Aku Telah Belajar Bagaimana Memperlakukan Orang Lain dengan Benar

12 Oktober 2020

Oleh Saudari Siyuan, Prancis

Beberapa tahun yang lalu, aku sedang menjalankan tugas sebagai pemimpin gereja. Ada seorang saudara bermarga Chen di gereja yang memiliki kualitas yang bagus. Namun wataknya sangat congkak, dan dia cenderung menindas orang lain. Dia suka pamer, jadi aku mulai memendam prasangka buruk terhadapnya dan membangun opini tentang dirinya. Suatu hari, Saudara Chen menghampiriku dan berkata dia ingin menyirami para petobat baru. Dia belum lama percaya kepada Tuhan dan memiliki pemahaman yang dangkal akan kebenaran, jadi aku menolaknya. Melihatku tidak mau memberikan persetujuanku, dia berkata, "Kualitasku bagus, kenapa aku tidak boleh melakukan tugas penyiraman? Jika aku tidak melakukannya, itu akan menyia-nyiakan bakatku." Aku tidak suka mendengar perkataannya, dan berpikir, "Kau pikir tugas penyiraman itu sangat mudah? Bisakah kau melakukan tugas ini dengan baik hanya dengan bakat dan kualitasmu, tanpa memahami kebenaran? Jangan memuji diri sendiri!" Aku menolak permintaan Saudara Chen dan mengatakan kepada saudara-saudari lain betapa congkaknya dia, dengan memberikan banyak contoh di mana dia menunjukkan kerusakan. Beberapa dari mereka sependapat denganku.

Dua minggu kemudian, gereja membuat pengaturan agar dalam pertemuan mendatang, kami bisa menonton video gereja serta membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa. Semua film ini mempersekutukan kebenaran dan bersaksi tentang Tuhan, jadi menontonnya bisa membantu kami memahami kebenaran. Di pertemuan berikutnya, Saudara Chen berkata, "Ini rencana bagus. Beberapa pemimpin dan pekerja hanya menyampaikan hal-hal yang dangkal dalam pertemuan, jadi lebih baik menonton film. Aku mendapati tugasku sangat berat pada awalnya karena aku tidak memahami kebenaran. Namun kemudian aku berdoa, bersandar kepada Tuhan, dan membaca firman Tuhan lebih banyak, dan video-video gereja ini juga telah banyak membantuku. Aku telah memahami sedikit kebenaran darinya. Sekarang aku cukup terampil dalam tugasku dan punya pemahaman dasar tentang prinsip-prinsip. Aku mencapai banyak hal dalam tugasku." Aku merasa persekutuan Saudara Chen menjijikkan dan tidak bisa diterima, dan kupikir, "Kau benar-benar mengambil kesempatan sekecil apa pun untuk pamer, ya? Kau sangat congkak!" Kemudian kami menyiapkan beberapa masalah yang harus ditangani pada pertemuan kami berikutnya dan Saudara Chen menyela untuk memonopoli tiga di antaranya. Dia juga menugaskan orang lain untuk mempersekutukan masalah yang tersisa. Tepat saat aku sedang menugaskan seorang pemimpin kelompok untuk menyelenggarakan pertemuan itu, Saudara Chen bertanya kepadanya dengan nada meragukan, "Kau yakin bisa melakukannya?" Mendengarnya mengatakan ini seolah-olah hanya dia yang mungkin bisa menyelenggarakan pertemuan itu, aku menjadi marah, dan berpikir, "Kau sangat tidak masuk akal. Kau hanya pamer agar orang lain mengagumimu. Jika itu yang kaukejar, lupakan saja." Jadi aku mengatur ulang semuanya dan tidak mengizinkan dia menyelenggarakan pertemuan itu. Selama periode waktu itu, aku merasa benci kepada Saudara Chen setiap kali teringat dengan perilakunya, terutama bagaimana aku telah mengingatkan perilaku congkaknya beberapa kali dan dia tetap tidak berubah. Kurasa dia terlalu congkak, sehingga tak kenal batas. Jadi aku menetapkan dia sebagai orang yang tidak bisa berubah dan memutuskan bahwa orang secongkak dia sama sekali tidak cocok untuk melakukan tugasnya. Kupikir aku harus menggantinya saja.

Saat pertemuan berakhir, aku merenungkan keadaan dan perilakuku sendiri, dan merasa sedikit buruk. Aku merasa terlalu keras terhadap Saudara Chen, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Oh Tuhan, aku tahu keadaanku salah, tetapi aku tidak tahu apa masalahku atau prinsip kebenaran mana yang harus dimasuki. Kumohon cerahkan dan bimbinglah aku." Keesokan harinya selama perenungan, aku membaca firman Tuhan berikut ini: "Berdasarkan prinsip yang manakah engkau harus memperlakukan anggota keluarga Tuhan? (Perlakukan setiap saudara-saudari dengan adil.) Bagaimana engkau memperlakukan mereka dengan adil? Setiap orang memiliki sedikit kelemahan dan kekurangan, serta kebiasaan ganjil tertentu; semua orang memiliki sifat membenarkan diri sendiri, kelemahan, dan area-area di mana mereka kurang. Engkau harus membantu mereka dengan hati yang penuh kasih, bersikap toleran dan sabar serta tidak terlalu keras atau meributkan setiap detail yang sangat kecil. Terhadap orang-orang yang masih muda atau belum begitu lama percaya kepada Tuhan, atau yang baru saja mulai melaksanakan tugas mereka dan memiliki permintaan khusus tertentu, jika engkau begitu saja berpegang pada hal-hal ini dan menggunakannya untuk menegur mereka, inilah yang disebut dengan bersikap keras. Engkau mengabaikan kejahatan yang dilakukan oleh para pemimpin palsu dan antikristus, tetapi ketika melihat sedikit saja kekurangan dan kelemahan pada saudara-saudarimu, engkau menolak untuk membantu mereka, sebaliknya memilih untuk meributkan hal-hal itu dan menghakimi mereka tanpa sepengetahuan mereka, dengan demikian menyebabkan semakin banyak orang menentang, mengasingkan, dan mengucilkan mereka. Perilaku macam apa ini? Ini semata-mata melakukan sesuatu berdasarkan pilihanmu sendiri dan tidak mampu memperlakukan orang secara adil; ini menunjukkan watak jahat yang rusak! Ini adalah pelanggaran! Ketika orang melakukan sesuatu, Tuhan mengamati; apa pun yang kaulakukan dan apa pun yang kaupikirkan, Dia melihat!" ("Untuk Mendapatkan Kebenaran, Engkau Harus Belajar dari Orang-Orang, Perkara-Perkara, dan Hal-Hal di Sekitarmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan keadaanku dan aku merasa malu. Aku menyadari bahwa aku menangani Saudara Chen dengan watakku yang rusak. Mengingat kembali saat aku bertemu dengannya, aku melihat bahwa dia sering menyingkapkan kecongkakannya dalam kata-kata dan perbuatannya, jadi aku merasa dia masih muda dan lancang, dan tidak mengenal dirinya sendiri. Saat disebut sekilas tentang dia, aku tidak memikirkan apa pun selain kesalahannya. Aku berpegang teguh pada pengungkapan kerusakannya, memutuskan bahwa dia luar biasa congkaknya, dan orang seperti itu tidak pernah bisa berubah. Aku tidak pernah bisa memperlakukannya dengan adil. Aku merasa menentang dan menolak pandangan apa pun yang dia ungkapkan. Aku menghakimi dan meremehkan dia di depan orang lain, menyebarkan prasangkaku tentang dia, dan membuat orang lain mengesampingkan dan mengasingkan dia. Aku bahkan ingin memberhentikan dia dari tugasnya. Bukankah aku sedang menggunakan kedudukanku sebagai pemimpin untuk menindas dan menjatuhkannya? Aku menganggap pandangan dan kepercayaanku sebagai kebenaran, sebagai kriteria untuk menghakimi orang lain, seolah-olah aku tahu semuanya tentang seseorang secara sekilas dan mengetahui esensi terdalam mereka. Aku sangat congkak dan sombong. Aku dirusak sedemikian dalam oleh Iblis, tanpa prinsip kebenaran, dan punya pandangan absurd selama ini, tetapi dengan semena-mena menghakimi dan mengutuk orang lain. Aku sama sekali tak bernalar! Aku sama sekali tidak menghormati Tuhan. Aku memperlakukan saudara-saudari sesukaku dan hidup dalam natur iblis. Itu sangat memuakkan bagi Tuhan, sangat menjijikkan. Aku dipenuhi rasa bersalah dengan pemikiran itu.

Setelah itu, aku mencari prinsip tentang bagaimana memperlakukan orang lain dengan adil dalam firman Tuhan. Aku menemukan dua bagian firman Tuhan. "Cara engkau harus memperlakukan orang lain ditunjukkan dengan jelas atau disiratkan dalam firman Tuhan; sikap Tuhan dalam memperlakukan manusia merupakan sikap yang harus diambil manusia dalam perlakuan mereka terhadap satu sama lain. Bagaimana Tuhan memperlakukan masing-masing dan setiap orang? Beberapa orang memiliki tingkat pertumbuhan yang belum dewasa, atau masih muda, atau baru percaya kepada Tuhan untuk waktu yang singkat. Tuhan dapat memandang orang-orang ini bukan sebagai orang yang buruk atau bernatur dan beresensi jahat; hanya saja mereka kurang berpengetahuan atau kurang dalam kualitas, atau mereka telah terlalu banyak dicemari oleh masyarakat. Mereka belum masuk ke dalam realitas kebenaran, sehingga sulit bagi mereka untuk menahan diri dari melakukan beberapa hal yang bodoh atau melakukan beberapa tindakan karena ketidaktahuan. Namun, dari sudut pandang Tuhan, persoalan semacam itu tidak penting; Dia hanya melihat hati manusia. Jika mereka bertekad untuk masuk ke dalam realitas kebenaran, mereka menuju ke arah yang benar, dan ini adalah tujuan mereka, Tuhan akan menjaga mereka, menunggu mereka, dan memberi mereka waktu serta kesempatan yang akan memungkinkan mereka untuk masuk. Tuhan tidak menjatuhkan mereka dengan satu pukulan atau berpegang pada pelanggaran yang pernah mereka lakukan dan menolak melepaskannya; Dia tidak pernah memperlakukan manusia seperti ini. Dengan kata lain, jika orang memperlakukan satu sama lain dengan cara demikian, bukankah ini menunjukkan watak mereka yang rusak? Inilah persisnya watak mereka yang rusak. Engkau harus melihat bagaimana Tuhan memperlakukan orang-orang yang tak berpengetahuan dan bodoh, bagaimana Dia memperlakukan mereka yang tidak dewasa, bagaimana Dia memperlakukan perwujudan normal dari watak manusia yang rusak, dan bagaimana Dia memperlakukan mereka yang jahat. Tuhan memiliki berbagai cara untuk memperlakukan orang yang berbeda-beda, dan Dia juga memiliki berbagai cara untuk mengelola tak terhitung banyaknya keadaan orang yang berbeda-beda. Engkau harus memahami kebenaran dari hal-hal ini. Begitu engkau memahami kebenaran ini, engkau kemudian akan tahu bagaimana menjalaninya" ("Untuk Mendapatkan Kebenaran, Engkau Harus Belajar dari Orang-Orang, Perkara-Perkara, dan Hal-Hal di Sekitarmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Engkau mungkin tidak cocok dengan kepribadian seseorang, dan engkau mungkin tidak menyukainya, tetapi ketika engkau bekerja sama dengannya, engkau tetap bersikap netral dan tidak mau melampiaskan kefrustrasianmu dalam melakukan tugasmu, mengorbankan tugasmu, atau melampiaskan kefrustrasianmu pada kepentingan keluarga Tuhan. Engkau mampu melakukan segala sesuatu sesuai dengan prinsip; dengan demikian, engkau memiliki rasa hormat kepada Tuhan. Jika engkau memiliki sedikit lebih banyak dari itu, saat engkau melihat seseorang memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan—bahkan jika dia telah menyinggungmu atau mengganggu kepentinganmu sendiri—engkau tetap memiliki hati yang rela untuk membantu orang itu. Melakukan seperti itu akan jauh lebih baik; itu berarti engkau adalah orang yang memiliki kemanusiaan, kenyataan kebenaran, dan rasa hormat kepada Tuhan" ("Lima Keadaan Manusia Sebelum Mereka Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan Mereka kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Firman Tuhan sangat jelas tentang prinsip dan jalan untuk memperlakukan orang dengan adil, serta sikap-Nya terhadap manusia. Sikap-Nya terhadap antikristus dan orang-orang jahat adalah sikap kebencian, kutukan, dan hukuman. Adapun bagi mereka yang tingkat pertumbuhannya rendah, berkualitas buruk, dan yang memiliki berbagai watak rusak dan kesalahan, asalkan mereka benar-benar percaya kepada Tuhan, ingin mengejar kebenaran, dan bisa menerima kebenaran, sikap Tuhan adalah sikap kasih, belas kasihan, dan penyelamatan. Kita memahami bahwa Tuhan berprinsip dalam perlakuan-Nya terhadap semua orang, dan Dia meminta agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Misalnya, kita harus toleran dan memaafkan mereka yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Kita harus membantu mereka karena kasih dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat dan berubah. Kita tidak boleh menjatuhkan orang lain hanya karena mereka mengungkapkan kerusakan. Itu bukan kehendak Tuhan. Ambil contoh Saudara Chen—dia berkualitas bagus dan bertanggung jawab dalam tugasnya. Dia juga bersedia bersusah payah mengejar kebenaran. Dia orang percaya baru, pengalamannya masih cetek, dan congkak, tetapi aku seharusnya memperlakukan dia dengan adil sesuai dengan prinsip kebenaran dan mempersekutukan kebenaran dengan penuh kasih untuk membantunya. Aku bukan hanya tidak membantunya, menolak melihat kelebihan dan sisi baiknya, tetapi aku bahkan menghakimi dan mengucilkannya, dan ingin dia pergi pada saat melihat kekurangannya. Aku punya natur yang sangat jahat! Aku merenungkan tentang keberadaanku sebagai seorang pemimpin. Aku selalu berpikir aku lebih baik daripada orang lain, aku ingin menjadi penentu keputusan, melakukan apa pun semauku, dan tidak mendengarkan pendapat orang lain. Akibatnya, aku melakukan sesuatu yang mengganggu pekerjaan gereja. Namun Tuhan tidak menyingkirkanku, melainkan menggunakan firman-Nya untuk menghakimi, mendisiplinkan, dan menanganiku, agar aku merenungkan diriku sendiri, memberiku kesempatan untuk bertobat dan berubah. Aku menyadari bahwa Tuhan tidak pernah menyerah pada kita atau menyingkirkan kita hanya karena mengungkapkan sedikit kerusakan, tetapi melakukan semampu Dia untuk menyelamatkan kita. Tuhan memiliki hati yang sangat baik! Lalu, mengingat perilakuku sendiri dan bagaimana aku memperlakukan Saudara Chen membuatku merasa sangat malu, ingin rasanya ditelan bumi saja.

Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Tentang apakah seseorang itu baik atau buruk, dan bagaimana seharusnya dia diperlakukan, orang-orang seharusnya memiliki prinsip perilaku mereka sendiri; namun, tentang apa kesudahan orang itu nantinya—apakah dia akhirnya akan dihukum oleh Tuhan atau tidak, atau apakah dia akhirnya akan dihakimi dan dihajar atau tidak—itu adalah urusan Tuhan. Manusia seharusnya tidak ikut campur; Tuhan tidak akan mengizinkanmu untuk mengambil inisiatif mewakili diri-Nya. Cara memperlakukan orang itu adalah urusan Tuhan. Selama Tuhan belum memutuskan kesudahan seperti apa yang akan dialami orang-orang semacam itu, belum mengusir mereka, dan belum menghukum mereka, dan mereka sedang diselamatkan, maka engkau harus membantu mereka dengan sabar, karena kasih; engkau tidak boleh berharap untuk menentukan kesudahan orang-orang semacam itu, engkau juga tidak boleh menggunakan cara-cara manusiawi untuk menindak keras atau menghukum mereka. Engkau boleh menangani dan memangkas orang-orang semacam itu, atau engkau boleh membuka hatimu dan terlibat dalam persekutuan yang tulus untuk membantu mereka. Namun, jika engkau berpikir untuk menghukum, mengucilkan, dan menjebak orang-orang ini, engkau akan berada dalam masalah. Apakah melakukan hal itu sejalan dengan kebenaran? Memiliki pemikiran seperti itu pastilah diakibatkan oleh sifatmu yang pemarah; pemikiran-pemikiran itu berasal dari Iblis dan berasal dari kebencian manusia, juga berasal dari kecemburuan dan kebencian manusia. Perilaku seperti itu tidak sesuai dengan kebenaran. Ini adalah sesuatu yang akan mendatangkan hukuman kepadamu, dan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan" ("Lima Keadaan Manusia Sebelum Mereka Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan Mereka kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa aku harus berprinsip dalam caraku memperlakukan orang lain. Aku tidak boleh menggolongkan orang lain dengan sembarangan menggunakan gagasan dan imajinasiku sendiri atau berfokus pada pelanggaran mereka, lalu mengutuk mereka. Sebaliknya, aku harus memperlakukan mereka berdasarkan natur dan esensi mereka, dan membantu mereka secara nyata berdasarkan keadaan dan kesalahan mereka yang berbeda-beda. Tergantung pada keadaan orang lain, orang yang memiliki realitas kebenaran tahu kapan harus bersabar dan membantu, kapan harus memangkas dan menangani mereka dengan keras, dan kapan harus menegur mereka. Mereka selalu bertindak dengan benar dan berprinsip. Mereka tidak pernah membatasi orang dengan sembarangan atau memperlakukan saudara-saudari yang menyingkapkan kerusakan sebagai musuh. Namun, bagaimana aku telah memperlakukan Saudara Chen? Saat aku melihat dia menyingkapkan watak yang congkak, aku hanya mengingatkannya sebentar dan saat itu tidak berhasil, aku menolak, menghakimi, dan mengutuknya, dan bicara tentang dia di belakangnya. Aku tidak punya toleransi atau kesabaran. Itu sama sekali tidak membantunya dengan hati yang penuh kasih. Kemudian aku berdoa dan bertobat kepada Tuhan, ingin menerapkan prinsip kebenaran dan membantu Saudara Chen dengan penuh kasih.

Jadi aku mendatangi Saudara Chen dan mempersekutukan beberapa bagian firman Tuhan dengannya dan menunjukkan kesalahannya. Dia mulai memahami watak congkaknya sendiri dan menyadari bahayanya jika dibiarkan tidak terselesaikan. Dia mengatakan persekutuan dan peringatanku sangat membantu, dan dia ingin merenungkan dirinya sendiri dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan wataknya yang rusak. Aku sangat terharu mendengarnya mengatakan ini, tetapi aku juga merasa buruk. Dia bukannya tidak mampu berubah seperti yang kubayangkan. Akulah yang tidak melakukan tugasku dengan baik. Aku belum benar-benar mencoba membantunya dengan hati yang penuh kasih. Aku begitu congkak dan tanpa kemanusiaan!

Kemudian, dalam sebuah pertemuan, aku mendengar saudara yang diutus dari atas menyampaikan khotbah ini: "Semua manusia yang rusak memiliki watak yang congkak. Bahkan mereka yang mencintai kebenaran dan mengejar untuk disempurnakan, semuanya memiliki watak yang congkak dan merasa dirinya benar, meskipun ini tidak memengaruhi kemampuan mereka untuk memperoleh penyelamatan dan disempurnakan. Asalkan orang mampu menerima kebenaran dan menerima pemangkasan dan penanganan, dan dapat benar-benar tunduk pada kebenaran apa pun kondisinya, maka mereka sepenuhnya mampu memperoleh penyelamatan dan disempurnakan. Bahkan, di antara mereka yang benar-benar berkualitas bagus dan benar-benar punya ketetapan, semuanya congkak. Ini fakta. Umat pilihan Tuhan harus memperlakukan orang lain dengan cara yang benar. Mereka tidak boleh membatasi seseorang sebagai bukan orang baik dan sebagai seseorang yang tidak bisa diselamatkan dan disempurnakan hanya karena orang itu sangat congkak dan merasa dirinya benar. ... Pada titik ini, orang perlu memahami kehendak Tuhan. Tidak ada orang yang berkualitas bagus dan yang memiliki ketetapan tetapi sama sekali tidak congkak atau merasa dirinya benar; jika ada, itu pasti seseorang yang memakai kedok atau berpenampilan palsu. Orang harus tahu bahwa semua manusia yang rusak memiliki natur yang congkak dan sombong. Ini adalah fakta yang tak dapat disangkal" (Persekutuan dari Atas). Ini membantuku lebih memahami bagaimana memperlakukan orang yang berwatak sombong. Bukannya mereka tidak bisa berubah. Kuncinya adalah melihat apakah mereka bisa mengejar dan menerima kebenaran. Jika mereka bisa menerima kebenaran, dan menerima penghakiman, hukuman, pemangkasan, dan penanganan Tuhan, tidak ada alasan mengapa mereka tidak bisa berubah dan disempurnakan oleh Tuhan. Saudara Chen belum lama menjadi orang percaya, jadi dia belum mengalami banyak penghakiman dan hajaran. Wajar jika kecongkakannya menjadi sedikit lebih buruk. Namun, ketika aku melihatnya mengungkapkan watak ini, aku menghakimi dan menolaknya, dan bahkan ingin memberhentikan dia dari tugasnya. Aku lebih congkak daripada dia! Kupikir bahwa selama aku mengejar kebenaran, watak congkakku akan berubah, jadi mengapa aku memutuskan bahwa Saudara Chen tidak bisa berubah? Aku tidak menuntut banyak dari diriku, jadi mengapa aku berharap begitu banyak dari Saudara Chen? Sangat tidak adil memperlakukan seseorang seperti itu. Kenyataannya, orang-orang yang memiliki bakat, kelebihan, dan kualitas semuanya sangat congkak. Namun karena kualitas mereka baik, mereka dengan cepat memahami kebenaran dan produktif dalam tugas mereka. Ketika orang-orang semacam ini memahami kebenaran dan bertindak dengan prinsip, itu benar-benar bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan. Saudara Chen memiliki kualitas yang bagus, jadi aku harus membantunya karena kasih, dan bersekutu lebih banyak untuk mendukungnya. Hanya itu yang akan sesuai dengan kehendak Tuhan. Pengalaman ini membuatku menghargai bahwa memperlakukan orang dengan watak jahat kita yang rusak tanpa kebenaran hanya dapat membahayakan saudara-saudari, dan menunda jalan masuk kehidupan mereka maupun pekerjaan gereja. Itu adalah sebuah pelanggaran, itu berarti melakukan kejahatan. Aku melihat betapa pentingnya memperlakukan orang lain sesuai dengan prinsip kebenaran. Aku telah memperoleh sedikit pemahaman ini berkat bimbingan firman Tuhan.

Sebelumnya: Hati yang Dibebaskan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Keegoisan Itu Keji

Oleh Saudari Yang Shuo, TiongkokPada awal tahun 2021, aku dan Saudari Zhang Yichen bersama-sama membantu gereja yang baru didirikan. Yichen...