Beban Kemunafikan

31 Januari 2022

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok

Pada Agustus 2020, aku diberhentikan dari posisi kepemimpinan karena mengejar status dan bekerja sekenanya. Aku merasa buruk dan sangat menyesal, ingin bertobat, dan menjalankan tugas dengan baik setelahnya. Lalu, gereja menaruhku dalam tim produksi video dengan para saudari lain.

Suatu hari, aku mengobrol dengan mereka tentang pikiranku setelah diberhentikan, dan salah satu dari mereka, Saudari Yang, berkata itu sangat membantunya. Aku perhatikan pandangannya terhadapku berbeda setelah itu. Saat aku bicara dalam pertemuan, dia mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan mengangguk, dia biasanya setuju dengan pendapatku. Dia juga tampak makin hari makin peduli kepadaku. Kupikir dia sepertinya menghormatiku, aku hanya membicarakan yang kupelajari dan tampak bertobat, jadi aku harus melakukan sesuatu yang konkret. Bagaimana pendapat mereka jika tidak melihat perubahan apa pun dalam diriku? Apa mereka akan mengira aku hanya bicara dan tidak menerapkan kebenaran? Aku agak khawatir tentang itu. Aku selalu duduk di depan komputer untuk membuat video, punggungku sakit, dan aku ingin bersantai, tetapi takut orang lain akan menganggapku malas, aku bicara tentang melakukan tugas dengan baik, tetapi tidak melakukan apa pun untuk benar-benar berubah. Jadi, aku tidak istirahat saat lelah, takut orang lain berpikir aku tidak serius dengan tugasku. Aku tidak tidur lebih awal saat mengantuk. Meskipun telah menyelesaikan pekerjaan, aku akan memaksa diri bekerja sampai setengah 11 atau 12 malam. Kadang aku terjaga sepanjang malam dan sulit bangun paginya, tetapi memaksa diri untuk bangun bersama yang lain. Aku takut meninggalkan kesan buruk. Suatu kali, kulihat Saudari Yang harus mengerjakan beberapa video. Aku tidak berencana membantunya karena itu sulit dan rumit, aku tidak ingin mengerjakannya. Namun, aku tidak punya proyek, jadi jika tidak menawarkan bantuan, aku akan terlihat tak berusaha melakukan tugas dengan baik dan saudariku akan berpikir aku hanya bisa bicara, tidak mengejar kebenaran. Jadi, kuberi tahu Saudari Yang aku bisa membantunya dengan itu.

Aku tampaknya bekerja keras dalam tugasku, tetapi aku tahu itu semua untuk melindungi citraku. Aku merasa tidak tenang dan ingin terbuka dengan yang lain tentang motivasiku, tetapi aku takut mereka akan tahu aku selalu punya motivasi tersembunyi, lalu berpikir aku tidak bertobat dan tidak menerapkan kebenaran. Mereka mungkin akan menganggapku munafik dan menampik perkataanku tentang yang kupelajari setelah diberhentikan. Pikiran itu membuatku enggan menelanjangi diri, jadi dalam pertemuan, aku terus membahas kerusakan yang dibicarakan orang lain dan beberapa pengalaman positif, sambil memendam jauh pikiran-pikiran burukku. Karena hanya berbagi hal-hal positif, dalam satu pertemuan, Saudari Yang memujiku karena menerapkan kebenaran dan memberi persekutuan hebat. Aku lalu mendengar beberapa saudari berkata aku benar-benar mengejar kebenaran, aku terbuka ​​tentang kerusakanku, dan aktif terlibat dalam tugas. Aku merasa senang, tetapi rasa maluku lebih besar, karena tahu yang mereka katakan tidak sesuai dengan realitasku. Aku sama sekali tidak jujur​ dan tidak pernah terbuka tentang kerusakanku yang buruk. Aku punya motivasi di balik antusiasme dalam tugasku. Aku merasa itu mengerikan. Semua orang terpesona oleh kedokku—apa yang bisa kulakukan? Aku merasa sangat bersalah dan ingin terbuka kepada mereka, berhenti membodohi mereka, tetapi takut jika melakukannya, semua orang akan tahu tentang pikiranku yang buruk. Jika tahu pertobatanku hanya kemunafikan, kepalsuan, mereka akan melihat sifat asliku, dan berpikir aku orang yang licik dan jahat. Citra baikku akan hancur dan tidak akan ada yang menghormatiku. Lalu, aku kehilangan nyali untuk membuka hati kepada orang lain.

Aku memikirkannya dan terus merenungkan diri, lalu membaca firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Tahukah engkau semua siapa sebenarnya orang Farisi? Adakah orang Farisi di sekitarmu? Mengapa orang-orang ini disebut 'Orang Farisi'? Apa definisi dari sebutan 'orang Farisi'? Mereka adalah orang-orang yang munafik, sama sekali palsu dan berpura-pura dalam segala sesuatu yang mereka lakukan, sambil berpura-pura baik, ramah, dan positif. Seperti inikah diri mereka yang sebenarnya? Mengingat bahwa mereka adalah orang munafik, segala yang terwujud dan tersingkap pada diri mereka adalah palsu; semuanya kepura-puraan—itu bukan wajah asli mereka. Wajah asli mereka tersembunyi di dalam hati mereka; wajah itu tidak terlihat. Jika manusia tidak mengejar kebenaran, dan jika mereka tidak memahami kebenaran, lalu menjadi apa semua teori yang telah mereka peroleh itu? Bukankah semua itu menjadi huruf-huruf yang tertulis dan doktrin yang sering dirujuk orang? Orang-orang menggunakan apa yang disebut doktrin yang benar ini untuk menyamar dan mengemas diri mereka dengan begitu baik. Ke mana pun mereka pergi, hal-hal yang mereka bicarakan, hal-hal yang mereka katakan, dan perilaku lahiriah mereka semuanya tampak benar dan baik bagi orang lain; semuanya sejalan dengan gagasan dan selera manusia. Di mata orang lain, mereka saleh sekaligus rendah hati; mereka mampu menahan diri dan bersikap toleran, serta dapat mengasihi sesama dan mengasihi Tuhan. Padahal sebenarnya, semua itu palsu; semua itu hanyalah kepura-puraan dan merupakan cara yang dengannya mereka mengemas diri mereka sendiri. Secara lahiriah, mereka tampak setia kepada Tuhan, tetapi sebenarnya mereka melakukannya agar dilihat orang lain. Ketika tak seorang pun yang melihat, mereka tidak sedikit pun setia, dan semua yang mereka lakukan asal-asalan. Secara lahiriah, mereka telah meninggalkan keluarga dan karier mereka, tampak bekerja keras dan mengorbankan diri mereka; tetapi kenyataan yang sebenarnya, mereka menjalankan bisnis mereka sendiri, secara diam-diam mendapat keuntungan dari gereja dan mencuri persembahan! Segala sesuatu yang mereka ungkapkan secara lahiriah—semua perilaku mereka—adalah palsu! Inilah yang dimaksud dengan orang Farisi yang munafik" ("Enam Indikator Kemajuan dalam Kehidupan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ini membuatku teringat orang Farisi yang tampak begitu saleh, rendah hati, dan penuh kasih. Mereka selalu berdiri di jalan, berdoa, dan menjelaskan Kitab Suci, tetapi tidak benar-benar mengikuti firman Tuhan. Mereka memasang kedok, membuat diri terlihat bagus untuk membodohi orang, memberi orang kesan yang keliru agar dikagumi. Bukankah tingkahku persis orang Farisi yang munafik itu? Jika dipikirkan, ketika membicarakan hal yang kupetik setelah dipecat, para saudari memandangku kagum saat aku menceritakan perlunya pertobatan sejati. Aku takut jika tidak antusias dalam tugasku, kesan baik mereka tentangku rusak, jadi aku memakai kedok untuk menyembunyikan diri, menyamar. Aku tidak berani istirahat saat lelah atau tidur saat letih di malam hari, aku memaksa diri bangun tanpa tidur cukup. Aku tidak ingin membantu Saudari Yang mengerjakan video itu, tetapi ingin dia menghormatiku, jadi aku berpura-pura senang melakukannya. Aku tahu motivasiku salah dalam tugas, yang tidak Tuhan sukai, aku harus terbuka dengan orang lain. Namun, untuk melindungi citraku, aku menyembunyikan motivasi buruk dan tidak memberi tahu siapa pun tentang itu. Lalu, para saudari mengagumiku dan secara umum lebih memperhatikanku. Aku penuh tipu daya. Kulihat aku sungguh licik dan ada di jalan yang sama dengan orang Farisi yang munafik. Aku selalu memasang kedok. Itu melelahkan dan membuatku merasa bersalah, ditambah Tuhan tidak setuju. Setelah melihat betapa seriusnya masalah itu, aku mengumpulkan keberanian dalam pertemuan untuk terbuka kepada para saudari tentang motivasi dan kemunafikanku. Aku merasa lega setelah itu. Namun, aku juga merasa akan kesulitan memperbaiki motivasiku, jadi aku berdoa di hadapan Tuhan, meminta-Nya membimbingku melakukan tugasku dengan hati yang murni dan jujur.

Lalu, aku menonton video tentang pengalaman seseorang yang menyebutkan firman Tuhan ini. Tuhan berfirman: "Tuhan tidak menyempurnakan orang yang curang. Jika hatimu tidak jujur—jika engkau bukan orang yang jujur—engkau tidak akan didapatkan oleh Tuhan. Demikian pula, engkau tidak akan mendapatkan kebenaran dan juga tak akan mampu mendapatkan Tuhan" ("Enam Indikator Kemajuan dalam Kehidupan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ini sangat menusuk dan sulit bagiku. Aku orang licik dengan hati yang gelap dan jahat, dipenuhi tipu daya. Aku tidak memikirkan kebenaran atau tugasku, hanya peduli dikagumi, bagaimana membuat kesan yang baik pada orang lain. Bahkan saat harus tidur, aku khawatir, dan memperhitungkan itu. Tuhan menyukai orang yang jujur dan terus terang, hanya orang jujur yang bisa mendapat perkenanan dan penyelamatan-Nya. Namun, motivasi dan titik awalku selalu licik dan jahat. Sebaik apa pun aku berpenampilan dan mendapatkan pujian semua orang, aku tidak akan pernah mendapatkan perkenanan Tuhan, jadi akhirnya aku akan dibenci dan dikutuk Tuhan seperti orang Farisi yang munafik itu. Aku sangat kecewa kepada diriku. Selama bertahun-tahun beriman, aku belum masuk ke realitas kebenaran mendasar seperti kejujuran dan masih licik. Aku sangat jauh dari tuntutan Tuhan dan gagal total sebagai pribadi.

Aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan setelahnya. Tuhan berfirman: "Dalam segala hal, engkau harus terbuka kepada Tuhan dan engkau harus bersikap jujur—inilah satu-satunya kondisi dan keadaan yang harus dipertahankan di hadapan Tuhan. Bahkan saat engkau tidak terbuka, engkau terbuka di hadapan Tuhan. Tuhan mengetahui apakah engkau terbuka atau tidak. Bukankah engkau bodoh jika engkau tidak dapat menyadari hal itu? Jadi bagaimana engkau dapat bersikap bijak? Engkau tahu bahwa Tuhan memeriksa dan mengetahui segalanya, jadi jangan berpikir Dia mungkin tidak tahu; karena Tuhan sudah pasti secara diam-diam melihat pikiran orang, orang lebih baik bersikap bijak dengan menjadi sedikit lebih jujur, sedikit lebih murni, dan bersikap tulus—itulah hal yang cerdas untuk dilakukan" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Aku merasa sangat bodoh saat membaca ini. Tuhan melihat ke dalam hati dan pikiran kita, jadi Dia tahu motivasiku dan orang macam apa aku lebih baik daripada siapa pun. Bagaimanapun aku menyembunyikan kerusakanku dari para saudari itu, Tuhan akan tahu. Sebagai orang percaya, siapa yang tidak mau menerima pengawasan Tuhan, bukankah itu artinya aku orang tidak percaya? Aku merasa menyedihkan. Upayaku berpura-pura menjadi orang yang mengejar kebenaran dan bertobat untuk mendapatkan kekaguman sebenarnya mencekikku. Kita perlu istirahat saat lelah atau mengantuk. Itu sangat wajar bagi manusia. Lagi pula, istirahat itu memulihkan, dan aku bisa menjalankan tugas lebih baik, tidak seorang pun akan menyebut itu malas atau memanjakan diri. Namun, aku mencoba menyangkal kebutuhan manusia paling dasar, hanya memikirkan cara membuat orang menghormatiku. Itu melelahkan. Tuhan berfirman orang bijak harus belajar terus terang dan tulus, menerima pengawasan Tuhan dan jujur. Hanya itulah cara hidup yang bebas. Saat itu, aku tidak ingin berpura-pura lagi. Aku akan istirahat saat lelah dan tidur di malam hari saat mengantuk. Aku membuka keadaanku yang sebenarnya dalam pertemuan, dan aktif menggenapi tanggung jawab dalam tugasku. Saat keadaannya berat, aku memberi tahu diriku itu tugasku, bukan untuk diketahui orang lain. Setiap kali merasa ingin pura-pura, aku akan mengingat firman Tuhan ini: "Mereka yang mampu menerapkan kebenaran dapat menerima pemeriksaan Tuhan ketika melakukan segala sesuatu. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu menjadi lurus" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Itu akan membantuku lebih terbuka dan siap menerima pengawasan Tuhan.

Setelah beberapa saat, kulihat Saudari Chen sedikit kesal dan tidak sabar dengan Saudari Yang saat mengajarinya sesuatu. Saudari Yang melawan dan tidak mau mempelajarinya, lalu berprasangka terhadap Saudari Chen. Kupikir aku bisa membantu dengan pelatihannya agar mereka melihat, aku penyayang dan sabar, lalu lebih menyukaiku. Aku akhirnya melakukan itu. Awalnya aku sangat sabar dan bicara lemah lembut, tetapi saat melihat dia lambat dan membuat banyak kesalahan, aku mulai kesal. Aku merasa dia tidak terlalu tajam dan mulai memandangnya rendah, tetapi aku menahan emosi dan melanjutkan. Aku tahu emosiku membara, tetapi tidak terbuka tentang perasaanku sebenarnya dalam pertemuan karena khawatir jika mengatakan sesuatu, para saudari akan berpikir aku tidak adil seperti Saudari Chen, tak punya kasih dan kesabaran, lalu citraku akan rusak. Ditambah, dalam interaksi biasa, saat melihat orang lain menunjukkan kerusakan atau bersikap negatif, aku merasa jijik kepada mereka meski berpura-pura peduli dan pengertian. Aku tidak pernah berencana menceritakan semua itu karena takut mereka berpikir aku tidak welas asih dan sulit didekati.

Suatu hari di bulan November, aku mendapat surat pemimpin yang memberitahuku harus menjalankan tugas di tempat lain esok harinya. Para saudari berkata mereka sedih melihatku pergi. Saudari Li berkata persekutuanku membangun dan membantu dia, aku sangat adil dengan orang lain dan tidak pernah menolak apa pun, juga orang yang memahami dan mengejar kebenaran diterima di mana saja. Mendengar pujian setinggi itu darinya membuatku tidak nyaman. Aku beri tahu dia jangan terlalu memuji atau meninggikan orang, itu buruk untuk mereka. Setelahnya, aku bicara dengan Saudari Yang. Dia tak secara langsung memujiku, tetapi aku tahu dari suaranya, pandangannya terhadapku sama seperti Saudari Li. Aku merasakan beban di hatiku, khawatir akan menyesatkan mereka, dan aku punya masalah. Namun, melihatnya dari sisi lain, kupikir aku punya watak rusak, tetapi aku coba merenungkan diri, mungkin aku lebih baik dalam hal itu daripada mereka, jadi mereka menghormatiku. Dengan pemikiran itu, aku menghapus kekhawatiran itu dan tidak memikirkannya lagi.

Aku menonton video testimoni, Pertobatan Seorang Munafik, di sana seorang saudari bicara tentang hanya menceritakan hal positif dalam persekutuannya, dan semua orang menghormatinya. Dia diberhentikan, tetapi saudara-saudari tetap memberinya suara bulat untuk mengemban tugas itu lagi, merasa tidak bisa melakukannya tanpa dia. Beberapa orang sangat mengaguminya hingga hampir memperlakukannya seperti Tuhan. Ini benar-benar menyadarkanku: Itu masalah serius. Aku teringat bagaimana orang lain begitu mengagumi dan memujiku akhir-akhir ini dan berpikir aku mungkin seperti saudari itu, hanya membicarakan hal positif, dan aku mungkin perlu merenung. Lalu, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Di depan orang lain, para antikristus berpura-pura mampu menunjukkan toleransi, kesabaran, kerendahhatian, dan kebaikan yang besar. Bagi semua orang, mereka tampak dermawan dan murah hati. Beri kepada mereka masalah dan sedikit otoritas, dan mereka pun tampak dalam segala hal menanganinya dengan bertoleransi, tidak berdebat, menunjukkan betapa luhurnya diri mereka. Apakah para antikristus ini benar-benar memiliki esensi seperti itu? Apa tujuan di balik kebaikan, toleransi, dan perhatian mereka terhadap orang lain? Akankah mereka melakukan hal-hal semacam itu jika bukan untuk mengambil hati orang lain, untuk memenangkan hati mereka? Inikah diri mereka yang sebenarnya? Apakah esensi, watak, dan kemanusiaan mereka benar-benar rendah hati, sabar, toleran, dan mampu menolong dengan kasih sejati seperti yang terlihat? Sama sekali tidak. Untuk menarik lebih banyak perhatian orang, memenangkan lebih banyak orang, membuat mereka disukai banyak orang, menjadikan diri mereka orang yang pertama kali terpikirkan ketika orang-orang memiliki masalah, dan orang yang mereka cari ketika membutuhkan bantuan—untuk mencapai tujuan-tujuan inilah, para antikristus dengan sengaja berperilaku baik, mengucapkan semua perkataan yang tepat dan melakukan semua hal yang benar. Sebelum perkataan keluar dari mulut mereka, siapa yang tahu berapa kali mereka telah menyaring dan mengolahnya kembali di dalam hati mereka, di benak mereka. Mereka merenungkan, dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang, pilihan kata, penyusunan kata, dan intonasi, bahkan ekspresi di wajah dan nada bicara mereka saat mengucapkannya, serta mempertimbangkan kepada siapa mereka mengucapkan perkataan ini, berapa usia mereka, apakah mereka lebih junior atau lebih senior bagi mereka, apa yang orang-orang itu pikirkan tentang mereka, apakah orang-orang itu menyimpan kebencian pribadi terhadap mereka, apakah kepribadian orang-orang itu cocok dengan mereka, posisi seperti apa yang orang-orang itu miliki di gereja dan di antara saudara-saudari, tugas apa yang orang-orang itu laksanakan—semua ini mereka amati dan pertimbangkan dengan cermat sebelum menghasilkan taktik tentang bagaimana berperilaku terhadap berbagai orang. Dan apa pun taktik-taktik tersebut, para antikristus umumnya memiliki tujuan yang sama, siapa pun atau orang macam apa pun yang dituju: untuk membuat orang mengagumi mereka, membuat orang tidak memandang rendah mereka, memandang mereka sebagai orang yang setara, membuat orang menghormati mereka, membuat orang mendengarkan mereka dengan saksama saat mereka berbicara, dan memberi mereka waktu dan kesempatan untuk berbicara, untuk mendapatkan lebih banyak persetujuan orang ketika mereka melakukan segala sesuatu, membuat lebih banyak orang menoleransi mereka ketika membuat kesalahan, dan membuat lebih banyak orang mendukung mereka, angkat bicara untuk mereka, dan berusaha menentang dan bernalar dengan Tuhan ketika diri mereka yang sebenarnya disingkapkan, ditinggalkan oleh rumah Tuhan, dan dikeluarkan dari gereja. Ini menunjukkan bahwa kedudukan dan pengaruh yang mereka rekayasa dengan sengaja telah tertanam kuat di dalam gereja; jelas, karena ada begitu banyak orang yang menawarkan bantuan, solidaritas, dan pembelaan mereka ketika mereka dijatuhkan, itu berarti upaya mereka tersebut tidak sia-sia" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Sepuluh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan tentang antikristus menunjukkan mereka bertingkah seperti orang hebat untuk mendapatkan kekaguman orang lain, dan inilah cara mereka menyesatkan orang. Aku bertingkah seperti antikristus. Aku ingin kekaguman, jadi saat melatih Saudari Yang, meskipun merasa muak, aku masih memasang wajah sabar. Lalu, saat melihat kerusakan pada para saudari, aku memandang rendah mereka, tetapi tetap berpura-pura, tidak pernah membuka diri terhadap salah satu dari mereka. Aku takut citraku di mata mereka akan rusak. Itu membuat mereka buta sehingga terus memujiku. Kulihat aku benar-benar licik.

Aku mulai berpikir mengapa tidak bisa berhenti berpura-pura. Watak apa itu? Aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Kecurangan sering kali jelas terlihat dari luar. Ketika seseorang dikatakan sangat licik dan lihai dengan kata-kata, itu adalah kecurangan. Dan apakah ciri utama dari kejahatan? Kejahatan adalah ketika apa yang orang katakan sangat menyenangkan di telinga, ketika semuanya tampak benar, dan tak bercacat, serta baik dari mana pun engkau memandangnya, tetapi tindakan mereka sangat jahat, dan sangat rahasia, serta tidak mudah dikenali. Mereka sering kali menggunakan beberapa perkataan yang baik dan ungkapan-ungkapan yang terdengar bagus, dan menggunakan doktrin, argumen, dan teknik tertentu yang sejalan dengan perasaan orang untuk menipu mereka; mereka berpura-pura berbicara satu hal tetapi sebenarnya memiliki maksud yang berbeda untuk mencapai tujuan rahasia mereka. Inilah kejahatan. Orang biasanya menganggapnya sebagai kecurangan. Mereka memiliki lebih sedikit pengetahuan akan kejahatan, dan juga kurang menganalisisnya; kejahatan sebenarnya lebih sulit untuk dikenali daripada kecurangan, karena itu lebih tersembunyi, dan metode serta teknik yang digunakan lebih rumit. Ketika orang memiliki watak yang curang dalam diri mereka, biasanya hanya dibutuhkan dua atau tiga hari sebelum orang lain bisa menyadari bahwa mereka curang, atau bahwa tindakan mereka dan berbagai hal yang mereka katakan menyingkapkan watak mereka yang curang. Namun, ketika seseorang dikatakan jahat, ini bukanlah sesuatu yang dapat diketahui dalam satu atau dua hari. Karena jika tidak ada sesuatu yang signifikan atau spesifik yang terjadi dalam jangka pendek, dan jika engkau hanya mendengarkan perkataan mereka, engkau akan mengalami kesulitan mengenali diri mereka yang sebenarnya. Mereka mengucapkan perkataan yang benar dan melakukan hal-hal yang benar, dan dapat mengucapkan doktrin demi doktrin dengan panjang lebar. Setelah dua atau tiga hari bersama orang semacam itu, engkau menganggap mereka orang baik, orang yang mampu menyerahkan segalanya dan mengorbankan diri mereka, yang memahami hal-hal rohani, yang memiliki hati yang mengasihi Tuhan, yang bertindak dengan hati nurani dan akal. Namun kemudian, engkau mulai memercayakan mereka dengan tugas, dan engkau segera menyadari bahwa mereka tidak jujur, bahwa mereka bahkan lebih berbahaya daripada orang yang curang—bahwa mereka adalah orang yang jahat. Mereka sering kali memilih perkataan yang baik, perkataan yang sesuai dengan kebenaran, yang sejalan dengan perasaan orang dan dengan kemanusiaan, perkataan yang terdengar bagus, dan perkataan yang memperdaya untuk bercakap-cakap dengan orang, di satu sisi, untuk membuktikan diri mereka sendiri, dan di sisi lain, untuk menipu orang lain, sehingga mereka dapat memiliki status dan martabat di antara orang-orang, yang semuanya dengan mudah memesona orang-orang yang bodoh, yang memiliki pemahaman yang dangkal akan kebenaran, yang tidak memahami hal-hal rohani, dan yang tidak memiliki dasar dalam iman mereka kepada Tuhan. Inilah yang dilakukan orang yang memiliki watak yang jahat" ("Mereka Menipu, Membujuk, Mengancam, dan Mengendalikan orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Ini menunjukkan kepadaku, di balik semua itu, watak jahat mengendalikanku, itu lebih sulit dilihat daripada watak licik. Aku coba menyesatkan dan memenangkan hati orang demi motivasi tersembunyi, aku melakukan hal-hal yang terlihat baik dan tampak sesuai dengan kebenaran, lalu orang lain teperdaya. Seperti itulah aku. Aku tahu semua orang menyukai orang yang mengejar kebenaran dan penyayang, mereka dihormati di rumah Tuhan, jadi aku berpura-pura menjadi orang seperti itu. Aku tampak siap untuk menderita, membayar harga, melakukan tugas, dan mengasihi, aku berlaku seolah sejalan dengan kebenaran, tetapi tujuanku bukanlah menerapkan kebenaran. Tujuanku adalah dikagumi. Aku ingin terlihat baik di mata orang, memenangkan hati mereka. Aku sangat jahat dan tercela. Jika bukan karena penghakiman firman Tuhan, aku akan berpikir memakai kedok hanyalah licik, tetapi tidak akan menganggap itu watak jahat. Itu jalan menentang Tuhan. Benar. Aku dirusak begitu dalam oleh Iblis, tetapi selalu ingin dikagumi dan mendapat tempat di hati orang lain. Sungguh tak tahu malu! Tuhan menciptakan kita, jadi kita harus menyembah Dia. Hanya Tuhan yang boleh ada di hati kita. Namun, aku ingin menempati hati orang-orang, ingin merebut tempat Tuhan. Aku bertingkah seperti penghulu malaikat. Watak benar Tuhan tidak bisa disinggung, jadi jika tidak bertobat, aku akan dikutuk oleh Tuhan seperti orang Farisi. Ini membuatku takut. Aku tahu aku dalam bahaya jika terus seperti itu. Aku memutuskan meninggalkan daging, menjadi orang yang sederhana dan jujur.

Setelah itu, aku berusaha meninggalkan diriku, dan mulai membuka diri dalam pertemuan. Suatu kali, aku bekerja sekenanya untuk sebuah video dan ada banyak masalah dengan itu. Mengerjakannya ulang menyebabkan banyak penundaan. Saat seorang saudari berkata aku tidak bertanggung jawab dan tidak bisa diandalkan, aku merasakan pertentangan dan mendebat dia dalam hati. Lalu, seorang pemimpin menanyakan keadaanku, dan kupikir jika aku benar-benar menceritakan semuanya, saudara-saudari akan berpikir aku tidak bisa menerima kebenaran, hanya terus membela diri. Lalu, apa pendapat semua orang tentangku? Saat itu, kulihat dengan jelas aku berpura-pura lagi, jadi aku berdoa, dan sebuah kutipan firman Tuhan muncul di benakku. Tuhan berfirman: "Setiap kali engkau selesai melakukan sesuatu, bagian yang menurutmu telah kaulakukan dengan benar harus ditunjukkan untuk diperiksa—dan, terlebih lagi, bagian yang menurutmu salah juga harus ditunjukkan untuk diperiksa. Ini membutuhkan saudara-saudari untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama-sama untuk bersekutu, mencari, dan membantu satu sama lain. Semakin banyak kita bersekutu, semakin banyak terang memasuki hati kita; Tuhan kemudian akan mencerahkan kita sehubungan dengan semua masalah kita. Jika tak seorang pun dari antara kita yang angkat bicara dan kita semua hanya mengemas diri kita sendiri agar terlihat baik, berharap untuk meninggalkan kesan yang baik di benak orang lain dan ingin mereka mengagumi dan tidak mencemooh kita, kita tidak akan memiliki sarana untuk bertumbuh. Jika engkau selalu mengemas dirimu untuk terlihat baik, engkau tidak akan bertumbuh, dan engkau akan selamanya hidup dalam kegelapan. Engkau juga tidak akan bisa berubah. Jika engkau ingin berubah, engkau harus membayar harga, menyingkapkan dirimu sendiri dan membuka hatimu kepada orang lain, dan dengan melakukan itu, engkau akan menguntungkan dirimu sendiri dan orang lain" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ini memberiku jalan penerapan. Aku harus menerima pengawasan Tuhan, lalu apa pun pendapat orang lain, aku harus membuka diri dan menerapkan kebenaran. Pada saat itu, aku mengumpulkan keberanian untuk membuka keadaanku dan mengungkapkan kerusakanku. Aku merasa jauh lebih bebas setelah melakukan itu, dan bersekutu dengan orang lain membantuku memahami masalahku.

Yang terungkap selama masa itu menunjukkan aku punya watak yang licik dan jahat. Aku selalu berpura-pura agar dipuja orang lain. Jika Tuhan tidak mengatur keadaan seperti itu, aku tidak akan pernah sadar berada di jalan melawan Tuhan, bahwa aku menentang Tuhan, dan pada akhirnya akan hancur. Aku juga melihat betapa pentingnya motivasi kita, belajar menerima pengawasan Tuhan dan memperbaiki motivasiku, sepenuhnya terbuka dan jujur. Hanya itu cara mendapatkan perkenanan Tuhan dan membawa sukacita bagi-Nya.

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait