Akibat Menghindari Tanggung Jawab
Oleh Saudara Xiao Mo, Spanyol Suatu hari pada Februari 2021, seorang pemimpin memberitahuku bahwa aku harus memimpin gereja-gereja para...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Dahulu, aku selalu menganggap diriku orang yang sangat cerdas, orang yang mampu melakukan segalanya tanpa bantuan orang lain. Baik di sekolah maupun di rumah, aku selalu memiliki jawaban atas pertanyaan apa pun, bahkan atas pertanyaan yang tak mampu dijawab kakak-kakakku, dan karenanya, aku memandang rendah mereka. Kakakku berkata aku congkak dan sombong dan aku seharusnya lebih peka terhadap perasaan orang lain, tetapi kupikir mereka berkata seperti itu karena mereka iri terhadapku, jadi aku tidak menganggap serius tuduhan mereka.
Pada tahun 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku segera mulai menyirami para orang percaya baru, yang baru saja menerima pekerjaan Tuhan. Dari ketiga saudari yang bekerja bersamaku, dua dari mereka baru menerima pekerjaan Tuhan beberapa bulan yang lalu. Yang seorang lagi adalah Saudari Jonna, yang membantuku dalam pekerjaanku. Pada waktu itu, aku terpilih menjadi pemimpin kelompok, yang berarti akulah yang terbaik di kelompok itu. Saat kami bekerja sama, ketika mereka bertanya "dapatkah ini dikerjakan dengan cara ini" atau "apakah kau ingin melakukan hal ini dengan cara itu", aku sering membungkam mereka dengan berkata "tidak bisa begitu", atau "tidak perlu". Aku merasa pekerjaan harus dilaksanakan sesuai instruksiku. Sebagai contoh, setiap kali setelah pertemuan orang percaya baru, Saudari Jonna selalu bertanya, "Haruskah kita menanyakan kepada orang percaya baru apakah mereka mengerti semuanya?" Aku selalu menjawab, "Tidak perlu. Aku sudah bertanya kepada mereka selama pertemuan. Mereka mengerti, jadi kita tak perlu menanyakannya lagi." Jika Saudari Jonna berkata, "Ketika kau menyampaikan persekutuanmu dan mempersaksikan kebenaran tentang pekerjaan Tuhan, kau harus menjelaskannya dengan lebih terperinci. Ini akan menolong calon penerima Injil untuk segera meyakini bahwa pekerjaan Tuhan itu nyata," aku akan menjawab tanpa berpikir, "Aku telah mengatakan semuanya. Tak perlu mengulanginya." Terkadang, Saudari Jonna akan memberitahuku untuk belajar memahami situasi para orang percaya baru, tetapi aku tak mau melakukannya. Kupikir sebagai pemimpin kelompok, akulah yang harus menyuruhnya melakukan sesuatu, dan bukan sebaliknya. Terkadang, Saudari Jonna bertanya apakah orang percaya baru memiliki keyakinan tentang pekerjaan Tuhan. Melihat bagaimana dia terus-menerus melibatkan diri dalam pekerjaanku, aku menjadi marah dan berkata, "Kau bukan pemimpin kelompok, jadi kau tidak berhak memberitahuku cara melakukan pekerjaanku!" Pada waktu itu, aku sangat congkak, aku bukan saja tak mau bekerja sama secara harmonis dengan Saudari Jonna, aku juga tak mau bekerja sama dengan kedua saudari lainnya. Aku jarang memberi mereka tugas, melainkan menyirami para orang percaya baru itu seorang diri. Karena kedua saudariku baru belakangan ini menerima pekerjaan Tuhan, kupikir ada banyak kebenaran tentang visi yang belum mereka ketahui, sehingga mereka tak akan mampu melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Ketika mengadakan pertemuan bersama mereka, aku selalu banyak bicara dan tidak memberi mereka kesempatan untuk menyampaikan persekutuan. Aku khawatir mereka tak mampu bersekutu dengan baik dan para orang percaya baru tak akan memahami perkataan mereka. Sebenarnya, para orang percaya baru bisa memahami kedua saudariku dengan baik. Aku hanya tak ingin mereka menyampaikan persekutuan, karena aku memandang rendah mereka. Pernah, karena ingin orang percaya baru memiliki dasar di jalan yang benar sesegera mungkin, aku ingin mempersekutukan beberapa lagi aspek kebenaran, tetapi saudariku berkata, "Kau tidak bisa melakukannya. Pertemuan kita hanya satu setengah jam. Jika kau mempersekutukan terlalu banyak, waktunya tidak akan cukup untuk orang percaya baru memahami segala sesuatunya sepenuhnya. Kita bisa membaginya dalam beberapa pertemuan." Saat itu, aku enggan menerima pendapat mereka, sebaliknya aku berusaha sebaik mungkin meyakinkan mereka untuk menurutiku. Pada akhirnya, mereka tak punya pilihan selain setuju denganku. Beberapa waktu kemudian, kami sedang menyirami lebih dari dua puluh orang percaya baru. Hampir semua dari mereka menghadiri pertemuan untuk pertama kalinya, tetapi pada pertemuan-pertemuan berikutnya, kulihat makin banyak orang percaya baru yang tidak hadir. Pada akhirnya, hanya tiga dari yang tadinya dua puluh lebih orang percaya baru, yang tetap menghadiri pertemuan. Hal seperti ini tak pernah kualami sebelumnya dan ini membuatku sangat bingung dan negatif. Suatu hari, pemimpin bertanya kepadaku tentang keadaanku. Aku berkata, "Tidak baik. Belakangan ini hasil tugasku sangat buruk. Di setiap pertemuan, aku menyampaikan persekutuan kepada orang percaya baru dengan baik, lalu kutanyakan kepada mereka apakah mereka mengerti dan mereka selalu berkata 'ya, aku mengerti,' tetapi sekarang mereka tidak datang ke pertemuan dan aku tidak mengerti alasannya." Pemimpin memberitahuku, "Kau harus merenungkan dirimu. Mungkin saja kau melakukan sesuatu yang membuat orang percaya baru ini tidak mau datang ke pertemuan." Pemimpin melanjutkan, "Sudahkah kau bertanya kepada ketiga saudarimu apakah mereka melihat sesuatu yang salah dengan materi atau cara-cara penyiramanmu?" Aku berkata, "Tidak, kurasa mereka tak akan mampu memberiku saran yang baik." Pemimpin berkata, "Itu masalahnya. Kau harus menanyakan pendapat mereka, alih-alih hanya memercayai dirimu sendiri." Apa yang pemimpin katakan sepertinya benar. Tak pernah terpikirkan olehku untuk meminta pendapat para saudariku. Aku selalu menganggap diriku pekerja yang lebih baik daripada mereka, bahwa ide-ide mereka tak ada gunanya.
Kemudian pemimpin mengirimiku satu bagian firman Tuhan: "Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugasmu, apakah engkau mampu bersikap terbuka terhadap pendapat yang berbeda? Mampukah engkau membiarkan orang lain berbicara? (Aku sedikit mampu sekarang. Sebelumnya, aku sering tidak mau mendengar saran saudara-saudari dan selalu bersikeras melakukan semuanya dengan caraku sendiri. Baru kemudian, setelah fakta membuktikan aku salah, aku sadar bahwa kebanyakan saran mereka itu benar, bahwa itu adalah hasil dari pembahasan semua orang yang sebenarnya sesuai, dan bahwa dengan mengandalkan pandanganku sendiri, aku tak mampu memahami segala sesuatu dengan jelas dan bahwa aku memiliki kekurangan. Setelah mengalami hal ini, aku sadar betapa pentingnya kerja sama yang harmonis itu.) Dan apa yang bisa kaupahami dari hal ini? Setelah mengalami hal ini, apakah engkau menerima manfaat dan memahami kebenaran? Apakah menurutmu ada orang yang sempurna? Sekuat apa pun orang, atau betapa pun cakap dan berbakatnya mereka, mereka tetap saja tidak sempurna. Orang harus menyadari hal ini, ini adalah fakta, dan ini adalah sikap yang seharusnya orang miliki agar mampu memperlakukan kekuatan dan kelebihan atau kekurangan mereka dengan cara yang benar; inilah rasionalitas yang harus orang miliki. Dengan rasionalitas seperti itu, engkau dapat menangani kekuatan dan kelemahanmu sendiri juga kekuatan dan kelemahan orang lain dengan tepat, dan ini akan memampukanmu untuk bekerja sama dengan mereka secara harmonis. Jika engkau telah memahami aspek kebenaran ini dan mampu menerapkan aspek kenyataan kebenaran ini, engkau akan dapat hidup secara harmonis bersama saudara-saudarimu, mampu memanfaatkan kelebihan mereka untuk mengimbangi kekurangan apa pun yang kaumiliki. Dengan cara ini, tugas apa pun yang sedang kaulakukan atau apa pun yang sedang kaulakukan, engkau akan selalu menjadi lebih baik dalam hal itu dan diberkati Tuhan. Jika engkau selalu berpikir bahwa engkau cukup baik dan orang lain lebih buruk bila dibandingkan dengan dirimu, dan jika engkau selalu ingin menjadi penentu keputusan, ini akan menjadi masalah. Ini adalah masalah watak. Bukankah orang-orang semacam ini congkak dan merasa diri benar?" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan menunjukkan masalahku. Tuhan berfirman: "Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugasmu, apakah engkau mampu bersikap terbuka terhadap pendapat yang berbeda? Mampukah engkau membiarkan orang lain berbicara?" Saat membaca pertanyaan-pertanyaan Tuhan, aku merenungkan caraku bekerja sama dengan ketiga saudariku selama waktu itu. Aku tak mau menerima semua dan setiap saran yang mereka berikan kepadaku. Sekalipun pendapat mereka baik atau benar, aku tetap tidak menyetujuinya karena aku tak ingin mereka menganggap kemampuanku di bawah mereka. Aku menganggap diriku adalah yang terbaik, jadi akulah satu-satunya yang bisa memberi saran yang baik. Aku adalah pemimpin kelompok, jadi mereka harus mendengarkanku, bukan aku yang mendengarkan mereka. Firman Tuhan berkata bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan membutuhkan bantuan orang lain, tetapi aku selalu menganggap diriku adalah yang terbaik, dan bahwa aku lebih unggul daripada yang lain. Bukankah ini adalah kecongkakan dan kesombongan? Aku membaca dalam firman Tuhan bahwa Tuhan membenci orang-orang seperti itu.
Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Ketika pekerjaan harus selalu dikerjakan ulang saat orang melaksanakan tugas mereka, masalah terbesar bukanlah karena kurangnya pengetahuan spesialisasi atau kurangnya pengalaman mereka, melainkan karena mereka terlalu merasa diri benar dan congkak, karena mereka tidak bekerja secara harmonis, tetapi memutuskan dan bertindak sendiri—akibatnya mereka mengacaukan pekerjaan dan tidak ada yang berhasil dicapai, dan seluruh waktu dan upaya pun terbuang sia-sia. Dan masalah yang paling menyedihkan dalam hal ini adalah watak rusak dalam diri orang. Ketika watak rusak dalam diri orang menjadi terlalu berat, mereka bukan orang-orang yang baik, mereka adalah orang-orang yang jahat. Watak orang-orang jahat jauh lebih parah daripada watak rusak biasa. Orang-orang jahat cenderung melakukan perbuatan jahat, mereka cenderung mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Satu-satunya yang mampu orang-orang jahat lakukan saat mereka melaksanakan tugas adalah melakukan segala sesuatu dengan buruk dan mengacaukan semuanya; jerih payah mereka lebih merepotkan daripada menguntungkan. Ada orang-orang yang tidak jahat, tetapi mereka melaksanakan tugas mereka menurut watak rusak mereka—dan mereka juga tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan benar. Singkatnya, watak rusak sangat menghalangi orang untuk melaksanakan tugas mereka dengan benar. Menurutmu, yang manakah aspek watak rusak di dalam diri orang yang paling berdampak pada keefektifan mereka ketika melaksanakan tugas mereka? (Kecongkakan dan sikap merasa diri benar.) Dan apa perwujudan utama kecongkakan dan sikap merasa diri benar? Mengambil keputusan sendiri, melakukan sesuatu dengan caramu sendiri, tidak mendengarkan saran orang lain, tidak berkonsultasi dengan orang lain, tidak bekerja sama secara harmonis, dan selalu berusaha menjadi penentu keputusan. Meskipun beberapa saudara-saudari yang baik mungkin bekerja sama untuk melaksanakan tugas tertentu, setiap mereka mengerjakan tugas mereka sendiri, pemimpin kelompok atau pengawas tertentu selalu ingin menjadi penentu keputusan; apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak pernah bekerja sama secara harmonis dengan orang lain, dan mereka tidak terlibat dalam persekutuan, dan mereka melakukan segala sesuatu dengan terburu-buru tanpa terlebih dahulu mencapai kesepakatan dengan orang lain. Mereka membuat semua orang hanya mendengarkan mereka, dan di sinilah masalahnya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan ini sangat menyentuhku. Sebelumnya, aku tak mengerti mengapa aku tak mampu melakukan tugasku dengan efektif. Setelah membaca firman Tuhan, barulah aku mengerti bahwa watakku yang congkaklah yang membuatku tak mungkin dapat bekerja sama dengan orang lain. Selama aku bekerja dengan ketiga saudari itu, akulah yang selalu menjadi penentu keputusan. Ini terlihat jelas setiap kali kami mendiskusikan topik pertemuan selanjutnya: setiap orang selalu memberikan pandangan dan pendapat mereka, setelah itu, kami seharusnya memilih tema utama pertemuan bersama-sama untuk memastikan pertemuan berjalan dengan efektif. Sebaliknya, aku membuat keputusan sendiri bahkan tanpa mempertimbangkan pendapat mereka, karena aku menganggap pendapatku adalah yang terbaik dan aku tak perlu mendengarkan orang lain. Ketika seseorang menyampaikan keberatannya, aku memiliki bermacam alasan untuk menolaknya. Aku terlalu congkak untuk menerima nasihat orang lain, jadi karena tidak adanya bimbingan Tuhan dalam tugasku, itu menjadi tidak efektif. Bagiku, kegagalan ini adalah sebuah penyingkapan.
Suatu hari, seorang saudari mengirimiku dua bagian firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan maksud Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberi tahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan merebut posisi Tuhan di hatimu, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, dan membuatmu memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sendiri sebagai kebenaran. Begitu banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong! Untuk bisa mengatasi masalah melakukan kejahatan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah dalam natur mereka. Tanpa adanya perubahan watak, orang pada dasarnya tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). "Engkau harus ingat: melaksanakan tugasmu bukanlah masalah mengurus perusahaanmu sendiri atau pengelolaanmu sendiri. Ini bukanlah pekerjaan pribadimu, ini adalah pekerjaan gereja, dan engkau hanya menyumbangkan kekuatan yang kaumiliki. Apa yang kaulakukan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan hanyalah sebagian kecil dari kerja sama manusia. Peranmu hanyalah peran yang kecil dari sudut tertentu. Itu adalah tanggung jawab yang kaupikul. Di dalam hatimu, engkau harus memiliki nalar ini. Jadi, sebanyak apa pun orang yang sedang melaksanakan tugas mereka bersama, atau kesulitan apa pun yang mereka hadapi, hal pertama yang harus semua orang lakukan adalah berdoa kepada Tuhan dan bersekutu bersama-sama, mencari kebenaran, lalu menentukan apa prinsip penerapannya. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dalam cara seperti ini, mereka akan memiliki jalan penerapannya. Ada orang-orang yang selalu berusaha memamerkan diri, dan ketika diberi tanggung jawab atas suatu pekerjaan, mereka selalu ingin menjadi penentu keputusan. Perilaku macam apa ini? Ini berarti menjadikan dirinya hukum yang harus ditaati. Mereka merencanakan sendiri apa yang akan mereka lakukan, tanpa memberi tahu orang lain, dan tidak mendiskusikan pendapat mereka dengan siapa pun; mereka tidak membagikan pendapat mereka kepada siapa pun atau menyampaikannya tetapi menyembunyikannya di dalam hati mereka. Ketika saatnya tiba untuk bertindak, mereka selalu ingin memukau orang lain dengan prestasi mereka yang brilian, untuk memberikan kejutan besar kepada semua orang sehingga semua orang akan menghormati mereka. Apakah ini berarti mereka melaksanakan tugas mereka? Mereka sedang berusaha untuk memamerkan diri; dan ketika mereka memiliki status dan ketenaran, mereka akan mulai menjalankan rencana mereka sendiri. Bukankah orang-orang seperti itu dikuasai oleh ambisi liar mereka? Mengapa engkau tidak mau memberi tahu siapa pun apa yang sedang kaulakukan? Karena pekerjaan ini bukan milikmu sendiri, mengapa engkau bertindak tanpa mendiskusikannya dengan siapa pun dan membuat keputusanmu sendiri? Mengapa engkau bertindak secara rahasia, beroperasi di dalam kegelapan sehingga tak seorang pun yang tahu mengenai hal tersebut? Mengapa engkau selalu berusaha membuat orang hanya mendengarkanmu? Jelas engkau memandang pekerjaan ini sebagai pekerjaan pribadimu sendiri. Engkau adalah pimpinannya, dan semua orang lainnya adalah pegawaimu—mereka semua bekerja untukmu. Jika engkau selalu memiliki pola pikir ini, bukankah ini masalah? Bukankah yang disingkapkan oleh orang semacam ini sebenarnya adalah watak Iblis? Ketika orang-orang seperti ini melaksanakan tugas, cepat atau lambat mereka akan disingkirkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Dengan membaca firman Tuhan, barulah aku sadar bahwa kecongkakan telah menjadi naturku, dan menjadi sesuatu yang kuperlihatkan secara alami. Begitu aku memiliki status tertentu di gereja, aku ingin menggunakannya sebagai kesempatan untuk memamerkan kemampuanku. Aku ingin membuktikan bahwa akulah yang terbaik dan memilihku sebagai pemimpin kelompok adalah pilihan yang tepat. Aku juga ingin membuktikan kepada rekan sekerjaku bahwa aku lebih baik daripada mereka dan aku tak perlu saran atau bantuan mereka. Karena kecongkakanku, aku selalu menganggap aku tahu segalanya dan tidak ada gunanya mendengarkan orang lain. Aku memperlakukan pikiranku sendiri seolah-olah itu adalah kebenaran, membuat orang lain melakukan hal-hal sesuai keinginanku, dan tidak mencari kebenaran ataupun mengandalkan Tuhan dalam tugasku. Sebaliknya, aku mengandalkan pengalamanku dan kecerdasanku sendiri untuk menyirami orang percaya baru, memaksa orang lain untuk menaatiku. Aku hidup terjebak dalam watak congkakku, tidak menerima kebenaran, dan memaksa orang lain mendengarkanku. Bukankah itu adalah watak Iblis? Sebelum aku percaya kepada Tuhan, aku sudah menjadi orang yang sangat congkak. Aku meremehkan orang-orang yang lebih rendah dariku, termasuk saudara-saudaraku. Aku ingat ketika aku masih kecil, ayahku akan memarahiku dengan keras jika nilai ujianku tidak tertinggi di kelasku, "Kau harus mendapatkan nilai tertinggi dalam ujianmu, lebih tinggi dari yang lain!" Nenek juga biasa berkata kepadaku, "Kau harus berusaha menjadi yang terbaik, itulah satu-satunya cara agar kau dihormati!" Karena ini, aku selalu berusaha untuk menonjol dari yang lain dan menjadi nomor satu. Bagiku, itulah satu-satunya cara aku dapat menunjukkan kepada orang lain bahwa aku adalah yang terbaik. Aku menganggap mendengarkan orang lain akan membuatku terlihat buruk, jadi aku tak mau menerima saran dari mereka. Hanya dari firman Tuhan-lah, aku menyadari bahwa pandanganku ini sepenuhnya salah. Aku selalu menempatkan diriku di atas orang lain dan tak mau mendengarkan siapa pun, dan itu adalah watak Iblis. Jika aku tidak berubah, aku bukan saja akan gagal mencapai hasil yang baik dalam tugasku, aku juga akan melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Pada akhirnya, aku pasti akan disingkirkan oleh Tuhan. Membaca firman Tuhan juga membuatku mengerti bahwa melaksanakan tugasku bukanlah melakukan usaha pribadiku, itu adalah pekerjaan gereja dan aku harus melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan tuntutan Tuhan. Ketika aku menghadapi kesulitan, aku harus bekerja sama dengan orang lain dan kami harus mencari kebenaran bersama-sama untuk mengatasinya. Sebelum mengambil keputusan, aku juga harus meminta nasihat dari orang lain. Jika aku tidak mempertimbangkan pendapat orang lain dan selalu bertindak seorang diri, menunda pekerjaan gereja, maka melaksanakan tugasku dengan cara ini bukanlah mempersiapkan perbuatan baik, melainkan melakukan perbuatan jahat. Setelah menyadari hal ini, aku ingin mengubah sikapku terhadap tugasku dan mampu bekerja sama secara harmonis dengan saudara-saudariku.
Selama saat teduhku, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Menurutmu, apakah bekerja sama dengan orang lain itu sulit? Sebenarnya tidak sulit. Bahkan bisa dikatakan mudah. Namun, mengapa orang masih merasa hal ini sulit? Karena mereka memiliki watak yang rusak. Bagi orang yang memiliki kemanusiaan, hati nurani, dan nalar, bekerja sama dengan orang lain itu relatif mudah, dan mereka dapat merasa bahwa ini adalah sesuatu yang menyenangkan. Ini karena tidak mudah bagi siapa pun untuk menyelesaikan sesuatu seorang diri, dan apa pun bidang yang mereka geluti, atau apa pun yang mereka lakukan, selalu merupakan hal yang baik jika ada seseorang yang memberimu petunjuk dan menawarkan bantuan—jauh lebih mudah daripada melakukannya seorang diri. Selain itu, ada batas mengenai apa yang mampu orang capai dengan kualitas mereka atau apa yang mampu mereka alami seorang diri. Tak seorang pun mampu menguasai semua bidang pekerjaan: tidak mungkin satu orang mengetahui semuanya, cakap dalam semuanya, mencapai semuanya—itu tidak mungkin, dan semua orang harus memiliki nalar seperti ini. Jadi, apa pun yang kaulakukan, entah itu penting atau tidak, engkau akan selalu membutuhkan seseorang untuk membantumu, memberimu petunjuk dan nasihat, atau melakukan sesuatu dengan bekerja sama denganmu. Inilah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa engkau akan melakukan segala sesuatu dengan lebih tepat, melakukan lebih sedikit kesalahan, sehingga makin kecil kemungkinanmu untuk menyimpang—ini adalah hal yang baik" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti bahwa hanya dengan bekerja sama dengan orang lain, barulah aku dapat benar-benar melaksanakan tugasku dan hidup dalam kemanusiaan yang normal. Dahulu, kupikir karena sebagian rekan sekerjaku baru beberapa bulan menerima pekerjaan Tuhan dan baru mulai menyirami orang percaya baru, maka ada banyak hal yang tidak mereka pahami, sedangkan aku, aku telah percaya kepada Tuhan selama tiga tahun dan memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan mereka, jadi aku tak pernah menerima saran dan pendapat mereka. Sekarang, barulah aku mengerti bahwa pandanganku itu salah. Walaupun aku percaya kepada Tuhan lebih lama dan memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan mereka, bukan berarti aku lebih baik daripada mereka dalam segala hal. Tanpa bekerja sama dengan saudara-saudariku, tak mungkin bagiku untuk melaksanakan tugasku dengan baik. Sebagai contoh, aku tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang kebenaran tertentu, yang menyebabkan buruknya persekutuanku di beberapa pertemuan. Aku membutuhkan rekan sekerja untuk membantuku menjelaskan agar persekutuan yang disampaikan menjadi jelas. Terkadang, orang percaya baru tidak bisa hadir karena sakit, atau harus bekerja, dan aku tak bisa menemukan apa pun dalam firman Tuhan yang sesuai dengan keadaan mereka, jadi aku membutuhkan bantuan rekan sekerjaku. Sebenarnya, setiap orang memiliki kesempatan untuk dicerahkan oleh Tuhan. Tuhan tidak hanya mencerahkanku. Aku menganggap diriku terlalu tinggi dan menganggap orang lain idiot. Ini adalah kesalahan dan sebuah kebodohan. Pencerahan dan tuntunan Tuhan tidak tergantung pada seberapa banyak pengalaman kerja yang kita miliki, melainkan tergantung pada apakah kita mencari dan menerima kebenaran atau tidak. Sebenarnya, setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing, seperti Saudari Jonna, yang menanggung beban dalam tugasnya dan sering memberikan saran yang baik. Aku seharusnya bekerja sama dengan saudariku dan belajar dari kelebihannya untuk menutupi kekuranganku.
Kemudian, aku mencoba mendengarkan pendapat para saudari yang menjadi rekan sekerja dalam tugasku. Pada akhir setiap pertemuan, ketika saudariku memintaku untuk bertanya kepada masing-masingorang percaya baru apakah mereka mengerti isi pertemuan hari itu, aku melakukan apa yang mereka sarankan dan tidak lagi menolak seperti yang biasa kulakukan. Ketika mereka memintaku menyampaikan persekutuan kepada orang percaya baru dengan lebih mendetail untuk berusaha menghilangkan kebingungan mereka, aku juga melakukannya. Terkadang, mereka juga memberiku beberapa ide untuk menyirami orang percaya baru dengan lebih baik, dan setelah menerima saran mereka, aku melakukannya. Setelah menerapkan dengan cara ini, aku melihat banyak orang percaya baru menghadiri pertemuan, dan ini membuatku sangat senang. Aku teringat firman Tuhan: "Roh Kudus tidak hanya bekerja dalam diri orang-orang tertentu yang dipakai Tuhan, tetapi terlebih lagi, Dia bekerja di dalam gereja. Dia dapat bekerja dalam diri siapa saja. Dia mungkin bekerja di dalam dirimu sekarang, dan engkau akan mengalami pekerjaan ini. Selama periode berikutnya, Dia mungkin bekerja dalam diri orang lain, dalam hal ini engkau harus segera mengikuti; semakin dekat engkau mengikuti terang yang sekarang, semakin hidupmu dapat bertumbuh. Seperti apa pun sikap seseorang, apabila Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, engkau harus mengikuti. Ambil pengalaman mereka menjadi pengalamanmu sendiri, dan engkau akan menerima perkara-perkara yang jauh lebih tinggi. Dengan melakukan itu, engkau akan maju lebih cepat. Inilah jalan penyempurnaan bagi manusia dan sarana pertumbuhan kehidupan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Tunduk kepada Tuhan dengan Hati yang Benar Pasti akan Didapatkan oleh Tuhan"). Firman Tuhan membuatku mengerti bahkan lebih jelas lagi bahwa aku tidak boleh congkak dan sombong dan memaksakan caraku dalam melaksanakan tugasku. Sebaliknya, aku harus lebih banyak mendengarkan saran orang lain. Ini karena Roh Kudus mencerahkan dan menerangi semua orang. Berapa pun lamanya seseorang telah percaya kepada Tuhan atau entah mereka memiliki status atau tidak, asalkan apa yang mereka katakan sesuai dengan kebenaran, kita harus menerima dan tunduk. Jika kita tak mau mendengarkan, kita tidak akan menerima bimbingan Tuhan dalam tugas kita. Melalui pengalaman ini, aku mengerti pentingnya bekerja sama secara harmonis dengan saudara-saudari dan tidak bersikeras menggunakan caraku sendiri dalam tugasku.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudara Xiao Mo, Spanyol Suatu hari pada Februari 2021, seorang pemimpin memberitahuku bahwa aku harus memimpin gereja-gereja para...
Oleh Saudari Qiu Guo, AmerikaBeberapa waktu lalu, aku mendengar sepenggal persekutuan Tuhan yang berbunyi, "Menjilat, mengucapkan kata-kata...
Oleh Saudari Lin Jing, Tiongkok Setelah beberapa tahun menjadi orang percaya, aku terpilih sebagai pemimpin. Aku sangat bersyukur kepada...
Pada bulan Desember 2021, aku mulai berlatih tugas memeriksa video. Pada awalnya, aku belajar dan merenungkan dengan sepenuh hati. Setiap...