Tak Mudah Lari Dari Kesombongan

20 Juli 2022

Oleh Saudari Huan Ai, Jepang

Juli 2020, karena dibutuhkan pekerjaan video, pengawas mengatur agar aku membuat video. Saat itu aku sangat senang, tapi sadar aku akan menemui masalah dan kesulitan dalam tugas baruku, jadi aku harus belajar dan bertanya bila tak mengerti. Tapi saat Saudari Liu, yang membuat video, menyerahkan pekerjaannya padaku, katanya dia punya tugas baru dengan beban kerja tinggi, dan ingin urusan denganku cepat selesai. Kutahu dia tak ingin menungguku menguasai pekerjaan baru pergi. Aku khawatir sekali. "Pekerjaan ini sangat rumit. Bisakah aku ambil alih semua sekaligus?" Sebelum telepon berakhir, Saudari Liu bertanya apa ada kesulitan. Baru saja ingin kusampaikan kekhawatiranku, tapi kemudian kupikir, "Kami baru bertemu, dan kesan pertama penting. Dia buru-buru ingin mengambil tugas barunya, aku tak bisa menahannya. Jika aku tanya tentang kesulitan dan minta sesuatu sebelum mulai kerja, apa anggapannya tentang aku? Tidakkah dia berpikir orang bodoh mengambil alih pekerjaannya, dan aku tak tepat untuk pekerjaan ini?" Jadi, bertentangan dengan kemauan, kukatakan, "Tak ada pertanyaan." Untuk membuktikan kualitas dan aku mampu menemukan masalah, aku pun memberi usul tentang proses pekerjaan yang dia sampaikan. Saat itu, aku sadar aku memakai kekuatan untuk menutupi kekuranganku. Kalau dia salah mengira aku berkualitas dan mengurangi waktu mengajariku, bagaimana kalau karena lamban menguasai pekerjaan aku memperlambat semua? Tapi kupikir karena sudah diucapkan, tak bisa kutarik ucapan itu. Aku bisa minta bantuannya kalau kelak ada masalah.

Keesokan harinya, Saudari Liu berkata nanti, Saudari Wang jadi mitra kerjaku. Katanya Saudari Wang mulai membuat video tak sampai sebulan lalu, dia cepat belajar, dan sekarang dia bisa mengerjakan tugas sendiri. Kemudian, saat diskusi pekerjaan dengan Saudari Wang, dia jelaskan alur kerja dengan sangat mahir, Dan kamidiskusi tentang cara membagi pekerja, kerjasama, dan sebagainya. Tampak jelas dia sangat tahu pekerjaannya. Kutahu aku tak secakap Saudari Wang, tapi agar Saudari Liu tak melihat perbedaan aku dan Saudari Wang, aku sangat hati-hati di dekatnya, dan aku khawatir terbongkar kekuranganku. Saat ada masalah yang tak bisa kuselesaikan, kubaca informasi sebanyak mungkin dan selesaikan sendiri, bukan bertanya padanya. Meski aku berja keras, kemajuannya lamban. Waktu ketua datang melihat pekerjaan kami, banyak detail yang tak kumengerti. Saudari Wang menjawab hampir semua pertanyaan ketua. Ini membuatku depresi, dan merasa tak berguna. Tak lama, seminggu lebih berlalu, dan karena aku tak bisa kerja sendiri, Saudari Liu tak bisa memulai tugas barunya. Ini membuatku bertambah malu. Tapi aku juga berpikir, kalau dia tahu aku mudah depresi karena lamban belajar, dia akan berpikir tingkat pertumbuhanku kecil, kualitasku rendah, dan aku tak cakap. Selama itu, aku rasanya seperti sembunyi di tumpukan jerami. Aku tak mau siapa pun melihat keadaanku yang buruk. Aku hanya ingin terbiasa dan secepatnya mulai kerja dalam kelompok, jadi Saudari Liu bisa pergi dan aku tak harus permalukan diri di hadapannya setiap hari. Perkembanganku masih sangat lambat, dan tak kurasakan tuntunan Tuhan sama sekali. Dalam kepedihan kudatang menghadap Tuhan, berdoa dan mencari, dan meminta Tuhan membantuku mengenali diri. Suatu hari, kubaca firman Tuhan, "Watak macam apakah yang sebenarnya dimunculkan ketika orang selalu mengemas dirinya, selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, selalu berpura-pura agar orang lain menghormati mereka dan tidak dapat melihat kesalahan atau kekurangan mereka, ketika mereka selalu berusaha menampilkan sisi terbaik mereka kepada orang-orang? Ini adalah kecongkakan, kepalsuan, kemunafikan, ini adalah watak Iblis, ini adalah sesuatu yang jahat" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Manusia sendiri adalah objek ciptaan. Mampukah objek ciptaan mencapai kemahakuasaan? Mampukah mereka mencapai kesempurnaan dan keadaan tanpa cela? Mampukah mereka mencapai kemahiran dalam segala sesuatu, memahami segala sesuatu, dan cakap dalam segala sesuatu? Mereka tidak mampu. Namun, di dalam diri manusia, ada watak-watak yang rusak dan kelemahan yang fatal: begitu mereka mempelajari sebuah keterampilan atau profesi, manusia merasa bahwa mereka cakap, bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki status dan nilai, dan bahwa mereka adalah para profesional. Betapa pun tidak istimewanya mereka, mereka semua ingin mengemas diri mereka sebagai tokoh terkenal atau mulia, mengubah diri mereka menjadi selebritas yang kurang terkenal, dan membuat orang berpikir bahwa mereka sempurna dan tanpa cacat, tanpa kekurangan sedikit pun; di mata orang lain, mereka ingin menjadi terkenal, kuat, tokoh yang hebat, dan mereka ingin menjadi perkasa, mampu melakukan apa saja, tak satu pun yang tidak mampu mereka lakukan. Mereka merasa bahwa jika mereka mencari bantuan orang lain, mereka akan terlihat tidak mampu, lemah, dan kurang cerdas, serta orang-orang akan memandang rendah mereka. Karena alasan ini, mereka selalu ingin berpura-pura. Beberapa orang, ketika disuruh melakukan sesuatu, berkata mereka tahu bagaimana melakukannya, padahal sebenarnya mereka tidak tahu. Setelah itu, diam-diam, mereka mencari tahu tentang hal tersebut dan mencoba mempelajari bagaimana melakukannya, tetapi setelah mempelajarinya selama beberapa hari, mereka tetap tidak mengerti cara melakukannya. Ketika ditanya sudah sampai di mana mereka dalam pekerjaan itu, mereka berkata, 'Segera, segera selesai!' Namun di dalam hati, mereka berpikir, 'Itu masih jauh dari selesai, aku sama sekali tidak tahu kapan selesainya, aku tak tahu harus berbuat apa! Aku tak boleh menyingkapkan diriku, aku harus terus berpura-pura, aku tak boleh membiarkan orang melihat kekurangan dan kebodohanku, aku tak boleh membiarkan mereka memandang rendah diriku!' Masalah apa ini? Ini adalah kehidupan bagai neraka karena berusaha mempertahankan reputasi dengan segala cara. Watak macam apa ini? Kecongkakan orang semacam itu tidak mengenal batas, mereka telah kehilangan akal! Mereka tidak ingin menjadi seperti orang lain, mereka tidak ingin menjadi orang biasa, orang normal, tetapi ingin menjadi manusia super, orang yang ahli, orang yang cakap. Ini sebuah masalah besar! Mengenai kelemahan, kekurangan, ketidaktahuan, kebodohan, dan kurangnya pemahaman dalam kemanusiaan yang normal, mereka akan menyembunyikannya rapat-rapat, dan tidak membiarkan orang lain melihatnya, dan kemudian terus menyamarkan diri" ("Lima Keadaan Manusia Sebelum Mereka Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan Mereka kepada Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkap keadaanku. Setelah mengambil alih pekerjaan itu, aku memikirkan cara menguasainya secepat mungkin, agar orang-orang melihat aku berkualitas dan cakap. Waktu kuambil alih, kutahu Saudari Liu buru-buru ingin pergi. Jelas aku tak bisa kuasai begitu banyak keahlian dan proses sesingkat itu, tapi bahkan, "Aku tak bisa mengingat sebanyak itu, ajari aku beberapa hari lagi," tak berani kuucapkan. Aku bahkan menipu, dan sengaja memberi saran untuk membuktikan aku punya kualitas profesional. Aku tak mau Saudari Liu melihat kualitasku lebih rendah dari Saudari Wang, jadi aku sembunyi dan lebih menutup diri, dan aku sangat berhati-hati di dekat Saudari Liu Karena khawatir tak sengaja menyingkap kekuranganku. Dan kupikir ini waktunya mengambil alih pekerjaan, ketua dan saudara-saudariku semua memperhatikan performaku, begitu kualitas dan tingkat pertumbuhanku terungkap, orang memandang rendah aku. Jika ketua tahu aku tak berkualitas dan tak pantas membuat video dan menyingkirkanku, Pasti akan sangat memalukan. Jadi aku tak mau bertanya saat punya pertanyaan dan masalah. Aku selalu sembunyi dan menutupi diri seperti ini, jadibagaimana aku bisa maju? Saat memulai tugas baru, semua tampak asing, jadi wajar kalau banyak yang tidak dimengerti. Ditambah, kemampuan kerjaku tak bagus, maka aku perlu banyak bertanya dan mencari tahu, tapi aku terlalu angkuh. Aku ingin buktikan aku baik-baik saja dan bisa menanganinya sendiri, jadi aku selalu berpura-pura mengerti dan menutupi diri, yang menghalangiku mengerti hal-hal yang seharusnya kutahu, memperlambat serah terima kerja, dan Saudari Liu tak mungkin pergi. Perbuatanku sungguh berbahaya. Aku memperlambat pekerjaan kami dan tak merasa bersalah, sementara khawatir orang akan tahu kemampuanku yang sebenarnya atau khawatir dipandang rendah. Sungguh tak masuk akal.

Aku temukan jalan penerapan dalam firman Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk membuka dirimu sendiri adalah langkah awal untuk masuk ke dalam hidup, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Apa yang ditunjukkan dari mengambil langkah ini? Ini menunjukkan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kecurangan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain juga akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinisp dan dengan suatu tingkat keterbukaan. Engkau tak perlu menggunakan cara apa pun untuk melindungi reputasi, citra, dan statusmu, engkau juga tak perlu menutupi atau menyamarkan kesalahanmu. Engkau tak perlu terlibat dalam upaya yang sia-sia ini. Jika engkau dapat melepaskan hal-hal ini, engkau akan sangat tenang, engkau akan hidup tanpa belenggu atau rasa sakit, dan akan sepenuhnya hidup dalam terang. Belajar bagaimana membuka diri ketika bersekutu adalah langkah pertama untuk masuk ke dalam hidup. Selanjutnya, engkau harus belajar menganalisis pikiran dan tindakanmu untuk melihat mana yang salah, dan mana yang tidak Tuhan sukai, dan engkau perlu membalikkannya dengan segera dan memperbaikinya. Apa tujuan memperbaikinya? Tujuannya adalah untuk menerima kebenaran, sambil menyingkirkan hal-hal yang ada di dalam dirimu yang merupakan milik Iblis dan menggantikannya dengan kebenaran. Dahulu, engkau melakukan segala sesuatu menurut watak licikmu yang suka berbohong dan curang; engkau merasa bahwa engkau tidak mampu menyelesaikan apa pun tanpa berbohong. Kini, setelah engkau memahami kebenaran dan membenci cara Iblis dalam melakukan segala sesuatu, engkau tidak lagi bertindak seperti itu, engkau bertindak dengan mentalitas kejujuran, kemurnian, dan ketaatan. Jika engkau tidak menyembunyikan apa pun, jika engkau tidak menyamar, berpura-pura, menutup diri, jika engkau membuka diri kepada saudara-saudari, tidak menyembunyikan gagasan dan pikiran terdalammu, tetapi membiarkan orang lain melihat sikap jujurmu, maka kebenaran berangsur-angsur akan berakar di dalam dirimu, itu akan berbunga dan berbuah, itu akan membuahkan hasil, sedikit demi sedikit. Jika hatimu semakin jujur, dan semakin memiliki kecenderungan kepada Tuhan, dan jika engkau tahu untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan ketika engkau melaksanakan tugasmu, dan hati nuranimu terganggu ketika engkau gagal melindungi kepentingan ini, ini adalah bukti bahwa kebenaran telah memengaruhimu, dan telah menjadi hidupmu" ("Hanya Mereka yang Menerapkan Kebenaran yang Takut akan Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan aku sadar, kalau memiliki kekurangan atau watak rusak, dan selalu menutupi diri untuk memberi kesan salah padaorang lain, ini licik dan culas, dan timbul dari natur iblis. Kalau dilakukan, kau tak akan masuk ke dalam kebenaran. Aku harus terbuka tentang sisi baik dan burukku, jujur kepada orang lain dan Tuhan. Dengan begini, hatiku akan semakin jujur, aku bisa hidup di hadirat Tuhan, masalah dan penyimpanganku bisa perlahan dipulihkan, dan aku terhindar mengambil jalan salah yang mengejar ketenaran dan status. Setelah mendapat jalan aku terbuka dan bicara pada Saudari Liu tentang keadaanku. Tak disangka Saudari Liu berkata, setelah aku terbuka, dia pun sadar dia tak memenuhi tanggung jawabnya. Dia hanya terpikir mengambil alih tugas baru, dan tidak serah terima pekerjaan dengan baik. Dia juga berkata hanya akan pergi setelah aku paham semua. Aku sangat terharu mendengarnya. Aku mengalami, dengan terbuka dan menunjukkan kekurangan dan kelemahan kepada orang lain, kau bisa mendapat bantuan dan dukungan saudara-saudarimu, bisa bermitra dengan saudara-saudari dalam tugas, dan yang lebih penting, kau bisa mengerjakan sesuatu dengan jujur dan taat. Inilah hidup di hadirat Tuhan dan bertanggung jawab dengan amanat Tuhan, yang direstui Tuhan. Setelahnya, dengan jujurkukatakan sejauh mana aku terbiasa dengan pekerjaan itu, dan dia membantu dengan sikap sesuai sehingga aku banyak belajar. Aku pun tersadar kenapa aku sulit mengerjakan tugas, yaitu ingin memahami sekaligus menguasai pekerjaan itu untuk buktikan aku mampu melaksanakannya, dan ini membuatku tak bisa mengutamakan tugas dan memperlambat kemajuan. Setelah itu, aku mengkategorikan dan mengutamakan pekerjaan ini, agar bisa bekerja sesuai target dan teratur, dan aku cepat terbiasa dengan pekerjaan itu. Lewat pengalaman ini kurasakan manisnya menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai firman Tuhan. Aku juga melihat pentingnya memiliki maksud yang benar dan sikap jujur dalam tugas. Hanya dengan cara ini kudapat tuntunan dan berkat Tuhan. Setelahnya, saat kutemui masalah yang tak kumengerti, secara proaktif kutemui saudara-saudari untuk mencari solusi. Setelah melakukannya beberapa saat, kupikir rasa hausku akan reputasi dan status berkurang, dengan terbuka dan menjadi orang jujur, aku mencapai jalan masuk. Tapi tak lama, Tuhan mengatur satu suasana untuk menyingkapkan aku, membuatku menyangkal diri.

Sebulan kemudian, karena aku tidak kompeten, dan karena pengurangan staf begitu beban kerja video berkurang, ketua mengatur agar aku lanjutkan menyirami petobat baru. Rasanya sangat memalukan, aku tak mau menemui saudara-saudari yang dulu menyirami petobat baru bersamaku. Aku ingin lari dan mengajar injil saja, tapi kembali bertugas menyirami petobat baru sudah ditetapkan. Aku merasa seperti ban kempis, kepala tertunduk, tak bisa diangkat. Saat itu, seorang saudari melihat keadaanku tidak benar, dia kirim sepenggal firman Tuhan tentang kepatuhan, dan berkata ingin mengobrol denganku. Aku langsung waspada. "Apa saudariku tahu aku dalam keadaan buruk? Akankah dia merendahkanku kalau tahu aku dikeluarkan dari kelompok video? Apa dia tahu aku negatif karena tak bisa melepaskan citra diri, akankah dia pikir bertahun-tahun aku percaya Tuhan tanpa beroleh kenyataan kebenaran? Akankah dia berpikir aku orang yang tak mengejar kebenaran?" Jadi, dengan sopan aku membela diri, "Pekerjaan video selesai, cepat atau lambat aku pasti dipindahkan. Saudari Zhou juga dipindahkan kembali." Kusebut nama Saudari Zhou karena awalnya dia pengawas pekerjaan penyiraman, jika dia kembali, wajar aku juga kembali. Setelah mendengar itu dia tidak bertanya apa-apa lagi. Kukatakan pada diri sendiri saat ini, aku tak boleh lemah. Aku harus tegar dan aktif menjalankan tugas, agar orang lihat aku tak keberatan dipindahkan, dan bisa menerimanya. Aku berusaha menutupi diri dan berpura-pura tegar, tapi sebenarnya aku sedih dan tertekan. Kadang aku berpikir kenapa aku menolak bantuan saudariku dan menyesal, "Dia tawarkan bantuan, kenapa kutolak demi melindungi citra diri? Kenapa aku tak bisa terbuka padanya?"

Kemudian, firman Tuhan yang dikirim seorang saudari memberi pemahaman akan keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Manusia yang rusak pandai menyamarkan diri mereka. Apa pun yang mereka lakukan atau kerusakan apa pun yang mereka singkapkan, mereka selalu harus menyamarkan diri mereka. Jika terjadi kesalahan atau mereka melakukan sesuatu yang salah, mereka ingin menyalahkan orang lain. Mereka menginginkan pujian untuk hal-hal baik bagi diri mereka sendiri, dan menyalahkan orang lain atas hal-hal buruk. Bukankah ada banyak penyamaran diri seperti ini terjadi di kehidupan nyata? Banyak sekali. Melakukan kesalahan atau menyamarkan diri: manakah dari kedua hal ini yang berkaitan dengan watak? Menyamarkan diri adalah masalah watak, itu melibatkan watak yang congkak, kejahatan, dan pengkhianatan; dan ini dipandang rendah oleh orang lain, dan dipandang rendah oleh Tuhan. Sebenarnya, ketika engkau menyamarkan dirimu, semua orang mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi engkau mengira orang lain tidak melihatnya, dan engkau berusaha sebaik mungkin untuk membantah dan membenarkan dirimu sendiri dalam upaya mempertahankan reputasi dan membuat semua orang berpikir bahwa engkau tidak melakukan kesalahan. Bukankah ini bodoh? Apa yang orang lain pikirkan tentang hal ini? Bagaimana perasaan mereka? Muak dan jijik. Jika, setelah melakukan sebuah kesalahan, engkau dapat memperlakukannya dengan benar, dan dapat membiarkan orang lain membicarakan, memdiskusikan, memahami, dan bebas memberi komentar tentang hal itu, dan engkau dapat membuka diri tentang itu serta menganalisisnya, akan seperti apa pendapat semua orang tentang dirimu? Mereka akan mengatakan bahwa engkau adalah orang yang jujur, karena hatimu terbuka kepada Tuhan. Melalui tindakan dan perilakumu, mereka akan dapat melihat hatimu. Namun, jika engkau berusaha menyamarkan dirimu dan menipu semua orang, orang akan memandang rendah dirimu, dan mengatakan bahwa engkau adalah orang yang bodoh dan tidak bijak. Jika engkau tidak berusaha berpura-pura atau berdalih, jika engkau mampu mengakui kesalahanmu, semua orang akan berkata engkau jujur dan bijak. Dan apa yang membuatmu bijak? Semua orang melakukan kesalahan. Semua orang memiliki kelemahan dan kekurangan. Dan sebenarnya, semua orang memiliki watak rusak yang sama. Jangan menganggap dirimu lebih mulia, lebih sempurna, dan lebih baik daripada orang lain; itu berarti bersikap sama sekali tidak masuk akal. Setelah watak rusak orang dan esensi serta sifat asli dari kerusakan manusia jelas bagimu, engkau tidak akan berusaha menutupi kesalahanmu sendiri, engkau juga tidak akan menekan orang lain ketika mereka melakukan kesalahan, tetapi akan memperlakukan kedua hal ini dengan tepat. Hanya dengan cara demikianlah engkau akan berwawasan luas dan tidak melakukan hal-hal bodoh, yang akan membuatmu menjadi seseorang yang bijak. Orang yang tidak bijak adalah orang bodoh dan mereka selalu berkutat dengan kesalahan kecil mereka sambil bersikap licik di balik layar. Ini menjijikkan untuk dilihat. Sebenarnya, apa yang kaulakukan segera terlihat oleh orang lain, tetapi engkau masih terang-terangan berpura-pura. Bagi orang lain, ini terlihat seperti pertunjukan badut. Bukankah ini bodoh? Benar-benar bodoh. Orang bodoh tidak memiliki hikmat. Sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar, mereka tetap tidak memahami kebenaran atau melihat apa pun sebagaimana adanya. Mereka selalu bersikap congkak, berpikir bahwa mereka berbeda dari orang lain dan mereka lebih terhormat; ini adalah sikap yang congkak dan merasa diri benar, ini adalah kebodohan" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku si bodoh yang diungkapkan dalam firman Tuhan, selalu tampil di depan orang, seperti badut. Selama hari-hari itu, karena dipindahkan, kupikir ketenaran dan statusku hilang, dan ini membuatku salah paham dan berpikir negatif. Saudariku ingin menolong, tapi aku tak terbuka mencari kebenaran dengannya untuk menyelesaikan masalah dan kesulitanku. Malah aku langsung berjaga-jaga. Aku curiga dia melihat kalau aku negatif dan tak patuh, jadi kucari cara menutupi kelemahan dan menutupi situasi demi diri sendiri. Aku sangat culas! Meski dengan begitu aku menipu saudariku, dan citra serta statusku aman, aku tak dapat dukungan dan bantuan darinya. Situasi negatifku tak bisa hilang tepat waktu, dan aku hidup dalam kegelapan dan kepedihan. Bukankah ini bodoh? Aku yang melakukannya, dan aku pantas menderita! Bertahun-tahun aku percaya Tuhan, tapi watak rusakku tak banyak berubah, dan kapanpun citra atau statusku terlibat, tanpa sadar aku sembunyi dan menutupi diri. Aku tak pernah cerita pada saudara-saudariku, dan kulewati hari-hari dalam kegelapan seperti tahanan yang terikat Iblis. Aku menderita dan lemah, aku tak bisa lari. Keadaanku menyedihkan. Aku berdoa terus kepada Tuhan, "Tuhan, aku selalu menutupi diri agar dipuji, dan aku hidup sengsara. Tolong bantu dan tuntun aku agar aku mengerti dan membenci diri, Sungguh-sungguh bertobat dan berubah."

Suatu hari, aku membaca firman Tuhan tentang antikristus. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pun konteksnya, tugas apa pun yang mereka kerjakan, antikristus akan berusaha memberi kesan bahwa mereka tidak lemah, bahwa mereka selalu kuat, penuh kepercayaan diri, tidak pernah negatif. Mereka tidak pernah menyingkapkan tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya atau sikap mereka yang sebenarnya terhadap Tuhan. Sebenarnya, di lubuk hati mereka, apakah mereka benar-benar yakin bahwa tidak ada yang tak mampu mereka lakukan? Apakah mereka benar-benar yakin bahwa mereka tidak memiliki kelemahan, kenegatifan, atau kerusakan? Sama sekali tidak. Mereka pandai berpura-pura, mahir menyembunyikan segala sesuatu. Mereka suka memperlihatkan sisi mereka yang kuat dan luhur kepada orang-orang; mereka tidak mau orang-orang melihat sisi mereka yang lemah dan sebenarnya. Tujuan mereka jelas: sederhananya, menjaga reputasi mereka, melindungi tempat yang mereka miliki di hati orang-orang. Mereka berpikir bahwa jika mereka membuka diri di hadapan orang lain tentang kenegatifan dan kelemahan mereka sendiri, jika mereka menyingkapkan sisi mereka yang memberontak dan rusak, ini akan menjadi kehancuran besar bagi status dan reputasi mereka—lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Jadi mereka lebih suka menyembunyikan kelemahan, pemberontakan, dan kenegatifan mereka sendiri. Dan jika tiba suatu hari ketika semua orang melihat sisi mereka yang lemah dan memberontak, ketika menyadari diri mereka rusak, dan belum berubah sama sekali, mereka akan tetap berpura-pura. Mereka berpikir jika mereka mengakui bahwa mereka memiliki watak yang rusak, bahwa mereka orang biasa, seseorang yang kecil dan tidak penting, mereka akan kehilangan tempat mereka di hati orang-orang, akan kehilangan penghormatan dan pemujaan semua orang, dan dengan demikian akan gagal total. Jadi, apa pun yang terjadi, mereka tidak bisa begitu saja membuka diri kepada orang-orang; apa pun yang terjadi, mereka tidak bisa memberikan kekuasaan dan status mereka kepada orang lain; sebaliknya, mereka berusaha sekuat tenaga untuk bersaing, dan tidak akan pernah menyerah. ... Mereka tidak pernah memperlihatkan kelemahan mereka kepada saudara-saudari, juga tidak pernah mengakui kekurangan dan kelemahan mereka sendiri; sebaliknya, mereka berusaha keras untuk menutupinya. Orang-orang bertanya kepada mereka, 'Engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, pernahkah engkau memiliki keraguan tentang Tuhan?' Mereka menjawab, 'Tidak.' Mereka ditanya, 'Engkau percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, engkau telah memberi begitu banyak dan mengorbankan begitu banyak dari dirimu, pernahkah engkau menyesalinya?' Mereka menjawab, 'Tidak.' 'Ketika engkau sakit dan sengsara, apakah engkau merindukan kampung halaman?' Dan mereka menjawab, 'Tidak pernah.' Jadi, jelas bahwa antikristus menggambarkan diri mereka sebagai orang yang teguh, berkemauan keras, dan mampu meninggalkan dan mengorbankan diri, sebagai orang yang tanpa cacat dan tanpa kekurangan atau masalah. Jika seseorang menunjukkan kerusakan dan kekurangan mereka, memperlakukan mereka secara setara, sebagai saudara atau saudari yang normal, dan membuka diri serta bersekutu dengan mereka, bagaimana mereka memperlakukan masalah itu? Mereka berusaha keras untuk membela dan membenarkan diri mereka sendiri, untuk membuktikan bahwa mereka benar, dan pada akhirnya membuat orang melihat bahwa mereka tidak memiliki masalah, dan bahwa mereka masih orang yang sempurna dan rohani seperti yang orang pikirkan tentang mereka. Bukankah itu semua adalah kepura-puraan? Siapa pun yang menganggap dirinya sempurna dan mahakuasa hanyalah berpura-pura. Mengapa Kukatakan mereka hanya berpura-pura? Mengapa Aku menyamakan mereka dengan orang yang berpura-pura? Menurut engkau semua, adakah orang yang sempurna? Adakah orang yang tak terkalahkan? Apa artinya 'tak terkalahkan'? Apakah itu berarti mahakuasa? Adakah orang di dunia ini yang tak terkalahkan? (Tidak.) Sama sekali tidak ada. Hanya Tuhan yang tak terkalahkan, dan hanya Tuhan yang mahakuasa. Jadi, siapakah orang jika mereka menyatakan diri mereka tak terkalahkan dan mahakuasa? Mereka adalah setan, mereka adalah penghulu malaikat, dan mereka adalah para antikristus di antara manusia. Para antikristus berpura-pura bahwa mereka tak terkalahkan, bahwa mereka sempurna" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Sepuluh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sangat sedih. Demi menjaga posisi dan citra diri di antara manusia, antikristus memakai samaran dan kebohongan untuk menipu dan menyesatkan orang, dan membuat diri tampil sempurna dan rohaniah yang tak pernah merasa lemah atau menunjukkan kebusukan. Mereka melakukannya untuk mendapat jabatan di antara manusia dan dipandang hormat. Kulihat tingkah lakuku sama dengan tingkah laku antikritus. Aku selalu berpura-pura dan menutupi diri saat bicara dan bertindak. Saat membuat video, aku tak terbuka mempelajari pertanyaan dan kesulitanku, memilih memperlambat pekerjaan untuk menjaga status dan citra diri. Waktu dipindahkan, aku takut saudariku tahu aku berhenti karena keahlianku kurang, aku mengarang alasan untuk menutupi situasi negatif, dan kusiratkan aku dipindah karena dibutuhkan untuk pekerjaan menyiram. Caraku tercela dan jahat. Aku juga merenung beberapa kali, saat aku mendapat kesulitan dan dalam situasi negatif, aku jarang terbuka karena takut dipandang rendah, dan meskipun kulakukan, hanya asal-asalan. Kebanyakan, aku hanya bicara tentang perbuatan positifku agar orang berpikir aku punya tingkat pertumbuhan dan bisa menerapkan kebenaran setelah paham. Aku berusaha keras menjaga citra diri dan status, tapi perkataan dan perbuatanku hanya samaran dan pura-pura saja. Saat menghadapi kegagalan dan kemunduran, harus kutunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih agar orang menghormatiku. Aku terpikir antikristus yang diusir dari rumah Tuhan. Banyak yang sering membicarakan doktrin, meneriakkan slogan, dan menyamar sebagai pengejar kebenaran yang setia, seolah tak dirusak oleh Iblis. Meski mereka dikagumi dan dipuja sesaat, akhirnya, karena natur mereka yang tak suka dan benci kebenaran, dan perbuatan jahat mereka, mereka disingkap dan dicampakkan oleh Tuhan. Tuhan tidak toleran terhadap pelanggaran watak-Nya. Tuhan mengutuk orang munafik, dan tak menyelamatkan orang seperti itu. Jika aku tak mau mengejar kebenaran dan selalu menutupi diri karena watak Iblisku, itu bukan hanya membahayakan hidupku. Aku akan dikutuk dan dicampakkan Tuhan! Waktu itu, aku sadar keadaanku sangat berbahaya. Aku tak mau munafik lagi. Aku hanya ingin bertobat dan berubah.

Hari-hari berikutnya, Aku sengaja mencari bagian firman Tuhan terkait mengejar reputasi dan status dan menjadi orang jujur. Bagian yang kudapat bunyinya, "Apa pun yang terjadi, jika engkau tidak mau berbohong, jika engkau ingin menjadi orang yang jujur, engkau harus mengesampingkan kecongkakan dan kesombonganmu sendiri. Jika engkau tidak memahami sesuatu, katakan saja demikian; jika ada sesuatu yang tidak jelas bagimu, katakan saja demikian. Jangan takut orang akan meremehkan atau memandang rendah dirimu. Jika engkau selalu berbicara dari hatimu dan jujur, akan ada sukacita dan kedamaian di hatimu, serta kebebasan dan kemerdekaan, dan engkau tidak akan lagi dikendalikan oleh kesombongan dan kecongkakanmu sendiri. Sikap yang jujur berarti dengan siapa pun engkau berinteraksi, engkau mampu mengungkapkan apa yang ada di hatimu, engkau mampu menyingkapkan dirimu, dan tidak pernah berpura-pura ketika engkau tidak memahami sesuatu. Dan apa yang harus kaulakukan jika ada kalanya orang memandang rendah dirimu dan mengatakan engkau bodoh karena semua yang kaukatakan itu jujur? Katakanlah, 'Sekalipun kalian semua mengatakan aku bodoh, aku akan bersikap jujur dan tidak licik, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Dan meskipun aku bukan siapa-siapa di hadapan Tuhan, aku tetap tidak akan berbohong, atau berpura-pura, atau menipu.' Ketika engkau berkata demikian, di dalam hatimu, engkau akan merasa damai dan teguh. Bersikap jujur membutuhkan dirimu mengesampingkan kesombongan dan kecongkakanmu, tidak takut diejek atau dipandang rendah oleh orang lain karena perkataanmu yang jujur dan diucapkan dari hati; itu berarti tidak berdebat atau berusaha membenarkan dirimu sendiri ketika orang memperlakukanmu seperti orang bodoh. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran dengan cara seperti ini, engkau akan mampu menjadi orang yang jujur" ("Hanya dengan Bersikap Jujur, Orang Dapat Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Apa pun kerusakan atau kelemahan kita, atau jika ada hal yang tak kita mengerti, dan apa pun pendapat orang, hanya dengan membuka diri, mencari kebenaran, dan berusaha menjadi orang jujur kita berangsur dapat lepas dari ikatan dan kendali watak kita yang rusak, dan hidup bebas dan lepas. Aku berjanji pada diri sendiri aku siap menerapkan sesuai firman Tuhan dan berusaha menjadi orang yang mudah membuka diri. Setelah kembali menyirami petobat baru, aku tak mau menutupi diri seperti sebelumnyna. Dalam pertemuan, aku terbuka kepada saudara-saudari tentang situasiku selama masa itu. Meski aku mengungkapkan kenyataan buruk tentang caraku menjaga citra dan status, setidaknya mereka tahu keadaanku sebenarnya. Dengan melakukannya, seakan beban berat terangkat dari hatiku, aku merasa bebas dan senang. Saudara-saudariku tidak memandang rendah aku, mereka mendapat pelajaran dari pengalamanku. Ketua bersekutu, membantu dan mendukung aku setelah tahu situasiku, yang membuatku sadar akan bahaya dan konsekuensi mengejar ketenaran dan status.

Melalui pengalaman ini, aku sadar bahwa membuka diri bukan hanya perbuatan di luar, hal itu sungguh menerapkan kebenaran, dan menunjukkan sikap tobat sejati di hadapan Tuhan. Itu jalan penerapan untuk mencari jalan terang. Hanya dengan menjadi orang jujur dan menerapkan kebenaran jalan hidup menjadi lebih lebar dan cerah.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait