Bencana yang Diakibatkan oleh Kecongkakan

12 Mei 2022

Oleh Saudari Xia Xin, Spanyol

Pada Agustus 2018, aku menangani sebuah gereja untuk pendatang baru. Gereja itu baru berdiri, jadi tidak semua tugas sudah diberikan dan proyek berjalan lambat. Aku berdoa dan bersandar pada Tuhan, dan aku bekerja dengan rekanku untuk mencari calon-calon yang baik dan menugaskan saudara-saudari sesuai kemampuan dan kualitas mereka. Pekerjaan gereja cepat sekali membuahkan hasil. Rasanya aku punya wawasan yang baik, kualitas dan kemampuan tertentu. Suatu ketika, seorang pemimpin tim bilang kepadaku bahwa saudara Xiao malas sekali dan pasif dalam tugasnya dan pemimpin itu mau memecatnya. Aku tidak setuju. Aku pernah kontak dia sebelumnya dan mengerti tentang dia. Dia rajin dan kemanusiaannya baik, tapi kurang berpengalaman. Aku penasaran apakah dia sedang kesusahan, yang berpengaruh pada tugasnya. Aku menyarankan pemimpin tim agar dia mencari tahu ada apa dengan Saudara Xiao sebelum memeecatnya. Kemudian dia tahu bahwa pergelangan tangan Saudara Xiao terkilir dan kesulitan pakai komputer, makanya kemajuan tugasnya lambat. Namun, dia tidak bilang siapa-siapa, jadi orang lain salah sangka dia bukan pekerja keras. Setelah sembuh, dia melakukan tugasnya dengan baik. Setelah itu aku merasa makin bisa mengerti orang dengan baik. Sejak saat itu, ketika memilih orang, aku tetap pada pendirianku ketika saudara-saudari berpendapat berbeda dariku. Aku pikir mereka kurang hikmat dan tak punya wawasan tentang orang-orang. Seiring waktu, aku mulai lebih berani dengan beberapa pengaturan.

Kemudian aku mengambil alih pekerjaan tim video gereja. Suatu kali, saat kami hendak membuat video, kami kekurangan tenaga dan butuh lebih banyak orang dalam tim. Ada standar yang cukup tinggi untuk keterampilan teknis pada proyek itu dan itu cukup menantang. Aku putuskan bahwa kami butuh seseorang berpendidikan tinggi, dengan keterampilan teknis agar semuanya bisa berjalan lancar. Selama beberapa hari, aku mencari seseorang yang memenuhi syarat itu, tapi tidak bisa menemukan calon yang baik. Beberapa saudara-saudari bersedia bekerja dengan keterampilan itu, tapi ketika aku melihat mereka tidak berpendidikan tinggi dan tidak punya keahlian profesional yang cocok, aku kesampingkan mereka. Ada beberapa orang yang kupikir akan cocok, tapi tidak bisa melakukan tugas itu pada saat itu, untuk alasan apa pun. Kemudian secara kebetulan aku mendapati bahwa Saudara Wu pernah belajar keterampilan teknis yang relevant dan punya berbagai pengalaman profesional. Tentunya dia tidak bermasalah dengan proyek itu, jadi aku mau memintanya untuk menangani tugas itu. Namun, seorang saudari memperingatkan bahwa aku harus melihat penilaian tentang dia. Dia bilang bahwa sebelumnya, menurut beberapa orang dia punya kemanusiaan yang buruk dan licik, jadi aku harus berhati-hati mengangkat dia untuk tugas itu. Saudari itu menyarankan agar aku selidiki dulu. Aku bilang aku akan lakukannya, tapi kupikir kalaupun dia sedikit licik dan kemanusiaannya buruk, dia berpendidikan tinggi dan terampil, jadi dia bisa membimbing orang lain dalam aspek teknis. Dia tentu bisa menangani itu tanpa masalah. Setelah itu, aku membaca penilaian saudara-saudari tentang Saudara Wu dan melihat mereka memang bilang bahwa kemanusiaannya buruk, dia sangat kasar dengan orang lain saat bertugas dan mereka merasa dibatasi. Setelah membaca itu, kupikir aku pernah kontak dia beberapa kali sebelumnya dan dia tampak seperti orang baik, bukan seperti yang mereka gambarkan. Mungkin ada alasan tertentu dari perkataan mereka? Bagaimanapun, kupikir dia baik-baik saja, juga dia punya banyak pengalaman kerja, dan bakat seperti dia sulit didapat. Mengangkat dia tentunya tidak jadi masalah. Saat itu, aku tidak lagi memikirkan saran orang lain dan tidak belajar lebih banyak tentang penilaian terhadap Saudara Wu. Aku hanya mengatur agar dia menangani produksi video.

Aku kaget sekali ketika kurang dari sebulan kemudian, kudengar dia tidak merenungi diri saat menghadapi masalah, dan cerewet sekali, dan dia menyebar sebar gosip dan menabur perselisihan. Aku sungguh tidak menduganya. Mungkinkah aku salah? Aku pergi untuk cek situasinya tanpa banyak berpikir lagi, dan ternyata semua yang mereka bilang itu benar. Salah satu efek khusus yang sudah mereka buat bermasalah sehingga harus diulang dan ketika semua orang membahas bagaimana mengatasi kesulitan, saudara Wu bilang itu tidak perlu diulang, dan katanya para pemimpin terlalu menuntut, sehingga mereka tidak bersatu. Beberapa saudara-saudari juga merasa tidak puas dengan para pemimpin saat mereka mendengar ini. Tidak hanya itu, tapi ketika Saudara Wu melihat masalah dalam tugas orang lain, dia tidak memberi solusi untuk masalah itu, tapi mengkritik pemimpin tim karena tidak becus, dan mulai mengucilkan dia, menghasut masalah antara anggota dan pemimpin tim. Pemimpin tim jadinya bersikap negatif dan dibatasi. Seorang saudara tidak condong terhadap pemimpin tim karena hal itu lalu menjadi kaku terhadap dia dan para pemimpin lainnya. Dan Saudara Wu pernah memberi saran untuk pekerjaan itu. Pemimpin tim mempertimbangkan, tapi rasanya tidak cocok dan tidak terpakai. Kemudian dia jadi tidak puas dengan pemimpin tim dan mulai menggunakan persekutuannya dalam pertemuan untuk mengatakan bahwa dia sudah melihat masalah dalam pekerjaan kami yang tidak berani dia ungkapkan, takut dia akan dipecat kalau dia menyinggung soal itu, menyesatkan orang lain dengan berpikir orang akan tertindas kalau mereka memberi saran. Dia seolah ingin sekali mengurus kehendak Tuhan, tapi dia ditindas dan dihalangi pemimpin tim untuk melakukan tugasnya dengan baik. Tingkah lakunya menunjukkan dia tidak hanya cerewet, tapi dia bertindak seolah dia penjaga kebenaran dan mengurus kehendak Tuhan. Mengibarkan bendera membela kepentingan rumah Tuhan, dia sebenarnya menyebar kenegatifan dan menabur perselisihan antara sesama, membuat mereka melawan para pemimpin sehingga berpikir merekalah yang bermasalah, dan mereka mungkin tertindas dan terikat jika tidak hati-hati. Itu membuat orang jadi ragu dengan aturan kebenaran di gereja, jadi mereka semua berdebat tentang benar dan salah, dan menghakimi serta waspada terhadap para pemimpin. Perilakunya sudah mengganggu pekerjaan gereja. Dan saat itu Saudara Wu membimbing pekerjaan teknis, dia tidak terlalu berguna. Semua yang dia sarankan hanya teori tanpa penerapan praktis. Aku bisa melihat masalah dia, tapi belum sepenuhnya siap untuk mengakui kesalahanku. Aku optimistis mau mengobrol dengan dia dan menyampaikan masalahnya, dan kalau dia menyadari masalahnya, mungkin dia bisa menerima kebenaran dan punya kemanusiaan yang pantas, dan itu berarti penilaianku tak terlalu melenceng. Jadi, kusampaikan masalahnya ke dia. Dia tidak hanya tidak merenungi diri, tapi dia bilang aku memendam maksud lain, aku menindasnya. Pada saat itu, kulihat tidak hanya kemanusiaannya buruk dan tidak bisa menerima kebenaran, tapi dia juga licik dan cara bicaranya sangat bertentangan dengan kebenaran. Melihat ini seperti tamparan nyata di wajahku. Rumah Tuhan menegaskan berkali-kali bahwa kita tidak pernah bisa mengangkat orang dengan kemanusiaan buruk untuk tugas-tugas penting, tapi aku justru menentang prinsip dasar seperti itu. Aku membuat kesalahan mendasar saat memilih orang, itu mengganggu kehidupan bergereja. Aku makin tidak nyaman ketika memikirkan ini, dan kemudian memberhentikan Saudara Wu, sesuai prinsip.

Setelah melakukan itu, aku mulai merenungkan alasan sebenarnya dari kegagalanku. Aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Para pemimpin palsu memiliki kualitas yang rendah, mata dan hati yang buta, dan mereka tidak memahami prinsip kebenaran, sesuatu yang merupakan masalah yang sangat serius. Mereka juga memiliki masalah lain yang lebih serius, yaitu ketika mereka telah memahami dan menguasai beberapa huruf tertulis dan kata-kata doktrin serta dapat menyuarakan beberapa slogan, mereka mengira mereka telah memahami kenyataan kebenaran. Jadi, apa pun pekerjaan yang mereka lakukan dan siapa pun yang mereka pilih untuk dipekerjakan, mereka tidak mencari kebenaran dan tidak berunding, serta tidak bersekutu dengan orang lain, apalagi memperhatikan pengaturan kerja dan prinsip-prinsip rumah Tuhan secara terperinci. Mereka sangat yakin, percaya bahwa apa pun yang mereka lakukan adalah benar, bahwa apa pun yang mereka pikirkan adalah apa yang harus dilakukan, dan apa pun yang mereka yakini adalah benar dan akurat, dan semuanya itu sesuai dengan prinsip. Selain itu, mereka juga sering kali secara keliru percaya bahwa setelah bekerja selama bertahun-tahun, mereka memiliki cukup pengalaman untuk berfungsi sebagai pemimpin di rumah Tuhan, bahwa mereka mengetahui cara pekerjaan rumah Tuhan beroperasi dan berkembang, dan bahwa semua ini ada di dalam hati mereka. Mereka menilai pekerjaan rumah Tuhan dan melakukan pekerjaan rumah Tuhan dengan menggunakan pengalaman, imajinasi, gagasan, dan aturan mereka, yang menyebabkan pekerjaan rumah Tuhan menjadi berantakan, dalam keadaan kacau, dan tanpa keteraturan selama masa jabatan mereka" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (5)). Pemimpin palsu tidak hanya buta mata dan hati, tidak bisa melihat esensi orang atau mengerti prinsip, tapi lebih buruk lagi, mereka tidak mencari kebenaran. Mereka mengandalkan pengalaman dan gagasan mereka untuk melakukan pekerjaan gereja, yang membuat segalanya jadi kacau. Caraku bertindak, mengangkat Saudara Wu ke posisi itu, aku tidak mencari prinsip untuk memakai orang di rumah Tuhan, tapi mengikuti penilaianku sendiri, berpikir dia punya banyak pengalaman kerja, jadi dia pasti cocok untuk produksi video. Ketika orang lain memperingatkan bahwa dia punya kemanusiaan buruk dan aku harus berhati-hati dan menyarankanku untuk menyelidiki, aku benar-benar mengabaikannya. Aku merasa punya wawasan dan hikmat yang baik, dan belum pernah ada masalah besar saat menugaskan orang sebelumnya, jadi memilih Saudara Wu mestinya tidak jadi masalah. Kupakai pengalaman kerjaku sebagai modal pribadi dan tidak mencari prinsip kebenaran sama sekali atau dengan rendah hati menerima saran orang lain dan menyelidiki atau mencari tahu orang macam apa Saudara Wu itu, apakah perilaku buruknya hanya menunjukkan kerusakan sesaat, atau apakah dia jahat pada dasarnya. Kalau itu kerusakan sementara, atau kalau ada alasan dan dia berubah sejak saat itu, dalam hal ini dia bisa dipakai. Jika itu perilakunya yang terus-menerus, dan kemanusiaannya buruk dan dia pelaku kejahatan, maka kita tidak bisa memakainya. Orang seperti itu hanya akan merugikan pekerjaan rumah Tuhan. Namun, aku tidak benar-benar bertanya untuk mengerti segala sesuatu. Aku membuat penilaian buta berdasarkan pengalaman dan imajinasiku sendiri. Kenyataan menunjukkan padaku bahwa aku pemimpin palsu, buta mata dan hati. Aku tidak mengerti kebenaran atau prinsip, dan lebih buruk lagi, aku sangat percaya diri dan tidak mau menerima saran orang lain. Dengan sedikit pengalaman kerja dan pemahaman doktrin harfiah, kupikir kutahu prinsip dan bisa melakukan pekerjaan gereja, tapi aku mengangkat orang yang salah, yang menghambat kemajuan kita dan mengganggu kehidupan bergereja. Aku sungguh bertindak sebagai penolong Iblis, merusak pekerjaan gereja.

Aku memikirkan firman Tuhan dalam introspeksiku kemudian: "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberitahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan membuatmu menganggap dirimu lebih hebat daripada orang lain dan Tuhan, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sebagai kebenaran. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan, kulihat aku tidak mencari prinsip kebenaran dalam tugasku karena aku terlalu congkak dan tidak menghormati Tuhan. Aku dikendalikan oleh natur congkak dan terlalu percaya diri. Aku selalu merasa berpengalaman dan berwawasan luas, jadi aku tidak menganggap serius peringatan orang lain. Aku bersikeras melakukan apa yang kumau. Akibatnya, aku menunjuk orang yang salah dan pekerjaan gereja terhambat. Aku menganggap pendapat dan pengalamanku sendiri seperti kebenaran, berpikir apa saja yang kusuka adalah yang Tuhan suka, dan apa yang kupikir cocok pasti cocok juga di mata Tuhan. Aku bahkan salah sangka pendapatku sama dengan pendapat Tuhan. Itu tidak hanya menghina kebenaran, tapi juga menghujat Tuhan. Aku hidup dalam kecongkakan, mengagungkan diri sendiri, melakukan hal-hal dengan caraku sendiri sambil mengaku melakukan tugas. Itu pada dasarnya menentang Tuhan. Aku harus bertobat, kalau tidak aku akhirnya akan menyinggung Tuhan dan disingkirkan. Aku juga tahu bahwa Tuhan sudah mengangkatku ke posisi kepemimpinan, dan kehendak-Nya adalah membuatku fokus mengejar kebenaran dalam tugas itu jadi bisa berprinsip dalam tindakanku. Setiap keputusan pekerjaan akan berdampak pada kepentingan rumah Tuhan, jadi kalau aku tidak mencari kebenaran, tapi hanya bertindak karena kecongkakan dan kepercayaan diri, menjadi sewenang-wenang dan diktator, aku mungkin melakukan sesuatu kapan saja yang akan mengganggu pekerjaan gereja. Akhirnya itu akan merugikan kepentingan gereja dan saudara-saudari. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan diam-diam bertekad untuk berhenti melakukan tugas karena kecongkakan, tapi mencari kebenaran dan bertindak menurut prinsip.

Dalam introspeksiku setelah itu, aku menyadari hal lain yang menyebabkan kegagalanku. Pandanganku keliru tentang orang-orang dan segala hal. Aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Para pemimpin palsu sering mengungkapkan sudut pandang mereka: mereka percaya bahwa orang-orang yang berpengetahuan dan berkedudukan di tengah masyarakat dan mereka yang pernah menjadi pegawai negeri semuanya adalah orang-orang berbakat, yang harus dibina dan digunakan oleh rumah Tuhan. Pemimpin palsu sangat mengagumi orang-orang ini, dan bahkan memperlakukan mereka seperti kerabat atau keluarga mereka sendiri; kepada orang lain mereka memperkenalkan orang-orang dengan mengatakan hal-hal seperti 'dia dulu editor surat kabar di dunia luar,' 'dia adalah direktur kostum panggung,' 'dia dulu bekerja di Kementerian Keamanan Publik,' 'dia dulu di bisnis, dan keluarganya kaya,' 'dia dulu belajar sosiologi,' atau 'dia dulu belajar manajemen bisnis.' Para pemimpin palsu sangat menghargai orang-orang seperti itu. Katakan kepada-Ku, apakah pemimpin palsu itu orang-orang yang berkualitas? Bukankah mereka adalah orang-orang rohani palsu yang tidak dapat melihat sesuatu dengan jelas? Mereka percaya jika orang-orang seperti yang digambarkan di atas datang ke rumah Tuhan, mereka harus dimanfaatkan untuk posisi penting. Mereka menganggap orang-orang ini orang berbakat, jadi ketika seorang pemimpin palsu melihat mereka, dia bertindak seolah-olah dirinya kaki tangan mereka, mengangguk dan membungkuk, menjilat dan bersikap layaknya budak. Akibatnya dan tanpa terlihat, di tempat pemimpin palsu menjadi penanggungjawab, orang-orang ini berperilaku seolah-olah mereka lebih penting dan berpengaruh daripada diri mereka yang sebenarnya dan memerintah sebagai raja. Katakan kepada-Ku, bisakah orang-orang seperti itu diizinkan untuk memerintah sebagai raja di rumah Tuhan? Ini tidak sesuai dengan prinsip! Di manakah dalam firman Tuhan dikatakan, atau di manakah dalam prinsip rumah-Nya ditetapkan, bahwa mereka yang dipromosikan dan digunakan untuk posisi penting di rumah Tuhan harus dipilih dari elite masyarakat? Apakah firman Tuhan mengatakan itu? (Tidak.) Ada berapa kriteria dalam persyaratan Tuhan terhadap manusia? Ada dua persyaratan utama: yang pertama apakah orang itu memiliki kemanusiaan yang baik; yang kedua bagaimana sikap orang itu dalam memperlakukan kebenaran dan apakah mereka mencintai kebenaran. Itulah kedua kriterianya" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (5)). "Pemimpin palsu semuanya adalah orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan sering mendengarkan khotbah, jadi mengapa mereka tidak dapat mengidentifikasi orang yang tidak percaya? Ini membuktikan lebih jauh lagi bahwa para pemimpin palsu memiliki kualitas yang sangat buruk, bahwa mereka tidak mampu menerima kebenaran, dan sebanyak apa pun kebenaran yang mereka dengarkan, itu tidak ada gunanya. Mata dan hati mereka buta, sama sekali tak mampu membedakan orang. Bagaimana mungkin mereka layak menjadi pemimpin atau pekerja di gereja? Mereka percaya bahwa pembicara yang baik adalah orang-orang berbakat; ketika mereka melihat seseorang yang bisa menyanyi dan menari, mereka menganggapnya orang berbakat; ketika mereka melihat seseorang berkacamata yang pernah kuliah, mereka menganggapnya orang berbakat; ketika mereka melihat seseorang berstatus tinggi di tengah masyarakat, yang kaya dan pandai berbisnis dan terlibat dalam praktik penipuan, yang melakukan semacam pekerjaan penting di tengah masyarakat, pemimpin palsu itu berpikir bahwa mereka juga adalah orang-orang berbakat di rumah Tuhan. Mereka tidak melihat kualitas kemanusiaan orang-orang ini atau apakah kepercayaan mereka kepada Tuhan memiliki dasar, mereka, terlebih lagi, tidak melihat sikap orang-orang ini dalam memperlakukan kebenaran dan Tuhan. Mereka hanya melihat kedudukan dan latar belakang sosial orang. Ternyata, inilah yang disukai pemimpin palsu dalam diri seseorang. Bukankah ini kesia-siaan mereka? Mereka benar-benar buta—sangat buta!" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (5)). Firman Tuhan menyingkap pemimpin palsu sebagai orang yang buta dan bodoh, dan buruk dalam mengangkat orang lain. Mereka hanya melihat pendidikan duniawi, status, dan keterampilan profesional, berpikir bahwa punya pengetahuan dan budaya, dan menjadi sangat terampil berarti mereka berbakat di rumah Tuhan. Mereka tidak melihat kemanusiaan mereka, apakah mereka menerima kebenaran, atau sejauh mana mereka mengerti kebenaran. Itulah pandanganku ketika aku mencari seseorang untuk membuat video. berpikir bahwa punya pendidikan tinggi dan keterampilan berarti mereka bisa melakukan tugas itu dengan baik. Jadi sepanjang waktu aku hanya fokus pada pendidikan dan keterampilan teknis saudara-saudari. Melihat titel saudara Wu dan semua pengalaman kerjanya, kupikir dia pasti bisa membantu orang lain di tim video dan bisa menangani tugas rumit secara teknis. Aku tidak mempertimbangkan kemanusiaannya sama sekali, atau cara dia berperilaku dalam tugasnya sebelumnya. Jadi, tidak hanya pekerjaannya yang terhambat selama dia di sana, tapi dia cerewet dan menciptakan konflik antara pemimpin dan anggota tim. Ini sangat mengganggu pekerjaan dan kehidupan bergereja. Kusadari betapa menggelikan pandanganku tentang berbagai hal. Rumah Tuhan memang menghargai dan mengembangkan bakat, tapi itu beda dengan di dunia. Ini bukan tentang apa titel yang dimiliki seseorang, tapi tentang kemanusiaan mereka, apakah mereka mencintai dan mengejar kebenaran. Aku lihat beberapa saudara-saudari berperilaku baik di berbagai bidang di masyarakat, tapi beberapa dari mereka punya kemanusiaan buruk dan tidak mencintai kebenaran. Mereka tidak mencari prinsip kebenaran dalam tugas mereka atau menerima kebenaran, tapi melakukan apa saja yang mereka mau, bertindak berdasarkan kerusakan. Mereka tidak melakukan tugas dengan baik, dan juga banyak mengganggu pekerjaan gereja. Lebih banyak ruginya daripada untung bekerja dengan mereka, dan mereka akhirnya tersingkir. Mereka yang bisa tinggal dan melakukan tugas tidak hanya punya keterampilan profesional, tapi terutama punya kemanusiaan yang baik. Beberapa orang juga mencintai dan menerima kebenaran dan praktis dalam tugas mereka. Mereka menerapkan apa pun keterampilan profesional yang dimiliki dalam tugas mereka, dan beberapa di antaranya mungkin bukan yang terbaik, tapi berniat untuk melakukan hal yang baik, dan berusaha keras dalam tugas mereka. Mereka memperoleh pencerahan dan bimbingan Tuhan, dan meningkatkan pekerjaan mereka. Mereka tidak hanya meningkatkan keahlian profesional, tapi mereka menjadi lebih berprinsip.

Aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Entah engkau sedang melakukan tugasmu, berinteraksi dengan orang lain, atau menangani beberapa hal tertentu yang terjadi kepadamu, engkau harus memiliki sikap mencari dan taat. Dengan sikap seperti ini, dapat dikatakan bahwa engkau memiliki hati yang menghormati Tuhan serta mampu mencari dan menaati kebenaran. Inilah jalan untuk mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jika engkau tidak memiliki sikap mencari dan taat, tetapi justru dengan keras kepala menentang dan bergantung pada dirimu sendiri, menolak dan membenci kebenaran, engkau secara alami akan melakukan banyak kejahatan. Engkau tidak akan mampu menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan! ... Tidaklah mudah untuk melakukan tugas mereka dengan baik, untuk memuaskan Tuhan dan mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan dalam iman mereka. Namun, engkau semua baru saja diberi tahu tentang prinsip penerapan: jika engkau memiliki sikap mencari dan taat ketika sesuatu terjadi kepadamu, hal ini akan melindungimu. Tujuan akhirnya bukanlah untuk membuatmu terlindungi. Itu adalah untuk membuatmu memahami kebenaran dan mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan memperoleh keselamatan Tuhan; inilah tujuan akhirnya. Jika engkau memiliki sikap ini dalam semua yang kaualami, engkau tidak akan lagi merasa bahwa melakukan tugasmu dan memenuhi kehendak Tuhan adalah omong kosong dan klise, tidak akan lagi terasa begitu melelahkan. Sebaliknya, sebelum engkau menyadarinya, engkau akan mulai memahami cukup banyak kebenaran. Jika engkau terus mengalami dengan cara seperti ini, engkau pasti akan menuai hasil" (persekutuan Tuhan). Firman Tuhan menunjukkan jalan bagiku. Apa pun yang kuhadapi, aku harus mempertahankan penyerahan dan penghormatan kepada Tuhan, dan mencari prinsip kebenaran. Itulah satu-satunya cara untuk mendapatkan bimbingan Tuhan dan melakukan tugas dengan baik. Kalau tidak, aku cenderung bertindak karena kecongkakan dan mengganggu pekerjaan. Setelah itu, aku dan rekanku menemukan beberapa orang lain untuk menangani produksi video berdasarkan prinsip memilih orang. Mereka tidak punya pengetahuan teoretis seperti yang dimiliki saudara Wu, tapi sikap mereka lebih baik, dan mereka benar-benar mengerjakan ini secara praktis. Ketika mengalami masalah, mereka berkumpul untuk mencari dan bersekutu. Ketika seseorang mengungkapkan kerusakan yang berpengaruh pada kemajuan, mereka bisa merenungi diri dan belajar darinya. Setelah beberapa saat, dengan semua orang bekerja sama, ada terobosan nyata dalam pekerjaan itu, dengan hasil yang makin baik. Itulah kejutan yang menyenangkan bagiku. Aku benar-benar mengalami bahwa melakukan tugas di rumah Tuhan bukan hanya tentang keterampilan teknis atau kualitas, tapi yang terpenting adalah mereka harus jadi orang yang tepat, berguna, mencari kebenaran dan menghormati Tuhan. Itulah satu-satunya cara untuk mendapatkan bimbingan Roh Kudus dan mencapai apa saja dalam tugas. Aku juga melihat bahwa mencari kebenaran dan bertindak berdasarkan prinsip adalah satu-satunya jalan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait