Pelajaran Menyakitkan dari Mendambakan Kenyamanan

08 Maret 2025

Pada akhir 2017, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Aku merasa sedikit tertekan karena aku belum pernah melaksanakan tugas ini sebelumnya, tetapi aku tahu bahwa aku dapat mengemban tugas ini karena Tuhan mengangkat dan memberkatiku, jadi aku bersedia menjalankan peran ini. Pada awalnya, ketika saudara-saudari menghadapi masalah, aku mengandalkan Tuhan dan mencari prinsip-prinsip kebenaran untuk menyelesaikannya. Kadang-kadang aku bekerja hingga larut malam dan masih tidak merasa itu berat atau melelahkan. Setelah beberapa waktu, berbagai hal dalam pekerjaan gereja menunjukkan beberapa peningkatan, dan aku mulai memahami beberapa prinsip terkait tugas ini, yang mengurangi sejumlah tekanan yang sedang kurasakan.

Tahun-tahun berlalu, dan pada Maret 2021, beban kerja telah bertambah akibat meningkatnya jumlah anggota di gereja, dan aku mulai merasa tertekan. Saudari Jing Yuan, yang saat itu bekerja sama denganku, adalah seorang pendatang baru, dan dia belum cakap dalam pekerjaannya serta cenderung bersikap negatif ketika menghadapi kesulitan, jadi sebagian besar pekerjaan gereja jatuh kepadaku. Pada awalnya, aku bisa menangani semuanya dengan benar, berpikir bahwa karena Jing Yuan belum lama menjadi orang percaya dan tidak mampu menangani pekerjaan, tidak masalah jika aku mengerjakan lebih banyak. Sepanjang hari, aku disibukkan dengan pertemuan-pertemuan untuk melaksanakan pekerjaan dan menyelesaikan masalah saudara-saudari. Ketika sampai di rumah pada malam hari, aku juga harus merangkum penyimpangan dan masalah dalam pekerjaan. Setelah melakukan ini dalam waktu yang lama, aku mulai merasa bahwa menjadi pemimpin itu terlalu berat dan melelahkan, dan aku tidak memiliki waktu luang. Saat itu kesehatanku buruk, aku pernah menderita kanker sebelumnya serta baru beberapa tahun menjalani pemulihan, dan dokter menyuruhku untuk banyak beristirahat. Aku berpikir, "Aku sangat sibuk setiap hari; jika aku terus melelahkan diri seperti ini, tidakkah penyakitku akan kambuh? Jika itu terjadi, tidak hanya tubuhku yang akan menderita, tetapi aku juga bisa mati." Ketika memikirkan hal ini, aku merasa sangat khawatir dan tidak ingin lagi melaksanakan tugasku sebagai pemimpin. Aku ingin beralih ke tugas yang lebih mudah supaya diriku lebih punya waktu untuk beristirahat. Berkali-kali aku ingin menulis surat pengunduran diriku. Setiap kali aku memikirkan hal ini, aku merasa sedikit bersalah. Gereja tidak memiliki orang yang cocok untuk menjadi pemimpin, jadi apa yang akan terjadi pada pekerjaan gereja jika aku mengundurkan diri? Kemudian, aku pergi untuk melaksanakan pekerjaan penginjilan, dan aku mendapati bahwa saudara-saudari memiliki banyak sudut pandang salah yang menghalangi mereka. Pada awalnya, aku bisa berusaha untuk mempersekutukan dan menyelesaikan segala hal, tetapi setelah beberapa saat, hasil pekerjaan penginjilan masih buruk. Setiap kali aku memikirkan tentang waktu dan usaha yang harus kucurahkan untuk merangkum penyimpangan dan menyelesaikan masalah, bagaimana aku harus terus menindaklanjuti dan menyelesaikan setiap masalah yang dimiliki oleh calon penerima Injil, serta betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan, aku merasa lelah. Aku berpikir, "Sudah ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan. Bagaimana aku bisa mengurus semuanya? Bagaimana jika tubuhku ambruk? Tubuhku adalah milikku; aku harus lebih santai, aku tidak boleh memaksakan diri seperti ini." Jadi, setiap kali aku bertemu dengan saudara-saudari, aku hanya bertanya secara singkat apakah ada calon penerima Injil yang perlu menerima pemberitaan Injil, lalu aku menyampaikan beberapa kata doktrin dan pergi. Tidak lama kemudian, pemimpin tingkat atas mengirimkan surat, mengatakan bahwa alasan pekerjaan penginjilan tidak membuahkan hasil pasti karena pemimpin tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku merasa agak kesal, berpikir, "Pekerjaan injil adalah tanggung jawabku, dan kurangnya hasil tersebut secara langsung berkaitan denganku." Aku juga merasa sedikit tertekan, berpikir akan lebih baik jika aku melaksanakan tugas yang hanya berfokus pada satu hal, seperti menyirami para pendatang baru di gereja, dengan begitu aku bisa sedikit santai dan tidak terlalu melelahkan diri. Menjadi pemimpin adalah pekerjaan yang begitu berat, dan jika pekerjaan itu tidak dilakukan dengan baik, aku harus bertanggung jawab. Kurasa sebaiknya kuakui saja tanggung jawabku dan mengundurkan diri. Jadi, ketika aku bertemu dengan pemimpin tingkat atas, aku mengeluh tentang kesulitan dan penderitaanku, kukatakan bahwa aku kurang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas ini, bahwa keberadaanku di posisi kepemimpinan akan menunda jalan masuk kehidupan saudara-saudari serta berdampak pada pekerjaan gereja, dan bahwa ini adalah tindakan jahat. Pemimpin tidak menerima pengunduran diriku dan malah menawariku persekutuan serta bantuan. Aku menyadari bahwa aku bukan kurang kemampuan, melainkan terlalu peduli pada dagingku sendiri. Setiap kali aku memikirkan tentang harus mengalami penderitaan fisik, aku masih takut tubuhku akan ambruk, dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika kondisiku kembali seperti dulu dan aku meninggal. Meskipun aku tampak sedang melaksanakan tugasku, aku merasa kesakitan dan tertekan. Kemudian, saudari yang bertanggung jawab atas pekerjaan penginjilan berkata kepadaku, "Hasil yang buruk dari pekerjaan penginjilan di gerejamu secara langsung berkaitan denganmu." Aku tidak merenungkan diriku dan malah mencari alasan serta pembenaran, mengatakan bahwa aku tidak punya kemampuan dan tidak dapat menangani pekerjaan itu. Setelah itu, aku terus bersikap pasif dalam tugasku.

Suatu hari, pada bulan Juni 2021, aku ditangkap polisi saat sedang berkumpul. Pada saat itu, aku jelas menyadari bahwa ini adalah didikan dari Tuhan. Aku selalu bersikap pasif dalam tugasku, selalu mengkhawatirkan dagingku dan ingin mengundurkan diri, tidak ingin melaksanakan tugas seorang pemimpin, dan kini aku kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasku. Aku merasa bahwa Tuhan telah menggunakan situasi ini untuk mencabut kualifikasiku dalam melaksanakan tugasku, dan hatiku dipenuhi dengan perasaan tersiksa. Kemudian, karena perlindungan Tuhan, aku segera dibebaskan. Untuk menghindari pengawasan dan penangkapan oleh polisi, aku harus pergi bersembunyi untuk sementara waktu dan tidak bisa keluar untuk melaksanakan tugasku. Aku sangat menderita dan merasa sangat negatif, bertanya-tanya apakah situasi ini berarti bahwa Tuhan sedang menyingkapkan diriku dan tidak menginginkanku lagi. Kemudian, aku membaca sebuah bagian dari firman Tuhan dan memahami maksud Tuhan. Tuhan berfirman: "Terkadang, Tuhan menggunakan masalah tertentu untuk menyingkapkan atau mendisiplinkanmu. Apakah ini berarti engkau telah disingkirkan? Apakah itu berarti segalanya sudah berakhir bagimu? Tidak. ... Sebenarnya, dalam banyak hal, kekhawatiran orang berasal dari kepentingan mereka sendiri. Secara umum, kekhawatiran itu adalah ketakutan bahwa mereka tidak memiliki kesudahan yang baik. Mereka selalu berpikir dalam hati, 'Bagaimana jika Tuhan menyingkapkanku, menyingkirkanku, dan menolakku?' Ini adalah kesalahanmu dalam memahami Tuhan; ini hanyalah pemikiranmu. Engkau harus mencari tahu apa maksud Tuhan. Tuhan menyingkapkan manusia bukanlah untuk menyingkirkan mereka. Orang-orang disingkapkan untuk menyingkapkan kekurangan, kekeliruan, dan esensi dari natur mereka, untuk membuat mereka mengenal diri mereka sendiri, dan mampu sungguh-sungguh bertobat; dengan demikian, menyingkapkan orang adalah untuk membantu mereka agar bertumbuh dalam hidup mereka. Tanpa pemahaman yang murni, orang cenderung salah memahami Tuhan dan menjadi negatif dan lemah. Mereka bahkan mungkin menyerah karena putus asa. Sebenarnya, disingkapkan oleh Tuhan bukan berarti orang itu akan disingkirkan. Itu adalah untuk membantumu menyadari kerusakanmu sendiri, dan membuatmu bertobat. Sering kali, karena orang-orang memberontak, dan tidak mencari kebenaran untuk menemukan penyelesaian ketika kerusakan mereka yang banyak tersingkap, Tuhan harus melakukan pendisiplinan. Dan terkadang, Dia menyingkapkan orang, memperlihatkan keburukan dan keadaan mereka yang menyedihkan, memungkinkan mereka untuk mengenal diri mereka sendiri, yang membantu hidup mereka bertumbuh. Menyingkapkan orang memiliki dua arti yang berbeda: bagi orang jahat, disingkapkan berarti mereka disingkirkan. Bagi orang yang mampu menerima kebenaran, disingkapkan adalah pengingat dan peringatan; itu membuat mereka harus merenungkan diri mereka sendiri untuk melihat keadaan mereka yang sebenarnya, dan tidak lagi suka memberontak dan sembrono, karena terus seperti ini akan berbahaya. Menyingkapkan orang dengan cara ini adalah untuk mengingatkan mereka, agar ketika mereka melaksanakan tugasnya, mereka tidak bingung dan ceroboh, tidak meremehkan tugas, tidak puas hanya dengan sedikit efektif, berpikir bahwa mereka telah melakukan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima—padahal sebenarnya, diukur menurut apa yang Tuhan tuntut, mereka jauh dari standar, tetapi mereka tetap berpuas diri, dan berpikir pekerjaan mereka baik. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan akan mendisiplinkan, memperingatkan, dan mengingatkan manusia. Terkadang, Tuhan menyingkapkan keburukan mereka, yang secara terang-terangan berfungsi sebagai pengingat. Pada saat-saat seperti itu engkau harus merenungkan dirimu, yaitu bahwa melaksanakan tugasmu seperti ini tidaklah memadai, ada pemberontakan yang terlibat di dalamnya, itu mengandung terlalu banyak hal-hal negatif, itu sepenuhnya asal-asalan, dan jika engkau tidak bertobat, engkau akan dihukum. Ketika Tuhan mendisiplinkan dan menyingkapkanmu, ini bukan berarti engkau akan disingkirkan. Masalah ini harus diperlakukan dengan benar. Sekalipun engkau disingkirkan, engkau harus menerimanya dan tunduk akan hal itu, dan segera merenungkan dirimu dan bertobat" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menerapkan Kebenaran dan Tunduk Kepada Tuhan Orang Bisa Mencapai Perubahan Watak"). Firman Tuhan menghapus kesalahpahamanku terhadap-Nya. Aku telah berpikir bahwa ditangkap dan kehilangan tugas adalah cara Tuhan menggunakan situasi ini untuk menyingkap dan menyingkirkanku, tetapi kenyataannya, situasi ini adalah pengingat serta peringatan dari Tuhan kepadaku, dan itu mendorongku untuk merenungkan diriku sendiri. Aku selalu mengeluh tentang kesulitan dan penderitaan, mendambakan kenyamanan alih-alih melakukan pekerjaan nyata dalam tugasku, yang hanya menghambat pekerjaan tersebut. Jika situasi ini tidak terjadi padaku, aku tidak akan merenungkan diriku sendiri dan akan terus menganggap enteng tugasku. Hal ini akan menyebabkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki pada pekerjaan dan membuat Tuhan marah, yang pastinya akan mengakibatkan aku tersingkir. Aku menyadari bahwa aku harus merenungkan diriku sepenuhnya dan benar-benar bertobat, karena ini sejalan dengan maksud Tuhan. Aku tidak boleh lagi salah paham terhadap Tuhan. Jadi, aku mulai merenung dan berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membimbingku untuk memetik pelajaran dari hal ini.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan berikut: "Saat melaksanakan tugas, orang selalu memilih pekerjaan ringan, pekerjaan yang tidak akan melelahkannya, dan yang tidak melibatkan unsur di luar ruangan. Ini berarti memilih pekerjaan yang mudah dan mengabaikan pekerjaan yang sulit, dan inilah yang terwujud ketika orang mendambakan kenyamanan daging. Apa lagi? (Selalu mengeluh ketika tugasnya sedikit sulit, sedikit melelahkan, ketika harus membayar harga.) (Sibuk dengan makanan dan pakaian, dan kesenangan daging.) Semua inilah yang terwujud ketika orang mendambakan kenyamanan daging. Ketika orang seperti itu melihat bahwa suatu tugas terlalu melelahkan atau berisiko, dia melemparkannya ke orang lain; dia sendiri hanya melakukan pekerjaan santai, dan dia berdalih dengan mengatakan bahwa kualitasnya buruk, bahwa dia tidak memiliki kemampuan kerja, dan tidak mampu mengambil tugas tersebut—padahal sebenarnya, itu karena dia mendambakan kenyamanan daging. Apa pun pekerjaan atau tugas yang dilakukannya, mereka tidak mau menderita. ... Selain itu, ada juga orang-orang yang selalu mengeluhkan kesulitannya ketika menjalankan tugas, ketika mereka tidak mau berupaya keras, ketika, segera setelah dia memiliki sedikit waktu luang, dia beristirahat, mengobrol santai, atau ikut serta dalam kesenangan dan hiburan. Dan ketika pekerjaan meningkat dan itu merusak ritme dan rutinitas hidupnya, dia tidak senang dan tidak puas akan hal itu, dan bersikap asal-asalan dalam menjalankan tugasnya. Ini artinya mendambakan kenyamanan daging, bukan? ... Ibuk apa pun pekerjaan gereja atau sesibuk apa pun tugasnya, rutinitas dan kondisi normal kehidupannya tidak pernah berubah. Dia tidak pernah sembrono dengan rincian sekecil apa pun dalam kehidupan dagingnya dan mengendalikan semua itu dengan sempurna, sangat ketat dan serius. Namun, ketika menangani pekerjaan rumah Tuhan, sebesar apa pun masalahnya dan sekalipun itu melibatkan keselamatan saudara-saudari, dia menanganinya dengan sembrono. Dia bahkan tidak peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan amanat Tuhan atau tugas yang harus dijalankannya. Dia tidak bertanggung jawab. Ini artinya menuruti kenyamanan daging, bukan? Apakah orang yang menuruti kenyamanan daging cocok untuk melaksanakan tugas? Begitu ada orang yang membahas topik tentang pelaksanaan tugasnya, atau berbicara tentang membayar harga dan mengalami kesukaran, dia akan terus menggelengkan kepalanya. Dia selalu memiliki terlalu banyak masalah, dia penuh dengan keluhan, dan dia dipenuhi hal-hal negatif. Orang semacam itu tidak berguna, dia tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugasnya, dan harus disingkirkan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (2)"). "Ini karena hal yang paling jelas mencerminkan ikatan yang menghubungkanmu dengan Tuhan adalah caramu memperlakukan hal-hal yang Tuhan percayakan kepada-Mu dan tugas yang Dia berikan kepada-Mu, serta sikap yang kaumiliki. Hal yang paling terlihat dan paling nyata adalah masalah ini. Tuhan sedang menunggu; Dia ingin melihat bagaimana sikapmu. Pada saat yang penting ini, engkau harus bergegas dan memberitahu Tuhan bagaimana engkau akan bersikap, menerima amanat-Nya, dan melaksanakan tugasmu dengan baik. Setelah engkau memahami hal yang penting ini dan memenuhi amanat yang Tuhan berikan kepada-Mu, hubunganmu dengan Tuhan akan menjadi normal. Jika, ketika Tuhan memercayakan tugas kepada-Mu atau menyuruhmu untuk melaksanakan tugas tertentu, sikapmu adalah acuh tak acuh dan apatis, dan engkau tidak menganggapnya serius, bukankah sikapmu ini justru adalah kebalikan dari mencurahkan segenap hati dan kekuatanmu? Mampukah engkau melaksanakan tugasmu dengan baik dengan cara seperti ini? Tentu saja tidak. Engkau tidak akan melaksanakan tugasmu dengan baik. Jadi, sikapmu saat melaksanakan tugasmu adalah hal yang sangat penting, sama seperti metode dan jalan yang kaupilih. Sekalipun orang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka yang tak mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik akan disingkirkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dengan merenungkan firman Tuhan, aku merasa seolah hatiku telah ditusuk, seakan-akan Tuhan berdiri di hadapanku dan menghakimiku. Tuhan memercayakan amanat kepada manusia dengan harapan bahwa mereka dapat menyelesaikannya dengan segenap hati dan kekuatan mereka, tetapi aku bersikap sangat meremehkan tugasku dan aku sama sekali tidak memenuhi tanggung jawabku. Ketika aku menjadi agak sibuk dengan tugas-tugas atau ada kesulitan yang mengharuskanku memikirkan atau membayar harga, aku mendambakan kenyamanan dan mengeluh, tidak mau menanggung penderitaan atau membayar harga. Aku bahkan ingin mengundurkan diri dan menghindari tugasku. Aku teringat ketika pertama kali mengemban tugas sebagai pemimpin gereja. Meskipun ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, aku mengandalkan Tuhan serta membayar harga yang nyata, dan Tuhan membimbingku, dan pekerjaan itu mengalami beberapa kemajuan. Kemudian, ketika jumlah anggota gereja meningkat, pekerjaan yang harus dilakukan bertambah banyak, dan saudari yang bekerja bersamaku saat itu masih seorang pendatang baru, jadi sebagian besar pekerjaan gereja membutuhkan keterlibatan pribadiku. Aku sibuk siang dan malam, dan aku merasa menderita secara fisik. Aku sangat khawatir kankerku akan kambuh, sehingga aku tidak lagi sepenuh hati dalam tugasku. Ketika melihat tidak ada kemajuan dalam pekerjaan penginjilan, aku mengeluh tentang kesulitan dan penderitaan, mencari-cari alasan bahwa aku tidak mampu menangani pekerjaan itu karena aku tidak punya kemampuan, selalu ingin menghindari tanggung jawab demi tugas yang lebih mudah. Sebenarnya, jika aku mau membayar harga, aku bisa melakukan pekerjaan itu dengan baik, tetapi aku takut akan masalah dan tidak mau berusaha mencari firman Tuhan untuk menyelesaikan kesulitan saudara-saudari. Aku takut tubuhku akan ambruk, jadi aku hanya melihat kemajuan kerja yang lambat itu tanpa peduli, mengakibatkan pekerjaan penginjilan tidak efektif selama berbulan-bulan. Semua ini disebabkan oleh keinginanku yang berlebihan akan kenyamanan. Meskipun demikian, ketika saudari itu memangkasku, aku tidak merenung dan malah mencoba membenarkan diriku. Tuhan benci dan dibuat jijik oleh sikapku terhadap tugasku. Tuhan menggunakan situasi ini untuk menghentikan tugasku, yang sepenuhnya menyingkapkan watak benar Tuhan. Namun, aku tidak merenungkan diriku sendiri dan berpikir bahwa Tuhan menggunakan situasi ini untuk menyingkap serta menyingkirkanku, dan aku pun hidup dalam kesalahpahaman. Aku sama sekali tidak memahami maksud baik Tuhan! Ketika menyadari hal ini, aku merasa sangat berutang kepada Tuhan, dan aku berdoa kepada-Nya, "Ya Tuhan, aku belum memenuhi tanggung jawabku, dan ketika dihadapkan pada kesulitan, aku mengeluh, hanya peduli pada dagingku dan takut kelelahan. Aku sama sekali tidak mempertimbangkan maksud-Mu. Aku kini menyadari pemberontakanku dan mau bertobat. Aku tidak tahu apakah aku akan punya kesempatan untuk melaksanakan tugas di masa mendatang, tetapi jika punya, aku bersedia mempertimbangkan maksud-Mu dan tidak lagi mencari kenyamanan fisik."

Setelah itu, aku menenangkan diri, membaca firman Tuhan, dan berdoa kepada Tuhan, merenungkan mengapa aku tidak mau menderita atau membayar harga dalam tugasku. Kemudian, aku membaca sebuah bagian dari firman Tuhan: "Engkau berharap bahwa imanmu kepada Tuhan tidak akan mendatangkan tantangan atau kesengsaraan, ataupun kesulitan sekecil apa pun. Engkau selalu mengejar hal-hal yang tidak berharga, dan tidak menghargai hidup, melainkan menempatkan pikiran yang terlalu muluk-muluk di atas kebenaran. Engkau sungguh tidak berharga! Engkau hidup seperti babi—apa bedanya antara engkau, babi, dan anjing? Bukankah mereka yang tidak mengejar kebenaran, melainkan mengasihi daging, adalah binatang buas? Bukankah mereka yang mati, tanpa roh, adalah mayat berjalan? Berapa banyak firman yang telah disampaikan di antara engkau sekalian? Apakah hanya sedikit pekerjaan yang dilakukan di antaramu? Berapa banyak yang telah Kuberikan di antaramu? Lalu mengapa engkau tidak mendapatkannya? Apa yang harus engkau keluhkan? Bukankah engkau tidak mendapatkan apa-apa karena engkau terlalu mengasihi daging? Dan bukankah ini karena pikiranmu yang terlalu muluk-muluk? Bukankah karena engkau terlalu bodoh? Jika engkau tidak mampu memperoleh berkat-berkat ini, dapatkah engkau menyalahkan Tuhan karena tidak menyelamatkanmu? ... Seorang pengecut sepertimu, yang selalu mengejar daging—apa engkau punya hati, apa engkau punya roh? Bukankah engkau adalah binatang buas? Aku memberimu jalan yang benar tanpa meminta imbalan apa pun, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau salah satu dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Tuhan mengungkapkan bahwa ketika orang menghadapi kesulitan dalam tugas mereka, mereka mengeluh dan tidak mau melakukannya, dan bahwa orang-orang yang mencari kenyamanan itu seperti babi, yang hanya tahu membanjiri diri dengan makan, minum, dan tidur, tanpa pengejaran positif apa pun. Dengan merenungkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa aku memang seperti itu. Bagiku, melaksanakan tugas sebagai pemimpin adalah kesempatan untuk menerapkan dan memungkinkanku mencari kebenaran serta memikul pekerjaan ketika kesulitan muncul. Namun, ketika aku menyadari bahwa menjadi pemimpin berarti menuntut banyak perhatian dan kerja keras, aku pun merasa menentang, dan ketika pekerjaan penginjilan tidak efektif serta mengharuskanku menderita dan membayar harga, aku hanya peduli pada tubuhku, takut jika kelelahan akan menyebabkan penyakit kankerku kambuh, sehingga aku terus mencari alasan dan ingin mengundurkan diri. Aku menyadari bahwa aku tidak memiliki hati nurani atau rasa tanggung jawab. Aku telah bersikap tidak bertanggung jawab terhadap tugasku dan menganggapnya enteng, menyebabkan pekerjaan penginjilan tidak mengalami kemajuan, dan aku juga tidak memberikan bantuan apa pun kepada saudara-saudari. Meskipun aku tidak melelahkan diriku, aku menunda pekerjaan gereja. Aku telah menjadi orang yang egois dan tidak dapat dipercaya, bagaimana mungkin Tuhan tidak membenci dan jijik padaku? Ketika aku mengingat saat gereja memiliki jumlah anggota yang lebih sedikit, meskipun ada banyak tugas dan beberapa kesulitan dalam pekerjaan, dengan membayar harga, pekerjaan itu menunjukkan tanda-tanda peningkatan, dan aku mulai memahami beberapa prinsip kebenaran. Ketika jumlah anggota gereja meningkat, dan beberapa masalah muncul dalam pekerjaan, aku tidak mau membayar harga atau mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, karena aku takut tubuhku akan ambruk. Akibatnya, tidak hanya pekerjaan menjadi tidak efektif, tetapi aku juga tidak memperoleh kebenaran. Tuhan telah membayar harga yang begitu besar untukku. Dia mengatur banyak situasi untuk menyucikan dan mengubah watakku yang rusak, dan Dia memberiku kesempatan untuk memperoleh kebenaran melalui tugasku, tetapi ketika aku dihadapkan pada kesulitan yang melibatkan penderitaan fisik, aku menciut mundur. Ini berarti bahwa aku tidak hanya mengecewakan maksud Tuhan yang begitu besar, tetapi aku juga menyebabkan kerugian pada pekerjaan gereja dan meninggalkan pelanggaran dalam jejakku. Aku merasa sangat bersalah dan berdoa kepada Tuhan, ingin bertobat.

Setelah berdoa, aku teringat sebuah bagian dari firman Tuhan: "Caramu memperlakukan amanat Tuhan sangatlah penting, dan ini adalah hal yang sangat serius. Jika engkau tidak dapat menyelesaikan apa yang telah Tuhan percayakan kepada manusia, engkau tidak layak untuk hidup di hadirat-Nya dan engkau harus dihukum. Adalah sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan bahwa manusia harus menyelesaikan amanat apa pun yang Tuhan percayakan kepada mereka. Ini adalah tanggung jawab tertinggi manusia, dan sama pentingnya dengan hidup mereka sendiri. Jika engkau tidak memperlakukan amanat Tuhan dengan serius, artinya engkau sedang mengkhianati Dia dengan cara yang paling serius. Dalam hal ini, engkau lebih menyedihkan daripada Yudas dan harus dikutuk" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"). Memang benar. Aku telah bersikap meremehkan, merasa menentang, dan tidak merasa memikul beban terhadap tugas-tugasku. Ini adalah pengkhianatan serius terhadap Tuhan, dan aku bahkan lebih menyedihkan daripada Yudas. Yudas menjual Tuhan Yesus demi kepentingannya sendiri, dan pada saat itu, Tuhan tidak banyak memberitakan Injil kepadanya. Kini, aku telah membaca begitu banyak firman Tuhan, dan aku memahami beberapa kebenaran serta maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia, tetapi alih-alih berusaha sebaik mungkin melaksanakan tugasku untuk membalas kasih Tuhan, aku malah menuruti dagingku dan bersikap tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan gereja. Bukankah tindakanku lebih menjijikkan daripada tindakan Yudas? Dalam tugas-tugasku, aku hanya memikirkan dagingku, selalu mengambil pilihan yang mudah, dan sepenuhnya mengabaikan pekerjaan gereja. Perilakuku mencerminkan pengkhianatan terhadap Tuhan dan layak dikutuk serta dihukum oleh Tuhan. Sebenarnya, jika aku lebih tekun dalam tugasku serta mau berusaha dan membayar harga, pekerjaan penginjilan tidak akan menjadi tidak efektif selama berbulan-bulan. Aku telah menganggap enteng tugas-tugasku dan menunda pekerjaan penginjilan. Ini adalah pelanggaran yang serius! Saat menyadari hal ini, aku merasa takut. Aku merenungkan fakta bahwa sikapku terhadap tugas-tugasku benar-benar membuat Tuhan jijik dan benci, dan aku pantas dikutuk. Namun, Tuhan tidak memperlakukanku sesuai dengan tindakanku. Sebaliknya, Dia menggunakan penangkapanku oleh PKT untuk memaksaku datang ke hadapan-Nya, merenungkan dan mengenali watakku yang rusak, dengan harapan agar aku mampu meninggalkan dagingku dan berbalik kepada-Nya. Aku bersedia menerima penghakiman Tuhan dan bertobat kepada-Nya, dan di masa mendatang, betapa pun melelahkan atau sulitnya tugasku, aku tidak akan menghindarinya, dan aku hanya ingin berusaha yang terbaik dalam bekerja sama.

Kemudian, untuk mengatasi ketakutanku yang terus menerus bahwa tubuhku akan ambruk serta keadaanku yang takut mati, aku membaca lebih banyak firman Tuhan yang mengatasi kekhawatiranku. Tuhan berfirman: "Sebenarnya, jika orang benar-benar percaya kepada Tuhan, pertama-tama mereka harus tahu bahwa masa hidup manusia berada di tangan Tuhan. Waktu kelahiran dan kematian orang ditentukan sejak semula oleh Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Ada orang-orang yang melakukan segala cara, menggunakan berbagai metode untuk mengobati penyakit mereka, tetapi pengobatan apa pun yang mereka gunakan, penyakit mereka tidak dapat disembuhkan. Makin diobati, makin parah penyakit mereka. Bukannya berdoa kepada Tuhan untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dengan penyakit mereka, dan mencari sumber penyebabnya, mereka malah menanganinya dengan mengandalkan diri mereka sendiri. Pada akhirnya, mereka menggunakan banyak cara dan menghabiskan cukup banyak uang, tetapi penyakit mereka tetap tidak sembuh. Kemudian, setelah menghentikan pengobatan, penyakit itu tiba-tiba sembuh dengan sendirinya, dan mereka tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi. Ada orang-orang yang mengidap penyakit yang biasa-biasa saja dan mereka tidak terlalu mengkhawatirkannya, tetapi pada suatu hari keadaannya memburuk dan mereka mendadak meninggal. Mengapa hal ini terjadi? Manusia tidak mampu memahaminya; sebenarnya, dari sudut pandang Tuhan, ini adalah karena misi orang-orang itu di dunia ini telah berakhir, jadi Dia mengambil nyawa mereka. Orang sering berkata, 'Manusia tidak akan mati jika mereka tidak sakit.' Benarkah demikian? Ada orang yang, setelah diperiksa di rumah sakit, didapati tidak mengidap penyakit apa pun. Dia sangat sehat tetapi beberapa hari kemudian dia mendadak meninggal. Ini disebut mati tanpa mengidap penyakit. Ada banyak orang yang seperti itu. Ini berarti mereka telah mencapai akhir hidup mereka, dan mereka telah dibawa kembali ke alam roh. Ada orang-orang yang sembuh dari kanker dan TBC dan masih hidup hingga berusia tujuh puluhan atau delapan puluhan. Ada cukup banyak orang yang seperti itu. Semua ini tergantung pada penetapan Tuhan. Memiliki pemahaman seperti ini merupakan iman sejati kepada Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa apakah penyakitku akan kambuh atau apakah aku akan meninggal, semuanya ada di tangan Tuhan, dan itu adalah hal-hal yang tidak bisa aku kendalikan. Seperti halnya kanker yang kualami bukanlah hasil dari kehendakku sendiri. Kapan aku jatuh sakit dan kapan aku sembuh, semua telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Yang seharusnya aku lakukan adalah tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan serta melaksanakan tugasku dengan baik, dan aku seharusnya tidak mencemaskan hidup dan mati secara sia-sia. Selama ini aku selalu khawatir bahwa kelelahan dalam melaksanakan tugasku akan menyebabkan penyakitku kambuh dan aku akan meninggal. Aku tidak memiliki rasa memikul beban atas tugasku, dan aku telah menunda pekerjaan gereja. Pada titik itu aku memahami bahwa hidup dan mati seseorang ada di tangan Tuhan, dan terlepas dari apakah kankernya kambuh atau tidak, aku harus melaksanakan tugasku dengan baik. Jika Tuhan mengizinkan kematian datang kepadaku, aku harus memiliki sikap menerima dan tunduk, yang adalah sesuai dengan maksud Tuhan.

Aku juga merenungkan bagaimana Nuh memperlakukan amanat Tuhan. Tuhan berfirman: "Menghadapi berbagai macam masalah, situasi yang sulit, dan tantangan, Nuh tidak mundur. Ketika beberapa tugas teknisnya yang lebih sulit sering kali gagal dan mengalami kerusakan, meskipun Nuh merasa sedih dan cemas di dalam hatinya, ketika dia merenungkan firman Tuhan, ketika dia mengingat setiap firman yang Tuhan perintahkan kepadanya, dan peninggian Tuhan terhadap dirinya, dia sering kali merasa sangat termotivasi: 'Aku tidak boleh menyerah, aku tidak boleh membuang apa yang Tuhan perintahkan dan percayakan untuk kulakukan; ini adalah amanat Tuhan, dan karena aku menerimanya, karena aku mendengar firman yang diucapkan oleh Tuhan dan suara Tuhan, dan karena aku menerima amanat ini dari Tuhan, aku harus tunduk secara mutlak, itulah yang seharusnya dicapai oleh seorang manusia.' Jadi, apa pun jenis kesulitan yang dia hadapi, apa pun ejekan atau fitnah yang dia hadapi, betapapun lelah tubuhnya, betapapun letihnya, dia tidak meninggalkan apa yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepadanya, dan selalu mengingat setiap kata yang telah Tuhan katakan dan perintahkan. Bagaimanapun lingkungannya berubah, sebesar apa pun kesulitan yang dia hadapi, dia percaya bahwa semua ini tidak akan berlangsung selamanya, bahwa hanya firman Tuhan yang tidak akan pernah berlalu, dan hanya apa yang Tuhan perintahkan untuk dilakukan pasti akan diselesaikan. Nuh memiliki iman sejati kepada Tuhan di dalam dirinya, dan ketundukan yang sudah seharusnya dia miliki, dan dia terus membangun bahtera yang Tuhan minta untuk dibangun olehnya. Hari demi hari, tahun demi tahun, Nuh bertambah tua, tetapi imannya tidak berkurang, dan tidak ada perubahan dalam sikap dan tekadnya untuk menyelesaikan amanat Tuhan. Meskipun ada kalanya tubuhnya merasa lelah dan letih, dan dia jatuh sakit, dan di dalam hatinya dia merasa lemah, tekad dan ketekunannya untuk menyelesaikan amanat Tuhan dan tunduk kepada firman Tuhan tidak berkurang. Selama bertahun-tahun Nuh membangun bahtera, Nuh berlatih untuk mendengarkan dan tunduk kepada firman yang telah Tuhan ucapkan, dan dia juga menerapkan kebenaran penting sebagai makhluk ciptaan dan manusia biasa yang perlu menyelesaikan amanat Tuhan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Lampiran Tiga (Bagian Dua)). Dari firman Tuhan, aku melihat bahwa Nuh mampu memikirkan maksud Tuhan. Saat menghadapi kesulitan besar dalam membangun bahtera, meskipun tubuhnya harus menanggung banyak penderitaan, dia tidak mundur. Sebaliknya, dia bertahan dalam amanat yang diberikan oleh Tuhan kepadanya hari demi hari selama seratus tahun, hingga bahtera itu selesai dibangun. Ketika aku membandingkan penerapan Nuh dengan penerapanku sendiri, aku merasa sangat malu dan terhina. Aku tidak gigih dalam melaksanakan tugasku, tetapi sebaliknya, aku sering mengeluh tentang kesulitan serta penderitaan, dan aku hanya memikirkan tubuhku saja di setiap kesempatan. Aku sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan Nuh, aku hanyalah orang yang tidak memiliki hati nurani. Aku pernah menderita kanker serta disembuhkan dalam perlindungan Tuhan, dan selama bertahun-tahun aku melaksanakan tugas, penyakitku tidak pernah kambuh, tetapi bukannya berusaha membalas kasih Tuhan, aku selalu memikirkan dagingku, khawatir kankerku akan kambuh, dan aku selalu mencari kenyamanan fisik. Lebih dari sekali, aku ingin menghindari tugasku. Aku tidak memiliki kesetiaan kepada Tuhan, aku benar-benar egois dan hina, tidak memiliki kemanusiaan atau nalar! Makin aku memikirkan hal ini, makin aku merasa bersalah, dan aku merasa tidak layak menerima pengangkatan dan keselamatan dari Tuhan. Aku harus mengikuti teladan Nuh dan berhenti memedulikan dagingku. Jika diberikan kesempatan lain untuk melaksanakan tugas, aku harus menghargainya.

Kemudian, para pemimpin tingkat atas menugaskanku untuk mengawasi pekerjaan di sebuah gereja pendatang baru. Aku sangat senang, mengetahui inilah kesempatan dari Tuhan untukku bertobat. Ketika aku tiba di gereja pendatang baru, aku melihat hasil pekerjaan yang buruk, khususnya pekerjaan penginjilan belum menunjukkan kemajuan, dan timnya kekurangan tenaga. Hal ini membuatku merasa kesulitannya begitu besar, dan aku berpikir, "Untuk melakukan pekerjaan ini dengan baik akan membutuhkan banyak usaha, banyak belajar, dan penguasaan berbagai prinsip kerja. Kesehatanku tidak baik, bagaimana jika tubuhku ambruk?" Jadi, aku tidak mau membayar harga. Namun, aku menyadari pemikiranku salah, dan aku pun berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku tidak ingin lagi memedulikan dagingku ketika pekerjaan gereja menghadapi kesulitan, aku harus memiliki hati nurani dan nalar untuk bekerja sama dengan-Mu, tolong bimbing aku. Aku bersedia bekerja dengan sangat kompak bersama saudara-saudari untuk melakukan pekerjaan dengan baik." Setelah itu, ketika melihat tidak ada tempat untuk berkumpul, aku berusaha mencari rumah-rumah yang layak untuk dijadikan tempat menerima tamu, agar saudara-saudariku dapat menjalani kehidupan gereja. Aku juga merasa terganggu ketika melihat saudara-saudari yang memberitakan Injil hidup dalam kesulitan, tetapi aku berpikir tentang bagaimana memberitakan Injil adalah maksud Tuhan, dan bahwa aku tidak boleh mundur ketika menghadapi kesulitan, jadi aku mencari firman Tuhan untuk menyelesaikan keadaan saudara-saudari, dan aku mempersekutukan bagaimana Nuh memperlakukan amanat Tuhan, membuat saudara-saudariku mampu memahami pentingnya pemberitaan Injil dan maksud Tuhan yang mendesak. Setelah persekutuanku, keadaan saudara-saudariku membaik, dan mereka bersedia bekerja sama dalam pekerjaan penginjilan. Setelah beberapa waktu, pekerjaan penginjilan menunjukkan peningkatan dibandingkan sebelumnya, yang semuanya adalah berkat bimbingan Tuhan!

Dengan pengalaman ini, aku mendapatkan pemahaman tentang esensi dan akibat dari mendambakan kenyamanan, dan aku juga telah memahami watak benar Tuhan. Sekarang, aku mampu memperbaiki sikapku dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasku. Hasil ini tercapai berkat firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Menghadapi Laporan Palsu

Oleh Saudari Liu Na, TiongkokSuatu hari, aku menerima surat laporan yang di dalamnya saudara-saudari menyatakan bahwa seorang pemimpin...

Penderitaan Mengejar Status

Oleh Saudari Zheng Yuan, Tiongkok Pada tahun 2017, aku terpilih sebagai pemimpin gereja, dan aku bekerja sama dengan dua saudari untuk...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh