Aku Benar-Benar Keturunan Si Naga Merah yang Sangat Besar
Oleh Saudari Zhang Min, Spanyol Firman Tuhan berkata, "Sebelumnya dikatakan bahwa orang-orang seperti itu adalah keturunan naga merah...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada tahun 2016, aku membuat video di gereja. Aku menyadari bahwa Saudari Xin Cheng menghasilkan lebih banyak video, dan selama diskusi kami, sebagian besar pendapatnya diterima, selain itu, pengawas sering memintanya untuk berbagi pandangannya. Aku mengira dia sudah lama berlatih dan secara teknis sudah mahir, jadi aku berpikir, "Karena aku baru di sini, aku harus belajar lebih banyak darinya." Namun kemudian, aku mengetahui bahwa Xin Cheng baru dua bulan berada di sini, dan aku pun mulai berpikir, "Kami berdua mulai melaksanakan tugas di sini pada waktu hampir bersamaan. Bisa jadi orang lain akan membandingkan aku dengannya. Kalau dia bisa diterima semua orang, aku tidak boleh kalah darinya, kalau tidak, orang lain pasti memandang rendah diriku." Setelah itu, dengan sengaja aku menonton video yang dibuat Xin Cheng, tapi aku tidak menemukan sesuatu yang sangat istimewa, jadi kupikir keterampilannya pun tidak istimewa—aku seharusnya bisa mencapai level itu juga. Untuk membuktikan bahwa kemampuanku tidak kalah dari Xin Cheng, Setiap kali kami membahas presentasi video, aku memikirkannya dengan saksama, berusaha memberikan pandangan yang lebih mendalam daripada miliknya. Bahkan ketika tidak ada yang salah dengan pandangannya, aku tetap menambahkan pendapatku sendiri untuk menimpali pendapatnya, sehingga semua orang akan mengira aku memikirkan masalah dengan lebih menyeluruh daripada dia.
Suatu ketika, aku melihat video buatan Xin Cheng yang cukup bagus. Video itu benar-benar menyegarkan untuk ditonton. Meskipun dalam hati aku mengakuinya, pemikiran untuk mengakui bahwa videonya bagus terasa seperti melempar kotoran ke muka sendiri, dan aku tidak sanggup melakukannya. Aku menghibur diriku dengan berpikir, "Kalau aku lebih bersungguh-sungguh, aku tidak akan kalah darinya." Setelah itu, aku lebih teliti lagi saat membuat video, dengan berulang kali memikirkan bagian-bagian yang penting, dan mempertimbangkan cara menyuntingnya agar menghasilkan efek yang bagus. Setelah bekerja keras, aku membuat beberapa video, dan ketika aku meminta Xin Cheng memeriksanya, dia tidak menemukan masalah apa pun, jadi aku merasa yakin bahwa keterampilannya kira-kira setingkat denganku. Namun kemudian, pengawas meminta Xin Cheng untuk membantu membimbingku. Aku berpikir, "Kami berdua mulai pada waktu yang hampir bersamaan, jadi mengapa harus dia yang membimbingku? Pengawas pasti berpikir bahwa kemampuanku tidak sebaik dirinya." Dalam hati, aku merasa sangat tidak yakin dan berpikir, "Jika aku belajar darinya dengan patuh, itu sama saja dengan mengakui bahwa aku lebih rendah darinya, bahkan jika nanti pun aku berhasil, semua orang akan menganggap bahwa itu berkat bimbingannya. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!" Jadi, ketika berdiskusi tentang presentasi video dengan Xin Cheng, Aku sama sekali tidak peduli dengan pendapatnya dan mengabaikannya begitu saja. Sebaliknya, ketika aku menyampaikan pendapatku, Xin Cheng justru mendengarkan dengan penuh perhatian, dan dia sering mengemukakan hal-hal yang tidak dapat dia mengerti dan meminta masukanku mengenai hal tersebut. Aku menganggap itu sebagai tanda bahwa aku tahu lebih banyak daripada dia, dan dia tidak kuanggap layak diperhatikan. Tak lama kemudian, Xin Cheng diangkat untuk melaksanakan tugasnya di tempat lain, dan aku merasa senang sekaligus iri. Aku iri dengan promosinya, tetapi pada saat yang sama, aku diam-diam senang karena dengan kepergiannya berarti pesaingku berkurang satu.
Setelah Xin Cheng pergi, satu kali kami mendiskusikan presentasi sebuah video. Ada beberapa masalah yang sulit dipecahkan, dan ini membuat sering terjadi penundaan dan kemajuan pun berjalan lambat. Mau tidak mau aku jadi berpikir, "Dulu, waktu pengawas meminta Xin Cheng untuk membantuku dan melakukan persekutuan bersama kami, Aku mengabaikannya, berpikir bahwa aku sudah paham semua yang dia tahu dan keberadaannya dalam tim tidaklah penting. Belum lama Xin Cheng pergi, kami justru menghadapi kesulitan. Pemahamanku terhadap prinsip-prinsip ternyata terbatas. Tanpa seseorang yang mengawasi dan memimpin, aku tidak bisa menghasilkan satu video pun yang memenuhi standar." Pada saat itu aku merasakan betapa congkaknya diriku, dan aku mulai merindukan kehadiran Xin Cheng, berpikir betapa bagusnya kalau ada orang lain dan beberapa saran lain untuk dijadikan rujukan. Aku teringat beberapa firman Tuhan: "Engkau semua harus mencapai kerjasama yang selaras demi tujuan pekerjaan Tuhan, demi kepentingan gereja, dan agar memacu saudara-saudarimu untuk maju. Engkau harus berkoordinasi satu sama lain, masing-masing mengubah yang lainnya dan mencapai hasil kerja yang lebih baik, sehingga engkau dapat memperhatikan maksud-maksud Tuhan. Inilah kerjasama yang sejati, dan hanya mereka yang terlibat di dalamnya akan mendapatkan jalan masuk yang benar" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Melayani Seperti yang Dilakukan Orang Israel"). Tiba-tiba aku sadar, Tuhan sudah mengatur agar aku bekerja dengan Xin Cheng sehingga kami dapat saling melengkapi kekuatan dan kelemahan masing-masing untuk membuat video yang lebih baik. Namun selama beberapa bulan terakhir, aku tidak melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, hanya berfokus pada membandingkan diriku dengannya dan memamerkan kemampuanku sendiri, mengucilkannya dan tidak mau bekerja sama dengannya. Sekarang Xin Cheng sudah pergi, aku tidak punya kesempatan untuk belajar darinya. Di titik ini, aku membenci diriku sendiri karena waktu itu sangat tidak bernalar.
Dalam pencarianku, aku menemukan firman Tuhan berikut ini: "Ada orang-orang yang selalu takut orang lain lebih baik daripada mereka atau mengungguli mereka, takut orang lain akan dikenali sedangkan mereka diabaikan, dan ini membuat mereka menyerang dan mengucilkan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang berbakat? Bukankah itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang kejam! Orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, yang hanya memuaskan keinginan egois mereka sendiri, tanpa memikirkan orang lain atau tanpa memikirkan kepentingan rumah Tuhan memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). "Watak antikristus apakah yang paling mencolok? Yaitu, watak apakah yang akan bisa segera engkau kenali saat engkau berhubungan dengan mereka, hanya dengan mendengar satu atau dua ungkapan dari mereka? Kecongkakan. ... Pantaslah kita katakan demikian karena mereka angkuh dan yakin bahwa tidak ada seorang pun yang sebanding dengan mereka—karena alasan ini, mereka tidak ingin bekerja sama atau mendiskusikan hal-hal dengan siapa pun, dalam segala hal yang mereka lakukan. Mereka mungkin mendengarkan khotbah, membaca firman Tuhan, melihat penyingkapan firman-Nya, atau kadang-kadang dipangkas, tetapi bagaimanapun juga, mereka tidak akan mengakui bahwa mereka sudah memperlihatkan kerusakan dan sudah melakukan pelanggaran, apalagi mengakui diri sebagai orang yang congkak dan merasa benar sendiri. Mereka tidak mampu memahami bahwa mereka hanyalah orang biasa, dengan kualitas yang biasa. Mereka tidak bisa mengerti hal-hal seperti itu. Bagaimana pun engkau memangkas mereka, mereka akan tetap berpikir bahwa mereka memiliki kualitas yang baik, bahwa mereka lebih tinggi dari orang-orang biasa. Bukankah ini tidak ada harapan? (Ya.) Tidak ada harapan. Itulah antikristus" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Dari paparan firman Tuhan, aku sadar bahwa perilakuku ini sebenarnya adalah rasa iri pada orang-orang berbakat dan kecongkakan di luar nalar yang telah disingkapkan Tuhan. Setelah merenungkan ketika aku baru tiba dan mulai membuat video, dan melihat bahwa Xin Cheng bisa diterima oleh semua orang padahal dia baru saja bergabung, aku jadi membandingkan diriku dengannya, berpikir bahwa kalau dia bisa melakukannya, aku juga bisa. Apakah itu dalam hal membuat video atau berbagi pendapat, aku memeras otak berusaha untuk menunjukkan kepintaranku. Aku pun tidak mau mengakui kelebihan yang dimiliki Xin Cheng. Jelas sekali keterampilannya dalam pembuatan video lebih tinggi dari kemampuanku, dan walaupun dalam hatiku mengakuinya, aku menolak mengatakannya secara lisan. Pengawas pernah meminta Xin Cheng untuk lebih banyak membimbingku supaya aku bisa cepat memahami prinsip-prinsip dan bisa meningkatkan keterampilanku, tetapi aku malah mengartikannya sebagai tanda merendahkanku, dan aku pun berkali-kali bersikap kurang ajar kepada Xin Cheng. Akibat iri, aku mandek tanpa ada keinginan untuk berkembang, dan tidak belajar apa pun dari bekerja sama dengannya. Apalagi, karena aku memang baru pada tahap belajar pembuatan video, banyak kemampuan yang belum kukuasai, tetapi aku masih merasa tahu segalanya, dan sifat congkak membuatku membabi buta dan keras kepala. Xin Cheng lebih baik dariku dalam membuat video, dan dia bersedia dengan rendah hati meminta bimbingan serta membahas berbagai masalah denganku, tetapi aku mengabaikan kelebihannya bahkan tanpa malu merasa yakin bahwa aku lebih baik darinya. Jika saja aku punya sedikit nalar untuk mengakui kekuranganku, mengesampingkan egoku dan mau belajar dari Xin Cheng, aku tidak akan sedemikian terpuruk dan menyedihkan seperti ini. Begitu menyadari hal ini, aku pun berdoa pada Tuhan, "Tuhan, aku sudah mengabaikan apa yang seharusnya aku kerjakan dan telah mengecewakan maksud tulus-Mu. Bahkan saat ini, keterampilan itu masih belum kukuasai, yang membuat tugasku tertunda. Aku ingin bertobat."
Dua tahun kemudian, seorang pengawas baru bernama Wang Lu diangkat. Sebelumnya akulah yang bertanggung jawab atas pekerjaan Wang Lu, tetapi sekarang dialah yang menindaklanjuti dan menjadi pengawas atas pekerjaanku, dan ini membuatku agak tidak nyaman. Pikirku, "Aku sudah melaksanakan tugasku lebih lama daripada dia, tetapi begitu datang dia langsung diangkat menjadi pengawas. Apakah saudara-saudari akan menganggap bahwa sekalipun berlatih lebih lama, aku masih belum sebagus anak baru?" Walaupun aku memang tidak pernah ingin menjadi pengawas, tapi aku juga tidak mau dipandang rendah. Maka dengan ragu-ragu aku lalu menanyakan pendapat seorang saudari tentang Wang Lu, dan saudari itu berkata bahwa Wang Lu memiliki pemahaman prinsip-prinsip yang cukup baik dan video yang dia buat juga hasilnya lumayan bagus. Ketika mendengarnya, aku masih tidak yakin dan tidak percaya dia benar sebagus itu. Setelah itu, aku terus mencari-cari masalah sekecil apa pun dengan Wang Lu demi menyeimbangkan kembali pola pikirku. Satu siang, Wang Lu datang untuk merangkum beberapa masalah di pekerjaan kami, dan aku ingin melihat sebagus apa kemampuannya, jadi aku menunggunya untuk bersekutu. Namun, dia diam saja untuk waktu yang lama. Kupikir, "Sebagai seorang pengawas, kenapa bukan kau yang mulai? Sepertinya kau ini hanya namanya saja pengawas. Kau bahkan tidak bisa mengatur pekerjaan seremeh ini." Setelah itu, aku sengaja memberi tahu para saudari bahwa Wang Lu itu pasif dan tidak efisien dalam melaksanakan tugasnya, mereka pun setuju dengan pendapatku. Aku merasa sedikit bahagia melihat kemalangannya, aku berpikir, "Walaupun sekarang dia dianggap baik, kemampuan kerjanya ternyata tidak sebagus itu. Sepertinya dia tidak akan mampu menjalankan peran pengawas dalam waktu yang lama. Pada saat itu, saudara-saudari akan berpikir bahwa, walaupun aku tidak memiliki kemampuan untuk menjadi pengawas, setidaknya aku bisa diandalkan dan dipercaya dalam tugasku, tidak seperti dia." Pada pertemuan selanjutnya, Wang Lu menanyakan keadaanku, dan aku memberikan jawaban yang sangat meremehkan, supaya dia sulit memahami keadaanku, dan dengan sengaja membuatnya ada dalam posisi sulit. Di pertemuan-pertemuan biasa, bahkan jika aku memiliki pandangan, aku tidak akan langsung bersekutu, dan bahkan sangat berharap yang lain juga akan diam saja, untuk melihat bagaimana Wang Lu akan menangani situasi ini. Namun, semuanya malah berinisiatif untuk membuka diri dan bersekutu, dan mereka dengan aktif merespons semua pertanyaan Wang Lu. Ketika melihat semuanya merasa bebas dan nyaman sedangkan aku merasa canggung, aku bertanya pada diri sendiri, "Kenapa semua orang bisa memperlakukan Wang Lu dengan benar, sedangkan aku selalu mencoba memusuhinya?" Dalam perenungan, aku sadar bahwa rasa iriku lagi-lagi yang menjadi penyebabnya.
Satu hari, aku membaca firman Tuhan ini: "Watak macam apa ketika orang melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka berusaha menjatuhkan orang itu, menyebarkan kabar bohong tentang orang itu, atau menggunakan cara-cara tercela untuk merendahkan orang itu dan merusak reputasinya—bahkan menginjak-injaknya—demi melindungi posisi mereka sendiri di benak orang? Ini bukan sekadar kecongkakan dan kesombongan, ini adalah watak Iblis, ini adalah watak yang kejam. Bahwa orang ini mampu menyerang dan mengasingkan orang-orang yang lebih baik dan lebih kuat daripada mereka menunjukkan bahwa mereka berbahaya dan jahat. Dan bahwa mereka rela melakukan apa pun untuk menjatuhkan orang memperlihatkan bahwa ada banyak watak Iblis dalam diri mereka! Dengan hidup berdasarkan watak Iblis, mereka cenderung meremehkan orang, berusaha menipu mereka, mempersulit mereka. Bukankah ini perbuatan jahat? Dan dengan hidup seperti ini, mereka masih merasa mereka baik-baik saja, merasa mereka orang baik—tetapi ketika mereka melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka cenderung mempersulit orang itu, menginjak-injaknya. Apa masalahnya di sini? Bukankah orang yang mampu melakukan perbuatan sejahat itu tidak bermoral dan bertindak semaunya? Orang-orang semacam itu hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, hanya memikirkan perasaan mereka sendiri, dan yang mereka inginkan hanyalah mencapai keinginan, ambisi, dan tujuan mereka sendiri. Mereka tidak peduli seberapa besar kerugian yang mereka timbulkan terhadap pekerjaan gereja, dan mereka lebih suka mengorbankan kepentingan rumah Tuhan demi melindungi status mereka di benak orang dan reputasi mereka sendiri. Bukankah orang-orang semacam ini congkak dan merasa diri benar, egois dan hina? Orang-orang semacam itu bukan hanya congkak dan merasa dirinya benar, mereka juga sangat egois dan hina. Mereka sama sekali tidak mempertimbangkan maksud-maksud Tuhan. Apakah orang-orang semacam itu memiliki hati yang takut akan Tuhan? Mereka sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Inilah sebabnya mereka bertindak sembrono dan melakukan apa pun yang mereka inginkan, tanpa rasa bersalah, tanpa rasa takut, tanpa kekhawatiran atau kecemasan, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Inilah yang sering mereka lakukan, dan cara mereka selalu berperilaku. Apa natur dari perilaku seperti ini? Bahasa halusnya, orang-orang semacam itu amat sangat dengki dan memiliki hasrat yang sangat kuat untuk mengejar reputasi dan status pribadi; mereka sangat licik dan berbahaya. Bahasa kasarnya, esensi masalahnya adalah karena orang-orang semacam itu sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka tidak takut kepada Tuhan, mereka menganggap diri merekalah yang terpenting, dan mereka menganggap setiap aspek dari diri mereka lebih tinggi daripada Tuhan dan lebih tinggi daripada kebenaran. Dalam hati mereka, Tuhan tidak layak disebutkan dan adalah yang paling tidak penting, dan Tuhan sama sekali tidak memiliki kedudukan dalam hati mereka. Dapatkah orang yang tidak memiliki tempat bagi Tuhan di dalam hatinya, dan yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, menerapkan kebenaran? Sama sekali tidak. Jadi, pada saat mereka biasanya menyibukkan diri ke sana kemari dengan gembira dan mengeluarkan banyak energi, apa yang sedang mereka lakukan? Orang-orang semacam itu bahkan mengeklaim telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengorbankan diri bagi Tuhan dan telah sangat menderita, tetapi sebenarnya, motif, prinsip, dan tujuan semua tindakan mereka adalah demi status dan prestise mereka sendiri, demi melindungi semua kepentingan mereka. Menurutmu apakah orang seperti ini baik atau tidak baik? Orang macam apa yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan? Bukankah mereka congkak? Bukankah mereka Iblis? Dan siapa sajakah yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan? Selain binatang buas, mereka adalah orang jahat dan antikristus, setan-setan dan orang-orang sejenis Iblis. Mereka sama sekali tidak menerima kebenaran; mereka sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka mampu melakukan kejahatan apa pun; mereka adalah musuh Tuhan, dan musuh umat pilihan-Nya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Lima Syarat yang Harus Kaupenuhi Agar Dapat Masuk ke Jalur yang Benar dalam Kepercayaanmu kepada Tuhan"). Saat membaca firman Tuhan, hatiku terasa sangat tertusuk. Istilah seperti "orang jahat", "antikristus", "setan-setan", dan "orang-orang sejenis Iblis" membuatku merasa sangat malu. Jelas bahwa aku tidak mampu menjadi seorang pengawas, tapi aku ingin orang lain memujiku. Ketika melihat Wang Lu, seorang pendatang baru, melampaui yang lain, aku takut orang akan berkata bahwa meskipun aku sudah lama berlatih, aku masih kalah dengan orang baru itu, dan itu membuatku terlihat tidak punya kemampuan. Karena iri dan tidak puas, aku fokus mencari-cari kesalahannya. Ketika Wang Lu pertama kali bergabung dan masih belum terbiasa dengan pekerjaannya, Aku mencoba mencari kesalahannya dengan mengkritiknya karena bersikap pasif dan tidak efisien, untuk merendahkan dan melemahkan usahanya. Pada saat pertemuan, aku kurang proaktif dalam bersekutu dan juga tidak membiarkan saudara-saudari yang lain ikut berbagi pendapat, dengan sengaja berniat untuk mempermalukannya. Aku benar-benar hina dan jahat, tidak takut kepada Tuhan sedikit pun! Dari luarnya, aku iri kepadanya dan berusaha melemahkannya, tetapi kenyataannya aku mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja serta menyinggung watak Tuhan. Itu perbuatan jahat! Aku sendiri tidak bisa menjalankan peran sebagai seorang pengawas, tetapi aku memanfaatkan kesalahan orang lain untuk mempersulit mereka, dengan harapan mereka juga akan gagal. Aku sudah bertindak sebagai pelayan Iblis. Jika aku terus hidup dalam rasa iri dan persaingan, cepat atau lambat, aku akan menghadapi hukuman Tuhan karena melakukan banyak perbuatan jahat.
Dalam renunganku, aku pun membaca firman Tuhan berikut ini: "Di kubu Iblis, baik itu di tengah masyarakat maupun di kalangan pejabat, bagaimana suasana yang merajalela? Praktik-praktik apakah yang umumnya mereka lakukan? Engkau semua harus memahami hal-hal ini. Apa prinsip dan pedoman bagi tindakan mereka? Mereka bertindak sesuka hati; masing-masing berjalan dengan caranya sendiri. Mereka bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dan melakukan apa yang mereka inginkan. Siapa pun yang memiliki otoritas, dialah yang menjadi penentu keputusan. Mereka bahkan tidak sedikit pun memikirkan orang lain. Mereka hanya berbuat sesuka mereka, berjuang demi ketenaran, keuntungan, dan status, serta bertindak sepenuhnya sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Begitu mereka menerima kekuasaan, mereka langsung menggunakan kekuasaan ini untuk mengendalikan orang lain. Jika engkau menyinggung perasaan mereka, mereka akan menyusahkanmu, dan engkau tidak mampu melakukan apa pun selain menyenangkan mereka. Mereka seganas kalajengking, bersedia melanggar hukum, melanggar peraturan pemerintah, dan bahkan melakukan kejahatan. Semua inilah yang mampu mereka lakukan. Segelap dan sejahat inilah di kubu Iblis. Sekarang, Tuhan telah datang untuk menyelamatkan umat manusia, memungkinkan manusia untuk menerima kebenaran, memahami kebenaran, dan membebaskan diri dari belenggu dan kuasa Iblis. Jika engkau semua tidak menerima kebenaran dan tidak menerapkan kebenaran, bukankah engkau masih hidup di bawah kuasa Iblis? Kalau demikian, apa perbedaan antara keadaanmu saat ini dengan keadaan setan dan Iblis? Engkau semua akan bersaing dengan cara yang sama seperti orang-orang tidak percaya bersaing. Engkau semua akan berjuang dengan cara yang sama seperti orang tidak percaya berjuang. Dari pagi hingga malam, engkau akan berkomplot, berencana licik, iri hati, dan terlibat dalam perselisihan. Apa sumber dari masalah ini? Semua itu karena orang dikendalikan oleh watak yang rusak dan hidup berdasarkan watak-watak yang rusak ini. Kekuasaan watak yang rusak adalah kekuasaan Iblis; manusia yang rusak berdiam di dalam watak Iblis, dan tak ada seorang pun yang terkecuali" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Setelah membaca firman Tuhan, Aku ingat bahwa sebelum aku percaya pada Tuhan, aku taat pada aturan bertahan hidup seperti "Hanya boleh ada satu laki-laki alfa," dan "Orang yang menang selalu benar dan tidak boleh disalahkan; orang yang kalah selalu salah dan akan selalu disalahkan." Aku mengira bahwa melampaui orang-orang di sekitarku dan menjadi orang yang sangat dihormati serta didukung oleh orang lain adalah nilai dari eksistensi. Di bawah dominasi pola pikir ini, di sekolah, mereka yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih diperhatikan guru menjadi orang-orang yang diam-diam aku bandingkan dengan diriku. Setelah memasuki dunia kerja, aku sering mendengar bahwa untuk mendapatkan posisi yang stabil dan dihormati, seseorang harus menonjol dan luar biasa. Ketika di sekitarku ada orang yang lebih cakap daripada diriku, itu terasa seperti krisis, karena itu berarti ada pesaing tambahan, dan dalam bidang tertentu, jika orang yang berpengalaman diungguli oleh orang baru, itu jauh lebih memalukan. Aku terus memandang segala sesuatu dengan cara ini bahkan setelah aku mulai percaya kepada Tuhan. Dalam kelompok mana pun, yang pertama kulakukan adalah melihat siapa yang lebih baik dariku atau siapa yang mungkin mengancam posisiku. Jika ada orang yang melampauiku di suatu bidang, aku akan merasa malu, iri, dan tidak yakin. Ketika aku melihat saudara-saudariku yang lebih baik dariku, aku menjadi iri dan mengucilkan mereka, dan selalu mencoba meremehkan mereka serta meninggikan diriku. Untuk mengalahkan mereka, aku bahkan bisa melakukan siasat licik, mencari-cari kesalahan, dan menghakimi di belakang mereka, berharap untuk menjatuhkan mereka demi kepuasanku. Aku menyadari bahwa menjalani hidup dengan aturan bertahan hidup dari Iblis membuatku menjadi congkak, jahat, dan tidak memiliki kemanusiaan, dan juga mengganggu pekerjaan gereja. Tuhan tidak memperlakukanku sesuai dengan perbuatan jahatku, tetapi justru memberiku kesempatan untuk bertobat. Dari lubuk hati yang terdalam, aku mengucap syukur kepada Tuhan, dan tidak ingin lagi terus hidup dengan menuruti watak rusakku.
Kemudian aku membaca firman Tuhan berikut ini: "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu memikirkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, dan statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritasmu. Engkau harus memikirkan maksud-maksud Tuhan dan memulainya dengan merenungkan apakah ada ketidakmurnian dalam pelaksanaan tugasmu, apakah engkau selama ini setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan segenap kemampuanmu atau tidak, dan apakah engkau selama ini memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja dengan segenap hatimu atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Jika engkau sering memikirkannya dan memahaminya, akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika kualitasmu buruk, jika pengalamanmu dangkal, atau jika engkau tidak cakap dalam pekerjaanmu, berarti mungkin ada beberapa kesalahan atau kekurangan dalam pekerjaanmu, dan engkau mungkin tidak akan memperoleh hasil yang baik—tetapi engkau telah berusaha sebaik mungkin. Engkau tidak memuaskan kehendak atau keinginan egoismu sendiri. Sebaliknya, engkau terus-menerus memikirkan pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan. Meskipun engkau mungkin tidak memperoleh hasil yang baik dalam tugasmu, hatimu telah diluruskan; jika, di atas segalanya, engkau mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam tugasmu, engkau akan memenuhi standar dalam pelaksanaan tugasmu, dan pada saat yang sama, engkau akan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Inilah yang dimaksud dengan memiliki kesaksian" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan menunjukkanku prinsip-prinsip penerapan: Ketika menghadapi satu situasi, aku tidak boleh mengutamakan melindungi kepentingan, harga diri, atau statusku sendiri, tetapi mestinya mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, dan melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Ketika aku melihat orang lain lebih baik dariku dan mampu melakukan pekerjaan nyata, aku harus mendukung dan menghormati mereka. Sekalipun mereka punya kekurangan, aku harus memperlakukan mereka dengan benar, tidak menaruh harapan yang terlalu tinggi terhadap mereka, dan belajar dari kekuatan serta kebaikan mereka. Wang Lu baru saja mulai bertindak sebagai pengawas, wajarlah jika dia memiliki beberapa kekurangan. Selama dia adalah orang yang tepat dan bisa melakukan pekerjaan nyata, aku harus membantunya dengan kasih dan bekerja sama dengannya untuk mengerjakan tugas dengan baik bersama-sama. Inilah yang namanya menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Ketika aku memperbaiki pola pikirku, aku tak lagi merasa iri kepada Wang Lu, tetapi sebaliknya, aku mulai mengaguminya. Meskipun usianya masih muda, dia mempertimbangkan berbagai masalah dengan matang, bekerja dengan tenang dan konsisten, dan memperhatikan pencarian prinsip. Semua ini adalah hal-hal yang kurang dariku. Aku tidak lagi mau menentangnya, aku juga bisa berinisiatif untuk memberikan laporan dan berdiskusi dengannya mengenai masalah apa pun dalam pekerjaan, dan aku pun bersedia menerima masukannya saat dia menunjukkan kekurangan dalam pekerjaan kami. Dengan menerapkan cara ini, aku tidak lagi merasa malu; sebaliknya, aku merasa lebih bebas.
Kemudian, aku dipindahkan ke tim lain untuk bekerja dengan Jian Ran. Meskipun kami sudah melaksanakan tugas ini dalam waktu yang hampir sama, aku melihat jelas bahwa efisiensi dan keterampilan profesionalnya lebih unggul dariku. Awalnya, aku merasa cukup malu dan khawatir orang lain akan memandang rendah kepadaku. Namun kemudian aku menyadari bahwa dengan keterampilannya yang kuat, aku dapat belajar lebih banyak darinya untuk memperbaiki kekuranganku, jadi aku sangat bersedia untuk bekerja sama dengannya. Namun kemudian, saat pengawas menugaskan dirinya sebagai penanggung jawab atas pekerjaan tersebut, dan saudari-saudari lain sering mendatanginya untuk mendiskusikan beberapa masalah, lagi-lagi aku merasa tidak seimbang. Aku berpikir, "Bukankah dia hanya sedikit lebih cakap dan lebih efektif dalam tugasnya? Apakah memang itu alasan semua orang mengerumuninya? Aku merasa seperti tidak dianggap." Aku merasakan ketidakyakinan dalam hatiku, tetapi pada saat itu, aku sadar bahwa iri hatiku kambuh lagi. Maka aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku untuk dapat menangani situasi ini dengan tepat. Setelah itu aku membaca firman Tuhan berikut ini: "Peran yang kaumainkan dalam hidupmu dan tugas yang harus kaulaksanakan, telah sejak lama ditentukan oleh Tuhan. Ada orang yang melihat bahwa orang lain memiliki kelebihan yang tidak mereka miliki dan merasa tidak puas. Mereka ingin mengubah segala sesuatunya dengan belajar lebih banyak, melihat lebih banyak, dan menjadi lebih rajin. Namun, ada batas yang mampu dicapai oleh ketekunan mereka, dan mereka tak dapat melampaui orang-orang yang memiliki bakat dan keahlian. Sebanyak apa pun engkau berjuang, itu tidak ada gunanya. Tuhan telah menentukan akan menjadi apa dirimu, dan tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun untuk mengubahnya. Apa pun yang kaukuasai, di situlah engkau harus berupaya. Tugas apa pun yang sesuai untukmu, engkau harus melaksanakannya. Jangan coba memaksakan dirimu terjun di bidang yang berada di luar keahlianmu dan jangan iri kepada orang lain. Setiap orang memiliki fungsinya masing-masing. Jangan menganggap dirimu mampu melakukan semuanya dengan baik, atau menganggap dirimu lebih sempurna atau lebih baik daripada yang lain, selalu ingin menggantikan orang lain dan memamerkan dirimu. Ini adalah watak yang rusak. Ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun dengan baik, dan mereka tidak memiliki keterampilan sama sekali. Jika engkau menganggap dirimu seperti itu, engkau harus menjadi orang yang mendengarkan dan tunduk dengan sikap yang rendah hati. Lakukan apa yang bisa kaulakukan dan lakukanlah itu dengan baik, dengan segenap kekuatanmu. Itu sudah cukup. Tuhan akan dipuaskan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa kualitas dan kekuatan setiap orang berbeda-beda, semuanya sudah ditetapkan oleh Tuhan, dan kita tidak mungkin bisa bersaing untuk mendapatkannya. Maksud Tuhan adalah agar kita memperlakukan kekuatan serta kekurangan kita dan orang lain dengan benar, untuk berdiri pada posisi kita sendiri dan melaksanakan tugas kita dengan baik. Faktanya adalah kecakapan kerja dan pemahamanku akan prinsip tidak sebaik Jian Ran, dan saudara-saudari lebih banyak berkonsultasi kepadanya adalah demi melaksanakan tugas mereka dengan baik, bukan karena menganggap dia lebih tinggi dan merendahkanku. Setiap orang melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan sesuai perannya masing-masing; tidak ada seorang pun yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Kelebihan Jian Ran dengan tepat melengkapi kekuranganku, jadi seharusnya aku lebih aktif meminta nasihatnya dan belajar darinya untuk mendapatkan lebih banyak. Pada saat ini, aku merasa tercerahkan. Aku harus bisa menghadapi kualitas serta kekuranganku sendiri, mengesampingkan ambisi dan keinginanku, serta melakukan apa yang bisa kulakukan dengan baik. Inilah nalar yang seharusnya aku miliki. Kemudian, aku fokus untuk mengerjakan pekerjaan yang mesti kukerjakan dengan sebaik-baiknya, mencari Jian Ran dan berdiskusi bersamanya ketika aku menemui hal-hal yang tidak dapat aku selesaikan. Lalu, saat aku bertemu orang-orang yang lebih baik dariku, ada masa-masa ketika rasa iri itu masih muncul, tetapi aku bisa secara sadar merenungkan diriku sendiri dan berdoa untuk memberontak terhadapnya, dan hatiku tidak lagi merasa begitu terkekang serta terikat. Hidup yang dijalani dengan cara seperti ini membawa lebih banyak kemudahan dan kebebasan. Terima kasih Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Zhang Min, Spanyol Firman Tuhan berkata, "Sebelumnya dikatakan bahwa orang-orang seperti itu adalah keturunan naga merah...
Oleh Saudari Dong Xun, TiongkokSuatu hari pada tahun 2021, pemimpin memintaku mengurus beberapa pertemuan kelompok. Setelah menjalani...
Oleh Saudari Xu Lu, TiongkokPada April 2021, aku mulai bekerja mengabarkan Injil bersama rekan sekerjaku, Saudari Chen Zhengxin. Karena...
Oleh Saudari Kuaile, TiongkokSemasa aku masih muda, ibu dan ayahku memberitahuku bahwa Tuhan menciptakan manusia dan karenanya manusia...