Bagaimana Aku Berubah dari Keangkuhanku

02 September 2022

Oleh Saudara Bernard, Kamerun

Sebelumnya, aku selalu berpikir aku adalah orang yang sangat cerdas. Aku pikir aku bisa melakukan segalanya tanpa bantuan orang lain. Baik di sekolah maupun di rumah, tak peduli pertanyaan apa yang orang lain tanyakan, bahkan yang kakakku tak bisa jawab, aku bisa, dan aku meremehkan mereka. Kakakku berkata aku angkuh, dan aku harus berubah dan lebih peka terhadap perasaan orang lain, tapi aku pikir mereka berkata seperti itu karena mereka iri padaku, jadi aku tidak mempedulikan tuduhan mereka.

Pada tahun 2019, aku menerima karya Tuhan yang Mahakuasa saat akhir zaman, Lalu, aku mulai membaptis jiwa-jiwa baru. Ada tiga saudari yang bekerja bersamaku saat itu, dua dari mereka telah menerima karya Tuhan dalam beberapa bulan. Yang lainnya bersama Saudari Jonna, yang membantuku dalam pekerjaan pelayanan. Aku terpilih menjadi ketua kelompok saat itu, yang artinya akulah yang terbaik di dalam kelompok itu. Ketika kami bekerja sama, mereka menyarankan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, seringkali aku tidak menyetujuinya, dan menjelaskan untuk harus dikerjakan sesuai instruksi. Sebagai contoh, tiap kali setelah pertemuan jiwa-jiwa baru, Saudari Jonna berkata, "Haruskah kita bertanya pada jiwa-jiwa baru apakah mereka cukup mengerti semuanya?" Aku berkata, "Tidak usah. Aku sudah bertanya pada mereka saat pertemuan, mereka mengerti. Jadi kita tak perlu menanyakannya lagi." Ketika Sister Jonna berkata, "Ketika kau dalam persekutuan mengenai kebenaran di dalam karya Tuhan, kau harus menjelaskannya lebih detail. Ini menolong calon petobat injil dengan cepat menentukan bahwa karya Tuhan itu nyata." Aku berkata tanpa berpikir, "Aku telah mengatakan semuanya. Tidak perlu diulang." Terkadang, Saudari Jonna akan memberitahuku untuk belajar memahami situasi jiwa-jiwa baru, tetapi aku tidak mau. Aku pikir sebagai ketua kelompok, aku harus mengatur apa yang ia katakan, dan ia tidak perlu memberitahu apa yang harus kulakukan. Kadang Saudari Jonna bertanya apakah jiwa-jiwa baru mengerti persekutuan dari pertemuan. Aku marah ketika melihatnya selalu mengikuti pekerjaanku. Ia bukan ketua kelompok. Ia tidak punya hak untuk memberitahuku melakukan ini dan itu. Saat itu, aku sangat angkuh. Aku tidak bekerjasama dengan Saudari Jonna atau dua saudara lainnya. Biasanya, aku selalu mendukung jiwa-jiwa baru, dan aku tidak memberikan pekerjaan apapun pada mereka. Aku berpikir mereka hanya menerima karya Tuhan dan tidak memahami banyak kebenaran dan visi, sehingga mereka tidak melakukannya dengan baik. Ketika mengadakan persekutuan dengan mereka, Aku selalu banyak bicara dan tidak memberi mereka kesempatan untuk bersekutu. Aku khawatir mereka tidak bersekutu dengan baik dan jiwa-jiwa baru tidak memahaminya. Sebenarnya, jiwa-jiwa baru akan mengerti persekutuan bersama dua saudariku. Karena aku meremehkan mereka sehingga aku tidak mau mereka bersekutu. Pernah satu kali, untuk memberi fondasi dalam jalan yang benar kepada jiwa-jiwa baru sesegera mungkin, aku ingin bersekutu pada beberapa aspek kebenaran lainnya, tetapi saudari-saudariku malah berkata, "Kau tidak bisa melakukannya. Perkumpulan kita hanya satu setengah jam. Jika kau berskutu terlalu banyak, tidak akan cukup waktu, dan jiwa-jiwa baru tidak akan mengerti. Kita bisa membagi dalam beberapa pertemuan." Tetapi aku enggan menerima pendapat mereka saat itu, dan aku berusaha sebaik mungkin untuk meyakini mereka dan membuat mereka mendengarku. Pada akhirnya, mereka harus setuju. Kemudian, kita membaptis dua puluh jiwa-jiwa baru. Hampir semua jiwa baru hadir dalam pertemuan pertama, tetapi pertemuan-pertemuan selanjutnya, aku mendapati banyak jiwa baru tidak hadir. Pada akhirnya, hanya tiga dari yang tadinya dua puluh orang lebih datang pertemuan secara reguler. Aku tidak pernah mengalami kejadian ini sejak aku membaptis jiwa-jiwa baru. Aku sangat bingung dan negatif setiap saat. Kemudian, suatu hari, ketua bertanya padaku tentang keadaanku, dan aku berkata, "Tidak baik. Selama ini, aku melakukan tugasku kurang baik. Setiap kali bersekutu dengan jiwa-jiwa baru, aku juga bertanya apakah mereka paham, dan mereka selalu berkata ya, tetapi aku tidak mengerti mengapa mereka tidak datang ke pertemuan." Ketua memberitahuku, "Kau harus merenungkannya sendiri, Apakah kau melakukan sesuatu yang tidak benar yang membuat jiwa-jiwa baru tidak mau datang?" Ketua melanjutkan, "Sudahkah kau bertanya pada ketiga rekan saudari-saudarimu jika mereka menyadari sesuatu yang salah dengan topik baptisanmu atau metode-metodemu?" Aku berkata, "Tidak, Aku rasa mereka tidak bisa memberi nasihat yang baik." Ketua berkata, "Itu masalahnya. Kau harus menanyakan pendapat mereka daripada mengandalkan dirimu sendiri saja." Apa yang ketua katakan rasanya benar. Tidak pernah terpikir olehku untuk bertanya kepada saudara perempuanku. Aku selalu berpikir aku lebih baik dalam bekerja daripada mereka, sehingga ide-ide mereka sepertinya tidak berguna untukku.

Kemudian ketua memberiku ayat dari firman Tuhan. "Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugasmu, apakah engkau mampu bersikap terbuka terhadap pendapat yang berbeda? Mampukah engkau membiarkan orang lain berbicara? (Aku sedikit mampu sekarang. Sebelumnya, aku sering kali tidak mau mendengar saran saudara-saudari dan selalu bersikeras melakukan semuanya dengan caraku sendiri. Baru kemudian, setelah fakta membuktikan aku salah, aku sadar bahwa kebanyakan saran mereka itu benar, bahwa itu adalah hasil diskusi semua orang yang sebenarnya sesuai, bahwa pandanganku sendiri ternyata salah dan kurang. Setelah mengalami hal ini, aku sadar betapa pentingnya kerja sama yang harmonis itu.) Dan apa yang bisa kita pahami dari hal ini? Setelah mengalami hal ini, apakah engkau menerima manfaat dan memahami kebenaran? Apakah engkau menganggap setiap orang sempurna? Sekuat apa pun orang, atau betapapun cakap dan berbakatnya mereka, mereka tetap saja tidak sempurna. Orang harus menyadari hal ini, ini adalah fakta. Inilah juga sikap yang harus orang miliki terhadap kekuatan dan kelebihan atau kesalahan mereka; inilah rasionalitas yang harus orang miliki. Dengan rasionalitas seperti itu, engkau dapat menangani kekuatan dan kelemahanmu sendiri juga kekuatan dan kelemahan orang lain dengan tepat, dan ini akan memampukanmu untuk bekerja bersama mereka secara harmonis. Jika engkau telah memahami aspek kebenaran ini dan dapat memasuki aspek kenyataan kebenaran ini, maka engkau dapat hidup secara harmonis bersama saudara-saudarimu, saling memanfaatkan kekuatan satu sama lain untuk mengimbangi kekurangan apa pun yang kaumiliki. Dengan cara ini, tugas apa pun yang sedang kaulakukan atau apa pun yang sedang kaulakukan, engkau akan selalu menjadi lebih baik dalam hal itu dan diberkati Tuhan. Jika engkau selalu berpikir bahwa engkau cukup baik dan orang lain lebih buruk bila dibandingkan dengan dirimu, dan jika engkau selalu ingin menjadi penentu keputusan, ini akan merepotkan. Ini adalah masalah watak. Bukankah orang-orang seperti itu congkak dan sombong?" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, Bagian Tiga). Firman Tuhan menunjukkan masalahku. Tuhan berfirman: "Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugasmu, apakah engkau mampu bersikap terbuka terhadap pendapat yang berbeda? Mampukah engkau membiarkan orang lain berbicara?" Ketika kumerenungkan pertanyaan Tuhan tersebut, aku merefleksikan kerjasamaku dengan ketiga saudariku saat itu. Aku menolak semua saran mereka. Bahkan jika pendapat mereka itu baik dan benar, aku selalu tidak menyetujuinya karena aku tidak mau mereka berpikir aku tidak sebaik mereka. Aku pikir aku yang terbaik, jadi akulah satu-satunya yang bisa memberi nasihat yang baik. Aku ketua kelompok, sehingga mereka harus taat dan mendengarkanku, bukan aku yang mendengarkan mereka. Firman Tuhan mengatakan bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan membutuhkan bantuan orang lain, tetapi aku selalu berpikir akulah yang terbaik, aku paling unggul dari yang lain. Bukankah ini keangkuhan? Aku melihatnya dalam ayat firman Tuhan bahwa Tuhan membenci orang-orang seperti itu.

Kemudian, aku melihat lagi beberapa ayat firman Tuhan lainnya. "Ketika pekerjaan harus selalu diulang saat orang melaksanakan tugas mereka, masalah terbesar bukanlah karena kurangnya pengetahuan spesialisasi mereka atau kurangnya pengalaman, melainkan karena mereka terlalu merasa diri benar dan congkak, karena mereka tidak bekerja secara harmonis, tetapi memutuskan dan bertindak sendiri—akibatnya mereka mengacaukan pekerjaan dan tidak ada yang berhasil dicapai, dan seluruh waktu dan upaya pun terbuang sia-sia. Dan masalah yang paling menyedihkan dalam hal ini adalah watak rusak orang-orang. Ketika watak rusak orang menjadi terlalu berat, mereka bukan lagi orang-orang yang baik, mereka adalah orang-orang yang jahat. Watak orang jahat jauh lebih parah daripada watak rusak biasa. Orang jahat cenderung melakukan perbuatan jahat, mereka cenderung mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Satu-satunya yang mampu orang jahat lakukan saat mereka melaksanakan tugas adalah melakukan segala sesuatu dengan buruk dan mengacaukan semuanya; pelayanan mereka lebih merepotkan daripada menguntungkan. Ada orang-orang yang tidak jahat, tetapi mereka melakukan tugas mereka menurut watak rusak mereka—dan mereka juga tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan benar. Singkatnya, watak rusak sangat menghalangi orang untuk melaksanakan tugas mereka dengan benar. Menurutmu, aspek watak rusak orang yang manakah yang paling berdampak pada efektivitas mereka ketika melaksanakan tugas mereka? (Kecongkakan dan sikap merasa diri benar.) Dan apa perwujudan utama kecongkakan dan sikap merasa diri benar? Mengambil keputusan sendiri, melakukan sesuatu dengan caramu sendiri, tidak mendengarkan saran orang lain, tidak berkonsultasi dengan orang lain, tidak bekerja sama secara harmonis, dan selalu berusaha menjadi penentu keputusan. Meskipun beberapa saudara-saudari yang baik mungkin bekerja sama untuk melaksanakan tugas tertentu, setiap mereka mengerjakan tugas mereka sendiri, pemimpin kelompok atau pengawas tertentu selalu ingin menjadi penentu keputusan; apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak pernah bekerja sama secara harmonis dengan orang lain, dan mereka tidak terlibat dalam persekutuan, dan mereka melakukan segala sesuatu dengan terburu-buru tanpa terlebih dahulu mencapai kesepakatan dengan orang lain. Mereka membuat semua orang hanya mendengarkan mereka, dan di sinilah masalahnya" ("Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ayat-ayat firman Tuhan ini menyentuhku secara dalam. Aku tidak mengerti mengapa aku tidak bisa melakukan tugas dengan efektif sebelumnya. Hanya setelah membaca ayat firman Tuhan ini aku mengerti bahwa watakku terlalu angkuh dan tidak bisa bekerjasama dengan orang lain. Saat itu, ketika aku bekerja dengan ketiga saudari tersebut, aku yang selalu memutuskan. Setiap kali kita berdiskusi mengenai topik pertemuan dalam perkumpulan, setiap orang memberikan pandangan dan pendapat mereka, dan kemudian kami memutuskan apa tema secara keseluruhan dalam pertemuan tersebut untuk memastikan pertemuan berjalan efektif. Tetapi aku membuat keputusan sendiri tanpa bertanya pendapat mereka karena aku berpikir pendapatku benar dan tidak perlu mendengarkan mereka. Ketika mereka menyampaikan pandangan mereka, aku memiliki bermacam alasan untuk menolaknya. Karena aku terlalu angkuh untuk menerima nasihat orang lain, Aku tidak memiliki tuntunan atau berkat Tuhan dan tidak efektif dalam menjalankan tugasku. Kegagalanku saat ini menunjukkan siapa diriku.

Kemudian, ketua memberi aku dua ayat dari firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberi tahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan merebut posisi Tuhan di hatimu, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, dan membuatmu memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sendiri sebagai kebenaran. Begitu banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong! Untuk bisa mengatasi masalah melakukan kejahatan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah dalam natur mereka. Tanpa adanya perubahan watak, orang tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah ini secara mendasar" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Engkau harus ingat: melakukan tugasmu bukanlah masalah melakukan urusan atau pengelolaanmu sendiri. Ini bukanlah pekerjaan pribadimu, ini adalah pekerjaan gereja, dan engkau hanya menyumbangkan kekuatan yang kaumiliki. Apa yang kaulakukan dalam pekerjaan pengelolaan Tuhan hanyalah sebagian kecil dari kerja sama manusia. Peranmu hanyalah peran yang sangat kecil dari sudut tertentu, engkau memikul tanggung jawab yang sangat kecil. Di dalam hatimu, engkau harus memiliki perasaan ini. Jadi, sebanyak apa pun orang yang sedang melaksanakan suatu tugas, ketika menghadapi kesulitan, hal pertama yang harus semua orang lakukan adalah berdoa kepada Tuhan dan bersekutu bersama-sama, mencari kebenaran, lalu menentukan apa prinsip penerapannya. Ketika mereka melakukan hal ini, mereka akan memiliki jalan penerapannya. Ada orang yang selalu berusaha pamer, dan ketika diberi tanggung jawab atas suatu pekerjaan, mereka selalu ingin menjadi penentu keputusan. Perilaku macam apa ini? Ini berarti menjadikan dirinya hukum yang harus ditaati. Mereka merencanakan sendiri apa yang akan mereka lakukan, tanpa memberi tahu orang lain, dan tidak mendiskusikan pendapat mereka dengan siapa pun; mereka tidak membagikan pendapat mereka kepada siapa pun atau menyampaikannya tetapi menyembunyikannya di dalam hati mereka. Ketika saatnya tiba untuk bertindak, mereka selalu ingin memukau orang lain dengan prestasi mereka yang brilian, untuk memberikan kejutan besar kepada semua orang sehingga semua orang akan menghormati mereka. Apakah ini berarti mereka melaksanakan tugas mereka? Mereka sedang berusaha untuk pamer; dan ketika mereka memiliki status dan ketenaran, mereka akan mulai menjalankan rencana mereka sendiri. Bukankah orang-orang seperti itu dikuasai oleh ambisi liar mereka? Mengapa engkau tidak mau memberi tahu siapa pun apa yang sedang kaulakukan? Karena pekerjaan ini bukan milikmu sendiri, mengapa engkau bertindak tanpa mendiskusikannya dengan siapa pun dan membuat keputusanmu sendiri? Mengapa engkau bertindak secara rahasia, beroperasi di dalam kegelapan sehingga tak seorang pun yang tahu mengenai hal tersebut? Mengapa engkau selalu berusaha membuat orang hanya mendengarkanmu? Jelas engkau memandang pekerjaan ini sebagai pekerjaan pribadimu sendiri. Engkau adalah pimpinannya, dan semua orang lainnya adalah pegawaimu—mereka semua bekerja untukmu. Jika engkau selalu memiliki pola pikir ini, bukankah ini masalah? Bukankah yang disingkapkan oleh orang semacam ini sebenarnya adalah watak Iblis? Ketika orang-orang seperti ini melaksanakan tugas, cepat atau lambat mereka akan disingkirkan" ("Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Hanya dengan membaca firman Tuhan membuatku menyadari keangkuhan menjadi natur dan aku ungkapkan secara alami. Ketika aku memahami statusku dalam rumah Tuhan, aku hanya ingin menggunakan kesempatan ini untuk pamer, sebagai cara menunjukkan aku lebih baik dari yang lain, dan aku adalah pilihan yang terbaik sebagai ketua kelompok. Aku juga ingin membuktikan pada rekan-rekanku bahwa aku lebih baik daripada mereka dan tidak memerlukan nasihat atau bantuan mereka. Karena keangkuhanku, aku selalu berpikir aku tahu segalanya dan tidak berguna mendengar orang lain. Aku memperlakukan pikiranku seolah-olah itu adalah kebenaran, membuat orang melakukan hal-hal yang kuinginkan, dan tidak mencari kebenaran atau mengandalkan pada Tuhan dalam pekerjaanku. Malah, aku mengandalkan pengalamanku dan kekuatan mental untuk membaptis jiwa-jiwa baru dan memaksa orang lain untuk mendengarkan dan menaatiku. Bukankah ini sama dengan malaikat agung? Malaikat agung sangat angkuh dan tidak mau menyembah Tuhan. Ia mau menyamakan dirinya seperti Tuhan. dan pada akhirnya, ia mengkhianati Tuhan bersama dengan banyak malaikat lainnya. Aku hidup terjebak dalam watak keangkuhanku, tidak menerima kebenaran, dan memaksa orang lain mendengarkanku. Aku melawan dan mengkhianati Tuhan seperti malaikat agung. Aku juga ingat sebelum aku percaya Tuhan, aku adalah orang yang sangat angkuh. Aku memandang rendah orang-orang yang lebih rendah dariku, termasuk saudara-saudaraku. Ketika aku masih kecil, jika aku tidak mendapat nilai terbaik dalam ujian, ayah memarahiku dengan keras, "Kau harus menjadi yang terbaik dalam ujian, di antara yang lainnya!" Nenek juga sering berkata padaku, "Kau harus berusaha menjadi yang terbaik, agar kau dihormati." Setelah mendengar banyak perkataan ini, aku selalu berusaha untuk menonjol dari yang lain dan menjadi nomor satu supaya aku terlihat kuat dari antara yang lain. Aku merasa mendengarkan orang lain membuatku terlihat buruk, oleh sebab itu aku tidak mau menerima masukan dari orang lain. Hanya karena firman Tuhan aku menyadari pandanganku selama ini salah. Aku selalu menempatkan diriku di atas orang lain dan menolak tunduk kepada siapa pun. Ini adalah watak setan. Jika aku tidak berubah, aku tidak hanya gagal dalam mencapai hasil yang baik dalam tugas, aku juga akan melakukan kejahatan dan melawan Tuhan, dan pada akhirnya, aku akan diusir dan dihukum Tuhan. Merenungkan firman Tuhan juga membuatku memahami tugasku bukanlah sebuah karir pribadiku, juga bukan kesempatan untuk pamer kemampuan. Itu adalah amanat yang diberikan Tuhan kepadaku. Ketika aku menghadapi kesulitan, aku harus menyelesaikannya dengan bekerjasama dengan orang lain, dan sebelum membuat keputusan, aku harus meminta nasihat dari rekanku. Jika aku mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan pendapat orang lain dan menunda pekerjaan di dalam rumah Tuhan, melakukan tugasku dengan cara ini adalah melakukan kejahatan. Ketika aku sadar akan hal ini, aku ingin mengubah sikapku dalam tugas dan bekerjasama dengan harmonis bersama orang lain.

Kemudian, dalam perenunganku, aku membaca bagian lain ayat firman Tuhan. "Menurutmu, apakah bekerja sama dengan orang lain itu sulit? Sebenarnya tidak sulit. Bahkan bisa dikatakan mudah. Namun, mengapa orang masih merasa hal ini sulit? Karena mereka memiliki watak yang rusak. Bagi orang yang memiliki kemanusiaan, hati nurani, dan akal sehat, bekerja sama dengan orang lain itu relatif mudah, dan mereka cenderung merasa bahwa ini adalah sesuatu yang menyenangkan. Karena tidak mudah bagi siapa pun untuk menyelesaikan sesuatu sendirian, apa pun bidang yang mereka geluti, atau apa pun yang mereka lakukan, selalu merupakan hal yang baik jika ada orang yang memberimu petunjuk dan menawarkan bantuan—jauh lebih mudah daripada melakukannya sendirian. Selain itu, ada batas mengenai apa yang mampu orang capai dengan kualitas mereka atau apa yang mampu mereka alami sendirian. Tak seorang pun mampu menguasai semua bidang pekerjaan, tidak mungkin satu orang mengetahui semuanya, memahami semuanya, mencapai semuanya—itu tidak mungkin, dan semua orang harus memiliki akal sehat seperti ini. Oleh karena itu, apa pun yang engkau lakukan, entah itu penting atau tidak, harus selalu ada orang yang menolongmu, memberimu petunjuk, nasihat, dan membantumu dalam berbagai hal. Dengan cara demikian, engkau akan melakukan segala sesuatu dengan lebih benar, akan lebih sulit bagimu untuk melakukan kesalahan, dan akan lebih kecil kemungkinanmu untuk tersesat—dan semuanya ini hal yang baik" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku memahami hanya dengan bekerjasama dengan orang lain kita dapat benar-benar memenuhi tugas kita dan menjalani kemanusiaan yang normal. Aku pernah berpikir sebagian rekanku hanya menerima pekerjaan Tuhan selama beberapa bulan dan baru saja memulai pekerjaan membaptis, sehingga banyak hal yang mereka tidak mengerti, di mana aku sudah 3 tahun percaya pada Tuhan dan memiliki pengalaman yang lebih dari mereka, sehingga aku tidak pernah menerima saran dan pendapat. Sekarang aku baru mengerti bahwa pandanganku salah. Walaupun aku percaya pada Tuhan lebih lama dan memiliki pengalaman yang lebih banyak dari mereka, bukan berarti aku lebih baik dari mereka dalam segalanaya. Tanpa kerjasama dari saudara dan saudariku, tidaklah mungkin bisa melakukan tugas dengan baik. Terkadang dalam pertemuan, secara dangkal aku memahami beberapa kebenaran dan bersekutu dengan buruk, oleh karena itu aku membutuhkan rekan untuk bisa bersekutu dengan jelas. Terkadang jiwa-jiwa baru tidak bisa hadir karena sakit, atau tidak bisa datang kerena pekerjaan, dan aku tidak bisa menemukan ayat firman Tuhan yang sesuai dengan kondisi mereka, makanya aku membutuhkan rekan-rekanku. Faktanya, setiap orang memiliki kesempatan untuk dicerahkan oleh Tuhan. Tuhan tidak hanya mencerahkanku saja dan memberiku kapasitas. Aku menganggap diriku terlalu tinggi dan menganggap orang lain idiot. Ini salah dan sebuah kebodohan. Pencerahan dan tuntunan Tuhan tidak tergantung pada seberapa banyak pengalaman kerja yang kita miliki, tetapi bergantung pada apakah kita mencari dan menerima kebenaran. Dan setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing, seperti Saudari Jonna, yang menanggung beban dalam tugasnya dan sering memberikan saran yang baik. Aku harus bisa bekerjasama dengan saudariku dan belajar dari kelebihannya untuk menutupi kekuranganku.

Kemudian, aku mencoba mendengarkan pendapat saudara-saudaraku dalam tugas. Pada akhir pertemuan, ketika saudariku memintaku untuk bertanya masing-masing kepada jiwa-jiwa baru apakah mereka mengerti apa yang telah dikatakan, aku melakukan apa ia sarankan dan tidak lagi menolak seperti yang biasa aku lakukan dahulu. Juga, ketika ia memintaku untuk bersekutu dengan lebih detail bersama jiwa-jiwa baru dalam pertemuan-pertemuan aku berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan masalah-masalah jiwa-jiwa baru, Aku pun melakukannya juga. Terkadang, ia juga memberiku ide-ide bagus untuk membaptis jiwa-jiwa baru, dan aku melakukannya. Setelah itu, aku melihat banyak jiwa-jiwa baru menghadiri pertemuan, ini membuatku sangat senang. Aku mengingat ayat firman Tuhan, "Roh Kudus tidak hanya bekerja dalam diri orang-orang tertentu yang dipakai Tuhan, tetapi terlebih lagi, Dia bekerja di dalam gereja. Dia dapat bekerja dalam diri siapa saja. Dia mungkin bekerja di dalam dirimu sekarang, dan engkau akan mengalami pekerjaan ini. Selama periode berikutnya, Dia mungkin bekerja dalam diri orang lain, dalam hal ini engkau harus segera mengikuti; semakin dekat engkau mengikuti terang yang sekarang, semakin hidupmu dapat bertumbuh. Seperti apa pun sikap seseorang, apabila Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, engkau harus mengikuti. Ambil pengalaman mereka menjadi pengalamanmu sendiri, dan engkau akan menerima perkara-perkara yang jauh lebih tinggi. Dengan melakukan itu, engkau akan maju lebih cepat. Inilah jalan penyempurnaan bagi manusia dan sarana pertumbuhan kehidupan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Menaati Tuhan dengan Hati yang Benar Pasti akan Didapatkan oleh Tuhan"). Ayat Tuhan membuatku mengerti lebih jelas lagi aku tidak boleh angkuh dan memaksakan caraku dalam tugas, dan aku harus bekerjasama dengan orang lain. Ini karena Roh Kudus menerangi dan menyinari setiap orang. Tak peduli seberapa lama seseorang telah percaya pada Tuhan atau bagaimana kondisi mereka, selama yang mereka katakan adalah kebenaran, kita harus menerima dan menaatinya. Ketika kita menolak untuk mendengarkan, kita tidak akan diberkati oleh Tuhan di dalam tugas kita. Pengalaman ini menunjukkanku betapa pentingnya bekerjasama dengan harmomis di dalam pekerjaan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Setelah Pengusiran Ayahku

Oleh Saudari Isabella, PrancisBeberapa tahun yang lalu, aku sedang melaksanakan tugasku jauh dari rumah saat tiba-tiba mendengar kabar...

Rasa Sakit yang Tak Terelakkan

Oleh Saudara Qiu Cheng, Tiongkok Saat berusia 47 tahun, penglihatanku mulai memburuk dengan cepat. Dokter bilang jika tak merawat mataku,...