Keserupaan dengan Manusia Dapat Dicapai dengan Mengatasi Kecongkakan
Oleh Saudari Zhen Xin, AmerikaPada bulan Maret 2017, aku mulai mengerjakan desain grafis untuk gereja, terutama untuk poster film dan...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada bulan Juni 2022, pemimpin mengatakan bahwa sebuah gereja baru-baru ini digerebek oleh PKT, dan sekarang pekerjaan penginjilan mereka tidak berjalan efektif, sehingga pemimpin ingin aku pergi ke sana sebagai pengawas. Pemimpin juga mengatakan bahwa lima atau enam pekerja penginjilan telah ditangkap, dan bahwa personel baru harus segera dibina. Aku sedikit khawatir, kupikir, "Aku sudah jadi buronan PKT, dan hampir ditangkap dua kali. Jika aku pergi ke sana dan menunjukkan diri secara terbuka, akankah aku dipantau dan ditangkap oleh polisi? Jika aku ditangkap, disiksa, dipukuli sampai mati, atau tidak tahan dengan paksaan dan bujukan polisi, lalu mengkhianati Tuhan, maka perjalanan imanku pada Tuhan akan berakhir sudah." Aku tidak mau menyetujui pikiran ini, tetapi aku merasa bersalah, kupikir, "Sudah bertahun-tahun aku percaya kepada Tuhan, tetapi ketika waktunya tiba, aku masih terus memikirkan kepentinganku sendiri. Aku benar-benar memberontak! Aku tidak bisa terus-menerus melindungi kepentinganku sendiri," Dengan pikiran ini, aku tunduk dan menerima tugas ini.
Setelah tiba di gereja, aku mengetahui bahwa pekerjaan penginjilan tidak berjalan efektif karena semua pekerja penginjilan hidup dalam keadaan ketakutan. Aku segera mencari beberapa firman Tuhan untuk aku persekutukan dengan saudara-saudari, membantu mereka memahami kebenaran seperti otoritas Tuhan, bahwa hidup dan mati manusia ada di tangan Tuhan, dan bahwa menyebarkan Injil adalah misi kami. Setelah mendengar hal ini, iman semua orang dikuatkan, mereka mengenali keegoisan dan kehinaan mereka, merasa menyesal, dan mau berbalik serta melakukan pekerjaan penginjilan dengan baik. Aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan. Setelah beberapa saat, pekerjaan penginjilan meningkat. Namun tiba-tiba, lima bulan kemudian, ada lebih banyak saudara-saudari yang dilacak dan ditangkap. Saudari yang menjadi tuan rumah pertemuan kami juga diinterogasi oleh polisi. Kemudian, pemimpin mengirim sepucuk surat yang mengatakan bahwa para rekan kerja yang baru-baru ini kuhubungi semuanya telah ditangkap, dan sekarang aku juga dalam bahaya, dan bahwa aku harus segera pergi. Setelah membaca surat itu, aku sedikit panik, kupikir, "Belakangan ini, aku hampir selalu keluar bersama para rekan kerja ini untuk menyebarkan Injil. Sekarang mereka semua telah ditangkap, jika polisi memeriksa rekaman pengawasan mereka, mereka pasti akan menemukanku. Aku harus sembunyi! Aku tidak boleh membiarkan polisi menangkapku!" Aku memikirkan bagaimana setiap tahun polisi pergi ke rumahku untuk menanyakan keberadaanku, dan bagaimana kalau kali ini aku benar-benar tertangkap, mereka pasti tidak akan membebaskanku. Kalau aku tidak bisa menahan siksaan dan paksaan serta mengkhianati Tuhan, maka pada akhirnya, bukan saja tubuhku yang akan dihukum, tetapi jiwaku juga akan masuk neraka. Oleh karena itu, aku memutuskan bahwa bersembunyi dan melindungi diriku sendiri terlebih dahulu adalah hal terpenting. Aku segera menyerahkan semua pekerjaan penindaklanjutan kepada pemimpin, walaupun aku tahu bahwa ada calon penerima Injil yang membutuhkan khotbahku dan pendatang baru yang membutuhkan penyiramanku. Aku mengesampingkan pikiran-pikiran ini.
Kemudian, aku mendengar bahwa banyak saudara-saudari menyebarkan Injil dan melaksanakan tugas mereka, dan kulihat diriku sendiri, yang, karena takut ditangkap, tidak berani menyebarkan Injil atau bersaksi tentang Tuhan. Aku bertanya pada diri sendiri, bukankah aku salah satu lalang yang disingkapkan dalam kesengsaraan besar? Makin memikirkannya, aku jadi makin kesal. Aku tidak bisa makan atau tidur, dan merenung, "Mengapa aku percaya pada Tuhan? Saat ini, aku sedang menjalani kehidupan yang menyedihkan agar tidak ditangkap oleh polisi, dan pada waktu Injil harus disebarkan, aku tidak mau maju dan tidak memiliki kesaksian apa pun. Aku benar-benar mengabaikan tugasku!" Aku membaca firman Tuhan: "Yang Kuinginkan adalah kesetiaan dan ketundukanmu sekarang, kasih dan kesaksianmu sekarang. Sekalipun pada saat ini engkau tidak tahu apa arti kesaksian atau apa arti kasih, engkau harus membawa segenap dirimu kepada-Ku dan menyerahkan kepada-Ku satu-satunya harta yang kaumiliki: kesetiaan dan ketundukanmu. Engkau harus tahu bahwa kesaksian mengenai kalahnya Iblis oleh-Ku terletak dalam kesetiaan dan ketundukan manusia, begitu juga kesaksian mengenai tuntasnya penaklukkan-Ku terhadap manusia. Tugas dalam imanmu kepada-Ku adalah memberikan kesaksian tentang-Ku, setia kepada-Ku dan bukan kepada yang lain, dan tunduk sampai akhir. Sebelum Aku memulai langkah pekerjaan-Ku yang selanjutnya, bagaimana engkau akan memberikan kesaksian tentang-Ku? Bagaimana engkau akan bersikap setia dan tunduk kepada-Ku? Apakah engkau akan mengabdikan seluruh kesetiaanmu demi fungsimu atau akankah engkau menyerah begitu saja? Apakah engkau lebih suka tunduk pada setiap pengaturan-Ku (sekalipun itu berarti kematian atau kehancuran), ataukah melarikan diri di tengah jalan demi menghindari hajaran-Ku? Aku menghajarmu supaya engkau bisa menjadi saksi-Ku, setia dan tunduk kepada-Ku. Terlebih lagi, hajaran pada saat ini bertujuan untuk menyingkapkan langkah pekerjaan-Ku yang selanjutnya dan memungkinkan pekerjaan ini untuk terus maju tanpa hambatan. Karena itulah, Aku menasihatimu untuk bijak dan tidak memperlakukan hidupmu ataupun makna keberadaanmu sebagai butiran pasir yang tidak berharga. Bisakah engkau mengetahui dengan pasti apa pekerjaan-Ku yang akan datang? Tahukah engkau bagaimana Aku akan bekerja di hari-hari mendatang dan bagaimana pekerjaan-Ku akan berkembang? Engkau harus mengetahui makna penting pengalamanmu mengenai pekerjaan-Ku, dan lebih jauh lagi, makna penting imanmu kepada-Ku" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apa yang Kauketahui tentang Iman?"). Firman Tuhan tiba-tiba menyadarkanku. Benar, Tuhan menginginkan kesetiaan serta ketundukan orang, dan kesetiaan orang-orang juga diperlukan untuk mengalahkan Iblis. Namun, setelah mengetahui bahwa rekan-rekan kerjaku telah ditangkap, aku khawatir kalau polisi akan memeriksa rekaman pengawasan dan menemukanku, jadi aku bersembunyi, memikirkan keamananku sendiri, mengabaikan para calon penerima Injil tanpa sama sekali peduli atau merasa bertanggungjawab. Malapetaka telah menjadi begitu dahsyat, tetapi beberapa calon penerima Injil masih belum mendengar Injil Tuhan, dan para pendatang baru masih belum berakar serta berisiko menjauh, tetapi aku mengabaikan mereka tanpa rasa peduli. Aku benar-benar tidak layak dipercaya. Aku selalu berkata bahwa aku harus setia kepada Tuhan, tetapi ketika berhadapan dengan fakta, tersingkaplah diriku. Apa yang kukatakan sebelumnya adalah kebohongan untuk menipu Tuhan. Tuhan menginginkan orang yang dapat mendengarkan firman-Nya, dan yang senantiasa setia kepada Tuhan, tetapi aku meninggalkan tugasku dan bersembunyi ketika berhadapan dengan bahaya kecil, tidak peduli apakah hidup para pendatang baru itu akan terdampak atau tidak. Aku menyadari bahwa di tengah kesengsaraan dan ujian, aku tidak memiliki kesetiaan atau kesaksian. Aku sungguh mengecewakan Tuhan! Aku memikirkan Ayub, yang dalam semalam kekayaannya yang melimpah dirampas perampok, dan tubuhnya dipenuhi bisul, istrinya bahkan mendesaknya untuk meninggalkan Tuhan, tetapi dalam ujian yang begitu menyakitkan fisik dan mental itu, dia memilih untuk mengutuk dirinya sendiri daripada menyalahkan Tuhan, dan dia tetap teguh dalam kesaksiannya, sehingga akhirnya mempermalukan dan mengalahkan Iblis. Aku juga memikirkan Abraham, yang, dengan tangannya sendiri, mengangkat pisau untuk membunuh putranya sebagai persembahan kepada Tuhan, menunjukkan ketundukan mutlak pada Tuhan. Jika dibandingkan, aku tidak punya kesetiaan maupun ketundukan. Aku harus bertobat kepada Tuhan, mengikuti teladan Ayub dan Abraham, kalaupun ditangkap, disiksa, dan kehilangan nyawa, aku harus tetap teguh dalam kesaksianku dan mempermalukan Iblis. Dengan pikiran-pikiran ini, aku memperoleh iman dan kekuatan, dan lekas menulis surat kepada pemimpin, mengatakan bahwa aku bisa pindah ke gereja lain untuk menyebarkan Injil.
Kemudian, aku pergi ke Gereja Shu Guang. Namun sebulan kemudian, naga merah yang sangat besar memperluas cengkeramannya hingga ke Gereja Shu Guang juga, dan menangkap puluhan saudara-saudari dalam satu gerakan. Lalu, aku mendengar bahwa seseorang telah menjadi Yudas dan mengkhianati kami, dan bahwa polisi telah menggunakan foto seorang saudari agar Yudas bisa mengenalinya. Aku membayangkan bagaimana saudari ini sering bersamaku, dan kalau fotonya ada pada polisi, bukankah mereka memiliki fotoku juga? Jika polisi melacaknya, aku juga akan terlibat. Aku juga menyadari bahwa karena aku bukan warga setempat, kalau aku tertangkap, hukumannya akan lebih berat, jadi aku tidak boleh pergi ke tempat terbuka, jika tidak, aku mungkin orang berikutnya yang akan ditangkap. Jadi, aku berhenti pergi ke gereja untuk melakukan pekerjaan penginjilan. Kemudian, mendadak aku ingat bagaimana terakhir kali, karena rekan-rekan kerja di gereja telah ditangkap, aku bersembunyi selama lebih dari dua puluh hari, sehingga menunda pekerjaan. Kalau aku bersembunyi setiap kali ada sedikit saja tanda masalah, bagaimana aku dapat menyebarkan Injil? Saat memikirkan hal ini, hati nuraniku dipenuhi rasa bersalah. Ketika berhadapan dengan kesengsaraan, aku tidak memikirkan cara melindungi pekerjaan gereja, melainkan hanya keselamatanku sendiri. Aku benar-benar egois dan hina! Kemudian, aku mulai bertemu dengan saudara-saudari, untuk bersekutu bersama mereka tentang cara menjadi setia dan melaksanakan tugas-tugas kami dengan baik.
Setelah beberapa waktu, beberapa gereja lain digerebek oleh PKT, dan polisi juga mulai mengawasi rumah tempat kami berkumpul. Tanpa tempat yang pantas untuk berkumpul, kami harus bertemu di lokasi seadanya, entah itu di rumah-rumah yang sudah lama ditinggalkan atau di dekat pemakaman. Suatu hari, ketika kami sedang bertemu kembali di sebuah rumah tua, seorang saudari dengan tergesa-gesa berlari dan mengatakan, "Tempat ini sudah tidak aman lagi. Kemarin, lebih dari lima puluh polisi datang menggeledah rumah-rumah, dan beberapa rumah yang menyimpan buku-buku berisi firman Tuhan digeledah. Polisi saat ini masih memberhentikan dan memeriksa mobil-mobil di jalan!" Saat mendengar hal ini, jantungku segera berdegup kencang, dan kupikir, "PKT telah mengancam bahwa jika mereka menangkap orang-orang percaya, mereka akan memukuli mereka sampai mati tanpa bisa dituntut, jadi jatuh ke tangan mereka berarti hampir pasti mati! Aku selalu diburu oleh PKT, jadi kalau mereka menangkapku, mereka pasti akan memukuliku sampai mati." Dengan pemikiran ini, aku kembali ciut dan tidak berani menyebarkan Injil. Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Bagaimanakah kematian para murid Tuhan Yesus? Di antara para murid, ada yang dirajam, diseret di belakang kuda, disalibkan terbalik, dikoyak-koyakkan oleh lima ekor kuda—berbagai jenis kematian menimpa mereka. Apakah alasan kematian mereka? Apakah mereka dihukum mati secara sah karena kejahatan mereka? Tidak. Mereka dikutuk, dipukuli, dicaci, dan dibunuh karena mereka mengabarkan Injil Tuhan dan ditolak oleh orang-orang dunia—dengan cara seperti itulah mereka menjadi martir. ... Sesungguhnya, begitulah tubuh mereka mati dan berakhir; itu adalah cara mereka meninggalkan dunia manusia, tetapi bukan berarti kesudahan mereka sama. Bagaimanapun cara kematian dan kepergian mereka, bagaimanapun itu terjadi, itu bukanlah cara Tuhan mendefinisikan kesudahan akhir dari hidup mereka, kesudahan akhir dari makhluk ciptaan tersebut. Ini adalah sesuatu yang harus kaupahami dengan jelas. Sebaliknya, mereka justru menggunakan cara-cara itu untuk mengutuk dunia ini dan untuk bersaksi tentang perbuatan-perbuatan Tuhan. Makhluk ciptaan ini menggunakan hidup mereka yang paling berharga—mereka menggunakan saat-saat terakhir hidup mereka untuk bersaksi tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, untuk bersaksi tentang kuasa Tuhan yang besar, dan untuk menyatakan kepada Iblis dan dunia bahwa perbuatan-perbuatan Tuhan benar, bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan, bahwa Dia adalah Tuhan, dan daging inkarnasi Tuhan. Bahkan hingga di saat terakhir hidup mereka, mereka tidak pernah menyangkal nama Tuhan Yesus. Bukankah ini suatu bentuk penghakiman terhadap dunia ini? Mereka menggunakan nyawa mereka untuk menyatakan kepada dunia, untuk menegaskan kepada manusia bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan, bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus, bahwa Dia adalah daging inkarnasi Tuhan, bahwa pekerjaan penebusan yang Dia lakukan bagi semua manusia memungkinkan manusia untuk terus hidup—fakta ini tidak akan berubah selamanya. Mengenai mereka yang menjadi martir karena mengabarkan Injil Tuhan Yesus, sampai sejauh mana mereka melaksanakan tugas mereka? Apakah sampai ke taraf tertinggi? Bagaimana taraf tertinggi itu diwujudkan? (Mereka mempersembahkan nyawa mereka.) Benar, mereka membayar harga dengan nyawa mereka. Keluarga, kekayaan, dan hal-hal materiel dari kehidupan ini semuanya adalah hal-hal lahiriah; satu-satunya hal yang berkaitan dengan diri mereka adalah nyawa mereka. Bagi setiap orang yang hidup, nyawa adalah hal yang paling bernilai untuk dihargai, hal yang paling berharga dan, yang terjadi adalah, orang-orang ini mampu mempersembahkan milik mereka yang paling berharga—nyawa—sebagai penegasan dan kesaksian tentang kasih Tuhan bagi manusia. Hingga saat wafatnya, mereka tidak menyangkal nama Tuhan, juga tidak menyangkal pekerjaan Tuhan, dan mereka menggunakan saat terakhir hidup mereka untuk bersaksi tentang keberadaan fakta ini—bukankah ini bentuk kesaksian tertinggi? Inilah cara terbaik orang dalam melaksanakan tugasnya; inilah yang artinya orang memenuhi tanggung jawabnya. Ketika Iblis mengancam dan meneror mereka, dan, pada akhirnya, bahkan ketika Iblis membuat mereka harus membayar harga dengan nyawa mereka, mereka tidak melalaikan tanggung jawab mereka. Ini artinya orang memenuhi tugasnya hingga taraf tertinggi. Apakah yang Kumaksud dengan ini? Apakah yang Kumaksudkan adalah agar engkau semua menggunakan metode yang sama untuk bersaksi tentang Tuhan dan mengabarkan Injil-Nya? Engkau tidak perlu melakukan hal yang seperti itu, tetapi engkau harus memahami bahwa ini adalah tanggung jawabmu, bahwa jika Tuhan memintamu untuk melakukannya, engkau harus menerimanya sebagai suatu kehormatan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menyebarkan Injil adalah Tugas yang Wajib Semua Orang Percaya Laksanakan"). Setelah membaca firman Tuhan, imanku pun bertambah. Takdir setiap orang ditentukan oleh kedaulatan Tuhan, dan tidak peduli situasi apa pun yang kuhadapi dalam menyebarkan Injil, aku harus menegakkan tugasku sebagai makhluk ciptaan. Aku memikirkan murid-murid Tuhan Yesus yang menahan begitu banyak penganiayaan dan kesengsaraan demi menyebarkan Injil Kerajaan surga, dan akhirnya menjadi martir untuk Tuhan. Sebagian disalibkan, beberapa diseret oleh kuda sampai mati, dan yang lain dirajam batu hingga mati, tetapi mereka tidak pernah meninggalkan misi atau tanggung jawabnya. Tubuh mereka mungkin sudah mati, tetapi jiwa mereka berada di tangan Tuhan, dan Tuhan berkenan atas hidup mereka yang mereka bayar untuk menyebarkan Injil. Kemudian, aku teringat firman Tuhan Yesus: "Dan jangan takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi tidak mampu membunuh jiwa: sebaliknya, takutlah kepada Dia yang mampu menghancurkan tubuh dan jiwa di neraka" (Matius 10:28). Hidup, mati, masa depan, dan takdirku semuanya ada di tangan Tuhan. Bahkan jika polisi menangkap dan memukuliku sampai mati, mereka tidak dapat membinasakan jiwaku. Kematian tubuh tidak menakutkan, yang menakutkan adalah mendengar tentang bahaya kemudian bersembunyi karena takut kehilangan nyawa, tidak berani melaksanakan tugasku, sehingga kehilangan kesaksianku dengan hidup dalam cara yang begitu menyedihkan. Dengan hidup seperti ini, bahkan jika tidak ditangkap pun, aku masih akan disingkirkan ketika pekerjaan Tuhan selesai. Saat memahami hal ini, aku tidak lagi terkekang oleh ketakutan akan kematian.
Suatu hari, aku membaca bagian lain dalam firman Tuhan: "Selain memikirkan keselamatan mereka sendiri, apa yang juga dipikirkan oleh para antikristus tertentu? Mereka berkata, 'Saat ini, lingkungan kita tidak mendukung, jadi mari kita kurangi memperlihatkan wajah kita dan kurangi memberitakan Injil. Dengan begitu, makin kecil kemungkinan kita akan ditangkap dan pekerjaan gereja tidak akan dihancurkan. Jika kita tidak ditangkap, kita tidak akan berubah menjadi Yudas, dan kita akan mampu bertahan hidup di masa depan, bukan?' Bukankah ada para antikristus yang menggunakan alasan-alasan seperti itu untuk menyesatkan saudara-saudari mereka? ... Prinsip apa yang mereka ikuti? Orang-orang ini berkata, 'Seekor kelinci yang licik memiliki tiga liang. Agar seekor kelinci dapat waspada terhadap serangan binatang pemangsa, dia harus mempersiapkan tiga liang untuk bersembunyi. Jika seseorang menghadapi bahaya dan harus melarikan diri, tetapi tidak punya tempat untuk bersembunyi, apakah hal itu dapat diterima? Kita harus belajar dari kelinci! Binatang ciptaan tuhan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, dan manusia harus belajar dari mereka.' Sejak mengambil peran kepemimpinan, mereka mulai menyadari doktrin ini, dan bahkan meyakini bahwa mereka telah memahami kebenaran. Sebenarnya, mereka sangat ketakutan. Begitu mereka mendengar tentang seorang pemimpin yang dilaporkan ke polisi karena tempat tinggalnya tidak aman, atau tentang seorang pemimpin yang menjadi sasaran mata-mata si naga merah yang sangat besar karena dia terlalu sering keluar rumah untuk melaksanakan tugasnya dan berinteraksi dengan terlalu banyak orang, dan bagaimana orang ini akhirnya ditangkap dan dihukum, mereka langsung menjadi ketakutan. Mereka berpikir, 'Oh tidak, apakah aku yang berikutnya akan ditangkap? Aku harus belajar dari hal ini. Aku tidak boleh terlalu aktif. Jika aku dapat menghindarkan diriku agar tidak melakukan beberapa pekerjaan gereja, aku tidak akan melakukannya. Jika aku dapat menghindarkan diriku agar tidak memperlihatkan wajahku, aku tidak akan memperlihatkan wajahku. Aku akan meminimalkan pekerjaanku sebisa mungkin, menghindari keluar rumah, menghindari interaksi dengan siapa pun, dan memastikan tak ada seorang pun yang tahu bahwa aku adalah seorang pemimpin. Zaman sekarang, siapa yang peduli pada orang lain? Hanya untuk bertahan hidup saja sudah sulit!' Sejak mengemban tugas sebagai pemimpin, selain membawa tas dan bersembunyi, mereka tidak melakukan pekerjaan apa pun. Mereka hidup dalam kegelisahan, dalam ketakutan yang terus-menerus bahwa mereka akan ditangkap dan dihukum. Andaikan mereka mendengar seseorang berkata, 'Jika kau ditangkap, kau akan dibunuh! Jika kau bukan seorang pemimpin, jika kau hanya orang percaya biasa, kau mungkin akan dibebaskan setelah hanya membayar sedikit denda, tetapi karena kau adalah seorang pemimpin, sulit untuk dipastikan. Itu sangat berbahaya! Ada beberapa pemimpin atau pekerja yang ditangkap yang menolak memberikan informasi apa pun, dan mereka dipukuli sampai mati oleh polisi.' Begitu mereka mendengar tentang seseorang yang dipukuli sampai mati, ketakutan mereka makin besar, dan mereka menjadi jauh lebih takut untuk bekerja. Setiap hari, yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar tidak ditangkap, bagaimana caranya agar tidak memperlihatkan wajah mereka, bagaimana caranya agar tidak diawasi, dan bagaimana caranya agar mereka tidak berhubungan dengan saudara-saudari mereka. Mereka memutar otak memikirkan hal-hal ini dan sama sekali melupakan tugas mereka. Apakah ini adalah orang-orang yang loyal? Dapatkah orang-orang seperti ini menangani pekerjaan apa pun? (Tidak.) Orang-orang seperti ini hanya merasa takut, dan kita tentu saja tidak boleh menggolongkan mereka sebagai antikristus hanya berdasarkan perwujudan ini. Namun, apa natur dari perwujudan ini? Esensi perwujudan ini adalah esensi pengikut yang bukan orang percaya. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan dapat melindungi manusia, dan mereka pasti tidak percaya bahwa mengabdikan diri untuk berkorban bagi Tuhan artinya mengabdikan diri pada kebenaran, dan itu adalah sesuatu yang Tuhan perkenan. Mereka tidak takut akan Tuhan di dalam hati mereka; mereka hanya takut kepada Iblis dan partai politik yang jahat. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, mereka tidak percaya bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, dan tentu saja mereka tidak percaya bahwa Tuhan akan memperkenan orang yang mengorbankan segalanya demi Dia, dan demi mengikuti jalan-Nya, serta menyelesaikan amanat-Nya. Mereka tidak dapat melihat semua ini. Apa yang mereka percayai? Mereka percaya bahwa jika mereka jatuh ke dalam tangan si naga merah yang sangat besar, mereka akan mendapatkan kesudahan yang buruk, mereka bisa dihukum, atau bahkan berisiko kehilangan nyawa mereka. Dalam hati mereka, yang dipikirkan hanyalah keselamatan mereka sendiri dan bukan pekerjaan gereja. Bukankah mereka ini adalah para pengikut yang bukan orang percaya? (Ya, benar.) Apa yang Alkitab katakan? 'Ia yang kehilangan nyawanya karena Aku, akan mendapatkannya' (Matius 10:39). Apakah mereka memercayai firman ini? (Tidak, mereka tidak memercayainya.) Jika mereka diminta mengambil risiko saat melaksanakan tugas mereka, mereka ingin menyembunyikan diri mereka dan tidak membiarkan siapa pun melihat mereka. Mereka ingin untuk tidak terlihat. Sampai sejauh inilah ketakutan mereka. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan adalah penopang manusia, bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, bahwa jika ada sesuatu yang buruk terjadi atau mereka benar-benar ditangkap, itu adalah seizin Tuhan, dan bahwa manusia harus memiliki hati yang tunduk. Orang-orang ini tidak memiliki hati, pemahaman, ataupun persiapan seperti ini. Apakah mereka benar-benar percaya kepada Tuhan? (Tidak.) Bukankah esensi dari perwujudan ini adalah esensi pengikut yang bukan orang percaya? (Ya, benar.) Seperti itulah mereka. Orang-orang semacam ini sangat gentar, sangat ketakutan, dan takut akan penderitaan fisik serta takut sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Mereka menjadi takut seperti burung yang takut pada panah dan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan mereka" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Dua)). Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus sangat egois dan hina, serta sama sekali tidak percaya akan kedaulatan Tuhan. Ketika sesuatu terjadi, mereka selalu memikirkan keselamatan, prospek, dan tujuan mereka sendiri. Tanggung jawab dan misi makhluk ciptaan tidak ada dalam hati mereka. Ketika iman mereka menghadapi bahaya, mereka bersembunyi. Mereka tidak peduli dengan pekerjaan gereja atau jalan masuk kehidupan saudara-saudari, juga tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan sama sekali. Saat melihat kembali diriku sendiri, kulihat diriku juga egois dan hina seperti antikristus. Ketika tidak ada bahaya, aku bisa menderita dan mencurahkan diri dalam tugasku, tetapi ketika datang bahaya dan kesulitan yang nyata, aku bersembunyi seperti seekor kura-kura yang menarik kepalanya ke dalam cangkangnya bahkan saat menghadapi sedikit saja tanda masalah, ingin menyembunyikan diri sendiri di tempat yang aman di mana tidak ada yang bisa menemukanku, dan benar-benar mengabaikan para pendatang baru serta calon penerima Injil. Kemudian, aku mengetahui bahwa kami telah dikhianati oleh Yudas, dan sekali lagi memikirkan keselamatan diriku sendiri. Karena aku bukan warga setempat, aku takut jika tertangkap akan dipukuli hingga mati atau cacat, atau aku mungkin tidak tahan dengan siksaan lalu mengkhianati gereja, sehingga kehilangan kesempatanku menerima keselamatan, jadi aku tidak ingin pergi keluar untuk memberitakan Injil. Aku tidak mengenali kedaulatan Tuhan, dan ketika berhadapan dengan bahaya, aku tak mau lagi memikirkan tugasku. Aku tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan sama sekali dan sepenuhnya hidup dalam keadaan gentar, takut, dan hanya ingin melindungi diri. Selama ini aku adalah pengikut tetapi bukan orang percaya yang egois dan hina! Saat menyadari hal-hal ini, aku merasa makin menyesal. Kupikir, "Tidak peduli lingkungan seperti apa yang kuhadapi selanjutnya, aku harus melaksanakan tugasku dengan benar."
Setelah itu, penangkapan oleh polisi makin menjadi-jadi dan pemimpin tingkat atas memindahkanku ke gereja lain. Hanya dua bulan setelah tiba di gereja itu, aku memperhatikan bahwa sebuah pelacak terpasang di sepeda listrikku. Kupikir, "Apakah polisi melacakku ke sini dengan memeriksa rekaman pengawasan sepanjang jalan? Jika demikian, aku tidak akan bisa kabur!" Aku merasa khawatir lagi, takut kalau pergi ke tempat terbuka, aku akan ditangkap oleh polisi. Namun, aku teringat firman Tuhan tadi, dan tahu kalau aku tidak dapat meninggalkan tugas untuk melindungi diri sendiri lagi, karena aku akan kehilangan kesaksianku. Aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "'Sekuat' apa pun Iblis, seberani dan seambisius apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan, seluas apa pun teknik yang digunakannya untuk merusak dan memikat manusia, selihai apa pun trik dan rencana jahat yang digunakannya untuk mengintimidasi manusia, sehebat apa pun kemampuannya mengubah bentuk keberadaan dirinya, ia tidak pernah mampu menciptakan satu makhluk hidup pun, tidak pernah mampu menetapkan hukum atau aturan untuk keberadaan segala sesuatu, dan tidak pernah mampu mengatur dan mengendalikan objek apa pun, baik yang hidup atau mati. Di alam semesta dan cakrawala, tidak ada orang atau objek apa pun yang lahir dari dirinya, atau ada karena dirinya; tidak ada orang atau objek apa pun yang diatur olehnya, atau dikendalikan olehnya. Sebaliknya, ia bukan saja harus hidup di bawah kekuasaan Tuhan, tetapi, lebih dari itu, ia harus menaati semua perintah dan titah Tuhan. Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan. Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di gunung, daripada burung-burung yang terbang di udara, daripada ikan di laut, dan daripada belatung di tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan melayani umat manusia, serta untuk melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Tuhan berdaulat atas segala hal. Tidak ada orang, peristiwa, dan sesuatu apa pun yang dapat melampaui otoritas Tuhan. Entah seberapa pun merajalela dan jahatnya Iblis, dia tidak dapat melewati batasan yang telah Tuhan tentukan. Tanpa izin Tuhan, dia tidak berani melangkahi batas, apalagi membahayakan kita. Iblis hanya bidak di tangan Tuhan, melayani untuk menyempurnakan umat pilihan Tuhan! Hampir setiap hari kurenungkan tahun-tahun yang telah kuhabiskan untuk menyebarkan Injil, berlari di bawah kamera pengawas tanpa tertangkap. Suatu hari, di satu tempat tinggal yang menjadi tuan rumah, polisi mengetuk, tetapi kami tidak membukakan pintu, dan setengah jam kemudian, kami menyamar sebelum keluar, polisi di bawah tidak mengenali kami, dan kami berhasil kabur. Aku sadar bahwa tanpa izin Tuhan, polisi tidak dapat menangkapku. Saat menyadari hal ini, aku memutuskan bahwa jika Tuhan mengizinkanku ditangkap, aku akan tunduk pada penataan dan pengaturan-Nya serta mencurahkan hidupku untuk bersaksi tentang-Nya.
Kemudian, aku membaca lagu pujian dari firman Tuhan yang berjudul "Hidup yang Paling Berarti": "Engkau adalah makhluk ciptaan—engkau tentu saja harus menyembah Tuhan dan mengejar kehidupan yang bermakna. Karena engkau adalah manusia, engkau harus mengorbankan dirimu bagi Tuhan dan menanggung semua penderitaan! Engkau harus dengan senang hati dan tanpa ragu-ragu menerima sedikit penderitaan yang engkau alami sekarang dan menjalani kehidupan yang bermakna, seperti Ayub dan Petrus. Engkau semua adalah orang-orang yang mengejar jalan yang benar dan yang mencari peningkatan. Engkau semua adalah orang-orang yang bangkit di negara si naga merah yang sangat besar, mereka yang Tuhan sebut orang benar. Bukankah itu kehidupan yang paling bermakna?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penerapan (2)"). Saat merenungkan lagu pujian ini, aku merasakan suatu kepastian dalam hatiku. Bagi makhluk ciptaan, mampu melaksanakan tugas seseorang merupakan hal yang paling berarti dan berharga, dan hal itu diingat oleh Tuhan. Berulang kali mengalami penganiayaan dan kesengsaraan membuatku benar-benar melihat kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan serta menambah imanku pada-Nya, untuk mengenali esensi jahat dari naga merah yang sangat besar, dan untuk memahami sifat egoisku sendiri. Yang paling penting, aku belajar bagaimana menghadapi kematian. Ini adalah hal-hal yang tidak bisa kuperoleh di lingkungan yang nyaman. Terima kasih, Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Zhen Xin, AmerikaPada bulan Maret 2017, aku mulai mengerjakan desain grafis untuk gereja, terutama untuk poster film dan...
Oleh Saudari Elizabeth, RusiaAku dibesarkan di keluarga pedesaan biasa. Meskipun kami sama sekali tidak berkecukupan, aku tetap sangat...
Beberapa tahun yang lalu, para pemimpin gereja mengatur agar aku membuat video. Mereka saat itu juga mengatakan bahwa tim pembuatan video...
Oleh Saudari Christine, FilipinaPada Agustus 2021, aku mulai berlatih menyirami petobat baru. Karena pengucapan bahasa Inggrisku kurang...