuk mengikuti Tuhan dan mengejar kehidupan yang bermakna. Pengalaman Petrus mencerahkanku. Petrus memiliki iman yang sejati kepada Tuhan dan mampu menyerahkan segalanya untuk mengikuti Dia. Dia mengejar kebenaran, dan mulai mengenal dan mengasihi Tuhan, hingga akhirnya mendapatkan perkenanan Tuhan. Aku belum lama menjadi orang percaya dan memiliki pemahaman yang dangkal akan kebenaran, tetapi memikirkan kesengsaraan yang kualami akibat pengejaran reputasi dan statusku di masa lalu, lalu melihat jalan yang ditempuh Petrus yang mendapatkan perkenanan Tuhan benar-benar menginspirasiku. Aku ingin mengikuti teladan Petrus, melepaskan ketenaran dan reputasi, dan mengejar kebenaran. Kemudian kuputuskan meninggalkan sekolah dan terus menerapkan imanku dan melaksanakan tugasku.

Beberapa hari kemudian, beberapa teman lamaku di ketentaraan menjadi sangat marah ketika mendengar tentang putraku yang mengusirku dari sekolah, dan memberiku banyak saran untuk merebutnya kembali. Teman dan kerabat semuanya mencela ketidakadilan itu, dan sekretaris desa membantuku dengan memberikan sertifikasi resmi yang menunjukkan akulah yang membangun sekolah itu, dan tak ada kaitannya dengan orang lain. Mendengar semua yang mereka katakan, kupikir: "Kini, dengan sertifikasi itu, jika teman-temanku di ketentaraan membantuku merebut kembali sekolah, aku akan mendapatkan kembali seluruh reputasiku." Aku sadar aku kembali berkeinginan untuk mengejar reputasi dan status, jadi aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, memohon agar Dia memberiku kekuatan untuk memberontak terhadap daging. Setelah berdoa, aku teringat pengalaman Ayub. Semua harta miliknya diambil darinya dalam semalam, dan meskipun itu sangat menyakitkan, dia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri untuk merebutnya kembali. Sebaliknya, dia berdoa dan tunduk pada pengaturan Tuhan. Harta milikku tak sebanding dengan kekayaan Ayub, tetapi jika aku tidak berdoa dan mencari Tuhan dalam menghadapi keadaan ini, melainkan ingin merebutnya kembali seorang diri, bagaimana itu bisa dikatakan tunduk kepada Tuhan? Selain itu, jika aku merebut kembali sekolah dan harus menghabiskan sepanjang hari menjalankannya, aku tak akan punya tenaga untuk menerapkan imanku dan melaksanakan tugasku. Sekarang setelah putraku mengambil sekolah itu dariku, aku bisa menerapkan imanku dan melaksanakan tugasku dengan sepenuh hati. Itu hal yang luar biasa. Pemikiran ini cukup mencerahkan hatiku. Aku sadar aku tak pernah mampu melepaskan sekolah karena aku telah dirusak sedemikian dalam dan terlalu memedulikan reputasi dan status.

Beberapa waktu kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah sangat dirusak oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di 'institusi pendidikan tinggi'. Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang buruk, falsafah yang menjijikkan tentang cara berinteraksi dengan orang lain, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak ada seorang pun yang akan rela tunduk kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah kuasa Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur. Bahkan ketika mereka mendengar kebenaran, mereka yang hidup dalam kegelapan tidak berpikir untuk menerapkan kebenaran tersebut, mereka juga tidak ingin mencari Tuhan bahkan sekalipun mereka telah melihat penampakan-Nya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu bejat memiliki kesempatan untuk diselamatkan? Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu merosot martabatnya hidup dalam terang?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku yang sebenarnya. Sejak kecil, orang tua dan guruku mengajariku hal-hal seperti "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah", "Kau harus menanggung penderitaan yang sangat besar agar bisa unggul dari yang lain," "Jadilah lebih menonjol dari orang lain," dan "Bawalah kehormatan bagi nenek moyangmu". Falsafah Iblis ini telah tertanam sedemikian dalam di hatiku, membuatku membangun perspektif yang keliru tentang kehidupan dan nilai-nilainya. Kupikir berusaha unggul, menjadi lebih baik daripada orang lain, dan memperoleh reputasi dan status adalah satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan yang berintegritas dan bernilai. Aku siap menanggung kesukaran apa pun agar bisa menjadi terkenal. Ketika aku mengelola sekolah seni bela diri, setiap hari sangat melelahkan. Aku menggunakan uang yang kuperoleh dengan kerja kerasku untuk menjilat pejabat pemerintah, mencari muka, dan mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan kepada mereka, hidup tanpa martabat. Aku harus mengirim berbagai hadiah kepada pemimpin pemerintah sebelum liburan tiba, karena takut mendapat masalah jika terjadi kekeliruan sekecil apa pun. Mempertahankan hubungan antarpribadi yang rumit seperti itu sangatlah melelahkan baik secara jasmani maupun mental, tetapi aku terperosok sedemikian dalam dan tak mampu melepaskan diri. Orang-orang di sekitarku dengan ceroboh melakukan segala macam kesalahan setelah memperoleh reputasi dan status, terlibat dalam korupsi dan suap, menyewa pelacur, dan berjudi—mereka melakukannya tanpa batas. Seperti itulah cara Iblis merusak dan mencelakakan orang. Putraku merebut sekolah yang kubangun seorang diri juga karena dirinya telah terpikat oleh keuntungan dan status. Dia mengabaikan kasih antara ayah dan anak untuk mendapatkan hal-hal itu. Itu mengingatkanku pada keluarga kekaisaran kuno di mana saudara, ayah dan anak akan saling membunuh untuk merebut takhta. Itulah kekeliruan Iblis dan perkataan setan yang merusak manusia hingga manusia kehilangan semua kemanusiaan dan nalarnya. Pada saat itulah, aku mengerti bahwa reputasi dan status adalah belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Jika kita hidup berdasarkan falsafah Iblis, mencari reputasi dan status, kita hanya akan menjadi makin rusak dan hidup akan menjadi makin menyakitkan. Tuhan tidak ingin melihatku kembali dirusak oleh Iblis, jadi ketika aku terperosok ke dalam lumpur reputasi dan status, firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa mengejar kebenaran adalah jalan yang benar, satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan yang bermakna. Aku telah diikat dan dikendalikan oleh falsafah Iblis, jadi ketika kehilangan kenikmatan uang, reputasi, dan status, aku mendapati semua itu begitu sulit dilepaskan, dan aku merasa sengsara. Aku bahkan ingin mengajukan gugatan untuk mendapatkan hal-hal itu kembali. Aku sangat bodoh. Jika terus seperti itu, aku hanya akan terus membiarkan Iblis melukaiku, dan pada akhirnya aku akan dimusnahkan bersama dengan dirinya. Tuhan Yesus berfirman: "Karena apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Benar. Sebanyak apa pun uang atau reputasi yang orang miliki, itu tak bisa membeli kebenaran dan hidup! Hari ini, aku telah kehilangan harta, reputasi, dan status yang telah kubangun selama sebagian besar hidupku, tetapi melalui pengalaman ini, aku memahami bagaimana hal-hal ini melukai manusia, dan akibat mengerikan jika mengejar semua itu. Aku juga memahami makna dan nilai mengejar kebenaran dan menjadi mampu untuk melepaskan harta milikku untuk mengikut Tuhan dan melaksanakan tugasku. Ini adalah keselamatan Tuhan yang luar biasa bagiku. Begitu aku memahami maksud Tuhan, aku tak mau lagi bertengkar dengan putraku ataupun menuntutnya. Aku hanya peduli untuk tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, mengejar kebenaran dengan benar, dan melaksanakan tugasku.

Sejak itu, aku telah memberitakan Injil di gereja, dan melaksanakann tugasku. Meskipun aku tidak lagi mendapatkan kekaguman orang lain, aku merasa jauh lebih tenang daripada yang pernah kurasakan, setiap hari terasa sangat memuaskan. Aku yakin dalam hatiku bahwa memiliki iman dan mengikuti Tuhan adalah pilihan terbaik dan cara hidup yang paling bermakna. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh