Aku Tak Lagi Menjadi Penonton Saat Sesuatu Terjadi

08 Maret 2025

Aku cukup sibuk melaksanakan tugasku, dan sudah cukup lama aku tidak menghadapi pemangkasan serta pendisiplinan. Setiap hari, selain secara rutin bersaat teduh, makan dan minum firman Tuhan, serta mendengarkan lagu-lagu pujian, aku hanya melaksanakan tugasku. Di penghujung hari, aku belum memetik pelajaran apa pun, dan aku juga tidak tahu bagaimana cara memetik pelajaran. Aku melewati setiap hari seperti ini, dalam kebingungan, dan dengan hati yang terasa hampa. Setelah beberapa waktu, aku merasa bahwa hidupku belum bertumbuh sama sekali, dan belum memasuki kebenaran dalam aspek apa pun; semuanya tetap berada di tingkat kata-kata dan doktrin saja, dan aku sangat gelisah karenanya. Suatu hari, aku membaca firman Tuhan: "Di atas dasar apakah harapan untuk memperoleh keselamatan dibangun? Itu dibangun di atas dasar kemampuanmu untuk berjuang menuju kebenaran, merenungkan kebenaran, dan berupaya mengejar kebenaran ketika terjadi hal apa pun. Hanya di atas dasar inilah, engkau dapat memahami kebenaran dan menerapkan kebenaran sehingga engkau dapat memperoleh keselamatan. Namun, jika engkau selalu menjadi penonton ketika masalah terjadi—tidak memberi penilaian atau membuat penggolongan apa pun, dan tidak mengungkapkan pendapat pribadimu—dan engkau tidak memiliki pandangan apa pun mengenainya, atau sekalipun memiliki pandangan, engkau tidak mengungkapkannya, dan engkau tidak tahu apakah pandangan itu benar atau salah, tetapi hanya membiarkannya terkunci di benakmu dan hanya memikirkannya, pada akhirnya, engkau tetap tidak akan memperoleh kebenaran. Coba pikirkan, ini seperti duduk di pesta perjamuan besar, tetapi mengalami kelaparan hebat. Bukankah engkau menyedihkan? Dalam pekerjaan Tuhan, jika engkau telah percaya selama sepuluh tahun, tetapi sepanjang waktu itu engkau hanya menjadi penonton, atau engkau telah percaya selama 20 atau 30 tahun dan hanya menjadi penonton selama itu, pada akhirnya, ketika tiba saatnya untuk menentukan kesudahanmu, nilai yang Tuhan berikan pada catatanmu hanyalah dua poin, dan dengan demikian, engkau akan dianggap orang yang sangat bodoh, dan kesempatanmu untuk memperoleh kebenaran serta harapanmu untuk diselamatkan akan sepenuhnya dihancurkan oleh dirimu sendiri. Pada akhirnya, engkau akan dicap sebagai orang yang sangat bodoh, dan itu pantas untukmu, bukan? (Ya.) Apa rahasianya agar tidak menjadi orang yang sangat bodoh? (Rahasianya adalah tidak menjadi penonton). Jangan menjadi penonton. Engkau percaya kepada Tuhan, jadi engkau harus mengalami pekerjaan Tuhan agar memperoleh keselamatan. Ada orang-orang yang mungkin bertanya, 'Jadi, Engkau ingin aku melibatkan diri dalam segala hal? Namun, orang-orang berkata, "Jangan mengomentari apa yang bukan urusanmu."' Memintamu untuk melibatkan diri berarti memintamu untuk mencari kebenaran dan memetik pelajaran dari hal-hal yang kautemui. Misalnya, ketika engkau bertemu dengan tipe orang tertentu, engkau harus memiliki kemampuan untuk mengenali orang itu melalui perwujudan yang diperlihatkannya dan tindakannya. Jika dia melanggar kebenaran, engkau harus mengidentifikasi apa yang telah dilakukannya yang melanggar kebenaran. Jika orang lain mengatakan bahwa seseorang adalah orang jahat, engkau harus mengenali apa yang dia katakan dan lakukan, serta perwujudan kejahatan seperti apa yang dilakukannya yang membuatnya dapat digolongkan sebagai orang jahat. Jika orang lain mengatakan bahwa orang ini tidak membela kepentingan rumah Tuhan dan justru membantu pihak luar dengan mengorbankan kepentingan rumah Tuhan, engkau harus mencari tahu apa yang telah dilakukan orang tersebut. Namun, setelah mengetahuinya, sekadar mengetahui hal-hal ini tidaklah cukup. Engkau juga harus merenungkan: 'Mungkinkah aku melakukan hal semacam itu? Jika tidak ada yang mengingatkanku, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama, dan bukankah kemudian aku akan mengalami kesudahan yang sama seperti orang itu? Bukankah ini berbahaya? Untunglah Tuhan mengatur lingkungan ini untuk memberiku peringatan, yang merupakan perlindungan terbesar bagiku!' Setelah merenungkan hal ini, engkau menyadari satu hal: engkau tidak boleh mengikuti jalan yang diambil oleh orang semacam itu, engkau tidak boleh menjadi orang seperti itu, engkau harus mengingatkan dirimu sendiri. Apa pun yang kaualami, engkau harus memetik pelajaran darinya. Jika ada hal-hal yang tidak sepenuhnya kaupahami dan terasa ganjil di hatimu, engkau harus bertanya tentang hal itu, mencari tahu, dan memastikan keadaan yang sebenarnya dengan mencari kebenaran. Ini bukan keingintahuan; ini berarti bersikap sungguh-sungguh. Bersikap sungguh-sungguh bukan berarti bersikap asal-asalan atau mengikuti pendapat orang banyak—ini adalah sikap bertanggung jawab. Bersikap sungguh-sungguh berarti memahami masalah dengan jelas, kemudian mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, dan dengan demikian, engkau akan memiliki jalan penerapan, kemampuan untuk menerapkan secara akurat, serta perasaan damai dan tenang ketika kembali menghadapi situasi yang sama. Engkau sedang bersikap sungguh-sungguh berdasarkan prinsip untuk berusaha memahami fakta dan keadaan yang sebenarnya, lalu dari situ, engkau memperoleh kebenaran, belajar cara memandang orang dan hal-hal, bukannya mengikuti orang lain atau mengikuti arus dalam segala hal. Hanya dengan bersikap sungguh-sungguh dalam tindakanmu, barulah engkau dapat menerapkan kebenaran dan menangani hal-hal berdasarkan prinsip. Mereka yang tidak bersungguh-sungguh akan cenderung mengikuti orang lain dan terbawa arus sehingga mudah melanggar prinsip kebenaran" (Firman, Jilid 7, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (2)"). Firman Tuhan menunjukkan kepada manusia jalan untuk mengejar kebenaran, yaitu dengan belajar dari orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang kita temui sehari-hari. Baik itu sesuatu yang kita lihat, dengar, atau alami sendiri, kita harus mencari kebenaran di dalamnya. Terutama ketika melihat seseorang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, kita tidak boleh mendengarkan hanya karena penasaran dan membiarkannya begitu saja. Sebaliknya, kita harus secara aktif memahami perilaku spesifik orang tersebut, mencari kebenaran untuk memperoleh kearifan, dan belajar dari situ, merenungkan cara agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama dan tidak mengganggu atau mengacaukan pekerjaan gereja. Hanya dengan cara inilah kita dapat memahami kebenaran dan memetik pelajaran darinya. Aku merenungkan bagaimana Tuhan mengungkapkan begitu banyak kebenaran dan mengatur berbagai jenis orang, peristiwa, hal-hal, serta lingkungan untuk melatih kita dalam memasuki kenyataan kebenaran. Sebagai contoh, munculnya orang jahat, pemimpin palsu, dan antikristus di dalam gereja berfungsi untuk melatih kita melihat orang dan peristiwa-peristiwa berdasarkan firman Tuhan. Namun, aku belum pernah sungguh-sungguh memperhatikan orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitarku. Apa pun yang telah terjadi, aku hanya mendengarkan lalu membiarkannya berlalu begitu saja. Setiap hari, aku selalu menangani berbagai hal secara dangkal, dan hidupku tidak berkembang. Jika aku terus seperti ini, hidupku akan mengalami kerugian besar. Saat merenungkan hal ini, hatiku menjadi lebih tercerahkan, dan sejak saat itu aku ingin mulai menerapkan kebenaran sesuai dengan firman Tuhan.

Tanpa diduga, pada hari yang sama, aku melihat bahwa Saudari Winnie tiba-tiba keluar dari semua grup kerja. Aku berpikir dalam hati, apakah dia digantikan? Ketika memikirkan apa yang Tuhan persekutukan aku menyadari bahwa Tuhan ingin kita memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari, ikut terlibat, mencari kebenaran, dan memetik pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu, daripada hanya menjadi penonton. Jadi, aku bertanya kepada beberapa saudara-saudari tentang alasan penggantiannya. Aku mendapati bahwa dia congkak dan suka menggurui orang lain. Sejak dia mulai menjalankan tugas sebagai pengawas, setiap kali dia melihat menurunnya efektivitas tugas saudara-saudari, dia langsung menegur mereka tanpa memedulikan benar atau salahnya. Beberapa saudara-saudari merasa takut setiap kali dia ingin menindaklanjuti pekerjaan mereka, dan mereka banyak mengeluh tentang dia. Ketika saudara-saudari memberi saran, dia tidak mau menerima dan malah menghardik mereka dengan kasar. Semua orang merasa terkekang olehnya dan satu demi satu melaporkan perilakunya. Apalagi, tugasnya tidak membuahkan hasil, sehingga gereja pun menggantinya sesuai dengan prinsip-prinsip. Aku terkejut mendengar tentang tindak-tanduknya. Aku tidak menyangka dia begitu congkak sehingga bisa seenaknya menggurui orang lain, mengekang mereka, dan secara langsung memengaruhi pekerjaan penginjilan gereja. Penggantiannya adalah kebenaran Tuhan. Hal itu juga dilakukan untuk melindungi pekerjaan gereja dan kepentingan saudara-saudari. Selanjutnya, aku merenungkan diriku sendiri. Apakah aku juga suka menggurui orang lain seperti Winnie? Aku teringat pengalaman dua tahun lalu. Saat itu, aku sedang melaksanakan tugasku sebagai seorang pemimpin. Ketika saudara-saudari menghadapi kesulitan atau berada dalam keadaan yang buruk, mereka datang kepadaku untuk persekutuan, dan aku membagikan pengalaman-pengalamanku sesuai dengan keadaan mereka. Hal ini membantu para saudara-saudari sampai batas tertentu. Saudari Rita, yang bekerja sama denganku, sering meminta saranku ketika dia menghadapi masalah yang tidak bisa dia pahami. Aku mulai merasa bahwa aku memiliki beberapa kenyataan kebenaran dan kemampuanku dalam melihat orang serta berbagai hal lebih baik daripada yang lain. Selama beberapa waktu, Susanne dan Tiffany tidak bekerja sama secara harmonis. Susanne sering melaporkan masalah yang ada pada Tiffany, dan Tiffany juga sering mengatakan sesuatu yang buruk tentang Susanne. Kupikir keduanya memiliki masalah dan tidak mencari kebenaran atau merenungkan diri mereka sendiri. Suatu ketika, Susanne kembali melaporkan bahwa Tiffany tidak mengikuti prinsip-prinsip dalam tugasnya. Tanpa memahami situasi yang sebenarnya, aku berasumsi bahwa Susanne hanya mencari-cari kesalahan lagi, dan aku menegurnya dengan keras, "Kenapa kau tidak merenungkan dirimu sendiri? Kau selalu fokus pada orang lain, terus mengingat kesalahan mereka dan tidak mau melepaskannya. Kalian berdua saling menyalahkan terus-menerus. Bukankah itu hanya adu mulut? Ini mengacaukan dan mengganggu kehidupan bergereja!" Kemudian, aku mendapati bahwa masalah yang dilaporkan Susanne itu benar, tetapi setelah "kupangkas", dia terlalu takut untuk melaporkan pelanggaran Tiffany terhadap prinsip. Akhirnya, Tiffany bertindak melanggar prinsip dan menyebabkan kerugian yang signifikan bagi pekerjaan gereja. Melihat bahwa pemangkasan yang tidak berprinsip olehku hanya membawa kerugian bagi orang lain dan menyebabkan gangguan, aku menyadari bahwa penggantian Winnie juga merupakan sebuah peringatan dan pengingat bagiku. Aku tahu bahwa watak rusakku dalam hal ini juga sangat parah, sehingga aku berdoa dalam hati, memohon kepada Tuhan untuk membimbingku memahami kebenaran dan lebih mengenal diriku sendiri, agar aku tidak lagi menyebabkan kerugian terhadap saudara-saudari.

Suatu hari, aku menyadari bahwa Saudari Lorna belum membuat banyak desain, dan aku berpikir bahwa efisiensinya dalam mendesain sudah rendah selama beberapa waktu. Aku telah memberinya beberapa metode dan cara yang baik sebelumnya, tetapi efisiensinya masih belum banyak meningkat. Aku merasa bahwa dia hanya melaksanakan tugasnya tanpa beban apa pun, tidak berusaha untuk menjadi lebih baik. Saat aku memikirkan hal ini, aku mulai merasakan gelombang kemarahan dan ingin menegurnya mengenai masalahnya. Namun, tepat saat aku hendak mengkritiknya, aku ingat bahwa Winnie suka menegur orang dengan santai, menyebabkan mereka merasa terkekang saat melaksanakan tugasnya. Aku berpikir, "Bagaimana jika Lorna tidak lalai dalam tugasnya, tetapi mengalami kesulitan lain? Bukankah dia akan terkekang jika aku menyalahkannya tanpa memahami apa yang sedang terjadi? Aku harus bertanya tentang tugasnya terlebih dahulu." Saat itulah aku mengetahui Lorna benar-benar ingin melaksanakan tugasnya dengan baik, tetapi karena kualitasnya yang buruk dan kurangnya pemahaman terhadap prinsip, dia sering kesulitan dalam beberapa detail. Dia tidak mampu menerapkan metode yang telah kuajarkan kepadanya secara fleksibel, dan itu menyebabkan rendahnya efisiensinya. Kemudian aku memberinya beberapa panduan nyata berdasarkan kesulitan yang dialaminya. Lalu, efisiensinya meningkat hingga tingkat tertentu. Setelah itu, aku berpikir, "Untungnya, aku tidak langsung memarahi Lorna; jika tidak, aku akan menyakitinya." Jadi, aku mencari kebenaran dan merenungkan masalah-masalah dalam diriku.

Ketika bersaat teduh, aku membaca firman Tuhan: "Dapatkah engkau membuat orang memahami kebenaran dan memasuki kenyataannya jika engkau hanya mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin untuk menceramahi dan memangkas mereka? Jika apa yang kaupersekutukan tidak nyata, jika itu hanyalah kata-kata dan doktrin, maka sebanyak apa pun engkau memangkas dan menceramahi mereka, itu akan sia-sia. Apakah menurutmu jika orang-orang takut kepadamu, dan melakukan apa yang kauperintahkan, serta tidak berani menentangmu, itu sama artinya mereka memahami kebenaran dan bersikap tunduk? Ini adalah kekeliruan besar; jalan masuk kehidupan tidaklah sesederhana itu. Beberapa pemimpin bersikap seperti manajer baru yang berusaha membuat diri mereka terkesan kuat, mereka berusaha memaksakan otoritas baru mereka terhadap umat pilihan Tuhan sehingga semua orang tunduk kepada mereka, mengira bahwa ini akan membuat pekerjaan mereka menjadi lebih mudah. Jika engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran, maka tak lama kemudian tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya akan tersingkap, dirimu yang sesungguhnya akan terungkap, dan engkau akan disingkirkan. Dalam beberapa pekerjaan administratif, sedikit pemangkasan dan pendisiplinan dapat diterima. Namun, jika engkau tak mampu mempersekutukan kebenaran, pada akhirnya, engkau tetap tidak akan mampu menyelesaikan masalah, dan itu akan memengaruhi hasil pekerjaan. Jika, masalah apa pun yang muncul di gereja, engkau terus saja menceramahi dan menyalahkan orang lain—jika yang kaulakukan hanyalah bertindak dengan sifatmu yang pemarah—maka ini adalah watak rusakmu yang tersingkap dengan sendirinya, dan engkau telah memperlihatkan wajah buruk kerusakanmu. Jika engkau selalu menganggap statusmu lebih tinggi dan menceramahi orang seperti ini, maka seiring berjalannya waktu, orang tidak akan dapat menerima perbekalan hidup darimu, mereka tidak akan mendapatkan sesuatu yang nyata, melainkan akan membenci dan merasa jijik terhadapmu. Selain itu, akan ada orang-orang yang, setelah dipengaruhi olehmu karena tidak mengetahui yang sebenarnya tentang dirimu, akan menceramahi, dan memangkas orang sama seperti yang kaulakukan. Mereka juga akan marah dan kehilangan kesabaran. Engkau bukan saja tak akan mampu menyelesaikan masalah orang—engkau juga akan membuat watak rusak mereka makin memburuk. Dan bukankah itu berarti engkau menuntun mereka ke jalan menuju kebinasaan? Bukankah itu tindakan yang jahat? Seorang pemimpin harus memimpin terutama dengan cara mempersekutukan kebenaran dan memberi orang perbekalan hidup. Jika engkau selalu merasa statusmu lebih tinggi daripada orang lain dan menceramahi mereka, apakah mereka akan mampu memahami kebenaran? Jika engkau bekerja dengan cara seperti ini selama beberapa waktu, lalu orang mulai mengetahui dengan jelas dirimu yang sebenarnya, mereka akan meninggalkanmu. Dapatkah engkau membawa orang ke hadapan Tuhan dengan bekerja seperti ini? Tentu saja tidak; yang bisa kaulakukan hanyalah merusak pekerjaan gereja dan menyebabkan semua umat pilihan Tuhan membencimu dan meninggalkanmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa dalam melakukan pekerjaan, kita tidak boleh begitu saja memangkas dan menggurui orang-orang dengan sembarangan; kita harus mempertimbangkan latar belakang dan situasi yang sebenarnya. Jika masalahnya mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja atau merugikan kepentingan rumah Tuhan, orang tersebut dapat dipangkas atau diberhentikan dan dipindahkan. Namun, jika seorang saudara atau saudari tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran, menyebabkan beberapa penyimpangan dan masalah dalam melaksanakan tugas mereka, atau watak mereka yang rusak menyebabkan hasil dari tugas mereka menjadi buruk, kita harus lebih banyak bersekutu tentang kebenaran serta memberikan instruksi dan bantuan, memungkinkan mereka untuk melihat masalah-masalah mereka dan memiliki jalan penerapan. Jika kita selalu marah dan menggurui orang-orang tanpa memperhatikan situasi atau latar belakangnya, ini bukan hanya akan gagal untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan mereka yang sebenarnya, melainkan juga akan mengekang mereka dan berdampak negatif pada pekerjaan. Sebagai contoh, ketika aku melihat bahwa efisiensi Lorna dalam melaksanakan tugasnya belum meningkat dan dia belum menunjukkan banyak kemajuan untuk sementara waktu, aku mengira bahwa dia tidak melaksanakannya dengan sepenuh hati, dan di dalam hati, aku menunjukkan sikap yang gampang marah dan ingin memberinya pelajaran. Padahal, sebenarnya dia juga ingin melaksanakan tugasnya dengan baik; hanya saja kualitasnya buruk dan dia belum sepenuhnya memahami prinsip, yang menyebabkan rendahnya efisiensinya dalam melaksanakan tugas. Yang dia butuhkan adalah lebih banyak bantuan dariku. Jika aku memangkas dan menggurui orang-orang tanpa mempertimbangkan latar belakang, atau kualitas dan tingkat pertumbuhan setiap orang, aku bukan hanya gagal membantu mereka, melainkan juga mungkin malah mengekang mereka, membuat mereka menjadi negatif dan tertekan serta tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik. Bukankah ini akan mengacaukan? Seiring berjalannya waktu, saudara-saudari mungkin akan mengenal diriku yang sebenarnya dan menolakku. Hal ini mengingatkanku pada Winnie. Setiap kali dia melihat saudara-saudari melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya atau membuat sedikit kesalahan dalam pekerjaan mereka, dia menggunakan statusnya dan menegur mereka, yang menyebabkan mereka merasa terkekang, sehingga saudara-saudari menjadi takut setiap kali mereka mendengar bahwa dia akan datang untuk memeriksa pekerjaan mereka. Karena pemangkasannya yang sewenang-wenang, dia secara serius mengacaukan dan mengganggu pekerjaan penginjilan, menyebabkan tersebar luasnya keluhan dan banyaknya laporan terhadap dirinya. Akhirnya, dia diberhentikan oleh gereja berdasarkan prinsip. Hal ini menunjukkan bahwa tidak bertindak sesuai kebenaran dan menggurui orang-orang berdasarkan kehendak sendiri dapat menyebabkan konsekuensi yang sangat serius.

Aku merenung lagi: Mengapa aku cenderung menegur orang dengan sembarangan? Apa akar penyebab di balik hal ini? Lalu, aku mencari firman Tuhan yang berkaitan dan menemukan bagian ini: "Kecongkakan adalah sumber dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin mereka tidak masuk akal, dan semakin mereka tidak masuk akal, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi yang terburuk adalah mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan, dan mereka tidak punya hati yang takut akan Tuhan. Meskipun orang mungkin terlihat percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Menganggap orang lain berada di bawah dirinya—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa watak congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada kedaulatan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan dan pengendalian atas orang lain. Orang seperti ini sama sekali tidak punya hati yang takut akan Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan nalarnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan dan sama sekali tidak punya hati yang takut akan Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada taraf di mana mereka punya hati yang takut akan Tuhan, mereka harus terlebih dahulu membereskan watak congkak mereka. Semakin teliti engkau menyelesaikan watakmu yang congkak, makin engkau akan punya hati yang takut akan Tuhan, dan baru setelah itulah, engkau mampu tunduk kepada-Nya dan memperoleh kebenaran serta mengenal Dia. Hanya mereka yang memperoleh kebenaran yang merupakan manusia sejati" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa kecenderunganku untuk menggurui orang-orang dengan sembarangan berasal dari watakku yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombongan ini berarti aku gagal secara rasional menelaah natur dari situasi yang kuhadapi, tidak benar-benar memahami latar belakang masalah, dan melihat orang-orang serta peristiwa berdasarkan pengalaman dan imajinasiku sendiri, terlalu percaya pada penilaianku sendiri, menjatuhkan vonis secara sembarangan kepada orang lain serta menggurui mereka. Setelah merenungkan saat aku melaksanakan tugas sebagai pemimpin, aku menyadari bahwa karena aku mampu mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan beberapa masalah dan saudari-saudari yang bekerja sama denganku sering datang kepadaku untuk mencari dan mendiskusikan masalah-masalah yang mereka tidak pahami, aku mulai merasa bahwa kemampuanku untuk melihat orang serta berbagai hal lebih baik daripada orang lain. Dengan demikian, aku menjadikan ini sebagai modal dan mulai menjadi congkak. Sebagai contoh, ketika Susanne melaporkan bahwa ada masalah dengan kinerja Tiffany dalam melaksanakan tugas, dalam situasi normal, seharusnya aku terlebih dahulu memahami dan memastikan situasinya lalu bersekutu untuk mengatasinya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Namun, aku malah menilai situasi tersebut secara subjektif. Melihat bahwa keduanya biasanya tidak bekerja sama dengan harmonis dan tidak tahu bagaimana merenungkan diri ketika muncul masalah, aku telah menyimpulkan bahwa laporan Susanne tentang Tiffany pasti dipicu oleh sikapnya yang gampang marah, dan bahwa dia hanya mencari-cari kesalahan, dan aku telah menegur Susanne tanpa sedikit pun berusaha menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Akibatnya, Susanne menjadi terkekang, dan ketika dia kemudian menyadari bahwa Tiffany melanggar prinsip-prinsip dalam melaksanakan tugas, dia tidak berani melaporkannya, sehingga menyebabkan kerugian bagi kepentingan gereja. Demikian pula, aku juga telah menelaah dengan masalah Lorna berdasarkan pengalamanku, berpikir bahwa karena aku sudah membimbingnya dan dia belum menunjukkan kemajuan, itu pasti karena dia tidak sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya. Watak congkakku hampir membuatku memarahinya, yang akan membuatnya terkekang dan menderita. Ini membuatku menyadari bahwa watak congkakku sudah terlalu parah. Aku memperlakukan orang berdasarkan imajinasiku sendiri, menjadikan standar-standar pengukuranku sebagai prinsip-prinsip kebenaran—kecongkakanku sungguh tidak bernalar! Di masa depan, setiap kali menghadapi masalah, aku harus menanganinya dengan hati yang takut akan Tuhan, terlebih dahulu datang ke hadapan Tuhan untuk lebih banyak mencari, dan memahami masalah saudara-saudari secara menyeluruh. Aku tidak boleh dengan sembarangan menyimpulkan atau menegur orang dengan sembarangan berdasarkan watak congkakku, karena ini tidak hanya cenderung merugikan saudara-saudari, tetapi juga mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja dan menyinggung watak Tuhan. Setelah itu, aku pun mencari kebenaran untuk menyelesaikan aspek dari watak rusakku ini.

Dalam pencarianku, aku membaca firman Tuhan: "Umat pilihan Tuhan setidaknya harus memiliki hati nurani dan nalar, serta berinteraksi, berhubungan, dan bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip dan standar yang Tuhan tuntut terhadap manusia. Ini adalah pendekatan yang terbaik. Inimampu memuaskan Tuhan. Jadi, prinsip-prinsip kebenaran apa yang dituntut oleh Tuhan? Bahwa orang haruslah memahami orang lain ketika mereka sedang lemah dan negatif, peduli terhadap penderitaan dan kesulitan mereka, lalu bertanya tentang hal-hal ini, menawarkan bantuan dan dukungan, serta membacakan firman Tuhan untuk menolong mereka menyelesaikan masalah mereka, memungkinkan mereka agar memahami maksud Tuhan dan tidak lagi lemah, serta membawa mereka ke hadapan Tuhan. Bukankah cara penerapan ini sesuai dengan prinsip? Menerapkan dengan cara ini sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Tentu saja, hubungan semacam ini terlebih lagi sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ketika orang dengan sengaja menyebabkan gangguan dan kekacauan, atau dengan sengaja melaksanakan tugas mereka dengan cara yang asal-asalan, jika engkau melihatnya dan mampu menunjukkan hal-hal ini kepada mereka, menegur mereka, dan menolong mereka berdasarkan prinsip, berarti ini sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika engkau berpura-pura tidak melihat, atau memaklumi perilaku mereka serta menutupinya, dan bahkan sampai mengucapkan hal-hal baik untuk memuji dan menyanjung mereka, berarti cara-cara berinteraksi dengan orang lain, cara menindak dan menangani masalah yang seperti ini, jelas tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan tidak ada dasarnya di dalam firman Tuhan. Jadi, cara berinteraksi dengan orang lain dan cara menangani masalah yang seperti ini jelas tidak pantas, dan hal ini benar-benar tidak mudah untuk ditemukan jika tidak ditelaah dan diidentifikasi berdasarkan firman Tuhan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (14)"). "Bagaimana Tuhan memperlakukan masing-masing orang? Ada orang-orang yang memiliki tingkat pertumbuhan yang belum dewasa; atau masih muda; atau belum lama percaya kepada Tuhan; atau bukan orang yang buruk secara esensi naturnya, tidak kejam, tetapi hanya kurang berpengetahuan atau kurang dalam kualitas mereka. Atau mereka tunduk pada terlalu banyak batasan, dan belum memahami kebenaran, belum memiliki jalan masuk kehidupan, sehingga sulit bagi mereka untuk menjauhkan diri dari melakukan hal-hal yang bodoh atau melakukan tindakan bodoh. Namun, Tuhan tidak berfokus pada kebodohan sesaat manusia; Dia hanya melihat hati mereka. Jika mereka bertekad untuk mengejar kebenaran, artinya mereka benar, dan jika inilah tujuan mereka, maka Tuhan akan mengamati mereka, menunggu mereka, dan memberi mereka waktu serta kesempatan yang akan memungkinkan mereka untuk masuk. Itu bukan berarti Tuhan akan menghapuskan mereka hanya karena satu pelanggaran. Itu adalah sesuatu yang sering orang lakukan; Tuhan tidak pernah memperlakukan orang seperti itu. Jika Tuhan tidak memperlakukan orang seperti itu, lalu mengapa orang memperlakukan orang lain dengan cara seperti itu? Bukankah ini menunjukkan watak mereka yang rusak? Tepat seperti inilah watak rusak mereka. Engkau harus melihat bagaimana Tuhan memperlakukan orang-orang yang kurang berpengetahuan dan bodoh, bagaimana Dia memperlakukan orang yang tingkat pertumbuhannya belum dewasa, bagaimana Dia memperlakukan penyingkapan normal dari watak rusak manusia, dan bagaimana Dia memperlakukan orang yang kejam. Tuhan memperlakukan orang dengan berbagai cara dan Dia juga memiliki berbagai cara untuk menangani berbagai keadaan orang. Engkau harus memahami kebenaran-kebenaran ini. Setelah engkau memahami kebenaran-kebenaran ini, engkau akan tahu bagaimana mengalami hal-hal dan memperlakukan orang berdasarkan prinsip" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mulai menyadari bahwa setiap orang memiliki kualitas dan tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda, dan latar belakang serta lingkungan mereka di waktu yang berbeda pun beragam. Demikian pula keadaan dan kesulitan yang mereka hadapi. Walaupun mereka semua memiliki masalah dan penyimpangan dalam melaksanakan tugas, natur dari masalah-masalah ini berbeda. Bagi sebagian orang, yang baru mulai berlatih melaksanakan tugas, mereka mungkin mengalami kesulitan karena belum terbiasa dengan keterampilan profesional. Dalam kasus-kasus seperti ini, kita perlu menawarkan bantuan dan persekutuan dengan kasih, membimbing mereka untuk memahami maksud Tuhan, sehingga mereka memiliki jalan dalam pelaksanaan tugas mereka. Bagi yang lain, jika mereka memahami kebenaran tetapi gagal dalam menerapkannya, selalu bersikap asal-asalan dan mengacaukan serta mengganggu pekerjaan gereja, mereka perlu dipangkas. Jika naturnya parah, mungkin mereka perlu dipindahkan atau diberhentikan sesuai dengan prinsip-prinsip. Di rumah Tuhan, terdapat prinsip-prinsip dalam memperlakukan orang-orang; ini tergantung pada latar belakang dan tidak dapat disamaratakan. Namun, aku sering tidak berprinsip ketika memperlakukan saudara-saudari, menjatuhkan vonis secara sembarangan dan menegur mereka karena watak congkakku, yang sangat tidak bernalar! Setelah merenungkan Saudari Susanne, meskipun dia menjadi bias terhadap Tiffany, aku seharusnya terlebih dahulu memastikan benar atau tidaknya laporannya dalam tugasnya benar atau tidak. Jika aku menangani situasi itu sekedar untuk mencari-cari kesalahan tanpa memahaminya, ini bukan hanya akan gagal membantu Susanne, melainkan juga akan merugikan dan mengekangnya. Demikian pula, meskipun efisiensi Saudari Lorna dalam melaksanakan tugasnya rendah, aku harus memahami apakah ini disebabkan oleh kualitasnya yang buruk atau karena dia bersikap asal-asalan dan acuh tak acuh dalam melaksanakan tugasnya. Aku harus terlebih dahulu memperoleh pemahaman yang jelas dan kemudian menanganinya sesuai dengan prinsip-prinsip. Hanya menilai dari penampilan dan terburu-buru mengambil kesimpulan tidak hanya gagal membantu orang lain, tetapi juga dapat menyebabkan mereka menjadi lebih negatif dan pasif. Sekarang setelah aku memahami beberapa prinsip dalam memperlakukan orang, di masa depan aku harus berlatih memperlakukan saudara-saudari berdasarkan firman Tuhan.

Akhir-akhir ini, meskipun aku belum menghadapi pemangkasan sama sekali, setelah merenungkan kegagalan Winnie, aku menyadari kecenderunganku untuk menegur orang lain dengan sembarangan. Aku telah menyadari bahwa ini karena aku dikuasai oleh watak congkakku, dan juga mempelajari prinsip-prinsip dalam memperlakukan saudara-saudari, memperoleh beberapa hal. Sekarang, aku menyadari bahwa mencari kebenaran dan memetik pelajaran dari situasi sehari-hari itu benar-benar penting. Aku menyadari bahwa jika kita ingin memahami kebenaran dan tumbuh dalam kehidupan, kita tidak perlu menunggu pemangkasan besar, ujian, atau pemurnian untuk mendapatkan sesuatu. Kuncinya adalah memulai dengan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitar kita. Baik dalam apa yang kita lihat, dengar, atau alami secara pribadi, kita harus terlibat di dalamnya dengan hati yang mencari kebenaran. Kemudian, kita harus mencari firman Tuhan yang relevan dan belajar memandang orang dan hal-hal, berperilaku, dan bertindak sesuai dengan kebenaran. Dengan cara ini, kehidupan kita dapat terus tumbuh.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh