Persekutuan Membutuhkan Hati yang Terbuka

12 Mei 2022

Oleh Saudari Julia, Polandia

Awal tahun 2021, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku aktif menghadiri pertemuan dan membaca firman Tuhan, lalu setelah dua bulan, aku terpilih sebagai diaken penyiraman. Kami mengadakan pertemuan diaken setiap akhir pekan untuk membahas masalah dan kesulitan yang ditemui dalam tugas, bersekutu tentang yang kami dapatkan, kerusakan yang kami ungkap, bagaimana kami merenung dan memahaminya melalui firman Tuhan. Sebelum setiap pertemuan, aku sangat gugup dan berpikir lama, karena tidak tahu harus berkata apa kepada para pemimpin gereja dan diaken lainnya. Aku khawatir membicarakan kerusakan dan kekuranganku, karena takut pendapat mereka buruk tentangku. Misalnya: aku baru mulai menyirami orang percaya baru. Banyak yang tak kuketahui dan aku tak punya pengalaman. Aku khawatir orang percaya baru tidak akan menyukaiku dan berpikir aku tidak bisa menyirami mereka dengan baik, jadi aku tidak ingin tugas ini lagi. Namun, aku tidak ingin membuka keadaanku di pertemuan diaken, karena khawatir saudara-saudariku akan berpikir aku tidak punya keterampilan bersekutu dengan orang percaya baru. Aku juga tidak sabar dengan beberapa orang percaya baru, dan tidak ingin mengatakan tentang hal ini, karena khawatir jika kusebutkan hal ini di pertemuan, mereka akan menganggap kemanusiaanku buruk. Namun, jika aku tidak mengatakan apa pun, mereka mungkin menganggap kemampuanku kurang daripada yang lain. Aku tidak ingin mempermalukan diri atau membuat mereka memandangku rendah. Setelah memikirkannya, akhirnya kuputuskan untuk mengatakan kepada mereka sesuatu yang tidak penting dan tidak terlalu memalukan, seperti aku malas, masalah yang dimiliki kebanyakan orang. Dengan begitu, aku tidak akan terlihat lebih rendah dari orang lain.

Jadi, pada pertemuan itu, seorang pemimpin gereja menanyakan pengalamanku di masa itu, dan pengetahuan yang kudapat tentang watak rusakku, lalu aku bersekutu seperti yang kurencanakan. Saat selesai, aku menghela napas lega, tapi aku merasa gelisah, sadar aku tidak berkata jujur, dan yang kulakukan melawan maksud Tuhan. Aku teringat firman Tuhan Yesus: "Hendaknya perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak: Karena semua yang di luar itu datangnya dari si jahat" (Matius 5:37). "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama seperti anak kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Matius 18:3). Memikirkan firman Tuhan, aku merasa sangat bersalah. Kebohongan datang dari Iblis, dan jahat. Tuhan mengasihi orang jujur, dan hanya orang jujur yang bisa masuk kerajaan surga. Pembohong dan orang munafik tidak bisa masuk kerajaan Tuhan. Orang-orang seperti itu dibenci Tuhan, dan mereka pada akhirnya pasti akan disingkirkan Tuhan. Aku sangat sedih dan takut dibenci serta ditolak oleh Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan dan meminta-Nya membimbingku menjadi orang jujur. Aku putuskan untuk jujur pada pertemuan berikutnya dan membuka diri tentang kerusakanku. Namun, saat waktunya tiba, aku masih tidak punya keberanian mengatakannya. Aku khawatir jika membicarakan kerusakan dan kekuranganku, saudara-saudariku akan berpikir aku lebih rusak daripada mereka. Rasanya terlalu sulit untuk berkata jujur, bahkan ingin berhenti menghadiri pertemuan diaken karena alasan itu. Namun, aku khawatir saudara-saudariku akan bertanya kenapa aku tidak datang, lalu aku tidak tahu harus berkata apa. Makin aku berpikir, rasanya makin bimbang dan sengsara. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Pada satu pertemuan, saudara-saudari bersekutu tentang pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka seperti biasa, dan aku tidak tahu harus berkata apa, jadi hanya mendengarkan dalam diam. Aku kecewa kepada diriku sendiri, aku selalu memakai kedok dan gagal menerapkan kebenaran berulang kali. Bahkan tidak bisa mengucapkan satu pun kata jujur. Aku merasa sengsara, jadi aku berdoa kepada Tuhan, meminta Dia mengeluarkanku dari keadaan ini.

Kemudian, aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk membuka dirimu sendiri adalah langkah awal menuju jalan masuk kehidupan, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Apa yang ditunjukkan dari mengambil langkah ini? Ini menunjukkan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kelicikan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinsip dan dengan suatu tingkat keterbukaan. Engkau tak perlu menggunakan cara apa pun untuk melindungi reputasi, citra, dan statusmu, engkau juga tak perlu menutupi atau menyamarkan kesalahanmu. Engkau tak perlu terlibat dalam upaya yang sia-sia ini. Jika engkau dapat melepaskan hal-hal ini, engkau akan sangat tenang, engkau akan hidup tanpa kekangan atau rasa sakit, dan akan sepenuhnya hidup dalam terang" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Aku mengerti dari firman Tuhan bahwa kita tidak boleh menutupi keadaan kita yang rusak. Kita harus membawanya ke hadapan Tuhan dan berdoa, merenung, mencoba memahami diri sendiri, serta membuka hati untuk menyingkap kerusakan kita kepada saudara-saudari demi mencari kebenaran. Ini akan membantu kita lebih memahami diri dan memperbaiki watak rusak kita. Namun, untuk mempertahankan reputasiku, aku tidak mau terbuka tentang kerusakan dan kesulitanku, juga tidak ingin mencari kebenaran dengan saudara-saudariku. Aku selalu menutup hatiku sehingga tidak ada yang bisa melihat jati diriku, tapi aku tidak menemukan rasa lega hidup dalam kegelapan. Aku sadar tak bisa terus seperti ini lagi dan harus menerapkan firman Tuhan, terbuka tentang keadaanku kepada saudara-saudariku, dan mencari bantuan mereka. Tepat setelah pertemuan berakhir, seorang saudari mendekatiku untuk menceritakan pengalamannya baru-baru ini. Kupikir ini kesempatan bagus untuk membuka diri dan mencari kebenaran, tapi aku masih sedikit malu, karena tidak tahu apa yang akan dia pikirkan tentangku. Aku khawatir dia akan bilang aku orang yang sangat tidak jujur. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku tidak ingin menyembunyikan diriku lagi. Aku tidak ingin menyembunyikan pikiranku yang sebenarnya lagi. Aku sangat lelah. Tuhan, aku ingin menjadi orang jujur, jadi bimbinglah aku." Setelah berdoa, aku memberi tahu saudariku semua hal yang tidak berani kuungkapkan dalam pertemuan itu. Selesai bicara, aku merasa sangat lega. Saudari itu membagikan pemahamannya kepadaku dan mengirimiku kutipan firman Tuhan: "Ciri utama orang yang curang adalah mereka tidak pernah membuka hati mereka untuk dipersekutukan dengan siapa pun, dan mereka tidak mengatakan isi hati mereka bahkan kepada sahabat mereka. Mereka sangat tak dapat dipahami. Sebenarnya, orang semacam itu belum tentu sudah berusia lanjut, atau tahu banyak tentang urusan duniawi, dan bahkan orang yang mungkin memiliki sedikit pengalaman, tetapi mereka sangat tidak dapat dipahami. Mereka sangat licik untuk usia mereka. Bukankah ini adalah orang yang pada dasarnya curang? Mereka menyembunyikan diri sedemikian dalamnya sehingga tak seorang pun mengetahui diri mereka yang sebenarnya. Sebanyak apa pun perkataan yang mereka ucapkan, sulit untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dan tak seorang pun tahu kapan mereka sedang mengatakan yang sebenarnya atau kapan mereka sedang berbohong. Selain itu, mereka sangat ahli dalam penyamaran dan tipu muslihat. Mereka sering menyembunyikan yang sebenarnya dengan membuat orang memiliki kesan keliru tentang diri mereka sehingga yang orang lihat hanyalah penampilan palsu mereka. Mereka menyamarkan diri sebagai orang yang luhur, baik, saleh, dan jujur, sebagai orang yang disukai dan diakui, dan pada akhirnya, semua orang sangat mengagumi dan menghormati mereka. Berapa lama pun engkau menghabiskan waktu dengan orang semacam itu, engkau tidak pernah tahu apa yang sedang mereka pikirkan. Pandangan dan sikap mereka terhadap berbagai jenis orang, peristiwa, dan berbagai hal, semua itu tersembunyi dalam hati mereka. Mereka tidak pernah menceritakan hal-hal ini kepada siapa pun. Mereka tidak pernah mempersekutukan hal-hal ini bahkan dengan orang kepercayaan terdekat mereka. Bahkan ketika mereka berdoa kepada Tuhan, mereka mungkin tidak mengungkapkan apa yang ada dalam hati mereka atau kebenaran tentang mereka. Tak hanya itu, mereka berusaha menyamarkan diri mereka sebagai orang yang memiliki kemanusiaan baik, yang sangat rohani dan berdedikasi untuk mengejar kebenaran. Tak seorang pun bisa melihat watak seperti apa yang mereka miliki dan orang seperti apa mereka" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Lima Belas (Bagian Satu)). Dari firman Tuhan, aku sadar penipu tidak bicara dari hati kepada orang lain, juga tidak terbuka tentang keadaan mereka sebenarnya dengan orang lain. Sebaliknya, mereka sering menyembunyikan dan menyamarkan diri. Kulihat aku persis seperti yang Tuhan ungkap. Sejak menjadi diaken penyiraman, kulihat aku punya banyak kekurangan, mengungkapkan banyak watak rusak, juga tidak punya kasih dan kesabaran untuk orang percaya baru. Aku perlu membuka hati dan mencari solusi semua masalah ini dengan saudara-saudariku. Namun, aku khawatir jika jujur, mereka akan meremehkanku dan menganggapku lebih rendah, jadi aku tidak ingin memberi tahu keadaanku sesungguhnya. Aku menghindari hal-hal penting dan memberi tahu mereka yang tidak penting, atau masalah yang kurasa dialami banyak orang. Aku melakukan ini untuk sembunyikan sisi gelap dan pikiran terdalamku. Agar orang lain punya pendapat yang baik tentangku, aku memakai kedok dan memberikan kesan keliru. Aku menipu saudara-saudariku. Aku sangat licik dan munafik!

Lalu, saudariku mengirimiku kutipan lain dari firman Tuhan: "Sebenarnya, semua orang tahu mengapa mereka berbohong. Demi keuntungan pribadi dan harga diri, atau demi kesombongan dan status, mereka berusaha bersaing dengan orang lain dan berpura-pura menjadi orang yang bukan diri mereka. Namun, kebohongan mereka akhirnya terungkap dan disingkapkan oleh orang lain, dan mereka akhirnya kehilangan muka, serta kehilangan martabat dan karakter mereka. Semua ini disebabkan karena kebohongan yang berlebihan. Kebohonganmu sudah terlalu banyak. Setiap perkataan yang kauucapkan ditambah dan dikurangi serta tidak tulus, dan tak sepatah kata pun dapat dianggap benar atau jujur. Meskipun saat berbohong engkau tidak merasa telah kehilangan muka, jauh di lubuk hatimu, engkau merasa malu. Hati nuranimu menegurmu, dan engkau merasa betapa hinanya dirimu, berpikir, 'Mengapa aku menjalani kehidupan yang begitu menyedihkan? Apakah begitu sulit untuk mengatakan yang sebenarnya? Haruskah aku berbohong demi harga diriku? Mengapa hidupku begitu melelahkan?' Engkau tidak perlu menjalani kehidupan yang melelahkan. Jika engkau mampu melakukan penerapan menjadi orang yang jujur, engkau akan dapat menjalani kehidupan yang santai, bebas, dan merdeka. Namun, engkau memilih untuk melindungi harga diri dan kesombonganmu dengan berbohong. Akibatnya, engkau menjalani kehidupan yang melelahkan dan menyedihkan, yang disebabkan oleh perbuatanmu sendiri. Orang mungkin merasa bangga dengan berbohong, tetapi untuk apa perasaan bangga tersebut? Itu hanyalah sesuatu yang kosong, sesuatu yang sama sekali tidak berharga. Ketika orang berbohong, orang itu sedang merusak karakter dan martabatnya sendiri. Berbohong membuat orang kehilangan martabat dan karakternya; berbohong membuat Tuhan tidak senang, dan Dia membenci itu. Apakah ini bermanfaat? Tidak. ... Jika engkau adalah orang yang mencintai kebenaran, engkau akan menanggung berbagai kesukaran agar dapat menerapkan kebenaran. Sekalipun itu berarti mengorbankan reputasi, status, dan menanggung cemoohan serta penghinaan dari orang lain, engkau tidak akan keberatan—asalkan engkau mampu menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan, itu sudah cukup. Mereka yang mencintai kebenaran memilih untuk menerapkan kebenaran dan bersikap jujur. Inilah jalan yang benar dan diberkati oleh Tuhan. Jika orang tidak mencintai kebenaran, apa yang mereka pilih? Mereka memilih menggunakan kebohongan untuk melindungi reputasi, status, martabat, dan karakter mereka. Mereka lebih suka menjadi penipu, dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Orang-orang semacam itu menolak kebenaran dan menolak Tuhan. Mereka memilih reputasi dan status mereka sendiri; mereka ingin menjadi penipu. Mereka tidak peduli apakah Tuhan berkenan atau apakah Dia akan menyelamatkan mereka atau tidak. Apakah orang semacam itu masih dapat diselamatkan oleh Tuhan? Tentu saja tidak, karena mereka telah memilih jalan yang salah. Mereka hanya bisa hidup dengan berbohong dan menipu; mereka hanya bisa menjalani kehidupan yang menyakitkan dengan berbohong dan menutupinya serta memeras otak untuk membela diri mereka sendiri setiap hari. Jika engkau mengira bahwa kebohongan dapat melindungi reputasi, status, kesombongan, dan harga diri yang kaudambakan, engkau salah besar. Sebenarnya, dengan berbohong, engkau bukan saja tidak melindungi kesombongan dan harga diri, serta martabat dan karaktermu, yang lebih parah lagi, engkau kehilangan kesempatan untuk menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Sekalipun engkau berhasil melindungi reputasi, status, kesombongan, dan harga dirimu pada saat itu, engkau telah mengorbankan kebenaran dan mengkhianati Tuhan. Ini berarti engkau telah benar-benar kehilangan kesempatanmu untuk diselamatkan dan disempurnakan oleh-Nya, yang merupakan kerugian terbesar dan penyesalan seumur hidup. Mereka yang suka menipu tidak akan pernah memahami hal ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Orang Jujur yang Mampu Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merenungkan diri. Untuk menyelamatkan muka dan status, serta tak dipandang rendah oleh orang lain, sebelum setiap pertemuan, aku memutar otak untuk mencari cara bersekutu selama pertemuan. Jika terbuka tentang keadaanku sesungguhnya, aku takut kesanku buruk di mata saudara-saudariku. Namun, jika tidak mengatakan apa-apa, aku juga khawatir saudara-saudariku akan berpikir aku tak cakap dan meremehkanku. Karena putus asa, aku ingin melarikan diri dari situasi ini. Aku sadar demi mempertahankan reputasi dan statusku, aku memeras otak dan lebih suka membuat diriku sengsara daripada membuka diri, menjadi orang jujur, dan memberi tahu saudara-saudariku tentang keadaan dan kesulitanku yang sebenarnya. Aku sangat licik! Meskipun aku dapat mempertahankan citraku di benak orang untuk sementara waktu, aku kehilangan martabat, kesempatan menjadi orang jujur, dan kesempatan mencari kebenaran. Aku merasa sangat lelah di tiap pertemuan, dan tidak ada rasa lega sama sekali. Aku sangat terikat pada watak rusakku. Saudara-saudari seharusnya makan dan minum firman Tuhan di pertemuan, serta bersekutu tentang pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka tentang firman Tuhan. Jika punya masalah atau kesulitan, kita bisa mendiskusikannya dan menyelesaikannya bersama, belajar dari kelebihan masing-masing. Dengan begini, mudah untuk mendapatkan pekerjaan Roh Kudus dan memahami kebenaran. Namun, di pertemuan, aku selalu memikirkan apa yang harus kukatakan agar tidak dipandang rendah, agar pendapat orang baik tentangku. Semua pikiranku difokuskan untuk ini. Terlalu sulit dan melelahkan untuk hidup seperti ini.

Kemudian, aku baca ini dalam firman Tuhan: "Apakah engkau semua mampu membuka diri dan mengatakan apa yang sebenarnya ada di hatimu ketika bersekutu dengan orang lain? Jika seseorang selalu mengatakan apa yang benar-benar ada di dalam hatinya, jika dia berbicara dengan jujur, jika dia berterus terang, jika dia tulus, dan sama sekali tidak asal-asalan ketika melaksanakan tugasnya, dan jika dia mampu menerapkan kebenaran yang dia pahami, maka orang ini memiliki harapan untuk memperoleh kebenaran. Jika orang selalu menutupi diri dan menyembunyikan hatinya sehingga tak seorang pun bisa melihatnya dengan jelas, jika mereka memberikan kesan palsu untuk menipu orang lain, maka mereka berada dalam bahaya besar, mereka berada dalam kesulitan besar, akan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan kebenaran. Engkau dapat melihat prospek seseorang dari kehidupannya sehari-hari dan dari perkataan serta tindakannya. Jika seseorang selalu berpura-pura, berperilaku seolah-olah dia lebih baik daripada orang lain, maka orang seperti ini bukanlah orang yang menerima kebenaran, dan cepat atau lambat dia akan tersingkap dan disingkirkan. ... Orang yang tidak pernah mengatakan isi hati mereka, yang selalu berusaha menyembunyikan dan menutupi sesuatu, yang berpura-pura terhormat, yang ingin orang-orang menghormati mereka, yang tidak membiarkan orang lain mengenal mereka sepenuhnya, yang ingin orang-orang mengagumi mereka—bukankah orang-orang ini bodoh? Orang-orang ini adalah yang paling bodoh! Itu karena yang sebenarnya tentang orang-orang akan tersingkap dengan sendirinya, cepat atau lambat. Jalan apa yang mereka tempuh dengan bersikap seperti ini? Ini adalah jalan orang Farisi. Apakah orang munafik berada dalam bahaya atau tidak? Inilah orang-orang yang paling dibenci Tuhan, jadi menurutmu apakah mereka berada dalam bahaya atau tidak? Semua orang Farisi menempuh jalan menuju kehancuran!" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"). Aku mengerti dari firman Tuhan bahwa Tuhan ingin kita menjadi orang jujur, bicara sederhana dan terus terang, tidak berbohong atau menipu, dan saat menunjukkan kerusakan, kita harus bisa terbuka dan membicarakannya, agar orang lain bisa melihat pikiran kita yang sebenarnya. Hidup dengan cara ini tidak melelahkan, lebih mudah untuk masuk ke dalam kebenaran dan berjalan di jalan keselamatan. Namun, mereka yang selalu memakai kedok, bersembunyi, menutupi, dan tidak membiarkan orang lain melihat keadaan mereka, mereka berjalan di jalan yang salah. Mereka hanya menjadi makin munafik, dan karenanya, tidak akan pernah bisa memperbaiki watak rusak mereka. Ini jalan menuju kebinasaan. Aku teringat orang Farisi 2.000 tahun yang lalu. Mereka tampak saleh dan setiap hari menjelaskan kitab suci untuk orang lain di sinagoga. Mereka juga sengaja tak mengambil sikap dan berdoa agar orang-orang berpikir mereka mengasihi Tuhan. Namun, mereka tidak takut akan Tuhan sama sekali, tidak menghormati Tuhan karena kebesaran-Nya, atau tidak mematuhi perintah Tuhan. Saat Tuhan Yesus muncul dan bekerja, mereka jelas-jelas tahu firman-Nya punya otoritas dan kuasa, serta berasal dari Tuhan, tapi untuk menjaga status dan nafkah, mereka dengan panik menentang dan mengutuk Tuhan, lalu akhirnya menyalibkan Tuhan Yesus. Aku mengerti bahwa di luarnya, orang Farisi terlihat saleh, tetapi pada dasarnya mereka jahat dan licik. Mereka terampil menyamar dan menipu. Tujuan mereka hanyalah menyesatkan dan mengendalikan orang, serta merenggut harga diri dan ibadah mereka. Yang mereka lalui adalah jalan menentang Tuhan. Pada akhirnya, mereka dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Aku merenungkan diriku. Agar memiliki citra bagus di benak orang lain, kusembunyikan kerusakanku dan hanya membicarakan kerusakan biasa yang kutunjukkan. Ini bukan hanya melindungi citraku, tapi juga membuat orang lain melihatku sebagai orang yang sederhana dan terbuka. Bukankah aku sama liciknya dengan orang Farisi? Ini membuatku takut. Aku tidak bisa melakukan ini lagi. Aku harus menjadi orang jujur sesuai dengan tuntutan Tuhan.

Setelah itu, saudariku mengirimiku bagian lain firman Tuhan: "Sekarang ini ada banyak orang yang berfokus mengejar kebenaran dan mampu mencari kebenaran saat sesuatu menimpa mereka. Jika engkau ingin membereskan motifmu yang keliru dan keadaan tidak normal dalam dirimu, engkau harus mencari kebenaran untuk dapat melakukannya. Pertama-tama, engkau harus belajar membuka diri dalam persekutuan berdasarkan firman Tuhan. Tentu saja, engkau harus memilih orang yang tepat untuk mendengarkan persekutuanmu yang terbuka tersebut—setidaknya, engkau harus memilih seseorang yang mencintai dan menerima kebenaran, seseorang yang memiliki rasa kemanusiaan yang relatif baik, yang relatif jujur dan tulus. Tentu saja akan lebih baik jika engkau dapat memilih seseorang yang memahami kebenaran, yang persekutuannya dapat membantumu. Menemukan orang semacam ini kepada siapa engkau dapat membuka diri dalam persekutuan dan mengatasi kesulitanmu dapat menjadi hal yang efektif. Jika engkau memilih orang yang salah, seseorang yang tidak mencintai kebenaran, tetapi hanya memiliki karunia atau bakat, dia akan mengejek dan meremehkanmu, dan dia akan merendahkanmu. Ini tidak akan bermanfaat bagimu. Di satu sisi, membuka diri dan menyingkapkan diri adalah tindakan yang harus orang lakukan saat mereka menghampiri hadirat Tuhan dan berdoa kepada-Nya; di sisi lain, dengan cara inilah orang harus mempersekutukan kebenaran kepada orang lain. Jangan memendam segala sesuatu dalam hatimu, dengan berpikir, 'Aku punya motif dan kesulitan. Keadaan batinku tidak baik—aku negatif. Aku tidak akan memberitahukan keadaanku ini kepada siapa pun. Aku akan memendamnya.' Jika engkau selalu memendam segala sesuatu tanpa membereskannya, engkau akan menjadi makin negatif, dan keadaanmu akan menjadi jauh lebih buruk. Engkau tidak akan mau berdoa kepada Tuhan. Ini adalah hal yang sulit untuk dibereskan. Jadi, bagaimanapun keadaanmu, apakah engkau dalam keadaan negatif atau tidak, dalam kesulitan atau tidak, apa pun motivasi atau rencana pribadimu sendiri, apa pun yang telah kauketahui atau sadari setelah memeriksa dirimu, engkau harus belajar untuk membuka diri dan bersekutu, dan ketika engkau bersekutu, Roh Kudus bekerja. Bagaimana cara Roh Kudus bekerja? Dia mencerahkan dan menerangimu serta memungkinkanmu untuk melihat tingkat keparahan masalahnya, Dia membuatmu sadar akan sumber dan esensi masalahnya, kemudian membuatmu memahami kebenaran dan maksud-Nya, sedikit demi sedikit, dan memungkinkanmu melihat jalan penerapan dan memasuki kenyataan kebenaran. Ketika seseorang mampu bersekutu secara terbuka, ini berarti mereka memiliki sikap yang jujur terhadap kebenaran. Apakah seseorang itu jujur atau tidak, itu ditentukan dari sikapnya terhadap kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah membaca firman Tuhan, saudariku bersekutu: "Untuk menjadi orang jujur, pertama-tama kita harus belajar membuka hati dalam mencari dan bersekutu. Jika selalu menyembunyikan dan menutupi keadaan kita yang rusak, tidak mau berdoa atau membuka diri dalam persekutuan dengan orang lain, akan sulit menyelesaikan masalah kita. Misalnya, jika seseorang sakit, mereka akan mencari dokter atau bertanya kepada orang berpengalaman. Dengan begitu, mereka bisa memahami kondisinya, mendapat obat yang tepat, dan mengendalikan penyakit itu tepat waktu. Namun beberapa orang menyembunyikan kondisi mereka, jadi karena tak dirawat tepat waktu, kondisinya memburuk, bahkan mengancam nyawa. Jika ingin memperbaiki keadaan dan kesulitan, kita perlu bersekutu secara terbuka dan menjadi orang jujur. Ini cara penerapan yang benar." Aku bisa lihat, menjadi orang jujur dan terbuka sangatlah penting. Aku belum lama percaya kepada Tuhan dan tidak memahami kebenaran. Meskipun sadar telah menunjukkan watak rusak, aku tidak bisa memperbaikinya. Aku harus berlatih menjadi orang jujur, membuka diri tentang keadaanku dan mencari kebenaran. Hanya dengan ini aku bisa mendapat bimbingan Tuhan, itu juga membantu memperbaiki watak rusakku. Aku baru mulai menyirami orang percaya baru, wajar jika tidak mengerti banyak hal. Saat tidak mengerti, aku harus membuka diri untuk mencari dengan saudara-saudariku. Dengan begitu, aku bisa menguasai prinsip tugasku sedikit demi sedikit dan melakukan tugas dengan baik. Setelah itu, aku memberi tahu saudari lain tentang keadaanku selama masa ini dan kesulitan dalam tugasku. Dia tidak memandangku rendah, dia mengirimiku firman Tuhan dan bersekutu tentang pengalamannya untuk membantuku. Ini memungkinkanku mendapat pengetahuan tentang keadaan dan kerusakan yang kutunjukkan, serta memberiku jalan penerapan. Aku merasakan kebahagiaan dan kelegaan yang luar biasa. Sejak saat itu, aku secara sadar berlatih menjadi orang jujur dan terbuka tentang keadaanku.

Suatu malam, aku mengadakan pertemuan kelompok. Seorang pemimpin gereja mengatur agar seorang pemimpin kelompok menjadi tuan rumah bersamaku. Saudari ini lebih memahami kebenaran daripadaku. Selama pertemuan, dia bersekutu dan menyelesaikan masalah orang lain dengan sangat efektif, aku pun sedikit cemburu. Khawatir orang lain akan berpikir aku lebih rendah darinya. Setelah pertemuan, pemimpin gereja bertanya apakah aku punya pemikiran untuk dibagikan. Aku tahu harus menjadi orang jujur, terbuka tentang kerusakanku, dan mencari solusi. Jadi, aku beri tahu dia yang muncul di dalam hatiku, lalu dia mengirimiku firman Tuhan dan memberitahuku tentang pengalamannya. Aku sadar cemburu kepada saudariku karena aku menghargai status, berwatak congkak, dan ingin dihormati. Aku juga sadar untuk melepaskan kecemburuanku, aku harus lebih banyak berdoa kepada Tuhan, melihat natur dan akibat dari kecemburuan, memikirkan pekerjaan gereja dan tugasku, serta mengutamakan kepentingan gereja. Ini sejalan dengan maksud Tuhan. Selain itu, aku juga perlu menangani kekurangan dan kelemahanku dengan baik serta belajar lebih banyak dari kelebihan orang lain untuk menutupi kekuranganku. Dengan begitu, aku bisa lebih memahami kebenaran. Aku sangat senang menyadari ini. Aku sungguh merasa saat membuka diri kepada saudara-saudariku, bukannya memandang rendah aku, mereka semua banyak membantuku.

Setelah mengalaminya, aku merasakan betapa pentingnya menjadi orang jujur. Hanya dengan menjadi orang yang jujur dan terbuka kita bisa menerima pekerjaan Roh Kudus dan memahami kebenaran. Aku juga mengerti bahwa menjadi orang jujur bisa memberi kita rasa lega dan kebebasan, memungkinkan kita hidup seperti manusia. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Setelah Aku Didiagnosis Kanker

Pada tahun 1997, aku mulai percaya pada Tuhan Yesus karena aku tidak bisa menyembuhkan radang usus yang telah kuderita bertahun-tahun, dan...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh