Sekarang Aku Tahu Cara Bekerja Sama dalam Tugasku

21 Januari 2022

Pada November 2019, aku sedang mengerjakan tugas kepemimpinan bersama Saudari Zhou. Untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dan lebih efisien, para pemimpin tingkat atas membagi tanggung jawab pekerjaan di antara kami. Aku terutama bertanggung jawab untuk penyiraman pendatang baru, sementara dia harus menindaklanjuti pekerjaan video. Pada waktu itu, aku dapat melihat bahwa penyiraman pendatang baru tidak berjalan dengan baik, aku merasakan banyak tekanan dan takut tidak mampu memikul tugas itu. Namun kemudian, aku ingat bahwa ini adalah pekerjaan yang penting, dan jika aku bisa mencapai beberapa keberhasilan dalam tugas yang sulit ini, maka para pemimpin tingkat atas akan mengakui kemampuanku, dan saudara-saudari juga akan memandangku dengan rasa hormat yang baru, jadi aku setuju dengan pekerjaan itu. Belakangan, aku sering bertemu dengan mereka yang menyirami pendatang baru, membantu mereka menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan tugasnya, berfokus pada penyiraman dan pembinaan mereka yang kulihat berkualitas baik. Setelah beberapa waktu, pekerjaan penyiraman mulai membaik. Suatu hari, seorang saudari melapor kepadaku bahwa tidak ada cukup orang untuk memproduksi video, sehingga mereka mengalami kesulitan, yang harus segera diselesaikan. Dalam hati, kupikir: "Masalah ini harus segera diselesaikan, tetapi sekarang pekerjaan penyiraman juga harus ditindaklanjuti, dan jika aku menghabiskan seluruh waktuku untuk pekerjaan video dan masalah pendatang baru tidak dapat diselesaikan tepat waktu, dan mereka pergi, maka pekerjaan penyiraman akan terpengaruh. Jika itu terjadi, akankah para pemimpin tingkat atas mengatakan aku tidak cakap? Selain itu, pekerjaan video adalah tugas Saudari Zhou untuk menindaklanjutinya, jadi jika aku membantunya menangani masalah ini, dialah yang akan mendapatkan pujian, sedangkan aku tidak bisa memperlihatkan wajahku." Dengan pemikiran ini, aku tidak memedulikan detail pekerjaan, aku hanya mengucapkan beberapa kata ala kadarnya dan pergi. Setelah kembali, aku membicarakan masalah ini dengan Saudari Zhou, tetapi dia tidak bisa memikirkan orang yang cocok, dan itu adalah keadaan yang sulit baginya. Kemudian pekerjaan tersebut tertunda karena personel tidak berada di tempat. Pada waktu itu, aku tetap tidak peduli dengan masalah ini, dan tetap menganggap bahwa itu adalah tanggung jawab Saudari Zhou, dan tidak ada hubungan langsung denganku. Suatu hari, Saudari Zhou berkata kepadaku: "Kuperhatikan kau hanya berfokus pada apa yang menjadi tanggung jawabmu, dan tidak peduli dengan pekerjaan lain." Mendengar dia mengatakan hal ini, dalam hati, kupikir: "Jika aku melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu, kaulah yang pasti mendapatkan semua pujiannya, artinya hanya kau yang akan diperhatikan, bukan aku, jadi untuk apa melakukan lebih banyak?" Ketika dia membicarakan hal ini, aku tidak terlalu memerhatikannya.

Tak lama kemudian, pemimpin kami berkata kepadaku: "Ada beberapa masalah dengan pekerjaan video, dan semua masalah tidak ada yang terselesaikan. Aku ingat dahulu kau pernah membuat video, dan kemampuanmu cukup baik di area ini. Aku ingin kau mengurus pekerjaan video; Saudari Zhou akan melakukan pekerjaan penyiraman." Mendengar hal ini, aku merasa sedikit kesal: aku telah berupaya keras, mencurahkan banyak pemikiran dan perhatian pada pekerjaan penyiraman, tidak mudah untuk membuat perbaikan. Sekarang setelah aku mengurus pekerjaan video, dia akan menikmati hasil kerjaku. Selain itu, membuat video yang bagus cukup sulit. Jika aku tidak melakukan pekerjaan dengan baik, apa yang akan orang lain pikirkan tentang diriku? Akankah mereka memandangku sebagai orang yang tidak cakap? Namun kemudian,aku memikirkannya lagi: "Pekerjaan penyiraman juga tidak memberikan hasil yang baik pada awalnya. Melalui upayaku yang tanpa henti, bukankah hasilnya membaik? Jika aku juga memperbaiki pekerjaan video, bukankah itu akan menunjukkan kemampuan kerjaku?" Jadi, aku menyetujui tugas itu. Kemudian aku mengerjakan pekerjaan video dengan bersemangat dan sekuat tenaga, mencari orang baru untuk pekerjaan itu. Ketika saudara atau saudari memiliki masalah, aku meluangkan waktu dengan sabar mempersekutukan solusi dengan mereka. Setelah beberapa waktu, pekerjaan video juga mulai membaik, dan semangat semua orang untuk tugas mereka juga meningkat. Pada saat ini, beberapa saudara-saudari bertanya kepadaku tentang penyiraman pendatang baru. Aku merasa bahwa pekerjaan ini tidak berada dalam lingkup tanggung jawabku. Bahkan jika aku menyelesaikan masalah ini, aku pasti tidak menerima pujian, jadi aku hanya memberikan tanggapan ala kadarnya. Suatu hari, Saudari Zhou memberitahuku ada beberapa masalah dalam pekerjaan penyiraman yang dia tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Kemudian aku menyadari bahwa aku pernah mengalami masalah ini sebelumnya. Aku bermaksud untuk memberitahu dia bagaimana menyelesaikannya, tetapi kemudian kupikir, jika dia yang menyelesaikannya, maka dia yang akan mendapatkan pujian, bukan aku. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan menyelesaikan masalah itu jika aku punya waktu, tetapi kemudian aku sibuk dan melupakannya. Masalah itu tidak terselesaikan, dan akibatnya pekerjaan penyiraman terpengaruh.

Suatu hari, para pemimpin tingkat atas datang untuk mencari tahu tentang pekerjaan kami, dan ternyata aku hanya berfokus pada pekerjaanku sendiri dan tidak peduli dengan pekerjaan orang lain. Mereka menanganiku dengan keras, berkata bahwa seorang pemimpin gereja yang hanya peduli pada tugas utamanya sendiri sementara mengabaikan pekerjaan gereja lainnya berarti sedang mengurus urusannya sendiri, egois, hina, dan memiliki kemanusiaan yang buruk. Mendengar hal ini, aku merasa sangat sedih, juga merasa diperlakukan tidak adil. Dalam hati, kupikir: "Aku telah menghabiskan begitu banyak waktu dan upaya pada tugasku setiap hari, aku telah bekerja keras dan tidak pernah mengendur. Sebenarnya tidak masalah jika mereka tidak memujiku, tetapi bagaimana mereka bisa mengatakan bahwa aku egois, hina, dan memiliki kemanusiaan yang buruk?" Sesampainya di rumah, tangisku pecah. Dalam penderitaan, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Dalam menghadapi pemangkasan dan penanganan seperti itu, aku merasa kesal dan diperlakukan tidak adil, aku tidak memahami maksud-Mu, kumohon bimbing aku untuk mengenal diriku sendiri."

Suatu hari, aku melihat firman Tuhan yang berbunyi: "Hati nurani dan nalar kedua-duanya seharusnya menjadi bagian dari kemanusiaan seseorang. Keduanya adalah hal yang paling mendasar dan paling penting. Orang macam apakah yang tidak memiliki hati nurani dan tidak memiliki nalar kemanusiaan yang normal? Secara umum, dia adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan, orang yang memiliki kemanusiaan yang sangat buruk. Mari kita analisis ini dengan saksama. Apa perwujudan tidak manusiawi yang diperlihatkan orang ini sehingga orang-orang mengatakan dia tidak memiliki kemanusiaan? Apa ciri yang dimiliki orang-orang semacam itu? Perwujudan spesifik apa yang mereka tunjukkan? Orang-orang semacam itu acuh tak acuh dalam tindakan mereka dan menjauh dari apa pun yang tidak berkaitan dengan mereka secara pribadi. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mereka juga tidak menunjukkan perhatian kepada kehendak Tuhan. Mereka tidak terbeban untuk memberi kesaksian tentang Tuhan atau melaksanakan tugas-tugas mereka, dan mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab. Apa yang mereka pikirkan setiap kali mereka melakukan sesuatu? Pemikiran pertama mereka adalah, 'Apakah Tuhan akan tahu jika aku melakukan ini? Apakah ini terlihat oleh orang lain? Jika orang lain tidak melihatku mencurahkan semua upaya ini dan bekerja dengan rajin, dan jika Tuhan juga tidak melihatnya, maka tidak ada gunanya mencurahkan upaya atau menderita untuk ini.' Bukankah ini adalah keegoisan? Pada saat yang sama, ini juga adalah niat yang sangat hina. Ketika mereka berpikir dan bertindak dengan cara ini, apakah hati nurani turut memainkan perannya? Apakah ada bagian dari hati nurani yang terlibat dalam hal ini? Bahkan ada orang-orang yang, setelah melihat masalah dalam pelaksanaan tugas mereka, tetap diam. Mereka melihat bahwa orang lain sedang menyebabkan gangguan dan kekacauan, tetapi tidak melakukan apa pun untuk menghentikan mereka. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, juga sama sekali tidak memikirkan tugas atau tanggung jawab mereka sendiri. Mereka berbicara, bertindak, menonjol, mengerahkan upaya, dan mengeluarkan tenaga hanya demi keangkuhan, gengsi, kedudukan, kepentingan, dan kehormatan mereka sendiri. Tindakan dan niat seseorang seperti itu jelas bagi semua orang: mereka muncul kapan pun ada kesempatan untuk memperoleh kehormatan atau menikmati berkat. Namun, jika tidak ada kesempatan untuk memperoleh kehormatan, atau begitu ada masa penderitaan, mereka lenyap dari penglihatan seperti kura-kura yang menarik kepalanya ke dalam tempurung. Apakah orang semacam ini memiliki hati nurani dan nalar? Apakah seseorang yang tidak memiliki hati nurani dan nalar yang berperilaku seperti ini merasa bersalah? Hati nurani orang semacam ini tidak berguna, dan mereka tidak pernah merasa bersalah. Jadi, dapatkah mereka merasakan teguran atau pendisiplinan Roh Kudus? Tidak, mereka tidak bisa" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Di kubu Iblis, baik itu di kantor yang kecil atau dalam organisasi yang besar, di antara masyarakat umum atau di instansi pemerintah, bagaimana suasana di tempat mereka bekerja? Apa prinsip dan pedoman bagi tindakan mereka? Mereka bertindak sesuka hati; masing-masing berjalan dengan caranya sendiri. Mereka bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dan membela kepentingan mereka sendiri. Siapa pun yang memiliki otoritas, dialah yang menjadi penentu keputusan. Mereka tidak memikirkan orang lain, tetapi melakukan apa yang mereka inginkan, berjuang mengejar ketenaran, kekayaan, dan status. Jika engkau semua tidak memahami kebenaran atau tidak menerapkan kebenaran, dalam situasi di mana engkau belum dibekali dengan firman Tuhan, apakah engkau akan berbeda dari mereka? Sama sekali tidak—engkau akan sepenuhnya sama seperti mereka. Engkau semua akan berjuang dengan cara yang sama seperti orang tidak percaya berjuang. Engkau akan bergumul dengan cara yang sama seperti orang tidak percaya bergumul. Dari pagi hingga malam, engkau akan iri hati dan berselisih, berkomplot dan membuat rencana jahat. Apa sumber dari masalah ini? Semua itu karena orang-orang dikendalikan oleh watak yang rusak. Pemerintahan watak yang rusak adalah pemerintahan Iblis; umat manusia yang rusak berdiam di dalam watak Iblis, tanpa terkecuali" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa aku egois dan mementingkan diri sendiri. Aku tahu bahwa pembagian kerja adalah untuk efisiensi, bukan untuk membuat kita independen. Jika ada masalah dengan rekan sekerjaku, adalah tugasku untuk membantu menyelesaikannya, tetapi aku hanya mementingkan pekerjaanku yang sekarang, melakukan segala sesuatu demi reputasi dan statusku. Aku mengabaikan pekerjaan lainnya, sekalipun aku melihat ada masalah. Aku sangat egois dan hina. Ketika aku mengurus pekerjaan penyiraman, aku tahu menemukan orang untuk pekerjaan video itu sulit, tetapi aku merasa bahwa jika aku menyelesaikan kesulitan-kesulitan ini, pujian itu takkan menjadi milikku. Aku hanya menanyakan ala kadarnya dan tidak terlalu memerhatikannya. Jadi, tidak ada cukup orang untuk tim video, dan pekerjaan mengalami kerugian. Ketika aku mengurus pekerjaan video, Saudari Zhou memberitahuku bahwa ada masalah dengan pekerjaan penyiraman. Aku bisa saja langsung memberitahu dia cara menanganinya, tetapi aku khawatir jika dia menyelesaikan masalah ini, dia yang akan dipuji, jadi aku tidak bersekutu dengannya. Akibatnya, masalah tidak terselesaikan, dan pekerjaan tertunda. Dengan melakukan pekerjaanku sendiri dengan baik, aku akan mendapatkan kekaguman semua orang, dan karena itu, akuselalu bekerja sangat keras. Saudari Zhou mengalami masalah dalam pekerjaannya dan membutuhkan bantuan, tetapi aku tidak peduli dengan hal-hal ini sehingga pekerjaan rumah Tuhan mengalami kerugian. Aku benar-benar egois dan tidak memiliki kemanusiaan. Jika para pemimpin tingkat atas tidak memangkas dan menanganiku dengan keras, Aku tetap takkan menyadari perilakuku, dan pasti tetap berpikir bahwa selama aku melakukan pekerjaanku sendiri dengan baik, itu berarti aku selalu memikul bebanku dan melaksanakan tugasku dengan setia. Aku takkan benar-benar mengenal diriku sendiri.

Kemudian, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan yang membuatku memahami masalahku secara lebih mendalam. "Pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, orang yang adalah antikristus tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Mereka hanya mempertimbangkan apakah kepentingan mereka sendiri akan terpengaruh, hanya memikirkan tugas-tugas yang ada di hadapan mereka. Pekerjaan rumah Tuhan dan gereja hanyalah sesuatu yang mereka lakukan di waktu luang, dan mereka harus didorong untuk melakukan segala sesuatu. Melindungi kepentingan diri mereka sendiri adalah panggilan mereka yang sebenarnya, segala sesuatu yang mereka suka lakukan adalah hal yang benar. Di mata mereka, apa pun yang diatur oleh rumah Tuhan atau yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan tidak penting. Apa pun kesulitan yang orang lain hadapi dalam pekerjaan mereka, masalah apa pun yang mereka temukan, setulus apa pun perkataan mereka, para antikristus mengabaikannya, mereka tidak mau terlibat, seolah-olah hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Mereka sama sekali tidak peduli dengan urusan gereja, sebesar apa pun urusan ini. Bahkan ketika masalah tersebut berada tepat di hadapan mereka, mereka hanya menanganinya dengan enggan dan acuh tak acuh. Hanya jika mereka langsung ditangani oleh Yang di Atas dan diperintahkan untuk menyelesaikan masalah, barulah mereka akan dengan enggan melakukan sedikit pekerjaan nyata dan memberi kepada Yang di Atas sesuatu untuk dilihat; segera setelah itu, mereka akan melanjutkan urusan mereka sendiri. Terhadap pekerjaan gereja, terhadap hal-hal penting dengan konteks yang lebih luas, mereka tidak tertarik, melalaikannya. Mereka bahkan mengabaikan masalah-masalah yang mereka temukan, mengelak ketika ditanya, hanya menanggapinya dengan sangat enggan. Ini adalah perwujudan dari keegoisan dan kekejian, bukan? Selain itu, apa pun tugas yang mereka laksanakan, yang mereka pikirkan hanyalah apakah itu akan meningkatkan penampilan mereka atau tidak; selama itu akan meningkatkan reputasinya, mereka memeras otak agar menemukan cara untuk belajar bagaimana melakukannya, bagaimana melaksanakannya; satu-satunya yang mereka pedulikan adalah apakah hal itu akan membuat mereka menonjol atau tidak. Apa pun yang mereka lakukan atau pikirkan, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri. Dalam sebuah kelompok, apa pun tugas yang sedang mereka laksanakan, mereka hanya bersaing untuk memperebutkan siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, siapa yang menang dan siapa yang kalah, siapa yang memiliki reputasi lebih besar. Mereka hanya peduli tentang berapa banyak orang yang menghormati mereka, berapa banyak orang yang menaati mereka, dan berapa banyak pengikut yang mereka miliki. Mereka tidak pernah mempersekutukan kebenaran atau menyelesaikan masalah nyata, mereka tidak pernah membicarakan tentang bagaimana melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip ketika melaksanakan tugas, apakah mereka telah setia, telah memenuhi tanggung jawab mereka, telah menyimpang atau tidak. Mereka sama sekali tidak memperhatikan apa yang dituntut oleh rumah Tuhan dan apa kehendak Tuhan. Mereka bertindak hanya demi status dan martabat mereka sendiri" ("Lampiran Empat: Meringkas Karakter Kemanusiaan Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Tuhan menyingkapkan bahwa para antikristus sangat egois dan hina. Mereka hanya memikirkan kepentingan sendiri dalam tugas mereka, dan hanya mengatakan atau melakukan sesuatu demi reputasi dan status mereka sendiri. Mereka tak pernah memikirkan pekerjaan gereja secara keseluruhan dan bahkan tak memiliki hati nurani sedikit pun. Aku menyadari bahwa prinsipku dalam melakukan segala sesuatu dan sudut pandangku sama dengan antikristus. Kupikir melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku dengan baik dan melindungi kepentinganku sendiri dibenarkan, dan bahwa melibatkan diriku dalam pekerjaan orang lain berarti membantu mereka. Kupikir mengesampingkan pekerjaanku sendiri untuk membantu orang lain dan melakukan pekerjaan tanpa mendapatkan pujian adalah kebodohan. Jadi, ketika aku dan Saudari Zhou membagi tugas, aku tidak pernah memikirkan kesulitan yang dikemukakan Saudari Zhou atau memikirkan cara menyelesaikannya. Aku hanya berpikir untuk melakukan pekerjaanku sendiri dengan baik, serta mendapatkan kekaguman dan pengakuan. Jika diingat kembali, apa aku benar-benar menerapkan kebenaran dan melakukan tugasku? Aku hanya peduli pada statusku sendiri dan menjalankan bisnisku sendiri. Aku hanya hidup menurut falsafah iblis "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri", dan "Biarkan hal-hal berlalu jika tidak memengaruhi seseorang secara pribadi". Aku sangat egois dan hina. Aku menggunakan pembagian kerja sebagai kesempatan untuk menunjukkan kelebihanku sendiri, mengerahkan segenap tenaga dan upaya dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku, tanpa memikirkan seluruh kepentingan rumah Tuhan, dan tidak menganggap diriku sebagai anggota keluarga Tuhan, atau bekerja sama secara harmonis dengan saudariku. Ini menghalangi dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Aku sadar aku bertindak seperti iblis, dan semua yang kulakukan tidak manusiawi! Sebenarnya, pujian tidak penting dalam pelaksanaan tugas di rumah Tuhan. Kita seharusnya melakukan apa yang menjadi tanggung jawab kita dengan baik, ini adalah tugas kita sendiri. Bahkan jika itu bukan sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita, kita harus menyelidiki dan menyelesaikannya ketika kita melihatnya, karena kita adalah anggota keluarga Tuhan. Aku adalah seorang pemimpin gereja, semua pekerjaan gereja adalah bagian dari pekerjaanku, ini adalah tanggung jawab dan tugasku. Pekerjaan apa pun yang belum dilakukan dengan baik semuanya berhubungan langsung dengan diriku. Namun, aku hanya memikirkan reputasi dan statusku sendiri, dan mengurusi urusanku sendiri. Aku telah menempuh jalan antikristus yang menentang Tuhan, yang hanya membawa kepada penolakan dan penyingkiran oleh Tuhan. Menyadari hal ini, aku benar-benar merasa dari hatiku bahwa Tuhan telah memakai para pemimpin untuk menunjukkan masalahku; ini adalah kasih dan keselamatan Tuhan!

Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan, dan melihat jalan penerapan. "Membuat orang melepaskan kepentingan mereka sendiri adalah hal tersulit untuk dilakukan. Kebanyakan orang hanya mencari keuntungan; kepentingan orang adalah hidup mereka, dan membuat mereka melepaskan hal-hal itu sama saja dengan memaksa mereka untuk menyerahkan hidup mereka. Jadi, apa yang harus engkau lakukan? Engkau harus belajar melepaskan, meninggalkan, menderita, dan menanggung rasa sakit karena melepaskan kepentingan yang engkau cintai. Setelah engkau menanggung rasa sakit ini dan melepaskan beberapa kepentinganmu, engkau akan merasa sedikit lega dan sedikit terbebaskan, dan dengan cara ini, engkau akan mengalahkan dagingmu. Namun, jika engkau berpegang teguh pada kepentinganmu dan gagal untuk melepaskannya dengan berkata, 'Aku telah berlaku curang, memangnya kenapa? Tuhan tidak menghukumku, jadi apa yang bisa dilakukan orang kepadaku? Aku tidak akan melepaskan apa pun!' Ketika engkau tidak melepaskan apa pun, tidak ada orang lain yang menderita kerugian; engkaulah yang pada akhirnya merugi. Ketika engkau mengenali watakmu sendiri yang rusak, ini sebenarnya adalah kesempatan bagimu untuk masuk, maju, dan berubah; ini adalah kesempatan bagimu untuk datang ke hadapan Tuhan dan menerima pemeriksaan-Nya serta penghakiman dan hajaran-Nya. Selain itu, ini adalah kesempatan bagimu untuk memperoleh penyelamatan. Jika engkau menyerah dalam mencari kebenaran, itu sama saja dengan melepaskan kesempatan untuk memperoleh penyelamatan dan menerima penghakiman dan hajaran" ("Mengetahui Watak Orang adalah Landasan untuk Mengubahnya" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Ketika engkau tidak memikirkan keinginanmu sendiri yang egois atau mempertimbangkan kepentinganmu sendiri dalam hal-hal yang kaulakukan, dan sebaliknya terus-menerus mempertimbangkan pekerjaan rumah Tuhan, mengingat kepentingan rumah Tuhan, dan melaksanakan tugasmu dengan baik, maka engkau akan mengumpulkan perbuatan baik di hadapan Tuhan. Orang yang melakukan perbuatan baik ini adalah orang yang memiliki kenyataan kebenaran; dengan demikian, mereka telah menjadi kesaksian" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa jika orang hanya berpegang pada kepentingan diri mereka sendiri dan sama sekali tidak menerapkan kebenaran, pada akhirnya mereka akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran dan diselamatkan oleh Tuhan. Di sisi lain, jika kau dapat melepaskan kepentingan pribadi dan membantu orang lain, dan memberikan sebagian dari tenagamu untuk seluruh pekerjaan rumah Tuhan, ini bukan kebodohan, ini adalah perbuatan baik, dan dipuji oleh Tuhan. Selanjutnya, apakah itu pekerjaan utamaku atau bukan, aku harus mengusahakan yang terbaik dalam tugasku. Hanya dengan cara inilah aku dapat menunjukkan perhatian akan kehendak Tuhan. Kemudian, ketika aku melihat ada masalah dengan pekerjaan rekan sekerjaku, aku berdiskusi dengannya secara praktis tentang cara mengatasinya, berbagi saran dan rencana yang baik, dan setiap kali aku melihat saudari yang sedang bekerja bersamaku mengalami kesulitan, aku melakukan yang terbaik untuk mempersekutukan solusi dengannya, dan memandang semua pekerjaan rumah Tuhan sebagai tanggung jawab dan tugasku sendiri. Ketika melakukan penerapan dengan cara ini, aku merasakan kedamaian dan ketenangan. Terkadang aku masih memperlihatkan keegoisan dan ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaanku sendiri, dan kurang peduli dengan pekerjaan rekan sekerjaku. Kemudian aku berdoa kepada Tuhan, meninggalkan niatku yang salah. Bagaimanapun, rumah Tuhan adalah satu kesatuan, dan tidak boleh terpecah-pecah. Ketika aku membantu saudariku menyelesaikan masalah dalam tugasnya, ini bukan pekerjaan tambahan, apalagi di luar tanggung jawabku, ini adalah tanggung jawab dan tugasku. Dengan pemikiran ini, aku mampu mengesampingkan kepentingan diriku sendiri dan secara proaktif bekerja dengan saudariku. Kemudian, kami sepikiran dalam bekerja sama, dan semua pekerjaan gereja itu efektif. Ada makin banyak pendatang baru, dan kami mendirikan dua gereja baru. Aku bersyukur kepada Tuhan dari hatiku untuk bimbingan-Nya.

Melalui pengalaman ini aku benar-benar menyadari bahwa dalam bekerja sama, jika kita mampu mengesampingkan keinginan egois kita, mengabaikan kepentingan pribadi kita sendiri, bertindak bersama dengan satu hati, dan melindungi pekerjaan rumah Tuhan bersama-sama, kita akan mendapatkan bimbingan dan berkatTuhan. Aku mampu memahami hal ini, berubah, menerapkan kebenaran, dan hidup dengan sedikit keserupaan dengan manusia semuanya berkat penghakiman dan hajaran firman Tuhan! Syukur kepada Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan