Perenungan Setelah Dikeluarkan

02 Juni 2024

Oleh Saudara Zhengliang, Tiongkok

Setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, aku selalu mengabarkan Injil di gereja. Kemudian, aku menjadi pemimpin kelompok dan bertanggung jawab atas pekerjaan penginjilan empat atau lima gereja. Setelah bekerja keras selama beberapa waktu, pekerjaan penginjilan membuahkan hasil, dan aku cukup puas dengan diriku sendiri. Khususnya, beberapa pemimpin gereja yang mengalami kesulitan dengan pekerjaan penginjilan meminta persekutuanku, dan saudara-saudari juga sangat menghormatiku. Jadi, aku sangat senang dan berpikir, "Sepertinya aku cukup memahami kebenaran dan memiliki sedikit kenyataan kebenaran."

Pada tahun 2013, aku kembali ke gereja setempat untuk mengabarkan Injil. Aku berpikir, "Setelah sekitar setahun terakhir pergi mengabarkan Injil, aku cukup banyak melakukan penerapan dan mulai memahami kebenaran. Karena sekarang aku sudah kembali ke gereja, mereka pasti akan fokus mempersiapkanku, dan ketika mereka mendengarkan persekutuanku, itu pasti akan berbeda dari yang dahulu. Bahkan mungkin aku akan dipilih menjadi pemimpin gereja di acara pemilihan." Beberapa hari kemudian, seorang pemimpin gereja bernama Jia Xin datang ke rumahku. Katanya dia sangat kelelahan karena tugasnya, dan beberapa rekan kerjanya berkata bahwa dia tidak dapat menyelesaikan masalah, dia selalu setengah tertidur pada pertemuan, dia tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus, dan dia harus bertanggung jawab serta mengundurkan diri. Dia berkata bahwa para pengkhotbah telah mendesaknya untuk melakukan hal yang sama. Jia Xin juga memastikan untuk menekankan bahwa dua pengkhotbah ini sudah pernah diberhentikan olehnya, tetapi mereka tidak pernah merenungkan diri dan bahkan mengaku bahwa Jia Xin menindas mereka. Jia Xin bertanya kepada kami bagaimana dia harus menghadapi keadaan seperti itu. Mendengar seluruh ceritanya, aku pun geram dan berpikir, "Bukankan ini namanya balas dendam? Aku pernah bekerja sama dengan Jia Xin sebelumnya, dan dia benar-benar sanggup menanggung penderitaan serta membayar harga saat mengabarkan Injil. Terkadang, para petobat baru bekerja hingga pagi, tetapi dia tetap selalu memberontak terhadap dagingnya dan berkumpul dengan mereka. Dia sangat bertanggung jawab; bagaimana bisa mereka berkata bahwa dia tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus? Bukankah mereka menindasnya? Itulah yang dilakukan para pemimpin dan pekerja palsu. Tidak, aku tidak boleh membiarkan ini. Karena kini aku sudah kembali, aku harus membantunya." Tak lama kemudian, aku pergi bersama istriku untuk menyelidiki dan memahami masalah ini. Saat kami sedang menyelidikinya, aku sangat puas dengan diriku sendiri, kupikir, "Aku ini cukup arif; belum lama kembali ke gereja, aku sudah mengenali para pemimpin palsu. Jika para pemimpin dan pekerja palsu ini dilaporkan dan diberhentikan, berarti aku telah melakukan perbuatan yang sangat baik. Setelah mereka diberhentikan, mungkin aku akan berkesempatan untuk dipilih menjadi pemimpin. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui." Memikirkan ini, "rasa keadilan"-ku menjadi makin kuat. Beberapa hari kemudian, aku mendapati bahwa Jia Xin telah diberhentikan dari jabatannya oleh beberapa rekan kerjanya. Para rekan kerja itu menganalisis perilaku Jia Xin pada pertemuan dan membantu saudara-saudari menyelidiki dia. Mendengar berita ini, amarahku membuncah, dan kupikir, "Jia Xin mampu meninggalkan dirinya dan menanggung penderitaan lebih daripada kalian semua. Bagaimana mungkin dia adalah pemimpin palsu yang tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus? Kalian semua bisa dikeluarkan, tetapi tidak dengan dia." Aku yakin bahwa ini adalah tindakan balas dendam, jadi aku menyebarkan tuduhan di tempat-tempat pertemuan bahwa mereka adalah pemimpin dan pekerja palsu, dan mengeluarkan Jia Xin itu tidak sesuai dengan pengaturan kerja. Ini menyebabkan saudara-saudari tidak dapat menjalani kehidupan bergereja yang normal, dan gereja menjadi agak kacau.

Tak lama setelahnya, seorang saudari datang untuk menangani kekacauan di gereja. Katanya, penyelidikannya telah menunjukkan bahwa Jia Xin tidak tahu caranya mempersekutukan kebenaran dan tidak mampu menyelesaikan masalah saudara-saudari yang nyata. Dia berkata bahwa Jia Xin benar-benar pemimpin palsu yang tak mampu melakukan pekerjaan nyata, dan berdasarkan prinsip, dia seharusnya diberhentikan. Namun, aku agak curiga mendengar perkataan saudari itu, dan kupikir, "Apakah kami benar-benar salah tentang hal ini? Tidak mungkin! Aku juga memiliki dasar dalam caraku menilai orang; aku tak akan disesatkan oleh kalian semua. Kalian membela para pemimpin dan pekerja." Setelah itu, aku tidak mendengarkan apa pun yang dikatakan saudari tersebut, hanya menganggap bahwa dia telah menangani masalah dengan tidak adil. Lalu, aku dan tiga orang lainnya menulis surat laporan, menuliskan bahwa tindakan para pemimpin dan pekerja yang mengeluarkan Jia Xin tidak sesuai dengan prinsip, dan mereka membalas dendam terhadapnya. Namun, proses penulisan surat laporan ini sama sekali tidak mudah. Saat menulisnya, kami selalu menemui perbedaan, semua orang berpegang pada pandangan mereka masing-masing. Kami menulisnya berkali-kali, dan ada kesalahan baru setiap kalinya. Aku merasa khawatir dan berpikir, "Apakah laporan kami terhadap mereka ini tidak sesuai dengan maksud Tuhan? Jika tidak, kami tidak boleh melakukannya." Namun, aku juga berpikir, "Jika aku mundur dan mereka benar-benar melaporkan serta memberhentikan para pemimpin palsu itu, perbuatan terpuji ini akan menjadi milik mereka. Kalau begitu, bukankah semua ini sia-sia? Saudara-saudari pasti akan berpikir bahwa merekalah yang memahami kebenaran, yang memiliki kearifan dan rasa keadilan. Tak ada yang akan menghormatiku." Jadi, setelah surat laporan itu selesai, aku menandatanganinya, dan juga melaporkan saudari yang menangani kekacauan gereja. Setelah menyerahkan surat itu, aku merasa sangat puas dengan diriku sendiri. Kupikir, "Kali ini, setelah para pemimpin dan pekerja itu diberhentikan dan para pemimpin yang lebih tinggi mengerti bahwa aku memahami kebenaran dan mampu mengenali orang, bahkan mungkin mereka akan melanggar protokol untuk mempromosikan aku. Semua saudara-saudari akan memuji kualitasku; betapa hebatnya!" Beberapa hari setelahnya, aku menerima sepucuk surat dari para pemimpin yang lebih tinggi, berkata bahwa sekarang, penangkapan yang dilakukan oleh Partai Komunis sangatlah parah, dan mereka perlu waktu untuk memeriksa dan menangani surat laporan kami. Seorang saudari berkata, "Nantinya, penangkapan hanya akan makin parah. Jika kita menunggu para pemimpin yang lebih tinggi untuk menangani masalah ini, semuanya akan terlambat. Meskipun kami bukanlah pemimpin ataupun pekerja, kami tetap harus membantu saudara-saudari agar menjadi lebih arif." Aku mendengarkan dan berpikir, "Itu benar. Bukankah membantu saudara-saudari untuk menjadi lebih arif adalah salah satu cara melaksanakan tugas? Setelah para pemimpin palsu ini diberhentikan, semua orang pasti akan memberiku pujian atas pencapaian ini, dan mungkin aku akan dapat dipilih menjadi seorang pemimpin." Jadi, aku pergi ke tempat-tempat pertemuan dan berkata bahwa tindakan para pemimpin dan pekerja mengeluarkan Jia Xin itu tidak sesuai dengan prinsip. Aku juga berkata bahwa Jia Xin bukanlah pemimpin palsu, dan dia melaksanakan tugasnya dari fajar hingga senja dan mampu melakukan pekerjaan nyata. Selama itu, saat saudara-saudari berkumpul, mereka tidak mempersekutukan firman Tuhan dan hanya berkomentar tentang masalah ini. Ada saudara-saudari yang disesatkan oleh kami dan memihak kami, berprasangka terhadap para pemimpin dan pekerja serta berkata bahwa orang-orang itulah yang salah. Ada saudara-saudari yang bahkan tidak mau menerima orang-orang itu di rumah mereka, sehingga para pemimpin dan pekerja tersebut tidak dapat melaksanakan tugas mereka dengan normal. Beberapa orang yang arif memihak para pemimpin dan pekerja, berkata bahwa kami mengganggu kehidupan bergereja. Dengan demikian, terbentuklah dua kelompok di gereja; kami seperti dua pasukan yang saling bertarung. Setiap kali berkumpul, kami membahas masalah ini, dan saudara-saudari kehilangan kehidupan begereja mereka yang normal. Kekacauan di gereja terus berlangsung seperti ini selama beberapa bulan.

Suatu hari, para pemimpin yang lebih tinggi datang untuk menyelidiki dan memahami isi surat laporan kami. Kupikir, "Para pemimpin dan pekerja palsu itu pasti akan diberhentikan." Saat aku merasa senang akan semuanya, salah satu pemimpin menggunakan firman Tuhan untuk menganalisis natur perilaku kami. Dia berkata bahwa kami membentuk kelompok, memecah belah gereja, dan mengganggu kehidupan bergereja, sehingga para pemimpin dan pekerja tidak dapat bekerja dengan normal dan membuat pekerjaan gereja terhenti. Katanya kami melakukan kejahatan. Dia juga berkata bahwa sebagai seorang pemimpin, Jia Xin tidak tahu caranya membimbing saudara-saudari agar mengalami pekerjaan Tuhan. Sebaliknya, dia selalu berusaha memenangkan hati orang-orang dan menyebarkan ketidakpuasannya dengan para rekan kerjanya. Bagaimana mungkin dia memiliki pekerjaan Roh Kudus? Katanya, Jia Xin tidak dapat melakukan pekerjaan nyata ataupun menyelesaikan masalah saudara-saudari, dan seperti apa pun dia tampak meninggalkan dan mengorbankan diri, dia adalah pemimpin palsu dan harus diberhentikan; itulah yang sesuai dengan prinsip. Mendengar saudari ini bersekutu dan menganalisis bahwa Jia Xin adalah pemimpin palsu, jantungku berdebar, dan kupikir, "Perkataan mereka masuk akal. Setelah disingkapkan serta dikeluarkan oleh para rekan kerjanya itu, seharusnya Jia Xin merenung dan berusaha memahami dirinya sendiri. Sebaliknya, dia malah berkali-kali mendatangi kami, merasa diperlakukan tidak adil dan meluapkan keluhannya. Dia sungguh tidak menerima kebenaran atau mengalami pekerjaan Tuhan. Aku membela Jia Xin dan bahkan menghakimi para pemimpin dan pekerja yang lain, mengganggu kehidupan bergereja. Natur dari masalah ini serius!" Namun, karena aku sama sekali tidak memahami perilakuku, saat itu, aku hanya mengakui bahwa aku telah melakukan kesalahan. Pada akhirnya, para pemimpin yang lebih tinggi berkata bahwa kami sudah sangat mengganggu kehidupan bergereja, dan natur dari masalah ini serius. Mereka mengatur agar kami mengisolasi diri di rumah dan merenung.

Suatu hari, aku pergi ke rumah ibuku, dan dia memberiku tiga surat pemberitahuan pengeluaran. Setelah kubaca, ternyata selain Jia Xin, di luar dugaanku, ada juga surat pemberitahuan pengeluaran untukku dan istriku. Surat pemberitahuan itu menyatakan bahwa Jia Xin itu berbahaya dan licik, menebar perselisihan serta membentuk kelompok-kelompok di gereja, dan pada akhirnya, dia ditetapkan sebagai seorang antikristus dan dikeluarkan. Adapun aku, aku mengikuti antikristus ini melakukan kejahatan dan mengganggu serta mengacaukan kehidupan bergereja. Aku adalah kaki tangan antikristus ini, jadi aku juga dikeluarkan. Usai membaca surat pemberitahuan pengeluaran ini, aku sungguh tak menyangkanya. Rasanya seperti seorang narapidana yang membaca surat putusan hukuman matinya. Aku sangat takut hingga kakiku terasa lemas dan tubuhku gemetar tanpa henti, dan kupikir, "Aku sudah dikeluarkan? Bukankah seharusnya kami hanya merenung di rumah? Bagaimana mungkin kami dikeluarkan? Aku benar-benar sudah melakukan kejahatan besar kali ini." Saat itu, pikiranku kosong, dan aku bergegas pulang untuk memberi tahu istriku bahwa kami dikeluarkan. Setelah memberitahunya, aku tak bisa menahannya lagi, aku terduduk di lantai dan menangis. Aku berpikir, "Tamatlah aku, sekarang aku benar-benar tamat. Perjalanan kepercayaanku kepada Tuhan berakhir sudah, dan aku tak akan pernah bisa kembali lagi ke gereja. Kali ini, aku benar-benar telah menyinggung watak Tuhan, dan mungkin aku harus dihukum suatu hari nanti." Saat aku memikirkan hal ini, hatiku terasa seperti ditikam pisau; aku merasa sangat putus asa dan menderita. Aku membenci diriku sendiri karena sanggup melakukan hal seperti ini. Bagaimana bisa aku asal saja memercayai perkataan Jia Xin? Tak mungkin aku bisa menebus perbuatanku yang sudah sangat mengganggu kehidupan bergereja. Makin kupikirkan, makin sakit hatiku. Setiap hari, aku enggan melakukan apa pun. Aku tak bisa makan ataupun tidur nyenyak di malam hari, dan setelah beberapa lama, berat badanku turun lebih dari 4,5 kilogram. Setiap hari, rasanya aku hanya seperti menunggu kematian. Kupikir aku tak lagi punya kesempatan untuk diselamatkan, kupikir aku telah ditakdirkan untuk dihukum dan pergi ke neraka. Aku seperti seorang pasien yang menderita kanker stadium akhir, begitu negatif dan putus asa. Kupikir, cepat atau lambat aku akan mati, jadi lebih baik kuakhiri saja. Di saat aku merasa paling menderita dan putus asa, aku teringat akan lirik sebuah lagu pujian firman Tuhan yang berjudul "Berusahalah Mengasihi Tuhan Tidak Peduli Seberapa Besar Penderitaanmu": "Sekarang ini, sebagian besar orang tidak memiliki pengetahuan itu. Mereka percaya bahwa penderitaan tidak ada nilainya, mereka dijauhi oleh dunia, kehidupan rumah tangga mereka bermasalah, mereka tidak dikasihi Tuhan, dan prospek mereka suram. Penderitaan sebagian orang mencapai titik ekstrem, dan pikiran mereka mengarah kepada kematian. Ini bukanlah kasih kepada Tuhan yang sejati; orang-orang seperti itu adalah pengecut, mereka tidak memiliki ketekunan, mereka lemah dan tidak berdaya!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"). Aku mendengarkan lagu pujian ini berkali-kali. Sepertinya Tuhan menggunakan lagu pujian ini untuk memberitahuku bahwa Dia tidak ingin aku menjadi begitu lemah dan tak berdaya, Dia tidak ingin aku kehilangan imanku kepada-Nya. Aku telah melakukan begitu banyak kejahatan dan telah dikeluarkan, dan aku telah ditakdirkan untuk dihukum di masa depan, tetapi Tuhan tetap mencerahkanku dan membimbingku agar teringat akan lagu pujian ini, tidak membiarkanku tenggelam lebih dalam ke hal-hal negatif. Aku sungguh tersentuh karenanya, dan secercah harapan serta sedikit kekuatan muncul di hatiku. Kemudian, aku membaca firman Tuhan lainnya yang berbunyi: "Untuk mengikuti Tuhan yang nyata, kita harus memiliki tekad ini: entah sebesar apa pun lingkungan yang kita hadapi, atau kesulitan seperti apa pun yang kita hadapi, dan betapa pun lemahnya atau negatifnya kita, kita tidak boleh kehilangan kepercayaan pada perubahan watak kita atau pada firman yang telah Tuhan ucapkan. Tuhan telah berjanji kepada manusia, dan hal ini mengharuskan manusia untuk memiliki tekad, iman, dan ketekunan untuk menanggungnya. Tuhan tidak menyukai pengecut; Dia menyukai orang yang memiliki tekad. Meskipun engkau telah memperlihatkan banyak kerusakan dalam dirimu, meskipun engkau telah berkali-kali menempuh jalan yang salah, atau telah melakukan banyak pelanggaran, mengeluh kepada Tuhan, atau dari dalam agama engkau telah menentang Tuhan atau memendam hujatan terhadap-Nya di dalam hatimu, dan sebagainya—Tuhan tidak melihat semua itu. Dia hanya melihat apakah orang mengejar kebenaran atau tidak, dan apakah suatu hari mereka bisa berubah atau tidak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Penerapan Menuju Perubahan Watak Orang"). Aku mengerti bahwa Tuhan tidak menyukai pengecut; Dia menyukai orang yang teguh. Meskipun aku sudah dikeluarkan karena melakukan kejahatan sebesar itu, Tuhan justru menekankan mengenai apakah aku dapat berubah atau tidak. Jika aku berubah, sekalipun aku mati dan pada akhirnya dihukum, semuanya akan sepadan. Selama itu, lirik lagu pujian dan firman Tuhan sesekali terlintas di pikiranku. Aku sangat tersentuh dan berpikir bahwa Tuhan tidak meninggalkanku. Di masa tersedih dan tergelapku, Dia menggunakan firman-Nya untuk membimbing, menghibur, dan menenangkanku. Aku berpikir bahwa Tuhan sangat mengasihi manusia, dan aku tidak boleh terus merasa negatif. Sejak saat itu, aku bangun pagi setiap hari dan terus makan dan minum firman Tuhan, merenungkan perbuatanku yang telah menyinggung Tuhan.

Suatu hari, aku membaca firman Tuhan ini: "Di dalam gereja, ada banyak orang yang tidak memiliki ketajaman rohani. Ketika sesuatu yang menyesatkan terjadi, tanpa disangka-sangka mereka berdiri di pihak Iblis; mereka bahkan merasa tersinggung ketika disebut kaki tangan Iblis. Meskipun orang bisa menyebut mereka tidak memiliki ketajaman rohani, mereka selalu berdiri di sisi yang tidak memiliki kebenaran, mereka tidak pernah berdiri di pihak kebenaran di saat genting, mereka tidak pernah bangkit dan membela kebenaran. Apakah mereka benar-benar tidak memiliki ketajaman rohani? Mengapa mereka tanpa disangka-sangka memihak Iblis? Mengapa mereka tidak pernah mengatakan sepatah kata pun yang adil dan masuk akal dalam mendukung kebenaran? Benarkah situasi ini tercipta sebagai akibat kebingungan mereka yang sementara? Makin sedikit ketajaman yang orang punya, makin mereka tak mampu berdiri di pihak kebenaran. Hal ini menunjukkan apa? Bukankah itu menunjukkan bahwa Orang-orang yang tidak memiliki ketajaman mencintai dosa? Bukankah itu menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan Iblis yang setia? Mengapa mereka selalu dapat berdiri di pihak Iblis dan seia sekata dengan Iblis? Setiap perkataan dan perbuatan mereka, serta ekspresi wajah mereka, cukup untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah pencinta kebenaran; sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang membenci kebenaran. Bahwa mereka dapat berdiri di pihak Iblis, itu cukup untuk membuktikan bahwa Iblis sangat menyayangi setan-setan kecil ini, yang menghabiskan seluruh hidup mereka berjuang demi kepentingan Iblis. Bukankah semua fakta ini terlampau jelas?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). "Karena mereka tidak mencintai kebenaran, karena mereka tidak mampu berdiri di pihak kebenaran, karena mereka mengikuti orang jahat dan berdiri di pihak yang jahat, dan karena mereka bersekongkol dengan orang jahat dan menentang Tuhan. Mereka tahu benar bahwa orang-orang jahat itu menyebarkan kejahatan, tetapi mereka mengeraskan hati dan meninggalkan kebenaran untuk mengikuti mereka. Bukankah semua orang ini, yang tidak melakukan kebenaran melainkan melakukan hal-hal yang menghancurkan dan keji, melakukan kejahatan? Walaupun ada di antara mereka yang menampilkan diri sebagai raja dan ada orang-orang yang mengikuti mereka, bukankah natur mereka semua sama, yakni menentang Tuhan? Alasan apa yang dapat mereka miliki untuk mengklaim bahwa Tuhan tidak menyelamatkan mereka? Alasan apa yang dapat mereka kemukakan untuk mengklaim bahwa Tuhan tidak adil? Bukankah kejahatan mereka sendiri yang menghancurkan mereka? Bukankah pemberontakan mereka sendiri yang menyeret mereka ke neraka?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa malu dan sedih. Aku dapat melakukan kejahatan sebesar itu bukan hanya karena aku tidak arif, itu terutama karena aku terlalu menghargai reputasi dan status. Jia Xin merebut hati kami untuk melindungi statusnya sebagai pemimpin. Aku tidak mengetahui maksud yang sebenarnya di balik tindakannya, dan aku juga tidak memikirkan apakah perkataannya sesuai dengan fakta atau tidak. Aku hanya membelanya dengan membabi buta, ingin menjadi "pembela keadilan" dan memamerkan diri. Aku juga ingin berkesempatan untuk meraih posisi pemimpin. Saat kami menulis surat laporan, aku merasakan dengan jelas bahwa kami tidak memiliki bimbingan Tuhan. Kami tidak dapat menyatukan pendapat kami, dan hatiku terasa tidak tenang. Namun, aku tetap keras kepala dan terus menulis surat, mengikuti antikristus ini melakukan kejahatan. Pemimpin atas yang mendatangi gereja kami bersekutu untuk membantuku dan menyingkapkanku, tetapi aku tidak berubah, aku takut akan diremehkan oleh orang lain jika aku mengakui kesalahanku. Aku menghadiri pertemuan dan menilai orang dengan sembarangan, menyebarkan informasi bahwa para pemimpin dan pekerja itu palsu. Tujuanku adalah untuk membuat saudara-saudari menolak para pemimpin dan pekerja itu dan menghormatiku, jadi aku mungkin bisa terpilih di pemilihan mendatang. Karena gangguanku, saudara-saudari tidak dapat berkumpul serta makan dan minum firman Tuhan dengan normal. Setengah dari saudara-saudari di gereja disesatkan oleh kami, dan kami bersama-sama menentang para pemimpin dan pekerja. Tuhan ingin saudara-saudari dapat berkumpul dan mempersekutukan firman Tuhan dengan normal serta melaksanakan tugas mereka sebagai satu kesatuan. Saat Tuhan mendirikan gereja, Iblis ingin merusak pekerjaan-Nya. Sementara itu, aku berperan sebagai pembantu dan kaki tangan Iblis, mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Dalam mewujudkan semua ini, aku bukan hanya memilih pihak yang salah akibat keliru mengenali untuk sesaat. Naturku sama seperti natur Jia Xin; kami berdua sangat menyukai reputasi dan status. Untuk memperoleh status, kami membuat kekacauan di gereja, dan aku dikeluarkan karena mengejar status alih-alih mengejar kebenaran. Memikirkan hal ini, aku sangat menyesal dan mencela diriku sendiri. Aku berlutut di lantai dan menampar keras pipiku sendiri lebih dari 100 kali. Aku ingin menghukum diriku sendiri dengan kejam agar pelajaran ini tertanam dalam ingatanku. Aku juga berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku telah melakukan kejahatan. Aku mengejar status dan mengganggu pekerjaan gereja. Aku bersedia bertobat, merenungkan diri dengan sungguh-sungguh dan berusaha memahami perbuatan jahatku."

Setelah itu, aku terus merenungkan diri dan berpikir, "Mengapa aku begitu mencintai status dan selalu ingin mengejar serta memperolehnya? Mengapa aku sangat congkak dan sanggup melakukan perbuatan jahat ini?" Aku membaca bagian dari firman Tuhan: "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan maksud Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberi tahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan merebut posisi Tuhan di hatimu, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, dan membuatmu memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sendiri sebagai kebenaran. Begitu banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Melalui firman Tuhan, aku memahami bahwa sumber penyebab mengapa aku sanggup melakukan perbuatan jahat ini adalah karena aku terlalu congkak, terlalu percaya diri, dan terlalu memandang tinggi diriku sendiri. Aku meyakini itu karena aku dapat mengabarkan Injil dan menyelesaikan masalah, yang berarti bahwa aku memahami kebenaran dan memiliki kenyataan. Karenanya, aku dapat asal saja memercayai diriku dan bertindak dengan sembrono, sehingga aku melakukan semua perbuatan jahat itu. Aku tidak pernah mencari prinsip-prinsip kebenaran mengenai dikeluarkannya Jia Xin. Karena sebelumnya kulihat bahwa Jia Xin mampu meninggalkan, mengorbankan diri, menanggung penderitaan, dan membayar harga dalam tugasnya, kupikir saat itu dia sedang menerapkan kebenaran dan memiliki pekerjaan Roh Kudus. Kupikir, tanpa mengejar kebenaran, siapa yang mampu melakukan semua itu hingga sejauh itu? Nyatanya, saat menyelidiki apakah seseorang memiliki pekerjaan Roh Kudus atau tidak, kita tidak bisa menilai berdasarkan apakah orang itu tampak sedang menanggung penderitaan, membayar harga, meninggalkan, dan mengorbankan dirinya. Semua hal ini bisa dilakukan oleh siapa pun yang antusias. Kita terutama harus melihat apakah orang itu dapat berdoa kepada Tuhan saat masalah menimpanya, dan sekalipun itu tidak sesuai dengan gagasannya sendiri, dia dapat melepaskan gagasannya, mencari kebenaran, dan memiliki hati yang takut serta tunduk kepada Tuhan. Selain itu, dia harus mampu membimbing umat pilihan Tuhan untuk mengalami firman Tuhan dan memahami dirinya sendiri, dan dia juga harus menyelesaikan masalah saudara-saudari dalam tugas mereka. Inilah yang harus dilakukan seorang pemimpin dan pekerja. Jia Xin tidak mampu melakukan pekerjaan kepemimpinan, apalagi memiliki pekerjaan Roh Kudus. Saat orang-orang menyingkapkan masalahnya, dia tidak menerima itu, tetapi justru mengeluh karena merasa diperlakukan tidak adil, dan menyesatkan kami. Dia dengan sengaja menyebarkan informasi di antara kami bahwa laporan terhadapnya tidaklah benar, menghasut kami agar membelanya. Kami disesatkan olehnya dan memberi tahu orang-orang di gereja bahwa para pemimpin dan pekerja itu menindasnya, sehingga menyebabkan gereja terpecah belah dan menjadi kacau. Jia Xin meninggalkan diri dan sedikit mengorbankan diri, tetapi dia tidak mencari kebenaran sama sekali ketika masalah menimpanya, juga tidak merenung atau memahami dirinya sendiri. Untuk melindungi statusnya, dia menyebabkan gangguan dan kekacauan serta merusak pekerjaan gereja. Dia mengorbankan diri dan menanggung semua penderitaannya untuk melindungi dan memuaskan hasrat pribadinya akan status. Begitu seseorang menyinggung statusnya, dia melakukan perbuatan jahat seperti menyebabkan perpecahan dan menebar perselisihan. Naturnya adalah natur membenci kebenaran; dia adalah antikristus yang licik, suka menipu, berbahaya, dan jahat. Aku tidak arif sama sekali. Aku mengikuti Jia Xin melakukan kejahatan dan menghakimi para pemimpin dan pekerja selama pertemuan, akibatnya saudara-saudari disesatkan dan memihakku, mengucilkan para pemimpin dan pekerja. Ini menyebabkan gangguan yang serius terhadap kehidupan bergereja. Aku telah melakukan kejahatan yang begitu besar, tetapi aku masih mengira bahwa aku memiliki rasa keadilan. Aku benar-benar sangat kacau dan congkak sampai-sampai tidak mempunyai nalar sama sekali. Andai saja aku memahami sedikit kebenaran dan memiliki hati yang takut akan Tuhan, aku tak akan melakukan kejahatan sebesar itu. Aku menyadari bahwa aku sangat berkekurangan, dan watakku sangat congkak. Aku sungguh membutuhkan didikan dan disiplin Tuhan untuk mentahirkan dan mengubahku!

Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Sebelum Tuhan mengirimkan murka-Nya, Dia sudah memahami esensi setiap masalah dengan jelas dan utuh, dan Dia sudah merumuskan definisi dan kesimpulan yang akurat dan jelas. Karena itulah, tujuan Tuhan dalam segala sesuatu yang dilakukan-Nya sangatlah jelas, sama seperti sikap-Nya. Dia tidak bingung, buta, impulsif, atau ceroboh, dan yang pasti, Dia bukan tidak memiliki prinsip. Inilah aspek nyata dari murka Tuhan, dan karena aspek nyata dari murka Tuhan inilah umat manusia telah mencapai keberadaannya yang normal. Tanpa murka Tuhan, manusia akan turun ke dalam kondisi hidup yang tidak normal, dan semua hal yang adil, indah, dan baik akan dihancurkan dan tidak akan ada lagi. Tanpa murka Tuhan, hukum dan aturan keberadaan bagi makhluk ciptaan akan dilanggar atau bahkan sepenuhnya tumbang. Sejak penciptaan manusia, Tuhan telah terus-menerus menggunakan watak benar-Nya untuk menjaga dan memelihara keberadaan normal umat manusia. Karena watak benar-Nya mengandung murka dan kemegahan-Nya, semua orang jahat, hal dan objek, serta semua hal yang mengganggu dan merusak keberadaan normal manusia akan dihukum, dikendalikan, dan dihancurkan sebagai akibat dari murka-Nya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"). "Tuhan berwatak benar seperti ini karena Dia membenci kejahatan, kegelapan, pemberontakan, dan tindakan jahat Iblis—yakni merusak dan memangsa manusia—karena Dia membenci semua tindakan dosa yang menentang-Nya dan karena esensi-Nya yang kudus dan tidak bercela. Karena inilah Dia tidak akan membiarkan makhluk ciptaan atau bukan ciptaan mana pun menentang atau melawan-Nya secara terbuka. Bahkan seorang individu yang kepadanya Dia pernah menunjukkan belas kasih atau yang Dia pernah pilih, hanya perlu memprovokasi watak-Nya dan melanggar prinsip kesabaran dan toleransi-Nya, dan Dia akan melepaskan dan menyatakan watak benar-Nya yang tidak menoleransi pelanggaran tanpa sedikit pun belas kasih atau keraguan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"). Melalui firman Tuhan, aku memahami bahwa watak benar Tuhan tidak boleh disinggung manusia. Tuhan memiliki prinsip dalam menghukum dan menyingkirkan seseorang. Ini bukanlah tindakan impulsif atau sesuatu yang dilakukan dengan asal-asalan, melainkan dilakukan ketika Dia memahami esensi seseorang. Selama aku melakukan kejahatan, saudara-saudari berkali-kali menasihatiku dan memintaku untuk merenungkan diri serta tidak menyebabkan gangguan dan kekacauan. Namun, aku tak menerimanya, dan setiap kali persekutuan seseorang tidak sesuai dengan pandanganku, aku menentangnya, sehingga perbuatan jahatku menjadi makin parah. Dari ketidaktaatanku pada awalnya, kemudian menyebabkan gangguan, hingga akhirnya memecah belah gereja, semua tindakan jahat ini membuktikan kecongkakan dan kesombonganku, rasa muak serta kebencianku akan kebenaran. Aku sangat congkak dan keras kepala, tidak menerima kebenaran sampai aku dikeluarkan. Tuhan telah memberiku beberapa kesempatan untuk bertobat, tetapi aku menolak semuanya. Seandainya gereja tidak mengeluarkanku, amarah Tuhan dan kekacauan gereja tak akan mereda. Aku memikirkan bagaimana, sebelum Tuhan menghancurkan Sodom, Dia berkali-kali memperingatkan orang-orang di kota itu untuk bertobat, tetapi mereka dengan keras kepala memusuhi-Nya dan tidak menunjukkan pertobatan sama sekali. Pada akhirnya, Tuhan melepaskan kemurkaannya pada Sodom dan menghancurkan kota itu. Kini, setelah secara langsung mengalami watak benar Tuhan, meskipun hatiku sangat tersiksa dan menderita, itu membuatku berhenti melakukan kejahatan dan membuatku menyadari bahwa watak Tuhan tidak boleh disinggung, dan bahwa kebenaran serta keadilanlah yang berkuasa di gereja. Sekarang, Tuhan membiarkanku terus bernapas dan tidak mengambil nyawaku, itu menandakan belas kasihan-Nya. Jika aku tetap tidak merenung atau berusaha memahami diriku sendiri, pada akhirnya aku akan dihancurkan oleh Tuhan. Aku menghadap ke hadirat Tuhan dan berdoa kepada-Nya, "Tuhan, aku telah melakukan kejahatan dan menyinggung watak-Mu. Dikeluarkannya aku adalah bentuk keadilan-Mu. Pelanggaranku di masa lalu tak dapat ditebus, dan sekarang aku hidup untuk memahami diriku dan bertobat kepada-Mu." Aku memutuskan bahwa terlepas dari kesudahanku kelak, aku akan mengejar kebenaran dan menyingkirkan watakku yang rusak, tak lagi mengejar reputasi serta status. Jika suatu hari Tuhan benar-benar menghancurkanku, itu tetaplah keadilan-Nya. Aku tidak terlalu berharap dapat memasuki kerajaan; aku hanya ingin memulai lembaran baru, menjadi makhluk ciptaan yang sejati. Aku berdoa kepada Tuhan di dalam hati, berkata jika Dia memberiku satu kesempatan lagi, aku bersedia menjadi salah satu pengikut terkecil di gereja. Aku bersedia melaksanakan tugas apa pun yang diberikan padaku; melakukan sesuatu bagi rumah Tuhan saja sudah cukup bagiku. Belakangan, gereja menemukanku, dan mereka memintaku membantu saudara-saudari membeli barang-barang. Aku merasa sangat terhormat.

Suatu hari di bulan April 2016, seorang pemimpin datang ke rumahku dan berkata kepadaku, "Kau telah diterima di gereja lagi, dan sebagian besar saudara-saudari menyetujui keputusan ini." Saat itu, aku sangat emosional hingga tak tahu harus berkata apa. Setelah pemimpin itu pergi, air mataku tak terbendung. Dalam hatiku, aku terus bersyukur dan memuji Tuhan! Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Tak kusangka, Engkau memberiku kesempatan untuk kembali ke gereja. Terima kasih telah membantuku, mencerahkanku dan membimbingku untuk memahami diriku sendiri. Tuhan! Aku bersedia menghargai kesempatan ini, dan aku berjanji tak akan lagi melakukan kejahatan ataupun gangguan. Jika aku kembali ke watakku yang dahulu dan mengganggu gereja, aku bersedia menerima hukuman-Mu."

Setelah kembali ke gereja, aku segera mulai melaksanakan tugasku. Suatu kali, pemimpin gereja mendatangiku dan mengatur agar aku melaksanakan tugas sebagai tuan rumah. Aku berpikir, "Bagaimana bisa mereka memintaku untuk melaksanakan tugas ini? Bukankah seharusnya tugas ini untuk orang yang sudah tua? Jika saudara-saudari mendengar hal ini, apa yang akan mereka pikirkan tentangku?" Aku memiliki pemikiran tentang pemimpin dan kurasa dia menyia-nyiakan bakatku untuk pekerjaan yang remeh. Namun, kemudian, aku membaca firman Tuhan yang berbunyi: "Ketika Tuhan menuntut agar orang-orang melaksanakan tugas mereka dengan baik, Dia tidak meminta mereka untuk menyelesaikan sejumlah tugas atau melakukan upaya besar apa pun, atau melakukan hal-hal besar apa pun. Yang Tuhan inginkan adalah agar orang melakukannya semampu mereka dengan praktis dan realistis, dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Tuhan tidak menginginkanmu menjadi orang yang hebat atau mulia, atau melakukan mukjizat apa pun, dan Dia juga tidak ingin melihat kejutan yang menyenangkan dalam dirimu. Dia tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Yang Tuhan butuhkan adalah agar engkau dengan teguh melakukan penerapan sesuai dengan firman-Nya. Ketika engkau mendengarkan firman Tuhan, lakukanlah apa yang telah kaupahami, laksanakanlah apa yang telah kaupahami, ingatlah baik-baik apa yang telah kaudengar, dan kemudian, ketika tiba waktunya untuk menerapkannya, terapkanlah sesuai dengan firman Tuhan. Biarkan semua itu menjadi hidupmu, menjadi kenyataanmu, dan menjadi apa yang kaujalani. Dengan demikian, Tuhan akan dipuaskan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Melalui firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan tidak memerlukanku untuk melakukan pekerjaan yang sangat penting. Yang Dia inginkan adalah agar aku melaksanakan tugasku dengan rendah hati. Sekalipun ini adalah tugas biasa, selama aku mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya berdasarkan tuntutan-Nya, itu sudah cukup. Aku tidak boleh melaksanakan tugasku menurut apa yang kusukai; aku harus melaksanakannya berdasarkan kebutuhan pekerjaan gereja. Aku harus tunduk pada pengaturan gereja dan bekerja dengan tenang agar dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Inilah yang dilakukan orang yang berhati nurani dan bernalar. Kini, dengan dihadapkan dengan tugas ini, aku telah disingkapkan dan diuji. Tanpa keadaan seperti itu, aku akan tetap menganggap bahwa aku sangat tunduk kepada Tuhan dan watak congkak serta keinginanku untuk mengejar reputasi dan status telah berubah. Nyatanya, aku masih cukup congkak dan sombong; aku memiliki keinginan dan ambisi yang liar serta tidak mau menjadi yang terkecil di antara orang-orang. Inilah naturku yang sebenarnya. Agar dapat ditahirkan dan berubah, aku harus mengalami penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan serta ujian dan pemurnian. Setelah menyadari hal ini, aku menerima tugas ini. Meskipun aku tak tahu bagaimana cara memasak, aku dapat dengan tekun mempelajarinya sambil melaksanakan tugasku dan menjadi tuan rumah bagi saudara-saudari berdasarkan prinsip. Hatiku terasa tenang melakukannya. Terima kasih telah menyelamatkanku, Tuhan!

Jika Tuhan telah membantu Anda, apakah Anda mau belajar firman Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan terima berkat Tuhan?

Konten Terkait