Sikap Keras Kepala Merugikan Orang Lain dan Dirimu Sendiri

04 April 2022

Oleh Saudari He Xi, Australia

Aku terpilih sebagai pemimpin gereja pada April 2020 untuk mengambil alih pekerjaan penyiraman. Belakangan ini, kuperhatikan beberapa orang percaya baru tidak konsisten dalam menghadiri pertemuan, datang terlambat dan pulang lebih awal. Ada yang sibuk dengan sekolah atau pekerjaan dan berkata mereka akan datang jika mereka punya waktu. Beberapa orang tidak datang karena tertipu oleh kebohongan PKT dan dunia keagamaan. Kami berusaha berbicara dengan mereka, tetapi beberapa orang tidak menjawab telepon—mereka seakan lenyap. Kupikir, kami sudah berusaha berbicara dengan mereka dan mereka tidak mau hadir, jadi kami tidak bertanggung jawab. Sudah waktunya untuk melepaskan. Selain itu, Tuhan menginginkan orang terbaik, bukan lebih banyak orang. Dia menyelamatkan orang yang benar-benar percaya kepada-Nya, yang mencintai kebenaran. Jika mereka tidak memiliki iman yang sejati, sebesar apa pun upaya kami takkan ada gunanya. Jadi tanpa berdoa atau mencari, atau mendiskusikannya dengan pemimpinku, aku memutuskan untuk mengeluarkan pendatang baru itu. Aku mencoba berbicara dengan beberapa dari mereka, tetapi mereka tidak mau datang ke pertemuan, jadi aku merasa lebih yakin penilaianku benar. Seorang saudari memperhatikan banyak orang percaya baru dikeluarkan dua bulan berturut-turut dan bertanya apakah itu benar-benar tepat untuk dilakukan. Dia berkata bahwa kami seharusnya bersekutu dengan pemimpin kami dan memahami prinsipnya. Kupikir beginilah caranya kami menangani hal semacam itu di masa lalu. Kami sudah berusaha mencari mereka, tetapi kami bahkan tidak dapat menghubungi mereka, dan beberapa orang kehilangan minat untuk menjadi orang percaya. Tidak perlu mencari prinsip. Jadi, aku menolak sarannya. Setelah itu, aku merasa sedikit tidak nyaman, bertanya-tanya apakah itu benar-benar hal yang tepat untuk dilakukan. Namun kemudian, kurasa tindakanku tak mungkin salah karena kami telah memberikan dukungan kepada mereka, tetapi mereka tidak mau datang ke pertemuan, dan itu bukan kesalahan kami. Menurutku mereka bukan orang percaya sejati. Meskipun merasa tidak tenang, aku tidak berdoa atau mencari, dan mengeluarkan beberapa pendatang baru setiap bulan.

Kemudian pemimpinku mengetahui bahwa tindakanku tidak sesuai prinsip dan mengkritikku dengan sangat keras, berkata bahwa aku tidak memahami prinsip apa pun dan tidak mencari, tetapi secara membabi buta melakukan apa pun yang kuinginkan. Dia juga mengatakan sangat sulit bagi mereka semua untuk datang ke hadapan Tuhan, bahwa saudara-saudari di gereja kami yang lain berupaya sekeras mungkin untuk menyokong mereka, tetapi aku hanya melepaskan mereka begitu saja. Aku membatasi mereka tanpa memberikan dukungan penuh kasih, dan itu sangat tidak bertanggung jawab. Lalu dia bertanya kepadaku mengapa mereka tidak menghadiri pertemuan, gagasan dan masalah seperti apakah yang mereka hadapi, apakah aku telah berusaha menyelesaikannya melalui persekutuan, dan apakah sudah berusaha memikirkan cara lain untuk membantu mereka atau tidak. Aku tak mampu menjawab satu pun pertanyaannya, tapi adegan demi adegan saat aku melepaskan orang percaya baru berputar di pikiranku seperti film. Kemudian akhirnya menyadari bahwa aku tidak bertanggung jawab terhadap mereka, Bahwa aku sebenarnya tidak membantu dan menyokong mereka dengan kasih. Aku belum mendapatkan kejelasan tentang apa gagasan mereka yang belum terselesaikan atau alasan mereka tidak datang ke pertemuan. Mereka sudah lama tidak menghadiri pertemuan, jadi kupikir mereka telah kehilangan minat, dan tidak memedulikan mereka. Aku sadar telah benar-benar gagal dalam tanggung jawabku atas kehidupan orang percaya baru dan dengan begitu saja melepaskan mereka serta melanggar prinsip. Aku benar-benar tidak punya kemanusiaan. Jadi, aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, memohon Dia untuk mencerahkan dan membimbingku agar aku mampu memahami kehendak-Nya, dan merenungkan serta mengenal diriku sendiri.

Setelah itu, aku melihat bagian firman Tuhan ini: "Engkau harus berhati-hati terhadap orang-orang yang kauinjili. Setiap kali engkau memberitakan Injil kepada seseorang, itu seperti melahirkan anak. Hidup mereka sangat rapuh, dan mereka membutuhkan kesabaran dan kasih kita yang sangat besar. Lebih dari itu, mereka membutuhkan metode dan pendekatan tertentu. Yang terpenting adalah kita menyampaikan semua kebenaran yang telah Tuhan ungkapkan untuk keselamatan umat manusia kepada mereka sehingga mereka bisa menerima manfaat darinya, dan, sebisa mungkin, memungkinkan mereka yang mampu memahami suara Tuhan untuk kembali ke hadapan Tuhan. Inilah tanggung jawab dan kewajiban semua orang" ("Semua Orang Percaya Terikat Secara Moral pada Tugas untuk Menyebarkan Injil" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Beberapa orang memiliki kualitas yang buruk dan belum lama percaya kepada Tuhan. Meskipun mereka tidak memahami kebenaran, mereka dengan tulus percaya kepada Tuhan. Karena mereka memiliki kualitas yang buruk dan tidak memahami kebenaran, dan ketika sesuatu terjadi, mereka tidak mencari kebenaran, mereka pun sering merasa negatif, dan merasa bahwa percaya kepada Tuhan itu terlalu banyak kesulitannya, bahwa mereka tidak cukup baik. Mereka selalu khawatir bahwa mereka tidak akan diselamatkan, dan terkadang bahkan berhenti berusaha dan memilih untuk menyerah, yang mana itu sama saja seperti menyingkirkan diri mereka sendiri. Dalam hatinya mereka berpikir, 'Bagaimanapun juga, Tuhan tidak memujiku karena kepercayaanku kepada-Nya. Tuhan juga tidak menyukaiku. Dan aku tidak punya banyak waktu untuk pergi ke pertemuan. Keluargaku miskin dan aku harus mencari uang,' dan seterusnya. Semua ini menjadi alasan mengapa mereka tidak bisa pergi ke pertemuan. Jika engkau tidak segera mengetahui apa yang sedang terjadi, engkau akan berpikir bahwa mereka tidak mencintai kebenaran, tidak mengasihi Tuhan, tidak tertarik untuk melaksanakan tugas mereka, mendambakan kenyamanan daging, mengejar hal-hal duniawi dan tidak mampu melepaskan semua itu—dan karena ini, engkau akan melepaskan mereka. Sebenarnya, karena kesulitan-kesulitan inilah mereka menjadi negatif; jika engkau dapat menyelesaikan masalah-masalah ini, mereka tidak akan menjadi sedemikian negatif, dan akan mampu mengikut Tuhan. Ketika mereka merasa lemah dan negatif, mereka membutuhkan dukungan orang. Jika engkau membantu mereka, mereka akan dapat bangkit kembali. Namun, jika engkau mengabaikan mereka, akan mudah bagi mereka untuk menyerah. Ini tergantung pada apakah orang yang melakukan pekerjaan gereja memiliki kasih, apakah mereka memiliki beban ini. Bahwa beberapa orang tidak sering datang ke pertemuan bukan berarti mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, bukan berarti mereka tidak memiliki ketulusan, bukan berarti mereka tidak mau percaya, juga bukan berarti mereka mengingini kesenangan daging dan tidak mampu mengesampingkan keluarga dan pekerjaan mereka—terlebih lagi, mereka tidak boleh dinilai sebagai orang yang terlalu emosional atau terpikat pada uang. Hanya saja dalam hal ini, tingkat pertumbuhan dan cita-cita orang berbeda-beda. Bagi sebagian orang, mengejar kebenaran sangat penting dan mereka rela menderita, serta mampu melepaskan hal-hal ini. Beberapa orang memiliki sedikit iman, dan ketika menghadapi kesulitan yang nyata, mereka tidak berdaya dan gagal untuk bertahan. Jika tak seorang pun yang membantu atau mendukung mereka, mereka akan menyerah dan berhenti berusaha; pada saat seperti itu, mereka membutuhkan dukungan, perhatian, dan bantuan orang-orang. Kecuali mereka adalah orang tidak percaya, tidak mencintai kebenaran, dan orang jahat—dalam hal ini mereka dapat diabaikan. Jika mereka adalah orang yang baik, dapat menerima, dan kualitasnya cukup bagus, mereka harus dibantu dan didukung" (persekutuan Tuhan).

Aku benar-benar merasa malu ketika merenungkan bagian ini. Tuhan telah menjadi daging pada akhir zaman dan datang untuk berfirman dan bekerja di antara kita untuk keselamatan kita. Dia tahu seberapa dalam Iblis telah merusak kita, bahwa kita penuh dengan pemberontakan dan penentangan. Dia berusaha keras untuk menyelamatkan semua orang. Tuhan pasti tidak begitu saja melepaskan seseorang bahkan jika hanya ada secercah harapan. Tuhan berlimpah dengan belas kasihan dan kesabaran bagi manusia—kasih-Nya bagi kita begitu besar. Orang-orang percaya baru itu seperti bayi yang baru lahir. Mereka belum memahami kebenaran dan belum memiliki dasar di jalan yang benar. Mereka rapuh dalam hidup. Tuhan menuntut kita untuk memiliki kasih dan kesabaran yang sangat besar terhadap mereka. Asalkan mereka memiliki iman yang sejati dan kemanusiaan yang baik, meskipun mereka lemah, memiliki gagasan agamawi, dan terlalu sibuk untuk menghadiri pertemuan, kita tak boleh begitu saja melepaskan mereka. Kita tidak boleh menyingkirkan mereka karena satu hal kecil, menganggap mereka bukan orang percaya sejati karena mereka tidak datang ke pertemuan, dan kemudian sama sekali tidak memedulikan mereka. Itu berarti membunuh mereka. Ketika baru percaya kepada Tuhan, aku tidak datang ke pertemuan secara teratur karena sibuk di rumah, tetapi saudara-saudari sangat pengertian dan selalu mengubah waktu pertemuan untuk mengikuti jadwalku, dan mereka bersekutu denganku tanpa lelah. Bantuan dan dukungan mereka memampukanku untuk memahami pentingnya mengejar kebenaran, dan bisa merasakan kasih dan kesabaran Tuhan bagiku. Setelah itu, aku bisa menghadiri pertemuan secara teratur dan melaksanakan tugas. Jika pada waktu itu saudara-saudari membenciku, berpikir aku tidak mencintai kebenaran dan orang tidak percaya, mereka pasti sudah lama melepaskanku, dan aku pasti tidak pernah berada di sini hari ini! Aku sadar aku sama sekali tidak memikirkan kehendak Tuhan atau memahami kesulitan para pendatang baru. Aku tidak menyukai mereka dan merasa tidak puas, berpikir mereka hanya sibuk dengan berbagai hal, bahwa mereka memiliki terlalu banyak gagasan, jadi aku membatasi dan melepaskan mereka, dan tidak mau membayar harga lebih mahal untuk membantu mereka. Aku memiliki kemanusiaan yang begitu jahat, dan sama sekali tidak memikul tanggung jawab atas kehidupan orang percaya baru. Aku berdoa, "Tuhan, aku mau bertobat kepada-Mu. Kumohon bimbing aku untuk memperbaiki kesalahanku sesegera mungkin, membantu dan menyokong orang-orang ini dengan kasih."

Setelah itu, aku mulai pergi bersama jemaat gereja lain untuk memberikan dukungan kepada para pendatang baru ini. Kami memahami pergumulan mereka dan dengan sabar bersekutu dengan mereka, dan beberapa dari mereka kembali ke pertemuan. Salah satu dari mereka sangat sibuk dengan pekerjaan sehingga sulit baginya untuk datang ke pertemuan, dan dia berkata, "Asalkan aku percaya dalam hatiku, Tuhan takkan pernah meninggalkanku." Sebelumnya, kupikir dia berfokus untuk mencari uang dan tidak memiliki iman yang sejati, tetapi mendapatkan pemahaman tentang dia menunjukkan kepadaku bahwa dia tidak menghadiri pertemuan karena kami mengaturnya dengan waktu yang tidak cocok untuknya. Kami menyesuaikan waktu pertemuan kami agar sesuai dengannya dan bersekutu dengannya agar dia memahami bahwa pada akhir zaman, Tuhan menggunakan kebenaran untuk mentahirkan dan menyelamatkan umat manusia, dan orang percaya sejati harus berkumpul dan bersekutu dalam firman Tuhan, mengejar dan memperoleh kebenaran, menyingkirkan kerusakan, dan mengalami perubahan dalam hidup mereka, dan itulah satu-satunya cara untuk diselamatkan oleh Tuhan dan mendapatkan perkenanan-Nya. Memiliki iman tanpa menghadiri pertemuan tetapi hanya percaya dalam hatimu dan mengakui Tuhan, atau memperlakukannya seperti hobi, di mata Tuhan, kau sama seperti orang tidak percaya. Bahkan jika kau percaya sampai akhir, kau takkan pernah mendapat perkenanan Tuhan. Melalui persekutuan, dia menyadari bahwa dia memiliki perspektif yang keliru dan mau mengikuti pertemuan lagi. Aku merasa tidak enak, dan sangat menyesal ketika melihat semua orang percaya baru ini satu demi satu kembali untuk menghadiri pertemuan. Aku hanya dengan sesuka hati melepaskan orang. Aku hampir menghancurkan kesempatan mereka untuk diselamatkan, yang akan menjadi kejahatan besar.

Suatu hari, pemimpinku bertanya kepadaku, "Sejak kau melakukan pekerjaan penyiraman, berapa banyak pendatang baru yang telah kaulepaskan karena sikapmu yang tidak bertanggung jawab? Ketika kau melepaskan mereka, apakah kau mencari prinsip kebenaran?" Aku sama sekali tidak bisa menjawabnya. Kemudian, dia mengirimiku satu bagian firman Tuhan: "Apa pun yang engkau lakukan, engkau harus terlebih dahulu memahami mengapa engkau melakukannya, apa niat yang mengarahkanmu melakukan hal ini, apa pentingnya engkau melakukan hal itu, apa natur dari hal tersebut, dan apakah yang sedang engkau lakukan adalah hal positif atau negatif. Engkau harus memiliki pemahaman yang jelas tentang semua hal ini; sangatlah perlu untuk dapat bertindak sesuai dengan prinsip. Jika engkau sedang melakukan sesuatu untuk memenuhi tugasmu, engkau harus merenungkan: bagaimana seharusnya aku memenuhi tugasku dengan baik sehingga aku tidak hanya melakukannya dengan asal-asalan? Engkau harus berdoa dan mendekat kepada Tuhan dalam hal ini. Berdoa kepada Tuhan adalah untuk mencari kebenaran, mencari jalan penerapan, mencari maksud Tuhan, dan mencari cara untuk memuaskan Tuhan. Doa bertujuan untuk mencapai efek ini; ini bukanlah ritual keagamaan tertentu. Inilah cara mendekat kepada Tuhan dalam segala sesuatu yang kaulakukan. Itu tidak termasuk melakukan upacara keagamaan atau tindakan lahiriah. Itu dilakukan dengan tujuan melakukan penerapan sesuai dengan kebenaran setelah mencari kehendak Tuhan. Jika engkau selalu berkata 'syukur kepada Tuhan' saat engkau belum melakukan apa pun, engkau mungkin tampak sangat rohani dan berwawasan luas, tetapi jika, ketika saatnya tiba untuk bertindak, engkau tetap melakukan apa yang engkau inginkan, tanpa sama sekai mencari kebenaran, maka ucapan 'syukur kepada Tuhan' ini hanyalah sebuah mantra, itu adalah kerohanian yang palsu. Ketika memenuhi tugasmu atau mengerjakan sesuatu, engkau harus selalu berpikir: bagaimanakah seharusnya aku memenuhi tugas ini? Apa kehendak Tuhan? Kehendak Tuhan adalah agar engkau mendekat kepada Tuhan melalui apa yang kaulakukan, dan, dalam melakukannya, engkau mencari prinsip dan kebenaran dalam tindakanmu, mencari kehendak Tuhan di dalam hatimu, tidak menyimpang dari firman Tuhan atau prinsip-prinsip kebenaran dalam apa pun yang kaulakukan: hanya orang seperti inilah yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Apa pun yang orang lakukan, jika mereka mengikuti gagasan mereka sendiri, dan memikirkan segala sesuatunya dengan sangat sederhana, dan melakukan apa pun sesuka hati mereka, dan juga tidak mencari kebenaran, jika mereka sama sekali tidak memiliki prinsip, dan di dalam hatinya, mereka tidak memikirkan bagaimana bertindak sesuai dengan apa yang Tuhan tuntut, atau dengan cara yang memuaskan Tuhan, dan mereka hanya mau dengan keras kepala mengikuti kehendak mereka sendiri, itu berarti Tuhan tidak memiliki tempat di hati mereka. Beberapa orang berkata, 'Aku hanya berdoa kepada Tuhan ketika aku menghadapi kesulitan, tetapi menurutku tetap saja tidak ada pengaruhnya—jadi biasanya jika sesuatu terjadi padaku sekarang, aku tidak berdoa kepada Tuhan, karena berdoa kepada Tuhan tidak ada gunanya.' Tuhan sama sekali tidak ada di hati orang-orang semacam itu. Sering kali, mereka tidak mencari kebenaran dalam apa pun yang mereka lakukan; mereka hanya mengikuti gagasan mereka sendiri, melakukannya sesuka hati mereka. Jadi, apakah ada prinsip dalam tindakan mereka? Tentu saja tidak. Mereka memandang segala sesuatu secara sederhana dan melakukan apa pun sesuka hatinya. Bahkan ketika orang-orang mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran kepada mereka, mereka tidak mampu menerimanya, karena tidak pernah ada prinsip apa pun dalam tindakan mereka, dan Tuhan tidak memiliki tempat di hati mereka; hanya ada diri mereka sendiri di dalam hati mereka. Mereka merasa bahwa niat mereka baik, bahwa mereka tidak sedang melakukan kejahatan, bahwa niat mereka tidak dapat dianggap melanggar kebenaran, mereka berpikir bahwa bertindak sesuai dengan niat mereka sendiri berarti menerapkan kebenaran, bahwa bertindak demikian berarti menaati Tuhan. Sebenarnya, mereka tidak benar-benar mencari atau berdoa kepada Tuhan dalam hal ini, mereka belum berupaya sebaik mungkin dalam mengikuti apa yang Tuhan tuntut untuk memuaskan Tuhan, mereka tidak memiliki keadaan yang benar ini, keinginan ini. Inilah kesalahan terbesar dalam penerapan yang orang lakukan. Jika engkau percaya kepada Tuhan tetapi Dia tidak ada di hatimu, bukankah itu berarti engkau sedang berusaha menipu Tuhan? Dan pengaruh apa yang dihasilkan oleh kepercayaan kepada Tuhan yang seperti itu? Apa yang dapat kauperoleh? Dan apa gunanya kepercayaan kepada Tuhan yang seperti itu?" ("Mencari Kehendak Tuhan adalah Agar Engkau Mampu Menerapkan Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkapkan dengan tepat keadaan dan perilakuku. Ketika melepaskan orang-orang percaya baru itu, aku tidak berdoa atau mencari kebenaran, atau bahkan mendiskusikannya dengan pemimpinku. Aku secara membabi buta bertindak berdasarkan pengalaman, berpikir bahwa aku telah menyirami pendatang baru sebelumnya, dan jika mereka tidak datang ke pertemuan selama berbulan-bulan kami pasti melepaskan mereka begitu saja, jadi jika orang-orang ini tidak kembali, bukankah aku harus melakukan hal yang sama? Kupikir aku dapat melihat dengan jelas mana yang bukan pencari kebenaran dan mana orang tidak percaya, jadi aku membatasi dan melepaskan mereka begitu saja. Aku tidak berdoa atau mencari bahkan ketika merasa gelisah tentang hal itu dan tidak menganggapnya serius ketika rekan sekerjaku membahasnya, tetapi hanya melakukan apa pun yang kuinginkan. Aku memperlakukan gagasan dan imajinasiku seperti prinsip kebenaran, berpikir aku tak mungkin salah. Aku tidak memikirkan orang lain, dan tidak memiliki Tuhan di hatiku. Aku terlalu keras kepala! Aku menilai apakah orang percaya baru memiliki iman yang sejati atau tidak dengan apakah mereka datang ke pertemuan atau tidak, berpikir jika mereka tidak datang selama beberapa waktu dan tidak mau kembali, kita bisa melepaskan mereka. Meskipun mereka tidak datang ke pertemuan, seharusnya aku bisa membedakan mana orang percaya sejati dan mana yang bukan. Beberapa dari yang orang yang telah kulepaskan dengan enggan pergi ke pertemuan bersama anggota keluarga yang berharap mereka menjadi orang percaya, tetapi hati mereka sebenarnya tidak ada di dalamnya. Mereka tidak suka membaca firman Tuhan atau pergi ke pertemuan. Beberapa orang yang kulepaskan terus mengejar ketenaran dan kekayaan serta tren jahat. Mereka sama sekali tidak tertarik untuk mengikut Tuhan. Mereka membenci dan menentang persekutuan apa pun tentang firman Tuhan. Orang-orang ini pada dasarnya membenci kebenaran, jadi mereka pada hakikatnya orang tidak percaya. Ketika orang-orang semacam itu tidak menghadiri pertemuan, kita boleh melepaskan mereka. Beberapa pendatang baru memiliki kemanusiaan yang baik dan iman yang sejati kepada Tuhan, tetapi tidak memahami kebenaran atau pentingnya pertemuan karena mereka baru memulai. Mereka pikir hanya perlu percaya kepada Tuhan di dalam hati mereka, dan pertemuan tidak penting, jadi mereka tidak memikirkannya dan datang ketika bisa, tetapi jika tidak, melewatkannya. Dan beberapa orang mengalami kesulitan praktis, seperti bentrokan antara waktu kerja dan waktu pertemuan, jadi mereka tidak mau datang. Yang harus kita lakukan adalah bersekutu dan membantu kesulitan mereka dengan penuh kasih dan menggunakan firman Tuhan untuk menyelesaikan gagasan mereka dan membuat mereka memahami kehendak Tuhan untuk menyelamatkan manusia, sembari menyesuaikan waktu pertemuan agar sesuai dengan jadwal mereka. Aku tidak membedakan antara situasi aktual mereka atau berprinsip dalam tugasku. Aku tidak memahami kebenarannya, tetapi dengan keras kepala melakukan segala sesuatunya dengan caraku sendiri, dengan sesuka hati melepaskan jiwa-jiwa begitu saja. Aku melakukan kejahatan, mengganggu pekerjaan pengelolaan Tuhan.

Tuhan membayar harga yang sangat besar untuk setiap orang percaya baru yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Saudara-saudari juga dengan sabar dan penuh kasih memberitakan Injil kepada mereka beberapa kali, tetapi bahkan tanpa mencari kebenaran, aku membatasi mereka sebagai orang yang pasti tidak Tuhan selamatkan. Aku benar-benar tak masuk akal congkaknya. Tidak datang ke pertemuan bukanlah masalah dengan diri mereka, tetapi karena aku tidak tahu apa yang mereka hadapi dan tidak membantu dan mendukung mereka sebagaimana mestinya. Aku juga menggunakan pernyataan bahwa Tuhan menginginkan yang terbaik dari orang, bukan lebih banyak orang sebagai alasan untuk melepaskan pendatang baru. Namun, sebenarnya itu berarti kerajaan Tuhan membutuhkan orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan dan mencintai kebenaran, dan Tuhan takkan menyelamatkan orang tidak percaya, pelaku kejahatan dan antikristus. Namun, aku selalu menilai orang percaya baru yang tidak menghadiri pertemuan sebagai orang pasti tidak diselamatkan Tuhan. Aku keliru menafsirkan firman Tuhan. Aku tidak memberikan persekutuan atau pertolongan nyata apa pun kepada mereka, atau membayar harga dan melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Aku juga tidak memahami tentang apakah mereka tertarik pada kebenaran atau tidak, atau apakah mereka benar-benar orang tidak percaya atau bukan, tetapi aku hanya dengan membabi buta, secara sepihak melepaskan mereka. Jika pemimpinku tidak memangkas dan menanganiku, aku pasti tidak menyadari bahwa aku sedang menghancurkan kesempatan semua orang itu untuk diselamatkan. Aku menyadari betapa perilakuku penuh kebencian. Aku tidak memahami prinsip atau melakukan pencarian apa pun, tetapi hanya bertindak menurut watak jahatku. Itu pelanggaran! Aku tahu harus bertobat dan berubah, atau Tuhan pasti akan muak terhadapku.

Sebagai pemimpin gereja, kehendak Tuhan adalah agar aku menyirami dan memberi makan saudara-saudari yang baru percaya ini untuk membantu menyelesaikan gagasan dan masalah mereka agar mereka dapat mengetahui pekerjaan Tuhan dan meletakkan dasar di jalan yang benar sesegera mungkin. Namun, aku hanya melakukan apa pun yang kuinginkan. Aku tak hanya melakukannya dengan caraku sendiri, tetapi aku orang buta yang menuntun orang buta, menyesatkan orang lain, jadi saudara-saudari juga dengan sesuka hati melepaskan orang percaya baru, menghancurkan kesempatan mereka untuk diselamatkan. Aku melakukan kejahatan. Aku merasa sangat takut ketika menyadari betapa seriusnya akibat dari melakukan segala sesuatu dengan caraku sendiri. Aku juga membenci diriku sendiri. Mengapa aku tidak berdoa kepada Tuhan atau mencari prinsip kebenaran pada waktu itu? Mengapa aku tidak berkonsultasi dengan pemimpinku? Apa yang membuatku bertindak dengan kesombongan seperti itu? Aku berdoa kepada Tuhan dan kemudian membaca satu bagian firman Tuhan. "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberitahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan membuatmu menganggap dirimu lebih hebat daripada orang lain dan Tuhan, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sebagai kebenaran. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku telah membaca bagian ini berkali-kali, tetapi baru benar-benar kupahami setelah pengalaman ini. Aku belum melayani sebagai pemimpin gereja untuk waktu yang lama dan tidak memiliki kenyataan kebenaran. Aku tidak memahami begitu banyak prinsip kebenaran, tetapi sangat menganggap tinggi diriku sendiri, seolah-olah memahami segala sesuatu. Terhadap orang percaya baru, aku hanya melihat perilaku mereka, bukan melihat esensi mereka. Aku merasa diri benar, jadi tidak berdoa atau mencari atau berdiskusi dengan pemimpinku, dan bahkan tidak mengikuti saran rekan sekerjaku. Aku sangat congkak. Pemimpinku mengkritikku karena tidak memahami prinsip ataupun mencari kebenaran, dan dia benar sekali. Ada banyak prinsip tentang bagaimana memperlakukan orang percaya baru, seperti prinsip membantu orang dengan kasih, prinsip memperlakukan orang dengan adil. Ada juga kebenaran tentang menyelesaikan gagasan mereka, dan masih banyak lagi. Jika aku memiliki sedikit rasa hormat kepada Tuhan dan tidak begitu percaya diri, dan seandainya benar-benar merenungkan prinsip-prinsip ini, aku pasti tidak pernah begitu keras kepala dan mengganggu pekerjaan kami. Aku sadar hidup menurut watak congkakku hanya membuatku melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Aku makin membenci diriku sendiri, dan merasa bahwa aku benar-benar pantas menerima kutukan Tuhan. Aku juga bertekad untuk mencari kebenaran untuk menyelesaikan watak congkakku.

Ada beberapa bagian yang kubaca setelah itu. "Dalam pekerjaan mereka, para pemimpin dan pengerja gereja harus memperhatikan dua hal: pertama adalah melakukan pekerjaan mereka tepat sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh pengaturan kerja, tidak pernah melanggar prinsip-prinsip itu dan tidak mendasarkan pekerjaan mereka pada apa pun yang mungkin mereka bayangkan atau pada gagasan-gagasan mereka sendiri. Dalam segala hal yang mereka lakukan, mereka harus menunjukkan perhatian pada pekerjaan rumah Tuhan, dan selalu mengutamakan kepentingannya. Hal lain—dan ini adalah yang paling penting—yaitu bahwa dalam segala sesuatu yang mereka lakukan, mereka harus berfokus mengikuti tuntunan Roh Kudus dan melakukan segala sesuatu dengan ketat sesuai dengan firman Tuhan. Jika engkau masih dapat menentang tuntunan Roh Kudus, atau jika engkau dengan keras kepala mengikuti gagasan-gagasanmu sendiri dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan imajinasimu sendiri, tindakan-tindakanmu itu akan merupakan penentangan paling serius terhadap Tuhan" ("Prinsip Kerja Utama bagi Para Pemimpin dan Pekerja" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Bagaimana seharusnya engkau merenungkan dirimu sendiri, dan berusaha mengenal dirimu sendiri, ketika engkau telah melakukan sesuatu yang melanggar prinsip kebenaran dan yang tidak menyenangkan Tuhan? Ketika engkau hendak melakukan hal tersebut, apakah engkau berdoa kepada-Nya? Pernahkah engkau merenungkan, 'Bagaimana Tuhan akan memandang hal ini jika hal ini dibawa ke hadapan-Nya? Akankah Dia senang atau kesal saat mengetahui tentang hal ini? Akankah Dia membencinya?' Engkau tidak mencari tahu tentang ini, bukan? Bahkan saat orang lain mengingatkanmu, engkau masih berpikir bahwa hal tersebut bukanlah masalah besar dan tidak bertentangan dengan prinsip apa pun dan bukan merupakan suatu dosa. Akibatnya, engkau menyinggung watak Tuhan dan memancing kemarahan Tuhan yang besar, bahkan sampai ke titik Dia membencimu. Jika engkau telah mencari tahu dan memeriksa, serta melihat hal tersebut dengan jelas sebelum bertindak, bukankah engkau akan dapat menanganinya dengan baik? Meskipun ada kalanya ketika keadaan orang tidak baik, atau negatif, jika mereka sungguh-sungguh membawa semua yang sedang berencana mereka lakukan ke hadapan Tuhan dalam doa, dan kemudian mencari kebenaran berdasarkan firman Tuhan, mereka tidak akan melakukan kesalahan besar apa pun. Ketika menerapkan kebenaran, sulit bagi orang untuk menghindarkan dirinya dari melakukan kesalahan, tetapi jika engkau tahu bagaimana melakukan segala sesuatu sesuai dengan kebenaran saat melakukannya, tetapi engkau tidak melakukannya sesuai dengan kebenaran, maka masalahnya adalah engkau tidak mencintai kebenaran. Watak dari orang yang tidak mencintai kebenaran tidak akan berubah. Jika engkau tidak dapat memahami kehendak Tuhan dengan akurat, dan tidak tahu bagaimana menerapkannya, engkau harus bersekutu dengan orang lain dan mencari kebenaran. Dan jika orang lain juga sedang bergumul, engkau harus berdoa bersama dan mencari dari Tuhan, menantikan waktu Tuhan, menunggu Dia membuka jalan keluar. Engkau mungkin menemukan solusi yang memberimu jalan keluar yang baik, dan solusi ini mungkin lahir dari pencerahan Roh Kudus. Jika akhirnya engkau mendapati bahwa di dalam menjalankan solusi tersebut engkau telah melakukan sedikit kesalahan, engkau harus segera memperbaikinya, maka Tuhan tidak akan memperhitungkan kesalahan ini sebagai dosa. Karena engkau memiliki niat yang benar saat menerapkan hal tersebut, dan engkau menerapkannya sesuai dengan kebenaran dan engkau sekadar tidak mengetahui prinsip-prinsipnya dengan jelas, dan tindakanmu mengakibatkan beberapa kesalahan, maka ini adalah keadaan yang meringankan. Namun, sekarang ini banyak orang sekadar mengandalkan kedua tangan mereka untuk bekerja dan mengandalkan pikiran mereka sendiri dalam melakukan ini dan itu, dan mereka jarang mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini: apakah menerapkan dengan cara ini sesuai dengan kehendak Tuhan? Akankah Tuhan senang jika aku melakukannya dengan cara ini? Akankah Tuhan memercayaiku jika aku melakukannya dengan cara ini? Apakah aku menerapkan kebenaran jika aku melakukannya dengan cara ini? Jika Tuhan mendengar hal ini, akankah Dia dapat berkata, 'Engkau telah melakukan hal ini dengan benar dan tepat. Teruskanlah'? Mampukah engkau memeriksa dengan cermat segala sesuatu yang kaulakukan? Apakah engkau cenderung menggunakan firman Tuhan dan tuntutan Tuhan sebagai dasar untuk merenungkan segala sesuatu yang kaulakukan, untuk merenungkan apakah bertindak demikian diperkenan oleh Tuhan ataukah dibenci oleh Tuhan, dan apa yang akan umat pilihan Tuhan pikirkan jika engkau melakukan hal ini, bagaimana mereka akan mengevaluasinya? ... Ketika engkau menghabiskan lebih banyak waktu untuk merenungkan hal-hal semacam itu, tanyakanlah pada dirimu sendiri pertanyaan-pertanyaan ini, dan lakukanlah pencarian, maka kesalahanmu akan menjadi semakin kecil. Melakukan segala sesuatu dengan sikap seperti ini akan membuktikan bahwa engkau adalah orang yang dengan tulus mencari kebenaran dan bahwa engkau adalah orang yang menghormati Tuhan, karena engkau melakukan segala sesuatu sesuai dengan arahan yang Tuhan tuntut, dan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran" ("Mencari Kehendak Tuhan adalah Agar Engkau Mampu Menerapkan Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Firman-Nya memberiku jalan penerapan. Pemimpin dan pekerja harus bekerja mengikuti pengaturan kerja dan prinsip kebenaran secara ketat, dan selalu memastikan mengikuti tuntunan Roh Kudus. Kita juga harus berdoa dan mencari dalam tugas kita dan memiliki hati yang takut akan Tuhan, tidak mengikuti ide, gagasan, atau pengalaman masa lalu kita sendiri, hanya melakukan apa pun yang kita inginkan. Kita benar-benar tidak boleh percaya pada diri sendiri secara membabi buta, tetapi harus mencari prinsip kebenaran, dan ketika tidak memahami sesuatu, kita harus mencari dan bersekutu dengan orang lain agar memahami prinsip sebelum bertindak. Itulah kehendak Tuhan. Pengalaman ini benar-benar memberiku pelajaran. Jika Tuhan tidak mengatur segala sesuatunya dan membuat pemimpinku mengkritikku, aku pasti tetap tidak memahami betapa seriusnya akibat dari tindakanku. Sejak saat itu aku bertekad, aku harus mencari kebenaran dan melaksanakan tugasku berdasarkan prinsip. Kemudian, beberapa jemaat baru berhenti datang ke pertemuan, dan aku tidak berani berasumsi dan melepaskan mereka dengan watak congkakku. Ada salah seorang dari mereka yang kami temui untuk diberikan dukungan berkali-kali, serta mendiskusikan keadaannya dengan pemimpin kami. Kami menjadi yakin dia adalah orang tidak percaya dan melepaskan dia. Yang satu lagi adalah seorang saudari yang sudah percaya kepada Tuhan selama kurang dari dua tahun, suka membaca firman Tuhan dan berupaya sebaik mungkin dalam tugasnya, dan ketika dia membaca firman Tuhan yang menghakimi dan menyingkapkan kerusakan manusia, dia selalu membandingkannya dengan dirinya sendiri, dan dia merasa kerusakannya sangat dalam dan menyerah pada dirinya sendiri. Kami mempersekutukan firman Tuhan bersama-sama agar dia dapat memahami bahwa keselamatan Tuhan adalah bagi kita yang dirusak oleh Iblis, bahwa Tuhan memahami kesulitan dan kelemahan kita sama seperti seorang ibu, dan asalkan kita tidak melepaskan pengejaran kita akan kebenaran, Tuhan takkan melepaskan kita begitu saja, karena Tuhan menyelamatkan manusia sebisa mungkin. Wajahnya berlinang air mata ketika kami mengatakan itu, dan dia bisa merasakan kasih Tuhan. Kami membantunya beberapa kali, dan kini dia datang ke pertemuan lagi secara teratur.

Pengalaman ini benar-benar telah memperlihatkan kepadaku maksud baik Tuhan dan kasih yang sangat besar untuk menyelamatkan umat manusia yang rusak. Dan melalui penghakiman dan hajaran firman Tuhan, aku telah mendapatkan sedikit pemahaman tentang watakku yang congkak dan menyadari bahaya dan akibat dari melaksanakan tugas dengan caraku sendiri. Akhirnya aku mendapatkan sedikit rasa hormat kepada Tuhan. Kini aku mampu melaksanakan tugasku sesuai dengan prinsip, dan ini sepenuhnya berkat bimbingan Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Selanjutnya: Setelah Gempa Bumi

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, Tiongkok Agustus 2015, keluargaku dan aku pindah ke Xinjiang. Aku dengar Partai Komunis melakukan pengawasan ketat dan...

Pilihan di Tengah Krisis

Oleh Saudara Zhang Jin, Tiongkok Beberapa waktu lalu, aku menerima surat dari Saudara Zhao. Pemimpin gereja mereka, serta seorang saudara...