Mengapa Aku Tidak Berani Membuka Diri

16 September 2022

Oleh Saudari Christina, Amerika Serikat

Pada pertengahan Mei 2021, Jen, pemimpin kami, memintaku menuliskan penilaian tentang Laura. Dia berkata Laura congkak, merasa diri benar, dan selalu mengkritik para pemimpin dan pekerja. Dia bukan orang yang tepat. Penilaian Jen tentang Laura berbeda dengan penilaianku. Ketika aku berinteraksi dengan Laura di masa lalu, dia tak seperti yang Jen katakan. Namun, aku khawatir jika aku mengatakan yang sebenarnya, Jen akan menganggapku tak punya kearifan dan akan memiliki kesan yang buruk tentangku. Maka mungkin saja, dia kelak tidak akan menugaskanku untuk melakukan pekerjaan penting. Jadi aku tunduk pada kehendak Jen, mengikuti penilaiannya, dan berkata bahwa Laura suka mengkritik orang lain dengan sewenang-wenang. Tak lama kemudian, Laura digantikan. Beberapa waktu kemudian, aku mengetahui bahwa Laura telah melaporkan Jen karena tidak melakukan pekerjaan nyata dan menjadi pemimpin palsu, yang menyebabkan Jen menindas dan menghukum dirinya dengan menyatakan bahwa dia suka mengkritik para pemimpin dan pekerja. Pada akhirnya, Jen tersingkap sebagai pemimpin palsu dan digantikan. Setelah mendengar tentang hal ini, aku mengingat kembali perilakuku dalam menulis penilaian dan merasa menyesal. Dengan membaca firman Tuhan dan merenungkan diriku, aku sadar bahwa aku telah rela berbohong dan ikut mengutuk Laura agar pemimpin memiliki kesan yang baik tentangku. Aku benar-benar tak punya kemanusiaan. Semakin kurenungkan diriku, semakin aku merasa jijik dan membenci diriku sendiri. Aku berpikir untuk menuliskan pengalaman kegagalanku ini untuk kubagikan kepada saudara-saudari sebagai sebuah peringatan. Namun, aku khawatir. Kupikir, "Jika aku menulis tentang semua kerusakan dan motifku yang salah saat membuat penilaian, apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku? Jika mereka memandang rendah diriku dan menolakku, reputasiku akan hancur, dan aku akan malu menunjukkan lagi wajahku di hadapan mereka." Aku juga ingat bagaimana dahulu aku cukup dekat dengan Laura, dan dia sering mengobrol denganku ketika ada masalah. Apa yang akan dia pikirkan tentangku jika dia tahu bahwa penilaianku tentangnya kubuat berdasarkan watak rusakku? Akankah dia kecewa terhadapku dan memutuskan hubungan? Jika pimpinan tingkat atas mengetahuinya, akankah mereka menganggapku berkarakter buruk dan menugaskanku untuk tugas berbeda? Saat memikirkan semua ini, aku merasa sangat tidak enak. Aku telah melakukan sesuatu yang benar-benar memalukan dan begitu sulit untuk membicarakannya. Aku tak ingin menghadapi apa yang telah kulakukan; aku hanya ingin melanjutkan hidupku. Aku tak mau menulis tentang hal itu.

Setelah itu, aku mulai memikirkan masalah ini. Mengapa aku tak mau menceritakan kegagalan ini? Mengapa aku tak mau membuka diri dan menyingkapkan diriku? Watak rusak apa yang mengekangku? Suatu hari, saat menonton video kesaksian pengalaman, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Apa pun konteksnya, tugas apa pun yang mereka laksanakan, antikristus akan berusaha memberi kesan bahwa mereka tidak lemah, bahwa mereka selalu kuat, penuh keyakinan, dan tidak pernah negatif, sehingga orang tidak pernah melihat tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya atau sikap mereka yang sebenarnya terhadap Tuhan. Sebenarnya, di lubuk hati mereka, apakah mereka benar-benar yakin bahwa tidak ada yang tidak mampu mereka lakukan? Apakah mereka benar-benar yakin bahwa mereka tidak memiliki kelemahan, kenegatifan, atau penyingkapan kerusakan? Sama sekali tidak. Mereka pandai berpura-pura, mahir menyembunyikan segala sesuatu. Mereka suka memperlihatkan sisi mereka yang kuat dan sangat baik kepada orang-orang; mereka tidak mau orang-orang melihat sisi mereka yang lemah dan sebenarnya. Tujuan mereka jelas: sederhananya, untuk mempertahankan keangkuhan dan harga diri mereka, melindungi tempat yang mereka miliki di hati orang-orang. Mereka berpikir bahwa jika mereka membuka diri di hadapan orang lain tentang kenegatifan dan kelemahan mereka sendiri, jika mereka menyingkapkan sisi mereka yang memberontak dan rusak, ini akan menjadi kehancuran besar bagi status dan reputasi mereka—lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Jadi mereka lebih memilih mati daripada mengakui bahwa mereka mengalami saat-saat ketika mereka lemah, memberontak, dan negatif. Suatu saat semua orang melihat sisi mereka yang lemah dan memberontak, ketika orang melihat bahwa mereka rusak, dan sama sekali belum berubah, mereka akan tetap berpura-pura. Mereka berpikir jika mereka mengakui bahwa mereka memiliki watak yang rusak, bahwa mereka orang biasa, seseorang yang tidak penting, mereka akan kehilangan tempat mereka di hati orang-orang, akan kehilangan pemujaan dan kekaguman semua orang, dan dengan demikian mereka akan sepenuhnya gagal. Jadi, apa pun yang terjadi, mereka tidak akan membuka diri kepada orang-orang; apa pun yang terjadi, mereka tidak bisa memberikan kekuasaan dan status mereka kepada orang lain; sebaliknya, mereka berusaha sekuat tenaga untuk bersaing, dan tidak akan pernah menyerah" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Sepuluh)). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa antikristus pandai berpura-pura. Mereka tak ingin siapa pun melihat sisi gelap mereka, dan mereka tidak membuka diri tentang kerusakan dan pemberontakan mereka. Mereka juga selalu menghindarkan diri mereka membicarakan kegagalan dan kesalahan mereka, melainkan selalu ingin terlihat positif, giat dan mengesankan untuk memenangkan rasa hormat orang dan mendapatkan tempat di hati mereka. Aku sadar bahwa apa yang telah kulakukan dan singkapkan tidak ada bedanya dengan perbuatan antikristus. Aku akhirnya mengenali watak rusakku dalam turut sertanya aku dengan pemimpin palsu untuk mengutuk Laura, tetapi aku tak mau membuka diri kepada semua orang, karena ini adalah sebuah kegagalan. Jika aku memberitahukan motif dan kerusakanku selama waktu itu, semua orang akan melihat betapa aku tak punya kearifan dan mudah menyerah. Aku takut semua orang akan memandang rendah diriku dan menolakku, dan bahkan aku bisa saja kehilangan tugasku. Aku sadar betapa aku lebih menghargai reputasi dan status daripada menerapkan kebenaran dan bersikap jujur. Aku sama sekali tidak mencintai kebenaran atau hal-hal positif. Sebaliknya, aku mencintai reputasi dan status, dan mahir berpura-pura, sama seperti antikristus. Aku ini orang yang licik.

Kemudian, aku menemukan dua bagian lain firman Tuhan: "Semua orang melakukan kesalahan. Semua orang memiliki kelemahan dan kekurangan. Dan sebenarnya, semua orang memiliki watak rusak yang sama. Jangan menganggap dirimu lebih mulia, lebih sempurna, dan lebih baik daripada orang lain; itu berarti bersikap sama sekali tak masuk akal. Setelah engkau memahami tentang watak rusak manusia, serta esensi dan kerusakan manusia yang sebenarnya, engkau tidak akan berusaha menutupi kesalahanmu sendiri, engkau juga tidak akan memanfaatkan kesalahan orang untuk menindas mereka—engkau akan mampu memperlakukan kedua hal ini dengan tepat. Hanya setelah itulah, engkau akan berwawasan luas dan tidak melakukan hal-hal bodoh, yang akan membuatmu menjadi bijak. Orang yang tidak bijak adalah orang bodoh, dan mereka selalu berkutat dengan kesalahan kecil mereka sambil bersikap licik di balik layar. Ini menjijikkan untuk dilihat" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). "Watak macam apakah ketika orang selalu menyamarkan diri, selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, selalu berpura-pura agar orang lain menghormati mereka dan tidak dapat melihat kesalahan atau kekurangan mereka, ketika mereka selalu berusaha menampilkan sisi terbaik mereka kepada orang-orang? Ini adalah watak yang congkak, palsu, dan munafik, ini adalah watak Iblis, ini adalah sesuatu yang jahat. Sebagai contoh, lihatlah anggota rezim Iblis: sebanyak apa pun mereka bertengkar, berseteru, atau membunuh di balik layar, tak seorang pun yang diperbolehkan untuk melaporkan atau menyingkapkan mereka. Mereka takut orang akan melihat wajah Iblis mereka, dan mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk menutupinya. Di depan umum, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, mengatakan betapa mereka mengasihi rakyat, betapa baik, mulia dan tak bercelanya mereka. Ini adalah natur Iblis. Ciri paling menonjol dari natur Iblis adalah tipu muslihat dan tipu daya. Dan apa tujuan dari tipu muslihat dan tipu daya ini? Untuk menipu orang, untuk menghalangi orang agar tidak melihat esensi dan diri mereka yang sebenarnya, dan dengan cara demikian mencapai tujuan untuk memperlama kekuasaan mereka. Rakyat jelata mungkin tidak memiliki kekuasaan dan status semacam itu, tetapi mereka juga ingin membuat orang lain memiliki pandangan yang baik tentang diri mereka, ingin orang memiliki penilaian yang tinggi terhadap mereka, dan ingin status mereka tinggi di hati orang lain. Ini adalah watak yang rusak, dan jika orang tidak memahami kebenaran, mereka tidak mampu mengenali hal ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Dari firman Tuhan, aku sadar, tak ada orang yang sempurna; kita semua punya kekurangan, dapat melakukan kesalahan, dan menyingkapkan watak kita yang rusak. Orang yang benar-benar memiliki kemanusiaan dan akal sehat mampu menghadapi kekurangan dan masalah mereka dengan benar. Setelah melakukan kesalahan, mereka mampu menghadapi kesalahan mereka dan mencari kebenaran untuk memperbaiki kerusakan mereka. Orang yang licik dan tidak jujur adalah mereka yang, setelah melakukan kesalahan atau menyingkapkan kerusakan, tak mampu menghadapi masalah mereka ataupun mengakui kesalahan mereka, selalu berpura-pura untuk menutupi diri mereka yang sebenarnya, membuat karakter mereka terlihat tak bercacat. Aku telah sangat dirusak oleh Iblis dan dipenuhi dengan segala macam watak yang rusak. Wajar saja jika mengalami penyimpangan dan menyingkapkan kerusakan. Meskipun aku tidak membuka diri, watak rusak itu tetap ada dan tersembunyi dalam diriku, jadi bukankah aku tetap merupakan orang yang rusak? Ketika membuat penilaian tentang Laura, aku mengikuti pemimpin palsu untuk mengkritik dan mengutuk Laura demi menjaga citraku di mata pemimpin; ini tak dapat disangkali. Jika aku adalah orang yang memiliki kemanusiaan dan akal sehat, aku harus menghadapi masalah ini, menyingkapkan kepada orang lain bagaimana aku memperlihatkan kerusakan, bagaimana aku telah disingkapkan dan dihakimi oleh firman Tuhan, dan apa yang telah kupahami tentang watak rusakku, agar semua orang bisa melihat diriku yang sebenarnya. Namun, aku selalu berpura-pura setelah menyingkapkan kerusakan, berharap untuk melindungi reputasi dan citraku di benak orang lain. Betapa memalukan dan menjijikkannya diriku! Aku selalu berpikir jika kerusakan yang kusingkapkan hanyalah masalah kecil—watak rusak yang terlihat jelas, yang lazim di antara banyak orang—maka meskipun aku membuka diri, itu mungkin tak akan terlalu merusak reputasiku, jadi aku bisa menyingkapkan diriku di depan orang. Namun kali ini, aku telah mengikuti pemimpin palsu dalam mengutuk seseorang. Ini adalah pelanggaran yang serius—bukan hal yang mudah untuk diungkapkan. Itu akan memperlihatkan kepada orang-orang bahwa aku memiliki karakter yang buruk dan tidak bermartabat, dan itu akan sangat merusak reputasiku. Jadi, aku tak mau membuka diri. Sebaliknya, aku berusaha menyembunyikannya dari orang-orang, tidak mengatakan apa pun tentangnya—aku ini benar-benar licik! Baru setelah itulah aku sadar bahwa keenggananku untuk membuka diri tentang kerusakanku bukan saja merupakan tanda kesombongan dan keangkuhanku, tetapi juga menyingkapkan watak Iblis yang tersembunyi dalam diriku yang licik dan jahat.

Setelah itu, aku terus merenungkan masalah ini dan membaca bagian firman Tuhan ini: "Ketika sesuatu terjadi, mereka mungkin tidak dengan mudahnya angkat bicara atau mengungkapkan pandangan apa pun, tetapi selalu diam. Ini bukan berarti mereka bernalar; sebaliknya, ini memperlihatkan bahwa mereka cukup baik menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, bahwa mereka memiliki hal-hal yang tersembunyi, bahwa kelicikan mereka sangat dalam. Jika engkau tidak membuka diri kepada orang lain, akan mampukah engkau membuka diri kepada Tuhan? Dan jika engkau tidak tulus, bahkan kepada Tuhan, dan tak mampu membuka diri kepada-Nya, akan dapatkah engkau menyerahkan hatimu kepada-Nya? Tentu saja tidak. Engkau tidak bisa sehati dengan Tuhan, tetapi menjauhkan hatimu dari-Nya! Apakah engkau semua mampu membuka diri dan mengatakan apa yang sebenarnya ada di hatimu ketika bersekutu dengan orang lain? Jika seseorang selalu mengatakan apa yang benar-benar ada di dalam hatinya, jika dia berbicara dengan jujur, jika dia berterus terang, jika dia tulus, dan sama sekali tidak asal-asalan ketika melaksanakan tugasnya, dan jika dia mampu menerapkan kebenaran yang dia pahami, maka orang ini memiliki harapan untuk memperoleh kebenaran. Jika orang selalu menutupi diri dan menyembunyikan hatinya sehingga tak seorang pun bisa melihatnya dengan jelas, jika mereka memberikan kesan palsu untuk menipu orang lain, maka mereka berada dalam bahaya besar, mereka berada dalam kesulitan besar, akan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan kebenaran. Engkau dapat melihat prospek seseorang dari kehidupannya sehari-hari dan dari perkataan serta tindakannya. Jika seseorang selalu berpura-pura, berperilaku seolah-olah dia lebih baik daripada orang lain, maka orang seperti ini bukanlah orang yang menerima kebenaran, dan cepat atau lambat dia akan tersingkap dan disingkirkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"). Tuhan menyingkapkan bahwa orang yang berpura-pura tidak akan mampu menghadapi masalah mereka sendiri, tidak membuka diri ketika mereka melakukan kesalahan, dan selalu menutupinya dengan menipu orang lain. Hati mereka tertutup bagi Tuhan. Orang-orang seperti itu sangat jahat—mereka benar-benar licik. Tuhan menyukai orang yang jujur dan membenci orang yang licik. Orang-orang yang licik pada akhirnya akan disingkapkan dan disingkirkan. Dahulu, kupikir berpura-pura hanyalah tanda orang mendambakan reputasi dan status, dan bukan berarti orang itu seperti orang jahat atau antikristus yang melakukan perbuatan jahat, mengganggu pekerjaan gereja dan merugikan orang lain. Kukira berpura-pura tidak akan membuat orang disingkirkan. Namun, dari firman Tuhan aku sadar bahwa semua ini hanyalah gagasan dan imajinasiku dan aku memiliki pandangan yang menyimpang tentang berbagai hal. Aku telah mengabaikan hati nuraniku dengan mengutuk Laura bersama dengan pemimpin palsu, yang berarti aku telah bersekongkol dengan pelaku kejahatan. Tuhan sudah mengetahui pelanggaranku, tetapi aku tak mau mengungkitnya setelah apa yang terjadi, dan berusaha tetap berpura-pura untuk memenangkan kekaguman orang lain. Ini menyingkapkan betapa aku tidak mencintai kebenaran dan tidak sungguh-sungguh bertobat. Aku tidak menerapkan kebenaran dan bahkan terlibat dalam kelicikan dan penipuan: bagaimana mungkin Tuhan tidak membenciku? Jika aku terus seperti ini, aku pasti akan disingkapkan dan disingkirkan. Melalui perenungan, aku sadar bagaimana kegagalan menerapkan kejujuran dan tidak membuka diri memiliki konsekuensi yang parah. Aku merasa sangat takut, jadi aku ingin segera membalikkan keadaan.

Kemudian, aku menemukan lebih banyak firman Tuhan: "Engkau harus mampu merenungkan dan mengenal dirimu sendiri. Engkau harus memiliki keberanian untuk membuka diri dan memberitahukan yang sebenarnya tentang dirimu di hadapan saudara-saudari, dan mempersekutukan keadaanmu yang sebenarnya. Jika engkau tidak berani mengungkapkan atau menganalisis watak rusakmu; jika engkau tidak berani mengakui kesalahanmu, berarti engkau tidak mengejar kebenaran, terlebih lagi, engkau bukanlah orang yang mengenal dirimu sendiri" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penerapan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur"). "Tugas apa pun yang orang lakukan, atau apa pun yang mereka lakukan, manakah yang lebih penting—kesombongan dan kecongkakan, ataukah kemuliaan Tuhan? Mana yang seharusnya orang-orang pilih? (Kemuliaan Tuhan.) Manakah yang lebih penting—tanggung jawabmu, atau kepentinganmu sendiri? Tanggung jawabmu adalah hal yang terpenting dan engkau terikat pada tanggung jawab tersebut. ... Ketika engkau melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, akan ada efek positif, dan engkau akan memberi kesaksian tentang Tuhan, yang merupakan cara mempermalukan Iblis dan memberi kesaksian tentang Tuhan. Menggunakan berbagai cara untuk memberi kesaksian tentang Tuhan dan membuat Iblis melihat tekadmu untuk memberontak dan menolak Iblis: inilah yang dimaksud dengan mempermalukan Iblis dan memberi kesaksian tentang Tuhan—ini merupakan sesuatu yang positif dan sesuai dengan maksud Tuhan" (persekutuan Tuhan). Dari dalam firman Tuhan, aku menemukan sebuah jalan penerapan. Apa pun kerusakan yang kita singkapkan, apa pun kesalahan yang kita lakukan, kita harus cukup berani untuk mengakuinya, membuka diri, dan menganalisis watak kita yang rusak dengan mempersekutukannya kepada orang lain. Inilah cara untuk memutuskan hubungan dengan Iblis, menggunakan tindakan nyata untuk mempermalukan Iblis, dan menjadi kesaksian bagi Tuhan. Ini menunjukkan pertobatan yang sejati. Sekalipun setelah membuka diri kesombongan, keangkuhan, reputasi, dan status kita hancur, kita harus memberontak terhadap diri untuk menerapkan kebenaran dan mengutamakan kesaksian bagi Tuhan. Dalam penilaianku tentang Laura, aku telah menentang fakta dan mengikuti pemimpin palsu untuk mengutuk Laura. Melalui pengalaman ini, aku mendapatkan sedikit pemahaman tentang watak rusakku. Aku tahu aku harus membuka diri dan menyingkapkan diriku di hadapan saudara-saudari. Itulah yang harus kulakukan. Jika aku tidak membuka diri di depan semua orang demi melindungi kesombongan dan reputasiku, dan jika aku tak mampu bersaksi tentang pelajaran yang kupetik dari membaca firman Tuhan, aku akan jatuh ke dalam tipu muslihat Iblis dan akan kehilangan kesaksianku. Selain itu, sebelumnya aku memiliki gagasan yang keliru bahwa membahas kegagalanku itu memalukan dan bukan semacam kesaksian. Setelah itu, aku mengerti, asalkan aku mampu melepaskan kesombongan dan keangkuhanku, tidak diikat oleh watakku yang rusak, membuka diri dalam persekutuan tentang kegagalanku dan sungguh-sungguh bertobat, ini sebetulnya merupakan semacam kesaksian. Setelah aku menyadari semua ini, semua kekhawatiranku lenyap.

Setelah itu, aku membuka diri dalam persekutuan tentang pengalamanku kepada semua orang dan, di luar dugaan, saudara-saudari berkata: "Mendengar tentang pengalamanmu sangat membantu kami. Kami juga sering menyingkapkan watak rusak yang sama, tetapi kami sering kali tidak segera menyadarinya, sehingga hal itu berlalu begitu saja. Persekutuanmu tentang bagaimana kau mengenali kerusakanmu dan mendapatkan pemahaman tentang esensinya melalui penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan telah sangat mendidik kerohanian kami." Kemudian, saudara-saudari mempersekutukan dua bagian firman Tuhan kepadaku. Mereka membantuku mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang esensi dan akibatnya jika aku tidak mengevaluasi orang secara objektif. Gagal mengevaluasi orang secara objektif sama artinya dengan membuat tuduhan palsu atau menjebak mereka; itu adalah bentuk pengucilan dan penindasan. Jika aku secara sewenang-wenang mengutuk seseorang dan menyebabkan orang itu menjadi negatif, atau jika pemimpin palsu menggunakan kutukan sebagai alasan untuk menghukum seseorang, menyebabkan orang itu tidak lagi melaksanakan tugasnya, dan merintangi jalan masuk kehidupannya, itu berarti aku telah melakukan kejahatan. Aku juga mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang prinsip mana yang harus kuterapkan ketika mengevaluasi orang. Beberapa waktu kemudian, ketika Laura mengetahui semua ini, dia tidak berpikir buruk tentang diriku; jika aku menemuinya untuk mengajukan pertanyaan, dia menjawabku dengan tulus seperti sebelumnya. Gereja juga tidak memindahkan atau memberhentikanku. Hasil ini sepenuhnya membalikkan gagasan dan imajinasi sebelumnya. Aku merasa sangat malu. Semua ini membuatku jauh lebih sadar akan kesetiaan dan keadilan Tuhan. Selama kita melakukan penerapan sesuai dengan firman Tuhan, kita akan memiliki jalan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Belajar dari Kritik

Oleh Saudari Song Yu, Belanda Pada Mei tahun ini, seorang saudari melapor kepadaku bahwa Saudari Lu berkata kepadanya setidaknya tiga...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh