Kesaksianku Melihat Banyak Orang Disingkapkan dan Disingkirkan

10 Agustus 2024

Oleh Saudari Yi Xin, Tiongkok

Pada bulan Februari 2023, karena pengkhianatan seorang Yudas, polisi datang ke rumahku untuk menginterogasiku tentang imanku kepada Tuhan. Namun, melihatku tidak bisa berjalan karena nekrosis di tulang paha, mereka tidak membawaku pergi. Pada saat itu, aku tidak bisa melaksanakan tugas apa pun, dan karena lingkunganku yang berbahaya, saudara-saudari tidak bisa datang ke rumahku. Awalnya, aku menyadari bahwa lingkungan ini atas izin Tuhan, tetapi saat aku berpikir bahwa aku tidak bisa melaksanakan tugasku, bahkan tidak bisa melakukan pelayanan, aku bertanya-tanya apakah Tuhan sedang menyingkapkan dan menyingkirkanku melalui lingkungan ini. Aku juga berpikir bahwa dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang di gereja yang telah disingkapkan dan disingkirkan satu per satu. Contohnya Wang Tao. Dia melaksanakan tugasnya di bagian tekstual, beriman kepada Tuhan selama bertahun-tahun, meninggalkan masa muda dan pernikahan, serta tidak pernah menikah bahkan di usia empat puluhan atau lima puluhannya, selalu melaksanakan tugasnya jauh dari rumah, tetapi kemudian tersingkap bahwa dia adalah pengikut yang bukan orang percaya, lalu dia disingkirkan. Ada juga Li Li, yang tidak lama setelah beriman kepada Tuhan, meninggalkan bisnis keluarganya untuk berfokus kepada imannya. Tidak peduli bagaimana dunia memfitnah dan mengejeknya, dan bagaimana putranya menentangnya, dia tetap melaksanakan tugasnya, dia juga banyak menderita, membayar harga saat mengabarkan Injil, dan mendapatkan beberapa orang. Pada akhirnya, tersingkaplah bahwa dia orang yang jahat, dan dia disingkirkan. Dan ada cukup banyak orang yang disingkirkan karena menjadi Yudas setelah tertangkap. Melihat semua orang yang kukenal ini disingkapkan dan disingkirkan satu per satu, aku merasa bahwa pekerjaan Tuhan benar-benar telah sampai pada titik di mana semua orang dikelompokkan sesuai jenisnya, dan meski gereja tidak menyingkirkanku, Tuhan menyingkirkanku melalui lingkungan ini, itu artinya Tuhan tidak menginginkanku lagi. Memikirkan ini, aku merasa sangat negatif dan sedih, juga bingung. Bukankah Tuhan memilih orang sebanyak ini untuk menyelamatkan mereka? Mengapa pada akhirnya mereka disingkapkan dan disingkirkan satu per satu? Kalau begini, di akhir pekerjaan Tuhan, tidak akan banyak orang yang tersisa. Apakah ini benar-benar maksud Tuhan? Terutama saat aku membaca firman Tuhan mengenai pelaksanaan tugas, aku berpikir, "Aku bahkan tidak bisa berjalan sekarang, bagaimana bisa aku melaksanakan tugas-tugasku? Tuhan memeriksa lubuk hati manusia; Dia pasti tahu bahwa aku terlalu rusak, jadi Dia menyingkirkanku melalui penyakit. Apa gunanya bagiku mengejar kebenaran dengan tekun? Tidak akan ada keselamatan bagiku di masa depan, serta tidak akan ada kesudahan dan tempat tujuan yang baik." Aku menjadi sangat negatif sampai aku tidak ingin melakukan apa pun. Aku tidak punya keinginan untuk membaca firman Tuhan, dan aku tidak tahu harus berkata apa saat aku berdoa kepada Tuhan. Aku sering menangis karena kenegatifanku. Aku tahu keadaanku salah, dan aku tidak ingin terus bersikap negatif. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, berkata, "Tuhan, keadaanku sangat buruk. Aku merasa Kau tidak menginginkanku dan telah menyingkirkanku. Tuhan, tolong tuntun aku untuk memahami maksud-Mu dan bimbing aku keluar dari keadaan negatif ini." Aku terus berdoa kepada Tuhan berulang kali.

Kemudian, aku menemukan bagian ini dari firman Tuhan: "Pekerjaan gereja sangat sibuk dalam beberapa tahun terakhir ini, sehingga pemindahan dan penugasan ulang, serta penyingkapan, penyingkiran, dan pembersihan anggota di setiap kelompok relatif sering dilakukan. Selama proses dilaksanakannya pekerjaan ini, pemindahan anggota tim sudah sangat sering dilakukan dan cakupannya luas. Namun, sebanyak apa pun pemindahan dilakukan atau sebanyak apa pun perubahan yang terjadi, tekad untuk mengejar kebenaran dalam diri mereka yang sungguh-sungguh percaya dan mendambakan Tuhan tidak berubah, harapan mereka untuk memperoleh keselamatan tidak berubah, kepercayaan mereka kepada Tuhan tidak berkurang, dan mereka selalu berkembang ke arah yang baik dan terus bertekun dalam melaksanakan tugas mereka sampai hari ini. Ada orang-orang yang bahkan jauh lebih baik daripada ini, yang, setelah mengalami penugasan ulang yang terus-menerus, menemukan tempat mereka yang tepat, belajar bagaimana mencari prinsip dan melaksanakan tugas mereka. Sedangkan mereka yang tidak mengejar kebenaran, yang tidak mencintai hal-hal positif dan yang merasa muak akan kebenaran, mereka tidak melaksanakan tugas dengan baik. Ada orang-orang yang saat ini memaksakan diri untuk terus melaksanakan tugas mereka, padahal sebenarnya, keadaan batin mereka sudah sangat kacau, dan mereka benar-benar merasa depresi dan negatif. Namun, mereka masih belum meninggalkan gereja, dan mereka tampak seolah-olah percaya kepada Tuhan dan masih terus melaksanakan tugas mereka, padahal sebenarnya, hati mereka telah berubah, dan mereka telah menjauh dari Tuhan dan meninggalkan-Nya. Ada orang-orang yang menikah dan kembali ke rumah untuk menjalani kehidupan mereka .... Ada orang-orang yang terus mengejar impian mereka untuk menjadi kaya; ada yang terus mengejar karier untuk menjadi pegawai negeri dan mewujudkan impian mereka untuk menjadi pejabat atau birokrat; ada yang mengejar kemakmuran dengan memiliki banyak anak, jadi mereka mengambil istri yang mampu melahirkan anak-anak lelaki bagi mereka; ada orang-orang yang diburu karena kepercayaan mereka kepada Tuhan, dianiaya selama bertahun-tahun sampai mereka menjadi lemah dan sakit, dan kemudian mereka meninggalkan tugas mereka dan kembali ke rumah untuk menjalani tahun-tahun mereka yang tersisa. Situasi setiap orang berbeda. Ada orang-orang yang keluar atas kemauan mereka sendiri dan meminta agar nama mereka dihapuskan dari daftar, ada para pengikut yang bukan orang percaya yang dikeluarkan, dan ada orang-orang yang melakukan segala macam kejahatan dan diusir. Apa sebenarnya yang ada dalam diri semua orang ini? Apakah esensi mereka? Sudahkah engkau semua mengetahui yang sebenarnya mengenai orang-orang ini? ... Jadi, ketika mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka sangat bersemangat, mereka melepaskan keluarga mereka, pekerjaan mereka, dan sering kali memberi persembahan dan mengambil pekerjaan yang berisiko demi rumah Tuhan. Bagaimanapun engkau memandang mereka, mereka semua dengan sungguh-sungguh mengorbankan diri mereka bagi Tuhan. Jadi, mengapa mereka berubah sekarang? Apakah karena Tuhan tidak menyukai mereka dan sejak awal hanya memanfaatkan mereka? (Tidak.) Tuhan memperlakukan semua orang dengan adil dan setara dan memberi kesempatan kepada semua orang. Mereka semua menjalani kehidupan bergereja, makan dan minum firman Tuhan, dan hidup dengan dibekali, disirami, dan digembalakan oleh Tuhan, jadi mengapa mereka bisa berubah sedrastis itu? Perilaku mereka saat mereka mulai percaya kepada Tuhan dan perilaku mereka pada saat mereka meninggalkan gereja bagaikan perilaku dua orang yang berbeda. Apakah Tuhan yang telah menyebabkan mereka kehilangan harapan? Apakah rumah Tuhan atau perbuatan Tuhan yang telah menyebabkan mereka merasa sangat kecewa? Apakah Tuhan, firman yang Tuhan ucapkan, atau pekerjaan Tuhan yang telah melukai martabat mereka? (Tidak.) Jadi, apa penyebabnya? Siapa yang dapat menjelaskan hal ini? ... (Tuhan, menurutku, ketika orang-orang ini mulai percaya kepada Tuhan, mereka mengandalkan semangat dan niat baik mereka, dan mereka mampu melakukan beberapa hal, tetapi sekarang rumah Tuhan makin serius dalam memperlakukan semua pekerjaannya. Orang-orang dituntut untuk melakukan segala sesuatunya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Namun orang-orang ini tidak menerima kebenaran, mereka menjadi tak terkendali, melakukan apa pun sekehendak hati mereka saat melaksanakan tugas mereka, dan mereka sering dipangkas. Jadi, mereka makin merasa bahwa mereka tidak bisa terus bersikap asal-asalan seperti biasanya, sampai akhirnya mereka meninggalkan rumah Tuhan. Menurutku ini adalah salah satu penyebabnya.) Mereka tidak bisa terus bersikap asal-asalan seperti biasanya—apakah jawaban ini benar? (Ya.) Mereka tidak bisa terus bersikap asal-asalan seperti biasanya—ini dikatakan mengenai orang-orang yang selalu bersikap asal-asalan. Ada orang-orang yang mulai percaya kepada Tuhan, yang tidak bersikap asal-asalan, yang sangat bersungguh-sungguh, yang memperlakukan hal ini dengan sangat serius, lalu mengapa mereka tidak terus bertahan? (Karena, pada dasarnya, orang-orang ini tidak mencintai kebenaran. Mereka mulai percaya kepada Tuhan untuk menerima berkat. Mereka melihat bahwa rumah Tuhan selalu membahas tentang kebenaran, dan mereka merasa muak dan menentang kebenaran, dan mereka menjadi makin tak ingin menghadiri pertemuan dan mendengarkan khotbah, dan dengan cara inilah mereka tersingkap.) Ini adalah salah satu situasinya, dan ada banyak orang yang seperti ini. Ada juga orang-orang yang selalu melaksanakan tugas mereka dengan sembarangan, yang tidak pernah melaksanakan tugas mereka dengan baik atau tidak mau bertanggung jawab atas tugas mereka, apa pun tugas tersebut. Bukan karena mereka tidak mampu atau karena kualitas mereka tidak memadai untuk tugas tersebut, melainkan karena mereka tidak taat dan mereka tidak melakukan segala sesuatu sesuai dengan tuntutan rumah Tuhan. Mereka selalu berbuat sekehendak hati mereka, sampai akhirnya mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan karena menjadi tidak terkendali dan berbuat sesuka hati mereka. Mereka tidak bertobat bagaimanapun mereka dipangkas, sehingga pada akhirnya mereka diusir. Orang-orang yang diusir ini memiliki watak yang sangat menjijikkan dan kemanusiaan yang congkak. Di mana pun mereka berada, mereka ingin menjadi penentu keputusan, mereka memandang rendah semua orang dan mereka bertindak sewenang-wenang, sampai akhirnya mereka diusir. Ada orang-orang, yang setelah digantikan dan disingkirkan, mereka merasa tidak ada yang berjalan lancar bagi mereka di mana pun mereka berada, dan tidak ada lagi yang menghargai mereka atau memperhatikan mereka. Tidak ada lagi yang menghormati mereka, mereka tidak dapat lagi menjadi penentu keputusan, mereka tidak dapat memperoleh apa yang mereka inginkan, dan tidak ada harapan bagi mereka untuk memperoleh status, apalagi menerima berkat. Karena merasa tidak ada lagi harapan bagi mereka untuk bersikap asal-asalan di gereja, mereka merasa tidak lagi tertarik, sehingga mereka memilih untuk meninggalkannya—ada banyak orang yang seperti ini" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (4)"). "Jalan yang ditempuh dalam kepercayaan orang kepada Tuhan berbatu-batu dan tidak rata. Ini ditetapkan oleh Tuhan. Apa pun yang terjadi, entah itu sesuai dengan keinginan orang, entah itu sesuai dengan gagasan dan imajinasi mereka, entah itu dapat diramalkan oleh mereka atau tidak, semua yang orang alami tak dapat dipisahkan dari kedaulatan Tuhan dan pengaturan-Nya. Semua yang Tuhan lakukan memiliki makna khusus, yang memungkinkan orang untuk memetik pelajaran darinya dan mengenal kedaulatan Tuhan. Tujuan mengenal kedaulatan Tuhan bukanlah untuk membuat orang menentang Tuhan, juga bukan untuk membuat orang, setelah memahami Tuhan, memiliki lebih banyak kekuatan dan modal untuk bersaing dengan-Nya. Melainkan, ketika sesuatu menimpa mereka, manusia harus belajar menerimanya dari Tuhan dan mencari kebenaran untuk memahaminya, dan kemudian menerapkan kebenaran untuk mencapai ketundukan sejati, dan memiliki iman yang sejati kepada-Nya. Apakah engkau memahami hal ini? (Ya.) Kalau begitu, bagaimana caramu menerapkannya? Apakah jalan penerapanmu mengenai hal-hal seperti ini sudah benar? Apakah engkau memperlakukan setiap hal yang menimpamu dengan hati yang tunduk dan sikap yang mencari kebenaran? Jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran, engkau akan memiliki pola pikir seperti itu. Apa pun yang menimpamu, engkau akan menerimanya dari Tuhan, dan engkau akan terus mencari kebenaran, dan memahami maksud-Nya, serta memandang orang dan segala sesuatu berdasarkan firman-Nya. Dalam segala hal yang menimpamu, engkau akan mampu mengalami dan mengenal pekerjaan Tuhan, dan mampu tunduk kepada-Nya. Jika engkau bukan orang yang mengejar kebenaran, apa pun yang menimpamu, engkau tidak akan menghadapinya berdasarkan firman Tuhan, juga tidak akan mencari kebenaran. Engkau hanya akan asal-asalan, dan sebagai akibatnya, engkau tidak memperoleh kebenaran apa pun. Tuhan menyempurnakan manusia dengan mengatur banyak hal yang tidak sesuai dengan gagasan mereka untuk melatih mereka mencari kebenaran, memperoleh pemahaman tentang perbuatan-Nya, dan melihat kemahakuasaan dan hikmat-Nya sehingga hidup mereka secara berangsur bertumbuh. Mengapa orang yang mengejar kebenaran mengalami pekerjaan Tuhan, memperoleh kebenaran, dan disempurnakan oleh Tuhan, sedangkan orang yang tidak mengejar kebenaran disingkirkan? Itu karena orang yang mengejar kebenaran dapat mencarinya apa pun yang menimpa mereka sehingga mereka memiliki pekerjaan dan pencerahan Roh Kudus, dan hasilnya, mereka mampu menerapkan kebenaran, masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, dan disempurnakan oleh-Nya; sedangkan orang yang tidak mencintai kebenaran melihat bahwa pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan mereka, tetapi tidak meluruskan gagasannya dengan mencari kebenaran dan mereka bahkan menjadi negatif dan mengeluh. Seiring waktu, gagasan mereka tentang Tuhan bertambah, dan mereka mulai meragukan dan menolak Dia. Akibatnya, mereka dikeluarkan dan disingkirkan oleh pekerjaan Tuhan" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (11)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami maksud Tuhan. Apa pun jenis lingkungan yang Tuhan atur, Dia berharap manusia bisa mengambil pelajaran darinya, mencari kebenaran, kemudian membedakan berbagai macam orang, kejadian, dan hal, dengan demikian, Dia menyempurnakan mereka yang benar-benar beriman kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Namun, mereka yang tidak mengejar kebenaran tidak ingin mencari kebenaran atau belajar dari lingkungan yang telah Tuhan atur, dan sebaliknya justru bersikap negatif dan mengeluhkan Tuhan, sehingga pada akhirnya mereka disingkirkan oleh-Nya. Kini, saat aku melihat orang-orang di gereja disingkapkan dan disingkirkan satu per satu, mengingat ketidakmampuanku untuk melaksanakan tugas-tugasku karena sakit, aku berpikir bahwa Tuhan sedang menyingkapkan dan menyingkirkanku, yang membuatku merasa negatif. Semua ini perlu dibereskan melalui pencarian kebenaran; aku tidak bisa terus hidup dalam kenegatifan. Aku merenungkan hal-hal yang kusingkapkan. Aku merasa bahwa Tuhan mengatur lingkungan ini untuk menyingkapkan dan menyingkirkan orang-orang, bahwa Tuhan secara sepihak tidak menginginkan manusia. Apakah sudut pandang ini benar? Dengan merenungkan firman Tuhan, aku memahami satu hal: Cara Tuhan memperlakukan semua orang itu benar. Dia telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran untuk membekali kita, menyatakan dengan jelas prinsip dan jalan di semua aspek, dan juga memberi tahu kita konsekuensi dari menjalani hidup dengan watak yang rusak dan jalan yang salah. Kemudian, Tuhan mengatur lingkungan untuk menguji manusia, untuk melihat apakah mereka bisa bertindak sesuai prinsip-prinsip kebenaran dan berdiri teguh dalam kesaksian mereka. Selama waktu ini, Tuhan tidak memaksa atau mendorong manusia untuk memilih jalan tertentu; Dia memberi manusia kebebasan. Jika manusia bisa mencari kebenaran dan tunduk di dalam lingkungan yang telah Tuhan atur, merenung dan memahami dirinya, serta menerapkan sesuai firman Tuhan, lingkungan yang mereka temui merupakan sarana bagi mereka untuk disempurnakan. Namun, jika mereka menolak lingkungan yang telah Tuhan atur dan tidak mencari kebenaran, lingkungan inilah yang menyingkapkan dan menyingkirkan mereka. Hasil akhir seseorang berkaitan dengan pilihan mereka sendiri dan jalan yang mereka lalui. Seperti yang dikatakan firman Tuhan: "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Memikirkan orang-orang di gereja yang disingkapkan dan disingkirkan, itu semua terkait dengan pilihan pribadi mereka dan kegagalan mereka mengejar kebenaran. Seperti Wang Tao, meski awalnya dia meninggalkan semuanya untuk melaksanakan tugas-tugasnya, dia secara konsisten tidak mau menerima kebenaran, selalu menganalisis orang dan berbagai hal secara berlebihan. Dia tidak mendengarkan persekutuan pemimpin, dan dia tidak ingin melaksanakan tugasnya. Dia bahkan dengan tidak sabar berkata, "Mereka membicarakan pekerjaan Tuhan yang akan berakhir setiap harinya, tetapi siapa yang tahu kapan itu akan terjadi? Aku ingin bekerja dan menghasilkan uang." Pemimpin mempersekutukan pentingnya beriman kepada Tuhan dan melaksanakan tugas-tugas, tetapi dia menganggap dirinya lebih tahu, berkata, "Kalau begitu, berhentikan saja aku. Aku tidak bisa melaksanakan tugas ini." Setelah pemberhentiannya, beberapa saudara-saudari bersekutu dengannya mengenai pelaksanaan tugas, dan dia berkata, "Tidak peduli bagaimanapun kau bersekutu denganku, aku tidak akan melaksanakan tugasku, silakan saja keluarkan aku jika kau mau." Sedangkan Li Li, meski dia mampu meninggalkan semuanya, mengorbankan dirinya, dan melaksanakan tugas-tugasnya, dia tidak menerima beberapa hal dari Tuhan, dan menolak untuk menerima kebenaran secara langsung, menganalisis orang-orang dan berbagai hal secara berlebihan, bahkan menghakimi saudara-saudari dan mengganggu kehidupan gereja. Meski saudara-saudarinya telah berulang kali mencoba bersekutu dengannya, dia menolak untuk berubah. Kemudian, pengabaran Injil-nya tidak membuahkan hasil, dia bahkan menyebarkan kenegatifan, menyebabkan gangguan dalam pekerjaan Injil. Saat dipangkas oleh pimpinan, dia tampak menerimanya, tetapi kemudian menyebarkan ketidakpuasannya terhadap pemimpin tersebut, menarik orang lain ke pihaknya dan menyebabkan mereka berprasangka terhadap pemimpin mereka, tidak menunjukkan rasa penyesalan sama sekali. Kulihat mereka disingkapkan dan disingkirkan karena mereka secara konsisten tidak mau menerima kebenaran, gagal merenungkan dan memahami diri mereka sendiri dalam keadaan yang mereka hadapi, dan cenderung bertindak menurut watak mereka yang rusak, mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja. Namun, aku keliru meyakini bahwa Tuhan secara sepihak ingin menyingkirkan manusia, bahwa Dia tidak menginginkan manusia lagi. Ini kesalahpahaman terhadap Tuhan, dan bahkan bisa dianggap sebagai penghujatan terhadap Tuhan. Aku juga memikirkan tentang bagaimana penyakitku yang telah membuatku tidak bisa keluar untuk melaksanakan tugasku, dan karena lingkunganku yang berbahaya, saudara-saudari tidak bisa menghubungiku. Aku yakin bahwa Tuhan telah menyingkapkanku dan menyingkirkanku, tetapi ini juga kesalahpahaman terhadap Tuhan. Sebenarnya, Tuhan mengatur lingkungan seperti itu untuk mengujiku, untuk melihat jalan mana yang akan kupilih. Jika aku terus mengeluh dan salah paham, hidup dalam kenegatifan, tidak membaca firman Tuhan, tidak berdoa kepada Tuhan atau mendekatkan diri kepada-Nya, atau bahkan berpikir untuk meninggalkan Tuhan, maka lingkungan ini akan benar-benar menyingkapkan dan menyingkirkanku. Namun, jika aku bisa tunduk dalam lingkungan ini, merenungkan dan menyadari kerusakan yang kusingkapkan, kemudian mencari kebenaran untuk mengatasinya, maka lingkungan ini akan menyempurnakanku. Memahami hal-hal ini sangat mencerahkan hatiku. Kini, meski aku tidak bisa melaksanakan tugas-tugasku di lingkungan ini, aku harus tunduk, mencari kebenaran, dan mengatasi watakku yang rusak.

Aku merenung: Mengapa aku menjadi sangat negatif saat dihadapkan dengan lingkungan ini? Kemudian aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Orang percaya kepada Tuhan untuk mendapatkan berkat, memperoleh upah, dan menerima mahkota. Bukankah tujuan ini ada di hati semua orang? Kenyataannya memang demikian. Meskipun orang tidak sering membicarakannya, dan bahkan menyembunyikan motif dan keinginan mereka untuk mendapatkan berkat, keinginan dan motif yang ada di lubuk hati orang ini selalu tak tergoyahkan. Sebanyak apa pun teori rohani yang orang pahami, pengalaman atau pengetahuan apa pun yang mereka miliki, tugas apa pun yang dapat mereka laksanakan, sebanyak apa pun penderitaan yang mereka tanggung, atau sebesar apa pun harga yang harus mereka bayar, mereka tidak pernah melepaskan motivasi untuk mendapatkan berkat yang tersembunyi di lubuk hati mereka, dan yang selalu secara diam-diam bekerja keras saat melakukan pelayanan. Bukankah ini hal yang tersembunyi paling dalam di lubuk hati manusia? Tanpa motivasi untuk menerima berkat ini, bagaimana perasaanmu? Dengan sikap apa engkau akan melaksanakan tugasmu dan mengikuti Tuhan? Apa yang akan terjadi pada orang jika motivasi untuk menerima berkat yang tersembunyi di dalam hati mereka ini disingkirkan? Mungkin banyak orang akan menjadi negatif, sementara beberapa orang akan kehilangan motivasi dalam tugas mereka. Mereka pasti kehilangan minat dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, seolah-olah jiwa mereka telah lenyap. Mereka akan terlihat seolah-olah hati mereka telah direnggut. Inilah sebabnya Kukatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan berkat adalah sesuatu yang sangat tersembunyi dalam hati manusia. Mungkin, saat melaksanakan tugas mereka atau menjalani kehidupan bergereja, mereka merasa bahwa mereka mampu meninggalkan keluarga dan dengan senang hati mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, dan bahwa sekarang mereka memiliki pengetahuan tentang motivasi mereka untuk menerima berkat, dan telah mengesampingkan motivasi ini, dan tidak lagi dikuasai atau dikendalikan olehnya. Kemudian, mereka berpikir bahwa mereka tidak lagi memiliki motivasi untuk diberkati, padahal menurut Tuhan justru sebaliknya. Orang-orang hanya melihat hal-hal yang terlihat di luarnya. Tanpa ujian, mereka merasa baik tentang diri mereka sendiri. Selama mereka tidak meninggalkan gereja atau menyangkal nama Tuhan, dan mereka bertekun dalam mengorbankan diri bagi Tuhan, mereka yakin bahwa mereka telah berubah. Mereka merasa tidak lagi didorong oleh semangat pribadi atau dorongan sesaat dalam melaksanakan tugas mereka. Sebaliknya, mereka yakin bahwa mereka mampu mengejar kebenaran, dan mereka mampu untuk terus mencari dan menerapkan kebenaran saat melaksanakan tugas mereka sehingga watak rusak mereka dimurnikan dan mereka mencapai sedikit perubahan sejati. Namun, jika sesuatu terjadi yang berkaitan langsung dengan tempat tujuan dan kesudahan manusia, bagaimana perilaku mereka? Kebenaran disingkapkan secara keseluruhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Enam Indikator Pertumbuhan dalam Hidup"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sadar bahwa aku beriman pada Tuhan hanya untuk memperoleh berkat. Dahulu, saat aku tidak menghadapi keadaan apa pun, aku bisa melaksanakan tugas-tugasku secara aktif. Aku akan melakukan pekerjaan apa pun yang ditugaskan oleh gereja; bahkan saat aku menderita penyakit, aku tetap tekun melaksanakan tugas-tugasku. Namun kini, karena sakit parah, aku tidak bisa melaksanakan tugas apa pun, dan saudara-saudari tidak bisa menghubungiku. Aku merasa bahwa Tuhan telah menyingkirkanku, dan aku tidak punya lagi kesudahan atau tempat tujuan yang baik lagi. Aku menjadi negatif sampai pada titik di mana aku tidak ingin melaksanakan tugas apa pun, mengejar kebenaran, atau bekerja keras untuk menjadi lebih baik lagi. Aku bahkan tidak ingin membaca firman Tuhan, dan aku hidup di dalam keadaan negatif. Ternyata aku melaksanakan tugas-tugasku dengan giat untuk memperoleh berkat, untuk ditukar dengan kesudahan dan tempat tujuan yang baik dari Tuhan. Saat aku menyadari bahwa tidak ada lagi harapan untuk menerima berkat, aku kehilangan dorongan untuk beriman kepada Tuhan, tidak ada ketulusan dalam imanku kepada Tuhan dan pelaksanaan tugasku. Dahulu aku mengira bahwa imanku kepada Tuhan tulus, bahwa aku adalah seseorang yang mengejar kebenaran, dan setiap kali sesuatu terjadi, aku akan segera mencari kebenaran untuk membereskannya. Pengalaman ini sudah benar-benar menyingkapkanku. Saat aku menyadari bahwa tidak ada lagi harapan untuk diberkati, aku menjadi negatif dan berhenti mencari kebenaran. Bagaimana aku bisa menjadi seseorang yang mengejar kebenaran? Bahkan jika aku tidak menghadapi lingkungan seperti ini dan bisa terus melaksanakan tugas-tugasku, jika watakku yang rusak tidak berubah, motivasiku dan pandanganku dalam beriman kepada Tuhan serta pelaksanaan tugasku tidak benar, pada akhirnya, aku akan menjadi target penyingkiran Tuhan karena tidak memperoleh kebenaran. Aku merasa menyesal dan berutang budi, jadi aku berdoa kepada Tuhan. Aku berkata, "Tuhan, aku sungguh tidak punya hati nurani. Aku tidak beriman kepada-Mu dengan tulus; itu semua demi memperoleh berkat. Tuhan, aku ingin bertobat dan berubah. Terlepas bagaimanapun kesudahanku di masa depan, aku akan sungguh-sungguh beriman kepada-Mu dan mengikuti-Mu, serta bertekun mengejar kebenaran."

Kemudian, aku membaca suatu bagian firman Tuhan dan memperoleh sedikit pengetahuan tentang sudut pandangku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada orang-orang yang bertanya, 'Bukankah Tuhan ingin semua orang diselamatkan dan tidak ingin ada seorang pun yang binasa? Jika Tuhan menggunakan metode seperti itu untuk bertindak, berapa banyak orang yang akan dapat diselamatkan?' Sebagai jawabannya, Tuhan akan bertanya, 'Berapa banyak orang yang mendengarkan firman-Ku dan mengikuti jalan-Ku?' Jumlahnya sama banyaknya—inilah pandangan Tuhan dan metode pekerjaan-Nya. Tuhan tidak melakukan apa-apa lagi. Apa gagasan manusia mengenai hal ini? 'Tuhan mengasihani umat manusia ini, Dia peduli terhadap umat manusia ini, jadi Dia harus memikul tanggung jawab sampai akhir. Jika manusia mengikuti Dia sampai akhir, manusia pasti akan diselamatkan.' Apakah gagasan ini benar atau salah? Apakah itu sesuai dengan maksud Tuhan? Pada Zaman Kasih Karunia, wajar jika manusia memiliki gagasan seperti ini karena mereka tidak mengenal Tuhan. Pada akhir zaman, Tuhan telah memberi tahu manusia semua kebenaran ini, dan Tuhan juga telah menjelaskan kepada mereka prinsip-prinsip pekerjaan-Nya dalam menyelamatkan manusia, jadi sangat tidak masuk akal jika manusia masih memiliki gagasan seperti ini di dalam hati mereka. Tuhan telah memberitahukan kepadamu semua kebenaran ini, jadi jika, pada akhirnya, engkau tetap berkata bahwa engkau tidak memahami maksud Tuhan dan tidak tahu bagaimana melakukan penerapan, dan engkau masih mengucapkan kata-kata yang memberontak dan berbahaya seperti itu, dapatkah orang semacam itu diselamatkan oleh Tuhan? Ada orang-orang yang selalu berpikir, 'Tuhan melakukan pekerjaan yang begitu besar, Dia seharusnya mendapatkan lebih dari separuh penduduk dunia, dan menggunakan kekuatan besar yang terdiri dari banyak orang dengan banyak tokoh kelas atas untuk memberikan kesaksian tentang kemuliaan Tuhan. Betapa indahnya hal itu!' Ini adalah gagasan manusia. Di dalam Alkitab, dalam Perjanjian Lama dan Baru, berapa total orang yang diselamatkan dan disempurnakan? Siapa yang mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan pada akhirnya? (Ayub dan Petrus.) Hanya mereka berdua. Sebagaimana Tuhan memandangnya, takut akan Dia dan menjauhi kejahatan, sebenarnya, berarti memenuhi standar pengenalan akan Dia, pengenalan akan Sang Pencipta. Orang-orang seperti Abraham dan Nuh adalah orang benar di mata Tuhan, tetapi mereka masih setingkat di bawah Ayub dan Petrus. Tentu saja, Tuhan tidak melakukan pekerjaan yang sedemikian banyak pada waktu itu. Dia tidak membekali manusia seperti yang Dia lakukan sekarang, Dia juga tidak mengucapkan begitu banyak firman yang jelas, Dia juga tidak melakukan pekerjaan penyelamatan dalam skala besar. Dia mungkin tidak mendapatkan banyak orang, tetapi ini masih bagian dari takdir-Nya. Aspek apa dari watak Sang Pencipta yang dapat dilihat dalam hal ini? Tuhan berharap mendapatkan banyak orang, tetapi jika pada kenyataannya banyak orang tidak bisa didapatkan—jika umat manusia ini tidak bisa didapatkan oleh Tuhan saat Dia melakukan pekerjaan penyelamatan-Nya—Tuhan lebih suka meninggalkan mereka dan membuang mereka. Inilah kata hati dan pandangan Sang Pencipta. Berkenaan dengan hal ini, apa tuntutan atau gagasan yang dimiliki manusia terhadap Tuhan? 'Karena Engkau ingin menyelamatkanku, Engkau harus bertanggung jawab sampai akhir, dan Engkau menjanjikanku berkat, jadi Engkau harus memberikannya kepadaku dan membiarkanku mendapatkannya.' Dalam diri manusia, ada banyak 'keharusan'—banyak tuntutan—dan ini adalah salah satu gagasan manusia. Yang lain berkata, 'Tuhan melakukan pekerjaan yang sedemikian besar—rencana pengelolaan enam ribu tahun—jika pada akhirnya Dia hanya mendapatkan dua orang, akan sangat disayangkan. Bukankah itu berarti tindakan-Nya sia-sia?' Manusia berpikir seharusnya tidak demikian, tetapi Tuhan bahkan senang mendapatkan dua orang. Tujuan Tuhan yang sebenarnya bukan hanya untuk mendapatkan kedua orang itu, tetapi untuk mendapatkan lebih dari itu, jika manusia tidak sadar dan memahaminya, dan mereka semua salah paham dan menentang Tuhan, serta tak punya harapan dan tak berarti, Tuhan lebih suka tidak mendapatkan mereka. Itulah watak-Nya. Beberapa orang berkata, 'Itu tidak akan berhasil. Bukankah Iblis nanti akan tertawa?' Iblis mungkin tertawa, tetapi bukankah dia tetap adalah musuh yang ditaklukkan Tuhan? Tuhan tetap mendapatkan umat manusia—beberapa di antara mereka yang dapat memberontak terhadap Iblis dan tidak dikendalikan olehnya. Tuhan telah mendapatkan makhluk ciptaan sejati. Apakah mereka yang belum didapatkan Tuhan lalu ditawan oleh Iblis? Engkau semua belum disempurnakan—apakah engkau semua mampu mengikut Iblis? (Tidak.) Beberapa orang berkata, 'Bahkan jika Tuhan tidak menginginkanku, aku tetap tidak akan mengikut Iblis. Bahkan jika dia menawariku berkat, aku tidak akan mengambilnya.' Tidak ada satu pun orang yang telah didapatkan Tuhan yang mengikuti Ibilis—bukankah dengan demikian Tuhan mendapatkan kemuliaan? Orang-orang memiliki gagasan tentang jumlah orang yang Tuhan dapatkan atau skala yang Dia gunakan untuk mendapatkan mereka; mereka percaya bahwa Tuhan seharusnya tidak hanya mendapatkan sedikit orang tersebut. Manusia dapat memunculkan gagasan seperti itu karena, di satu sisi, manusia tidak dapat menyelami pikiran Tuhan, dan tidak dapat memahami orang seperti apa yang ingin Dia dapatkan—selalu ada jarak antara manusia dan Tuhan; di sisi lain, memiliki gagasan seperti itu adalah cara bagi manusia untuk menghibur dirinya sendiri dan membebaskan dirinya sejauh menyangkut nasib dan masa depannya sendiri. Manusia percaya, 'Tuhan telah mendapatkan sangat sedikit orang—betapa mulianya bagi Dia jika mendapatkan kita semua! Jika Tuhan tidak membuang seorang pun, tetapi menaklukkan semua orang, dan semua orang disempurnakan pada akhirnya, dan pembicaraan tentang Tuhan memilih dan menyelamatkan umat manusia tidak sia-sia, demikian pula pekerjaan pengelolaan-Nya, bukankah Iblis akan semakin dipermalukan? Bukankah Tuhan akan mendapatkan kemuliaan yang lebih besar?' Manusia dapat mengatakan ini sebagian karena dia tidak mengenal Sang Pencipta dan sebagian lagi karena dia memiliki motif egoisnya sendiri: dia khawatir tentang masa depannya, jadi dia mengaitkannya dengan kemuliaan Sang Pencipta, dan dengan demikian hatinya merasa tenang, berpikir bahwa dia bisa mendapatkan bagiannya juga. Selain itu, dia juga merasa bahwa 'Tuhan mendapatkan manusia dan mempermalukan Iblis adalah bukti kuat kekalahan Iblis. Itu seperti membunuh tiga ekor burung dengan sebuah batu!' Orang-orang sangat pandai mencari cara untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Gagasan ini cukup cerdas bukan? Orang memiliki motif yang egois, dan bukankah ada suatu pemberontakan dalam motif-motif ini? Bukankah ada tuntutan yang dibuat kepada Tuhan? Di dalamnya ada penentangan yang tak terucap terhadap Tuhan yang mengatakan, 'Engkau telah memilih kami, memimpin kami, bekerja keras untuk kami, menganugerahkan hidup-Mu dan seluruh keberadaan-Mu kepada kami, menganugerahkan firman dan kebenaran-Mu atas kami, dan meminta kami mengikuti-Mu selama ini. Betapa ruginya jika Engkau tidak bisa mendapatkan kami pada akhirnya.' Alasan seperti itu adalah upaya untuk memeras Tuhan, mewajibkan-Nya untuk mendapatkan mereka. Dikatakan bahwa jika Tuhan tidak mendapatkan mereka, mereka tidak akan rugi, dan bahwa Tuhanlah yang akan mengalami kerugian—apakah pernyataan ini benar? Dalam hal ini, ada tuntutan manusia, serta ada imajinasi dan gagasannya: Tuhan melakukan pekerjaan yang sedemikian besar, jadi Dia harus mendapatkan banyak manusia. Dari mana asal 'keharusan' ini? Itu berasal dari gagasan dan imajinasi manusia, tuntutannya yang tidak masuk akal, dan keangkuhannya, bersama dengan campuran dari wataknya yang keras pendirian dan kejam" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menyelesaikan Gagasannya Orang Dapat Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan (2)"). Dari firman Tuhan, aku memperoleh sedikit pemahaman mengenai gagasanku sendiri. Dahulu, aku berpikir Tuhan tidak seharusnya menyingkapkan dan menyingkirkan manusia; seharusnya Dia memperoleh lebih banyak manusia agar Dia bisa menerima lebih banyak lagi kemuliaan. Oleh karena itu, saat aku melihat orang-orang di gereja disingkapkan dan disingkirkan satu per satu, aku merasa bingung. Ada begitu banyak orang yang disingkapkan dan disingkirkan, lalu berapa banyak yang akhirnya akan diselamatkan? Terutama saat aku tidak bisa melaksanakan tugas-tugasku karena sakit, aku juga merasa bahwa Tuhan sedang menyingkapkan dan menyingkirkanku. Aku salah paham terhadap Tuhan dan bahkan berdebat dengan-Nya di dalam hatiku, "Bukankah pekerjaan Tuhan itu menyelamatkan manusia? Mengapa kita semua pada akhirnya disingkirkan?" Ini menunjukkan kurangnya pengetahuanku tentang pekerjaan Tuhan. Sebenarnya, maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia tidak berubah, dan Dia berharap memperoleh lebih banyak manusia. Selama manusia bersedia berjerih payah dengan setia bagi Tuhan, Dia tidak akan dengan mudahnya menyingkirkan mereka. Namun, jika manusia tidak menghargai penyelamatan Tuhan, tidak mencari kebenaran saat dihadapkan dengan keadaan, tidak melaksanakan tugas mereka sesuai dengan tuntutan Tuhan, dan akhirnya membawa lebih banyak kerusakan daripada kebaikan saat berjerih payah, Tuhan akan lebih memilih untuk melepaskan mereka. Watak Tuhan itu benar dan kudus. Dia tidak mencari kuantitas manusia, melainkan kualitasnya. Yang ingin Dia peroleh adalah makhluk ciptaan sejati yang bisa beribadah dengan tulus dan selaras dengan-Nya, meski hanya sedikit. Aku juga berharap Tuhan akan menyelamatkan lebih banyak manusia alih-alih menyingkapkan dan menyingkirkan mereka, aku memikirkannya dengan keegoisanku sendiri. Karena jika demikian, aku tidak akan disingkirkan, serta prospek dan tempat tujuanku akan terjamin. Jadi, saat aku merasa disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan, aku menjadi negatif dan tidak ingin mengejar kebenaran lagi. Aku berdebat dengan Tuhan dalam hatiku: Bukankah Tuhan memilih kita untuk menyelamatkan kita? Mengapa ada begitu banyak dari kita yang disingkapkan dan disingkirkan satu per satu? Yang kupahami adalah tidak seharusnya Tuhan menyingkirkan kita; seharusnya Dia menyelamatkan kita sampai akhir. Bukankah ini memiliki natur yang sama dengan perkataan Paulus: "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8)? Ini adalah seruan menentang Tuhan! Ini adalah watak yang sangat jahat. Sebenarnya, lingkungan apa pun yang Tuhan atur, itu dimaksudkan untuk membuat kita mencari kebenaran di dalamnya dan memperoleh kebenaran, agar kita bisa membuang watak kita yang rusak dan diselamatkan. Sama seperti lingkungan ini: Meski tidak sejalan dengan gagasanku dan membuatku menderita, lingkungan ini menyingkapkan motivasi di dalam diriku untuk menerima berkat, membuatku menyadari berbagai motivasi di balik imanku terhadap Tuhan dan pelaksanaan tugasku, serta memungkinkanku untuk berbalik dan berubah. Aku menyadari bahwa lingkungan ini adalah keselamatanku. Tuhan telah sungguh-sungguh berupaya menyelamatkan kita. Dia tidak hanya mengungkapkan kebenaran untuk membekali kita, tetapi juga mengatur berbagai lingkungan untuk kita alami guna membersihkan dan menyempurnakan kita. Namun, aku menolak dan mengeluhkan lingkungan yang telah Tuhan atur. Aku benar-benar tidak menghargainya! Tuhan yang memilihku untuk menerima pekerjaan-Nya di akhir zaman sudah merupakan kasih karunia-Nya. Seharusnya aku berterima kasih kepada-Nya. Bahkan jika akhirnya aku tidak menerima berkat atau mendapatkan kesudahan yang baik, aku harus tetap tunduk kepada Tuhan dan tidak berdebat dengan-Nya.

Kemudian, aku menemukan firman Tuhan lainnya: "Mulailah mengejar kebenaran dengan sungguh-sungguh mulai dari sekarang—tetapi bagaimana seharusnya engkau mengejarnya? Engkau harus merenungkan dalam hal-hal apa engkau sering memberontak terhadap Tuhan. Tuhan telah berulang kali mengatur keadaan bagimu agar engkau dapat memetik pelajaran, untuk mengubahmu melalui hal-hal ini, untuk membuat firman-Nya masuk ke dalam dirimu, untuk membuatmu masuk ke dalam aspek kenyataan kebenaran, dan untuk membuatmu tidak lagi hidup berdasarkan watak rusak Iblis dalam hal-hal itu, dan agar engkau hidup berdasarkan firman Tuhan, agar firman-Nya tertanam kuat dalam dirimu dan menjadi hidupmu. Namun, engkau sering kali memberontak terhadap Tuhan dalam hal-hal ini, tidak tunduk kepada Tuhan, tidak mau menerima kebenaran, tidak menganggap firman-Nya sebagai prinsip yang harus kaupatuhi, dan tidak hidup dalam firman-Nya. Hal ini menyakiti hati Tuhan, dan engkau telah berulang kali kehilangan kesempatanmu untuk diselamatkan. Jadi, bagaimana seharusnya engkau berbalik? Mulai hari ini, dalam hal-hal yang dapat kaukenali melalui perenungan dan perasaan yang jelas, engkau harus tunduk pada pengaturan Tuhan, menerima firman-Nya sebagai kenyataan kebenaran, menerima firman-Nya sebagai hidupmu, dan mengubah cara hidupmu. Ketika engkau menghadapi situasi seperti ini, engkau harus memberontak terhadap dagingmu dan kesukaanmu, dan bertindak berdasarkan prinsip kebenaran. Bukankah ini jalan penerapannya? (Ya.) ... Namun, jika engkau ingin memperoleh keselamatan, jika engkau ingin menerapkan dan mengalami firman Tuhan, serta memperoleh kebenaran dan hidup, engkau harus lebih banyak membaca firman Tuhan, memahami kebenaran, mampu melakukan penerapan dan tunduk pada firman-Nya, dan mulailah dengan menerapkan kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Ini hanyalah beberapa kalimat sederhana, tetapi orang tidak tahu bagaimana menerapkan atau mengalaminya. Apa pun kualitas atau pendidikanmu, dan berapa pun usia atau seberapapun lamanya engkau telah percaya kepada Tuhan, bagaimanapun juga, jika engkau berada di jalan yang benar yaitu jalan menerapkan kebenaran, jika engkau memiliki tujuan dan arah yang benar, dan jika apa yang kaukejar dan kerahkan semuanya adalah demi menerapkan kebenaran, yang pada akhirnya akan kauperoleh tentunya adalah kenyataan kebenaran dan firman Tuhan akan menjadi hidupmu. Tentukan terlebih dahulu tujuanmu, kemudian secara bertahap lakukan penerapan berdasarkan jalan ini, dan pada akhirnya engkau pasti akan memetik pelajaran. Apakah engkau semua memercayainya? (Ya.)" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (20)"). Firman Tuhan menunjukkan jalan penerapan padaku. Jika aku ingin mengejar kebenaran dan diselamatkan, aku harus tunduk kepada lingkungan yang telah Tuhan atur, mencari kebenaran, dan menerapkannya sesuai firman Tuhan. Meski aku tidak bisa melaksanakan tugas-tugasku sekarang atau berhubungan dengan saudara-saudari, aku melihat perlindungan Tuhan dalam keadaan ini. Meski penyakitku parah, Tuhan menganugerahiku setiap embusan napas, dan aku masih hidup. Aku masih bisa membaca firman Tuhan di rumah; Tuhan tidak merampas hakku untuk membaca firman-Nya. Namun, aku tidak bersyukur. Alih-alih menghargai perlindungan Tuhan, aku bersikap negatif dan salah memahami-Nya. Aku benar-benar tidak bernalar. Aku harus merenung dan lebih memahami diriku sendiri, mencari firman Tuhan yang relevan untuk mengatasi kerusakanku sendiri, yang merupakan wujud dari pengejaran kebenaran.

Setelah beberapa saat, aku bisa melaksanakan tugas-tugasku lagi, aku memilih khotbah Injil. Aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah memberiku kesempatan lagi untuk melaksanakan tugasku. Selama melaksanakan tugasku, aku berfokus memeriksa watak rusakku yang tersingkap. Terkadang, saat aku mencapai hasil tertentu dalam tugasku, mau tidak mau aku merasa berpuas diri, kupikir aku cukup hebat. Namun, saat pelaksanaan tugasku tidak membuahkan hasil dan melenceng dari rencana, aku menjadi negatif, mengkhawatirkan pandangan orang lain terhadapku. Untuk menanggapi penyingkapan tentang diriku ini, aku mencari firman Tuhan untuk penyelesaiannya. Setelah menerapkan ini selama beberapa saat, hatiku merasa sangat puas. Puji syukur kepada Tuhan atas bimbingan-Nya!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan